BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Namun masalah pendidikan menjadi hal yang paling utama bahkan menjadi perhatian dan penanganan khususnya pemerintah. Pemerintah berupaya meningkatkan mutu pendidikan dan mengadakan inovasi-inovasi baru untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan agar pendidikan di Indonesia dapat berkembang dan mampu menghadapi persaingan global di dunia. Realitanya pembelajaran di jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Rendahnya kualitas pendidikan suatu bangsa akan mempengaruhi rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) warga masyarakatnya. Dari aspek kualitas, pendidikan di Indonesia memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain. Dari segi pengajaran, hasilhasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi (khususnya bidang studi IPA di Sekolah Dasar terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak. Hal tersebut disebabkan oleh tiga hal yaitu: (1) metode pembelajaran yang digunakan tidak cocok/pas dengan kebutuhan siswa, (2) motivasi yang diberikan kepada siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran sangat minimum, (3) kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di kelas maka seorang guru harus melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas sesuai dengan kebutuhan siswa. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7).
1
Pada umumnya pelajaran IPA dianggap membosankan dan menyulitkan terutama dalam menghafal materi untuk mengerjakan soal-soal IPA. Siswa merasa bosan untuk mengikuti pelajaran IPA yang beranggapan bahwa IPA sangat sulit sehingga hasil belajarnya rata-rata rendah. Proses dalam kegiatan belajar mengajar siswa, tidak dipungkiri lagi bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar belum sesuai dengan yang diharapkan. Guru Sekolah Dasar belum memahami bagaimana mengajar IPA yang benar dan bagaimana agar belajar IPA dilakukan dalam suasana menyenangkan. Berbagai macam keluhan dalam pembelajaran IPA di SD seperti sulit mengerjakan soal, sulit memahami materi, malas belajar, kurang bergairah, tetapi yang utama adalah hasil belajar yang rendah, dan keluhan-keluhan lain dari para siswa adalah permasalahan mendasar yang harus segera diatasi. Pembelajaran IPA dibutuhkan keaktifan sebagai dasar untuk dapat memahami konsep-konsep IPA terutama banyak hafalan, hal tersebut dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan agar dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk aktif sehingga daya ingat siswa memahami konsep terhadap apa yang dipelajari akan lebih baik. Maka kreatifitas seorang guru dituntut dalam mengajar IPA agar pembelajaran menjadi mudah dan menyenangkan. Keaktifan dalam diri seseorang didalam kelas ketika proses PBM sedang berlangsung sangat memepengaruhi kegiatan
proses pembelajaran didalam
kelas,apabila keaktifan yang ada pada diri siswa itu tinggi maka akan mempengaruhi hasil belajarnya akan baik.Namun,sebaliknya apabila keaktifan yang ada pada diri siswa itu rendah maka hasil belajarnya akan rendah.Maka dari itu agar hasil belajar yang dicapai pada diri siswa itu dapat tercapai dengan baik kita sebagai guru harus memberikan dorongan yang yang positif kepada siswa tersebut agar mereka ketika belajar merasa nyaman,dan senang mengikuti pembelajaran didalam kelas.
2
Dalam proses PBM di dalam kelas agar pembelajaran bisa terjadinya stimulus respon dengan baik antara guru dan siswa maka seorang guru harus bisa memberikan suasana yang membuat siswa bisa merasa nyaman,tenang dalam mengikuti materi yang disampaikan tersebut. Dengan itu maka akan muncul keaktifan siswa di dalam kelas mengutarakan pendapat mereka ketika ditanya dan dipersilakan maju di depan kelas untuk mengeluarkan ide-ide yang mereka tangkap dari pembelajaran yang sudah mereka terima dari guru.Dengan hal tersebut maka hasil belajar mereka yang di inginkan oleh guru itu akan memuaskan dan mencapai kriteria kentuntasan. Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu metode mengelompokkan siswa secara berpasangan yang dapat meningkatkan interaksi siswa, kemandirian, tanggung jawab serta keaktifan siswa dalam belajar. Siswa dilatih untuk aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan berdiskusi dengan teman pasangannya. Siswa belajar dari diskusi materi yang telah diajarkan dengan bimbingan guru. Dengan diskusi tersebut anak dapat belajar untuk memahami dan menguasai konsep IPA dengan mudah. Permasalahann dalam penelitian ini bahwa hasil belajar siswa ketika peneliti melakukan observasi selama kegiatan PPL dan tindak lanjut observasi kembali selama 3 hari guru dalam kegiatan proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar masih menerapkan atau menggunakan metode konvensional yaitu menggunakan metode ceramah, maka pembelajaran di dalam kelas tersebut tidak berhasil di karenakan siswa merasa mudah cepat bosan, cenderung tidur, dan ngobrol dengan temannya, sibuk sendiri pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam permasalahan hal tersebut,maka akan berakibat bahwa siswa tersebut tidak bisa mengikuti PBM dengan baik. Apabila di akhir kegiatan pembelajaran di berikan evaluasi sebagai tindak lanjut apakah siswa tersebut sudah benar-benar memahami, mengerti apa yang sudah didapatkan mereka pada hari ini, akan tetapi malah nilai yang di dapat tersebut masih banyak yang tidak memenuhi nilai KKM baik secara rata-rata kelas maupun proporsi ketuntasan siswa. Nilai KKM yang harus dicapai dalam pembelajaran IPA adalah 70.
3
Tabel 1 Distribusi frekuensi hasil ulangan IPA siswa kelas 5 No
Interval nilai
Frekuensi
1 2 3 4 5 6
84 – 90 77 – 83 70 – 76 63 – 69 56 – 62 49 – 55 Jumlah
1 5 6 1 11 6
Peresentase (%) 3,3% 16,7 % 20 % 3,3% 36,7% 20%
30
100%
Mencapai KKM 70 Tuntas Tuntas KKM Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas
Dengan uraian diatas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas 5 SDN Mangunsari 01 Kecamatan Sidomukti , Kota Salatiga dengan judul ” Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN Mangunsari 01 Kecamatan Sidomukti,Kota Salatiga Sub Pokok bahasan Proses terbentuknya tanah Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas timbul permasalahan sebagai berikut: a. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat dalam pembelajaran IPA. b. Pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru sehingga pembelajaran tersebut tidak ada terjadinya stimulus respon yang baik antara guru dan siswa. c. Masih banyaknya guru yang menggunakan metode konvensional atau ceramah sehingga berdampak pada hasil belajarnya rendah pada siswa kelas 5. d. Rendahnya pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPA yang berdampak pada hasil belajar yang rendah sehingga diperlukan model pembelajaraan yang melibatkan siswa aktif yaitu model pembelajaraan Think- Pair- Share (TPS).
4
e. Kurangnya keaktifan siswa kelas 5 dalam pembelajaran IPA sehingga, ketika diadakan tes nilai yang di peroleh siswa tidak mencapai KKM 70. f. Hasil belajar siswa rendah dalam pembelajaran IPA pada materi proses terbentuknya tanah. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terfokus dan tidak menimbulkan perbedaan penafsiran mengenai judul penelitian, maka penulis membatasi obyek-obyek penelitian ini sebagai berikut: a. Model pembelajaran IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS). b. Peneliti hanya meneliti siswa kelas 5 SDN Mangunsari 01. c. Indikator dalam belajar siswa adalah seberapa besar peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa terhadap pembelajaran IPA. 1. 4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Apakah penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan dalam mata pelajaran IPA materi proses terbentuknya tanah pada siswa kelas 5 SDN Mangunsari 01 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga semester 2 Tahun ajaran 2012/2013 ? b. Apakah penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA materi proses terbentuknya tanah pada siswa kelas 5 SDN Mangunsari 01 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga semester 2 Tahun ajaran 2012/2013 ? 1.5 Cara Pemecahan Masalah Melihat kondisi permasalahan yang ada disekolah dengan melakukan observasi di dalam kelas ketika pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, melakukan wawancara langsung dengan guru kelas bahwa guru masih menerapkan model konvensional dalam mengajar. Dengan melihat permasalahan kondisi rendahnya hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran salah satunya menggunakan model pembelajaran 5
Think-Pair-Share (TPS) dengan pemberian tugas berupa latihan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok. Dengan pemberian permsalahan sebagai latihan memecahkan masalah di kelas di kelas secara berkelompok maka diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pemahaman dan penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan harapan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan inovasi baru dalam pembelajaran. 1.6 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk meningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA materi proses terbentuknya tanah dengan menggunakan model Think-Pair-Share (TPS) pada siswa kelas 5 SD Negeri Mangunsari 01 Kecamantan Sidomukti Kota Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013. 1.7 Manfaat Penelitian 1.7.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan teori atau pengetahuan baru untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) 1.7.2 Manfaat Secara Praktis a. Bagi Siswa 1. Proses pembelajaran ini dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal IPA melalui model pembelajaran Think-PairShare ( TPS ) 2. Memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir 3. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mempraktikan ilmu yang sudah mereka peroleh dalam kerja nyata. b. Bagi guru 1. Hasil penelitian ini memberikan informasi dan masukan kepada guru, khususnys guru IPA bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) ini dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang lebih menarik dan kreatif. 2. Guru mendapat kesmpatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilanya.
6
3. Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya sehingga pembelajaran tersebut dapat terlaksana dengan baik. c. Bagi sekolah 1. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran IPA khususnya. 2. Sekolah yang gurunya sudah mampu membuat inovasi perubahan maka perbaikan pembelajaran memberi kesempatan yang besar bagi guru dan sekolah untuk berkembang. Hal ini dapat sebagai bahan pertimbangan dan kajian untuk disebarluaskan pada sekolah lain.
7