7
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar Belajar merupakan masalah setiap orang yang kegiatannya dapat terjadi di mana-mana baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kegiatan belajar ini sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, karena semua pengetahuan, kecakapan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk dan berkembang melalui belajar. Menurut Hilgard dan Bower (dalam Purwanto, 2007: 84) mengemukan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya). Sedangkan Whitttaker (dalam Djamarah, 2011: 12) menyatakan bahwa belajar adalah sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Poerwanto (dalam Hapsari, 2005:75) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil-hasil belajar yang telah diberikan kepada guru, murid-murid atau
8
dosen-dosen kepada mahasiswa dalam jangka waktu tertentu. Selanjutnya Ahmadi (dalam Hapsari, 2005: 75) menyatakan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha (belajar) untuk mengadakan perubahan atau mencapai tujuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam bentuk usaha setelah mengalami proses belajar demi mencapai perubahan dengan jangka waktu tertentu. Menurut Nasution (dalam Arikunto, 2010: 17 ) bahwa prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga criteria tersebut. Prestasi belajar, kita ketahui semua, bukan saja dipengaruhi oleh kemampuan intelektual yang bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kognitif seperti emosi,
motivasi,
kepribadian serta berbagai pengaruh lingkungan.
keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh kemampuan kognitif, tetapi ternyata faktor non kognitif, yaitu antara lain motivasi, emosi, pengetahuan dan konsep diri. Bahkan mempengaruhi tingkat kinerja serta lingkungan, maupun perkembangan dirinya sendiri. Pada umumnya prestasi belajar adalah yang dicapai oleh individu dalam hal ini siswa atas proses belajar yang telah dilakukannya. Prestasi belajar juga adalah implementasi dari suatu keberhasilan setelah melakukan proses belajar. Prestasi merupakan hasil yang dicapai dari sesuatu yang telah dilakukan. Prestasi akan dengan
9
mudah tercapai jika dalam meraihnya muncul berbagai kreativitas yang dimiliki seseorang siswa yang ingin berprestasi. Dalam meraih dan menggapai prestasi maksimal, kreativitas yang tinggi tentunya sangat dibutuhkan. Dapat dikatakan bahwa prestasi merupakan hasil maksimal yang dicapai dalam melaksanakan sesuatu dengan adanya nilai kreativitas yang dilakukan selama melaksanakannya. Oleh karena itu, prestasi adalah hal yang tak terlepas dari kreativitas dan merupakan target yang selalu diinginkan oleh siapa saja dari sesuatu yang dituntut, termasuk siswa yang ingin sukses dalam belajar. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses pembelajaran. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yaitu aktivitas berproses dari hasil belajar yang dicapai dari seseorang dalam belajar, dari tahapan mengubah tingkah laku melalui pengalaman maupun perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat fositif yang artinya berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya sehingga menjadi suatu bukti keberhasilan siswa setelah melalui proses belajar maupun setelah diadakan evaluasi.
10
2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar A. Faktor internal Slameto (2010:54) faktor yang berasal dari dalam diri pelajar yang bersifat psikologis, yang di antaranya yaitu: a. Faktor jasmaniah yang terdiri atas : 1. Faktor kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal yang sehat.kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah kurang darah ataupun ada gangguan kelainan-fungsi alat inderanya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah menjaga kesehatan dengan cara teratur. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan akan berpengaruh pada proses belajar seseorang, karena jika dengan kondisi tidak sehat maka jelaslah akan berpengaruh dalam kosentrasi pada saat belajar, kurang perhatian, pusing maupun tidak ada semangat untuk belajar. Sehingga itu kesehatan perlu di jaga dengan cara yang teratur. 2. Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jadi hendaknya belajar pada lembaga
11
pendidikan yang khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecatatannya itu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keadaan cacat tubuh akan mempengaruhi belajar. Sehingga itu perlu dihindari kecatatan dengan cara mengusahan alat bantu agar dia nyaman untuk beraktivitas. b. Faktor psikologis Faktor yang berasal dalam diri seperti intelegensi, minat, sikap dan motivasi. 1. Intelegensi Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar yang tinggi tingkat intelegensinya makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dicapai. Intelegensi besar pengaruhnnya terhadap kemajuan belajar dalam situasi yang sama, siswa yang mampu mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelengsi yang rendah. Akan tetapi jika ia ingin benar-benar belajar maka akan berhasil dibandingkan dengan yang mempeoleh intelengsi normal. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intelegensi merupakan salah satu faktor di antara faktor lain penyebab terhadap rendahnya prestasi belajar. Karena intelegensi akan menentukan cara apa yang diambil dalam mengahadapi materi pelajaran.
12
2. Bakat Hilgard (dalam Slameto, 2010: 57) bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealiasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih dalam bidang yang ia tertentu. Jadi bakat mempengaruhi belajar, apabila pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia akan belajar lebih giat. Sehingga itu penting mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya. Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Orang yang belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan membesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan Sunarto & Hartono, (dalam Djamarah, 2011: 196) Dalam kenyataan tidak jarang ditemukan seorang individu dapat menumbuhkan dan mengembangkan bakat bawaannya dalam lingkungan yang kreatif. Banyak sebenarnya bakat bawaan yang dapat ditumbuhkan asalkan diberikan kesempatan yang sebaik-baiknya. Di sini juga diperlukan pemahaman terhadap bakat apa yang dimiliki seseorang. Menurut Sunarto dan Hartono (dalam Djamarah, 2011: 197), bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi perlu latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat itu terwujud.
13
3. Minat Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menujukan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikan martabat atau mempeoleh pekerjaan yang baik serta hidup senang dan bahagia. Menurut Djamarah (2011: 166) Minat adalah kecendurungan yang menetap untuk memperhatikan dengan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas secara konsisten dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didk yang berminat terhadap suatu pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguhsungguh, karena ada daya tarik baginya sehingga proses belajar akan berjalan dengan lancar bila disertai dengan minat. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu. Sedangkan Sagala ( 2008:57) menyatakan bahwa peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat dapat mempengaruhi hasil belajar karena jika siswa tidak mempunyai minat pada pelajaran yang dipelajari. Maka tidak ada daya tarik baginya untuk belajar. Dan jika terdapat siswa yang kurang
14
berminat terhadap mata pelajaran maka akan diupayakan untuk menjelaskan hal-hal yang menarik yang berhubungan dengan pelajaran agar siswa dapat tertarik dengan pelajaran tersebut. 4. Motivasi Menurut Hamalik (dalam Djamarah, 2011:148) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Sedangkan Nasution (dalam Djamarah, 2011: 200) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinstik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan sesorang dalam belajar yakni’ adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan
15
dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Jadi, motivasi merupakan motor penggerak dalam perbuatan, maka apabila ada anak didik yang kurang memiliki motivasi intrinsik, diperlukan dorongan dari luar, yaitu motivasi ekstrinstik, agar anak didik termotivasi untuk belajar. Di sini diperlukan pemanfaatan bentuk-bentuk motivasi secara akurat dan bijaksana. 5. Kosentrasi Kosentrasi dimaksudkan untuk memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Di dalam kosentrasi keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak’’ perhatian’’ sekadarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahwa kosentrasi sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran, jika tidak kosentrasi maka tidak ada perhatian terhadap apa yang dijelaskan pada saat proses pembelajaran sehingga tidak ada daya tangkap terhadap apa yang dijelaskan. Menurut Suryabrata ( 2011: 236) bahwa faktor psikologi dalam belajar perlunya mendorong sesorang untuk belajar seperti sebagai berikut: 1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia lebih luas. 2) Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.
16
3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, dan temanteman. 4) Adanya memperbaiki kegagalan yang dengan usaha yang baru. 5) Adanya keinginan mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. B. Faktor eksternal Faktor eksternal dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Yang dikelompokan yakni: a. Faktor keluarga Lingkungan keluarga akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik di mana ia menerima pengaruh berupa; 1. Cara orang tua mendidik anak Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini dipertegas oleh Sutjipto Wiriwidjojo dengan dengan pertanyaannya yang mengatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluaraga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil. Tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan di atas di mana sangat penting peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak akan berpengaruh terhadap belajarnya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, di mana tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajar bahkan tidak tahu menahu
17
bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam belajar sehingga menyebabkan anak dalam belajarnya tidak berhasil. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau kedua orang tua memang tidak mencitainya. 2. Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain relasi anak dengan saudara atau anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri. 3. Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang mempengaruhi ketenangan anak dalam belajar jika suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan
18
suasana rumah yang tenang dan tentram sehingga anak betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suasana rumah adalah salah satu faktor penyebab terhadap rendahnya prestasi belajar, jika suasana rumah yang ramai atau banyak penghuninya itu dapat menyebabkan anak menjadi bosan bahkan akan mengganggu belajar anak. Apabila suasana rumah yang aman dan tentram maka anak akan merasa betah dan dapat belajar dengan baik. 4. Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak-anak yang sedang belajar selain harus dipenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, dan lain-lain. Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatannya anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, hal ini pasti akan mengganggu belajar anak. Bahkan anak harus bekerja mencari nafkah sebagai pembantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal yang begitu juga akan mengganggu belajar anak. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoyafoya, akibatnya anak kurang memusatkan perhaatianya belajar dan hal tersebut akan dapat mengganggu belajar anak.
19
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi salah satu faktor penyebab rendahnya prestasi belajar, sebab jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, karena dengan keadaan seperti itu maka itu akan menjadi beban pikiran karena biasanya akan kepikiran terus apa yang dialaminya sehingga akan menggangggu kosentrasi dalam belajar. Sebaliknya keluarga yang berada. Karena dengan terlalu memanjakan anak maka anak hanya berfoya-foya bahkan lupa akan belajar. 5. Pengertian orang tua Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya. 6. Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. b. Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup yakni: 1. Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Jika metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
20
siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa maupun terhadap mata pelajaran itu tidak baik. Sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya, sehingga akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja dan jika guru yang progresif dan mencoba metode-metode yang baru, agar dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat berjalan dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin. 2. Kurikulum Kurikulum merupakan unsur subtansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya. Itulah sebabnya semua mata pelajaran, setiap guru memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang dipegang dan diajarkan sehingga kepada anak didik. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke dalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Seorang guru terpaksa menjejalkan sejumlah bahan pelajaran kepada anak
21
didik dalam waktu yang masih sedikit tersisa, karena ingin mencapai target kurikulum, sehingga akan memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal lelah. Padahal anak didik sudah lelah belajar ketika itu. Tentu hasil belajar yang demikian
kurang
memuaskan
dan
cenderung
mengecewakan.
Guru
akan
mendapatkan hasil belajar anak didik di bawah standar minimum. Hal ini disebabkan terjadi proses belajar yang kurang wajar pada diri setiap anak didik sehingga akan mempengaruhi proses hasil belajar anak didik di sekolah. 3. Waktu Sekolah Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu di pagi hari, siang dan sore hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggung jawabkan. Di mana siswa harus istirahat tetapi terpaksa masuk sekolah, sehingga dalam mengikuti mata pelajaran tidak konsen karena diakibatkan mengantuk. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar. 4. Keadaan Gedung Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan mengajar di sekolah. Sementara dalam hal ini suatu sekolah yang kekurangan ruang kelas, sementara jumlah anak didik yang dimiliki dalam jumlah yang banyak melebihi daya tampung kelas, akan banyak menemukan masalah. Kegiatan belajar mengajar berlangsung kurang kondusif. Pengelolaan kelas kurang efektif. Konflik antar peserta didik sukar
22
dihindari, penempatan anak didik secara proporsional sering terabaikan. Dengan jumlah siswa yang cukup banyak serta variasi karekteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung yang harus memadai di dalam kelas, bagaimana mereka belajar dengan baik jika kelas tidak memadai bagi setiap siswa sehingga pembelajaran tidak efektif. 5. Metode Belajar Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif dari pada belajar pada waktu-waktu lainnya, namun menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa atau kesiapan siswa dalam menyerap, mengelola serta menyimpan informasi yang telah diperoleh. Dalam hal ini banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Dalam pembagian waktu belajar, kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, sehingga itu perlu bagi pelajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. 6. Tugas Rumah Waktu belajar terutama di sekolah, di samping untuk belajar waktu di rumah dan biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan
23
terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. c. Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya
siswa dalam masyarakat, di
antaranya. Kegiatan
siswa
dalam
masyarakat
dapat
menguntungkan
terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu karena tidak dapat mengatur waktu belajar. Siswa hendak membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar misalnya kursus bahasa inggris, kelompok diskusi dan lain sebagainya. 1. Mass Media Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, tv, surat kabar dan lain-lain. Semuanya ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya, sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Sebagai contoh siswa yang suka nonton film atau membaca majalah tentang pergaulan bebas, akan berkecenderungan untuk berbuat seperti tokoh yang dikagumi dalam cerita itu, karena pengaruh dari jalan cerita. Jika tidak ada control dan pembinaan dari orang tua,
24
bahkan pendidik maka semangat belajarnya akan menurun bahkan mundur sama sekali. 2. Teman Bergaul Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap siswa, begitu juga sebaliknya. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana. 3. Bentuk Kehidupan Masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri atau mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada siswa. Akibat belajarnya terganggu bahkan anak kehilangan semangat belajar karena perhatiannya terpusat kepada hal-hal yang kurang baik pada perbuatan tersebut. Jika anak pada lingkungan orang-orang terpelajar yang baik, mereka mendidik dan menyokolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya maka siswa terpengaruh hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang lingkungannya, pengaruh itulah dapat mendorong semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi. Di samping faktor-faktor internal dan eksternal, bahwa faktor pendekatan belajar juga sangat berpengaruh pada taraf keberhasilan proses belajar siswa.
25
2.3 Cara Belajar Yang Efektif a. Perlunya Bimbingan Dalam hal belajar ada cara-cara efisien dan tak efisien. Banyak siswa atau mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif, mereka kebanyakan hanya mencoba menghafal pelajaran. Seperti diketahui, belajar itu sangat kompleks. Belum diketahui segala beluknya. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda sacara individual. Kita dapat membantu siswa dengan memberi petunjuk tentang cara-cara belajar yang efisien, dengan memberikan petunjuk tidak berarti akan menjamin siswa sukses, melainkan harus tercapai dengan berkat usaha keras, tanpa usaha tidak akan tercapai sesuatu. b. Kondisi dan Strategi Belajar yang Efektif Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga itu untuk meningkatkan belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal yakni : 1. Kondisi Internal Kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada dalam diri siswa misalnya’ kesehatan, keamananya, ketentraman dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. Menurut Maslow (dalam Slameto, 2010: 74) ada tujuh jenjang kebutuhan primer yang harus dipenuhi yakni:
26
a.
Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan jasmani manusia misalnya, kebutuhan makan minum, istrahat dan kesehatan. Untuk dapat belajar efektif dan efisien siswa harus sehat jika dalam kondisi sakit maka akan mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi dan kosentrasi belajar.
b.
Kebutuhan akan keamanan, manusia membutuhkan ketentraman dan keamanan jiwa. Perasaan kecewa, dendam takut akan kegagalan, ketidakseimbangan emosi yang lain dapat menggangu kelancaran belajar seseorang. Sehingga itu perasaan yang aman dapat tercapai kosentrasi pikiran dan dapat memusatkan pada materi pelajaran yang ingin dicapai.
c.
Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta. manusia dalam hidup membutuhkan kasih sayang dari orang tua, saudara dan teman-teman yang lain. Di samping itu ia akan merasa berbahagia apabila dapat membantu memberikan cinta kasih pada orang lain pula. Keinginan untuk diakui sama-sama dengan orang lain, keinginan untuk diakui sama dengan orang lain merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi.
d.
Keutuhan akan status. (Misalnya keinginan akan keberhasilan). Tiap orang akan berusaha agar keinginannya dapat berhasil. Untuk belajar, perlu optimis, percaya akan kemampuan diri, ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Siswa harus yakin bahwa apa yang dipelajari adalah merupakan hal-hal yang kelak dan banyak gunanya pada dirinya.
e. Kebutuhan self-actualisation. Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk memenuhi sendiri, image seseorang karena mempunyai cita-cita sehingga itu
27
siswa harus yakin bahwa dengan belajar yang baik dapat membantu tercapainya cita-cita yang diinginkan. f.
Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti: yaitu kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan pengetaahuan, informasi dan untuk mengerti sesuatu. Hanya melalui belajarlah upaya pemenuhan kebutuhan ini dapat terwujud.
g.
Kebutuhan estetik yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan. Hal ini akan terpenuhi siswa belajar yang tak henti-hentinya tidak hanya selama di pendidikan formal saja tetapi juga setelah selesai, setelah bekerja, berkeluarga serta berperan dalam masyarakat. 2. Kondisi Eksternal Kondisi eksternal adalah
kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia,
misalnya kebersihan rumah serta keadaaan lingkungan fisik
agar belajar dalam
keadaaan yang bersih, serta cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku dan sebagainya. 3. Strategi Belajar Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat, strategi belajar diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal mungkin. Seseorang yang menyelidiki tentang cara belajar yang baik akan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, membuat catatan dan mengulang kembali pelajaran yang telah diterima dan mengerjakan tugas.
28
4. Metode Belajar Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar akan mempengaruhi belajar khususnya pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, kosentrasi dan mengerjakan tugas. Misalnya dalam pembuatan jadwal dan pelaksanaanya, membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, kosentrasi, serta dalam mengerjakan tugas. 2.4 Kiat Membangun Prestasi belajar Anak Menurut Nilam ( tt: 60) bahwa kiat membangun prestasi belajar anak yakni: a. Membangun semangat berprestasi pada anak untuk meningkatkan n-ach atau kebutuhan untuk berprestasi. Faktor lingkungan sangat membantu dan meningkatkan kebutuhan untuk berprestasi. b. Orang tua yang anaknya mampu meraih prestasi hendaknya memberikan pujian, sepantasnya dan senantiasa mendorong agar semangat menjadi baik diantara sebagainya tetap terpelihara. c. Orang tua yang anaknya belum berprestasi hendaknya tidak berputus asa karena mereka masih berkembang dan didorong untuk berprestasi. d. Jangan mencela atau mencemooh apa yang tidak dicapainya, jadi yang perlu dilakukan adalah memperhatikan minat mereka kemudian memberikan dorongan.
29
e. Sekecil apapun yang dicapai berikan pujian sepantasnya agar ia merasa senang dan lebih percaya diri setelah ia meraih prestasi yang cukup untuk bidang yang disenanginya, selanjutnya kita tuntun untuk berprestasi di bidang yang lain. f. Hindari untuk memberikan target pencapaian yang lebih tinggi yang tidak mungkin dicapai oleh anak agar anak tidak jadi frustasi. g. Usahakan anak agar mampu mandiri, tidak baik terlalu melindungi anak sehingga mereka pernah mengalami perasaan senang dan maupun mengatasi suatu persoalan atau tantangan dengan kemampuannya sendiri. Perasaan semangat ini akan mendorong bangkitnya semangat berprestasi dalam diri anak ketika menghadapi tantangan lain. h. Disiplin terlalu keras harus dihindari, lebih baik bersifat fleksibel tetapi tetap waspada dan konsisten sedikit demi sedikit, berikan kepercayaan untuk dapat mengatur jiwa merdeka anak-anak akan membuat lebih kreatif yang pada akhirnya tidak menutup kemungkinan memunculkan karya yang prestatif. i.
Berikan perhatian kepada guru, orang dewasa lain di sekitarnya bahasa kita sedang membangun semangat berprestasi pada anak, dan meminta bantuan serta kerja sama mereka.