BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan
salah satu kebutuhan dasar yang sangat diperlukan untuk menentukan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pada Tanggal 8 Juli 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan tujuan pendidikan nasional yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kemudian secara bertahap dikeluarkan ketetapan dan keputusan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan. Diantaranya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Standar Kompetensi Kejuruan serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa Standar kompetensi kejuruan berisi pula dasar kompetensi kejuruan yang tertuang dalam struktur kurikulum sekolah menengah kejuruan (SMK).
1
2
Mengacu kepada dasar-dasar peraturan dan keputusan, maka sejak awal, kurikulum
SMK
diimplementasikan
dan
diprioritaskan
pada
kebutuhan
pemakaian tamatan (demand driver), yang mendasari lahirnya kurikulum SMK 2004, yang memiliki prinsip-prinsip pengembangan: 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, serta kepentingan peserta didik dan lingkungannya 2. Beragam dan terpadu 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan 5. Menyeluruh dan berkesinambungan 6. Belajar sepanjang hayat 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Atas dasar tujuan pendidikan nasional di atas, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam sumbangsihnya terhadap tercapainya tujuan pendidikan nasional. SMK adalah lembaga pendidikan kejuruan teknologi menengah yang mempersiapkan lulusan-lulusan yang kecerdasan, berpengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Seperti yang tertera dalam Penjelasan Pasal 26 ayat (3) UU Nomor 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: KTSP SMK memasukkan pendidikan kecakapan hidup yaitu pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri Kecakapan seorang siswa SMK dapat dilihat sesuai dengan tujuan GarisGaris Besar Program Pendidikan Dan Pelatihan (GBPP) kurikulum 2004 (2004:3) bahwa: 1. Mendidik peserta didik dengan keahlian dan keterampilan sesuai program keahlian agar dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan
3
pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah. 2. Mendidik peserta didik agar mampu memilih karir, berkompetisi, dan mengembangkan sikap profesional sesuai program keahlian. Mengacu pada GBPP kurikulum SMK 2004, maka kecakapan yang harus dimiliki seseorang tersebut berguna untuk memperoleh keterampilan sesuai program keahlian, sehingga sapat bersaing secara mandiri mengisi lowongan pekerjaan. Guna memenuhi tuntutan tersebut, dan agar peserta didiknya mempunyai kecakapan sesuai dengan GBPP, maka SMK Negeri 4 mengadakan salah satu program diklat produktif, yaitu mata diklat Pembuatan Pesawat Elektronika (PPE). Khusus pada PPE tingkat II, membahas mengenai Amplifier. Yang diharapkan siswa memiliki kecakapan dalam mengidentifikasi, menganalisa sampai
melakukan
perbaikan
atau
dengan
kata
lainnya
melakukan
Troubleshooting pesawat Amplifier. Akan tetapi, di lapangan berdasarkan pengamatan (observasi) penulis, nilai rata-rata kelas masih kurang memenuhi standar nilai ketuntasan pembelajaran. Atau syarat-syarat menurut ketuntasan belajar masih jauh dari standar. Hal tersebut di atas memiliki arti bahwa: 1.
Kecakapaan siswa dalam menganalisa kesalahan (troubleshooting) Amplifier masih tergolong rendah.
2.
Siswa kurang mengerti materi Amplifier secara teoritis, yang menjadi penyebab kurang cakapnya siswa dalam troubleshooting amplifier.
4
Untuk kedua antara teoritis dan kecakapan yang termasuk ranah psikomotorik (Praktek), tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Brolin (1989) mengartikan yaitu bahwa kecakapan merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan sehingga seseorang mampu melakukan sendiri secara mandiri. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik mengambil judul penelitian ini. Dan terlebih khusus atau terfokus pada untuk mengetahui seberapa besar keterkaitan antara dua hal atau lebih awal lagi apakah ada keterkaitan antara kedua hal tersebut di atas perlu diadakan penelitian lebih lanjut. Dengan pertimbangan tersebut, maka penulis tuangkan dalam penelitian yang berjudul: “Hubungan Tingkat Penguasaan Rangkaian Amplifier Pada Mata Diklat Pembuatan Pesawat Elektronik (PPE) Terhadap Kecakapan Menganalisis Kesalahan (Troubelshooting) Amplifier Di Kelas 2 SMK Negeri 4 Bandung.” 1.2
Rumusan Masalah Menurut Suharsimi Arikunto (1993:17) mengatakan bahwa: “Agar Penelitian dilaksanakan sebaik-baiknya. Maka peneliti harus merumuskan masalahnya terlebih dahulu sehingga jelas darimana harus mulai, kemana harus pergi, dan dengan apa”. Mengacu pada pernyataan diatas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: 1. Apakah siswa mengerti dan memahami teori dasar Amplifier sebagai modal utama untuk melakukan identifikasi, analisa dan perbaikan Amplifier?
5
2. Apakah siswa sanggup mengidentifikasi kesalahan yang terjadi pada Amplifier? 3. Apakah siswa mampu menganalisa kesalahan (Troubleshooting) yang terjadi pada Amplifier? 4. Apakah siswa mahir dalam melakukan perbaikan kesalahan yang terjadi pada Amplifier? 5. Adakah hubungan antara penguasaan materi Amplifier terhadap kemampuan, kesanggupan dan kemahiran (Kecakapan) siswa pada troubleshooting Amplifier? 6. Seberapa tinggi hubungan antara penguasaan materi Amplifier terhadap kemampuan, kesanggupan dan kemahiran (Kecakapan) siswa pada troubleshooting Amplifier?
1.3
Pembatasan Masalah Dikarenakan masalah yang penulis kemukakan masih terlalu luas, maka
perlu dibatasi. Menurut Winarno Surakhmad (1990:36) berpendapat bahwa: “Pembatasan masalah diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi peneliti tetapi juga untuk menempatkan terlebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk mencurahkan tenaga, kecakapan, waktu, biaya, dan hal lain yang timbul dari rencana tersebut”. Oleh sebab itu, agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian lebih spesifik, terarah dan terkontrol, maka dibatasi sebagai berikut: 1. Kecakapan dibatasi dalam ranah psikomotorik. Sehingga pembatasan pada persiapan praktek, pelaksanaan praktek troubleshooting amplifier dan proses penutupan atau mengakhiri praktek.
6
2. Penguasaan Materi Rangkaian Amplifier dibatasi pada konsep dasar amplifier,
uji
coba
amplifier,
pengukuran
amplifier,
serta
troubleshooting amplifier secara teoritis.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dapat diartikan sebagai sasaran dari sebuah penelitian
yang nantinya akan menjadi temuan penelitian. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui Hubungan antara tingkat penguasaan rangkaian amplifier terhadap kecakapan menganalisis kesalahan yang terjadi. Akan tetapi secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui penguasaan materi Amplifier pada program diklat Pembuatan Pesawat Elektronika. 2. Untuk Mengetahui kecakapan (kemampuan, kesanggupan, dan kemahiran) siswa dalam sub kompetensi menganalisa kesalahan (Troubleshooting) 3. Untuk mengetahui seberapa besar dan seberapa erat hubungan yang terjadi antara penguasaan siswa terhadap materi amplifier dengan kecakapan (kemampuan, kesanggupan dan kemahiran) siswa dalam menganalisa kesalahan (troubleshooting) amplifier.
1.5
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian akan menjadi tidak berarti jika tidak memberikan
kegunaan bagi peneliti sendiri maupun bagi lingkungan atau bidang yang
7
berhubungan dengan aspek yang diteliti. Kegunaan yang hendak dicapai sebagai berikut: 1. Mengetahui apakah ada hubungannya antara tingkat penguasaan materi terhadapa kecakapan menganalisis. 2. Memberikan dasar teori pada guru dalam melaksanakan tugas mengajar, terutama PPE yang berhubungan dengan praktek, harus dilakukan pemahaman dahulu atau langsung prakterk . 3. Dapat
mengetahui
hubungan
penguasaan
amplifier
terhadap
troubleshooting amplifier khususnya, sub kompetensi lain umumnya. 4. Secara umum kegunaan dari penelitian ini, mengetahui seberapa besar tingkat hubungan antara penguasaan materi (teori) dengan kegiatan praktikum (produktif).
1.6
Definisi Operasional Untuk menghindari adanya salah penafsiran mengenai judul ini, maka
penulis perlu memberikan penjelasan pada istilah atau kata yang terdapat dalam judul. Secara rinci penjelasannya sebagai berikut:
Hubungan Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta, 1984:179): Hubungan adalah keadaan berhubungan atau sangkut paut antara satu hal dengan hal lainnya.
8
Kecakapan Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta, 1984:179): Cakap adalah sanggup melakukan sesuatu, pandai, mahir patut, tangkas, dan lain sebagainya. Dalam kamus tersebut juga, kecapakan adalah kesanggupan melakukan sesuatu, kemampuan, kepandaian, kemahiran dalam melakukan pekerjaan. Dalam hal ini, kecakapan menganalisa kesalahan berarti siswa mampu, sanggup, pandai, mahir melakukan analisa kesalahan (Troubleshooting) Amplifier sehingga dapat melakukan perbaikan untuk langkah selanjutnya.
Hubungan Tingkat Penguasaan Materi Rangkaian Amplifier Terhadap Kecakapan Analisis Kesahalan Mengetahui tinggi rendahnya hubungan atau tingkat keeratan antara penguasaan rangkaian amplifier terhadap kecakapan menganalisis kesalahan yang terjadi meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan ranah psikomotor pada aspek persepsi, kesiapan, respon terbimbing, mekanisme sub kompetensi Troubleshooting program Diklat PPE kelas 2 SMK Negeri 4 Bandung.
1.7
Asumsi dan Hipotesis
1.7.1
Asumsi Asumsi dapat berupa teori, evidensi-evidensi dan dapat pula pemikiran
peneliti itu sendiri. Fungsi asumsi dalam sebuah skripsi merupakan titik pangkal
9
penelitian dalam rangka penulisan skripsi. Asumsi-asumsi dirumuskan sebagai landasan bagi hipotesis. Asumsi dalam penelitian ini adalah: 1.7.1.1 Siswa yang memiliki kemampuan penguasaan materi amplifier, akan cakap dalam praktek (menganalisis kesalahan) amplifier. 1.7.1.2 Hasil perolehan dari evaluasi dijadikan prediktor akan keberhasilan menganalisis kesalahan amplifier. Prediktor tersebut adalah dengan hasil yang bagus, maka kecakapan analisis kesalahan akan baik pula.
1.7.2
Hipotesis Menurut Winarno Surakhmad (1980:36) dalam tulisan Solehudin (2004:8) menyatakan bahwa: “Sebelum sampai pada sebuah dalil (teori yang terbukti kebenarannya), seorang peneliti mula-mula membuat teori sementara. Dengan teori yang bersifat sementara ini. Mencari data dan melihat apakah teori sementara itu benar ataukah salah. Selama data belum terkumpul, ia berpedoman pada teori sementara itu sebagai petunjuk sementara ke arah penyelesaian masalah. Teori sementara yang demikian itulah yang disebut hipotesis”. Sedangkan Hipotesis menurut Suharsimi Arikunto (2006:71) adalah: “Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Mengacu pada permasalahan yang ada, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis Kerja (Ha) Ha: ρ ≠ 0 :“Terdapat hubungan yang signifikan antara penguasaan materi amplifier dengan kecakapan troubleshooting amplifier
10
Hipotesis Nol (H0) H0: ρ = 0 :“Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penguasaan materi amplifier dengan kecakapan troubleshooting amplifier
1.8
Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu pendukung penelitian dalam
mencapai hasil yang diinginkan dan sangat diperlukan dalam pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan. Metode penelitian yang tepat merupakan pedoman penyelidikan yang terarah. Seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1985:131) yang tertuang dalam tulisan Indra Yana (2003:37) bahwa: Metode merupakan suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan mempergunakan teknik dan alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajibannya ditinjau dari penyelidikan dan situasi penyelidikan. Tujuan
penelitian
ini
adalah
mengungkapkan
hubungan
tingkat
penguasaan materi terhadap kecakapan siswa meganalisa kesalahan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.