BAB II KAJIAN TEORI
1.1
Pengertian Partisipasi Partisipasi adalah peran tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai keadaannya dalam suatu sistem. Partisipasi dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Partisipasi adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21). Pengertian partisipasi menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Sukamto ( 1982:238) adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Menurut Suryabrata partisipasi adalah “ Pemusatan tenaga psikis bahwa “Partisipasi merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok
objek”. Kemudian
Kartini Kartono menyatakan bahwa “Partisipasi itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi dan pembatasan kesadaran terhadap satu objek. Para ahli sependapat bahwa partisipasi orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Ini berarti bahwa jika berbicara tentang gerbang kehidupan mereka, maka akan membicarakan prospek kehidupan mereka 20-25 tahun mendatang. Pada tahun itulah mereka memasuk kehidupan yang sesungguhnya. Masuk kedalam
kemandirian penuh, masuk kedalam dunia mereka yang independen yang sudah seharusnya terlepas penuh dari orang tua dimana keputusan-keputusan hidup mereka sudah harus dapat dilakukan sendiri. Disinilah partisipasi orang tua sudah sangat berkurang dan sebagai orang tua pada saat itu kita hanya dapat melihat buah hasil didikan kita, tanpa dapat melakukan perubahan apapun. Dari beberapa pengertian partisipasi menurut para pakar tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa partisipasi adalah pemusatan atau kesadaran jiwa yang diarahkan kepada sesuatu objek tertentu yang memberikan rangsangan kepada individu, sehingga ia hanya mempedulikan objek yang merangsang itu. Atau dapat diartikan sebagai kesadaran orang tua untuk mempedulikan anaknya, terutama dalam hal memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya, baik dari segi emosional maupun material. Partisipasi orang tua dalam pendidikan anak terutama pendidikan agama adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak yang berasal dari luar (faktor eksternal) adalah faktor lingkungan keluarga. Suatu keluarga inti terdiri atas ayah, ibu, dan anak atau keluarga yang diperluas (disamping inti, ada orang lain : kakek/nenek, adik/ipar, pembantu dan lain-lain). Seorang anak dalam kenyataannya lebih cenderung dekat kepada ibunya daripada ayahnya. Kenyataan ini dapat dipahami atas rasional bahwa memang dalam keseharian, ibu lebih dekat dengan anak-anaknya daripada ayahnya karena pekerjan yang diembannya. Namun demikian, baik ayah maupun ibu memiliki tanggung jawab yang sama terhadap pendidikan anaknya yaitu : Orang tua sebagai pemotivator belajar anak diluar sekolah, orang tua sebagai pembimbing anak dirumah, orang tua sebagai
pengarah dan pelindung anak, orang tua sebagai orang yang memenuhi kebutuhan anak,agar proses pendidikan anak dapat berhasil. Untuk mewujudkan kepribadian anak yang islami tentu harus melalui pendidikan agama. Karena pendidian itulah satu-satunya sarana yang paling mungkin. Baik orang tua maupun pendidik keduanya merupakan pendidik pokok keduanya menyadari bahwa mereka mempunyai aspek dan tujuan yang sama yakni mendidik anak-anak. Agar tujuan pendidikan tercapai dengan efektif dan efisien, maka kerjasama antara keduanya mutlak diperlukan. Karena orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik atau mengasuh anak-anaknya agar menjadi dewasa, berkelakuan baik, memahami nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dan memiliki wawasan yang luas. Pendidik dalam lingkungan keluarga adalah orang tua hal ini disebabkan karena secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada ditengahtengah ayah dan ibu, dari merekalah anak baru mengenal pendidikannya. Dasar pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup banyak tertanam saat anakanak berada ditengah-tengah keluarganya. Kematangan emosional orang tua sangatlah mempengaruhi keadaan perkembangan anak dan menentukan taraf pemusatan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang penting pada anak dalam kehidupannya di dalan keluarga, dan tidak matangnya emosional orang tua menyebabkan perlakuan-perlakuan orang tua yang kurang atau pedagogis terhadap anak-anak mereka.
2.2. Bentuk-bentuk Partisipasi Partisipasi orangtua dalam pembinaan anak meliputi : 1. Partisipasi sebagai pendidik Partisipasi orang tua sebagai pendidik adalah partisipasi mendidik anak, mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada pada diri anak. 2. Partisipasi sebagai penuntun Partisipasi sebagai penuntun merupakan partisipasi orang tua dalam rangka menuntun anak dalam pembentukan sikap yang baik. 3. Partisipasi sebagai pendorong Partisipasi sebagai pendorong merupakan partisipasi dimana orang tua memberikan motivasi atau dorongan kepada anak untuk bertindak dan berperilaku kearah positif. 4. Partisipasi sebagai pengawas Partisipasi orang tua dalam poengawas adalah partisipasi mengawasi tingkah perilaku anak agar mengarah ke hal-hal positif. 5. Partisipasi sebagai teman Partisipasi sebagai teman yaitu partisipasi sebagaimana orang tua bias menjadi teman dan sahabatnya agar bias membicarakan masalah yang dihadapi oleh anak. 6. Partisipasi sebagai inspirasi Partisipasi orang tua sebagai inspirator adalah partisipasi orang tua membangkitkan kreatifitas anak dalam belajar.
7. Partisipasi sebagai konselor Partisipasi orang tua sebagai konselor adalah partisipasi orang tua sebagai pembimbing didalam mengarahkan perilaku serta sifatnya. Orang tua memiliki peranan yang penting dalam menentukan dan mengarahkan pendidikan yang tepat buat anaknya. Tapi bukan suatu hal yang bijak jika pendidikan sepenuhnya diserahkan hanya pada pihak pendidik saja. Sebagus apapun kualitas tempat anak menuntut ilmu secara formal, orang tua tetap memiliki andil yang besar apakah pendidikan yang dijalaninya berhasil atau tidak. Melihat kondisi anak yang masih labil, pada dasarnya anak sering mengalami kebingungan dalam memilih pendidikan yang tepat. Hal ini disebabkan anak belum mampu mempertimbangkan pendidikan model apa yang terbaik buat dirinya, maka orang tua berkewajiban mencarikan pendidikan yang terbaik buat anak-anaknya. Pendidikan yang baik tentunya sesuai dengan karakteristik anak. Masing-masing anak mempunyai kebutuhan berbeda untuk model pendidikannya, sesuai dengan kemampuan anak dan juga kemauan anak. Dalam hai ini bukan berarti orang tua boleh memaksakan kehendaknya, tapi lebih pada memberi pengertian pada si anak pendidikan yang bagaimana yang cocok buat dirinya, dan prospek kedepan bagaimana dan tentunya harus paham kemampuan anak bagaimana. Sebagus apapun fasilitas pendidikan dimana anak menimba ilmu, bukan berarti orang tua lepas tangan dan menyerahkan sepenuhnya pada pendidik. Justru pendidikan sebenarnya diperoleh anak melalui sosialisasi keluarga. Dalam keluarga ada beberapa hal yang menjadi poin penting yang perlu ditekankan pada
anak, diantaranya pendidikan agama, pendidikan moral, life skill bahkan sampai pendidikan formal. Disamping orang tua sebagai pendidik yang merupakan bagian daripada keluarga disebut juga dengan pendidikan di lingkungan keluarga yang mempunyai sifat-sifat umum yaitu : lembaga tertua, lembaga pendidikan informal, lembaga pendidikan utama dan pertama, serta bersifat kodrat tidak hanya itu tetapi mempunyai fungsi yaitu pengalaman pertama masa kanak-kanak, yang menjamin kehidupan emosional anak, menanamkan dasar pendidikan moral, memberikan dasar kesosialan, serta dapat pula menjadi lembaga pendidikan penting untuk meletakkan dasar pendidikan yang baik. Penanggung jawab pembinaan anak menurut islam adalah orang tua, pendidik dan masyarakat. Ketika penanggung jawab itu berada dalam lingkungan yang berbeda, penanggung jawab utama pembinaan anak ialah orang tua dalam keluarga. Partisipasi orang tua, terutama dalam hal pendidikan agama sangatlah diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar yang dilakukan oleh anak-anak dalam kehidupan seharihari dalam kapasitasnya sebagai siswa dan penuntut ilmu yang akan diproyeksikan kelak sebagai pemimpin masa depan. Semua orang tua dapat menjadi model bagi anak: pendidik, anggota keluarga atau kakek-nenek tetapi model yang paling penting adalah orang tua yang kreatif yang memusatkan perhatiannya pada minatnya, yang menunjukkan keahlian dan disiplin diri dalam bekerja, semangat dan motivasi intrinsik. Orang
tua dapat membantu anak menemukan minat-minat mereka yang paling mendalam dengan mendorong anak untuk melakukan kegiatan yang beragam, menunjukkan kesempatan dan kemungkinan yang ada. Minat anak berkembang dan dapat berubah dengan berselangnya waktu. Orang tua hendaknya dapat menghargai minat intrinsik anak, dan menunjukkan perhatian dengan melibatkan diri secara intelektual dengan baik, mendikusikan masalah, mempertanyakan, menjajaki dan mengkaji.
2.3 Partisipasi orang tua terhadap pendidikan anak : 1. Pemberian Bimbingan Belajar Menurut Oemar Hamalik dengan mengutip pendapat Stikes dan Dorcy, menyatakan bahwa bimbingan adalah “Suatu proses untuk menolong individu dan kelompok supaya individu itu dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalahmasalahnya.” Kemudian ia juga mengutip pendapat Stoops, yang menyatakan bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Dari beberapa definisi bimbingan yang telah dikemukakan di atas jika dibandingkan bimbingan orang tua terhadap anaknya bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Keluarga merupakan buaian tempat anak melihat cahaya kehidupan pertama, sehingga apapun yang dicurahkan dalam
sebuah keluarga akan meninggalkan kesan yang mendalam terhadap watak, pikiran serta sikap dan perilaku anak. Sebab tujuan dalam membina kehidupan keluarga adalah agar dapat melahirkan generasi baru sebagai penerus perjuangan hidup tua. Untuk itu orang tua mempunyai tanggung jawab dan kewajiban seperti yang tersirat dalam firman Allah SWT sbb: Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S. An-Nisaa’ ayat 9) Bimbingan belajar terhadap anak berarti pemberian bantuan kepada anak dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup, agar anak lebih terarah dalam belajar dan bertanggung jawab dalam menilai kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya, serta memiliki potensi yang berkembang secara optimal meliputi semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial. Didalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Anak tidak mungkin tumbuh sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anak sangat memerlukan bimbingan dari orang tua terlebih lagi dalam masa belajar.Seorang anak mudah sekali putus asa karena ia masih labil, untuk itu orang tua perlu memberikan bimbingan pada anak karena ia masih belajar. Dengan pemberian
bimbingan ini anak merasa semakin termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya. Dalam upaya orang tua memberikan bimbingan kepada anak yang sedang belajar dapat dilakukan dengan menciptakan suasana diskusi di rumah. Banyak keuntungan yang dapat diambil dari terciptanya situasi diskusi di rumah antara lain; memperluas wawasan anak, melatih menyampaikan gagasan dengan baik, terciptanya saling menghayati antara orang tua dan anak, orang tua lebih memahami sikap pandang anak terhadap berbagai persoalan hidup, cita-cita masa depan, kemauan anak yang pada gilirannya akan berdampak sangat efektif bagi daya dukung terhadap kesuksesan belajar anak. Hendaknya orang tua membimbing anaknya dengan cara lemah lembut dan menghindari kekerasan. 2. Memberikan nasehat Bentuk lain dari partisipasi orang tua adalah memberikan nasehat kepada anak. Menasehati anak berarti memberi saran-saran untuk memecahkan suatu masalah,berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan pikiran sehat. Nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan hakikat sesuatu serta mendorong mereka untuk melakukan sesuatu perbuatan yang baik. Betapa pentingnya nasehat orang tua terhadap anaknya sehinga Allah SWT berfirman : Artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya :”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Q.S. Luqman :13)
Nasihat dapat diberikan orang tua pada saat anak belajar di rumah. Dengan demikian maka orang tua dapat mengetahui kesulitan-kesulitan anaknya dalam belajar. 3.
Memberikan hukuman
Disamping memberikan nasihat, kadangkala orang tua juga dapat menggunakan hukuman. Hukuman diberikan jika anak melakukan sesuatu yang buruk, tidak melakukan perintah orang tua yang bersifat kebajikan misalnya ketika anak malas belajar atau malas masuk sekolah. Tujuan diberikan hukuman ini adalah untuk menghentikan tingkah laku yang kurang baik. Disamping itu hukuman yang diberikan harus wajar, logis, objektif dan tidak membebani mental serta harus sebanding antara kesalahan yang diperbuat dengan hukuman yang diberikan. Apabila hukuman terlalu berat, anak cenderung untuk menghindar atau meninggalkan. Dalam hal ini M. Ngalim Purwanto mengemukakan sifat hukuman yang mendidik yaitu : a. Senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran b. Sedikit banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan c. Selalu bertujuan kearah perbaikan, hukuman itu hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri. 4. Pengawasan terhadap belajar Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya, sebab tanpa adanya pengawasan yang kontinu dari orang tua, besar kemungkinan pendidikan anak tidak berjalan lancar. Pengawasan orang tua tersebut dalam arti mengontrol atau
mengawasi semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih di utamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang di butuhkan anak sehubungan dengan aktivitas belajarnya. Dengan demikian orang tua dapat ,membenahi segala sesuatunya sehingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang maksimal dan yang tidak kalah untuk diperhatikan yaitu orang tua harus penyabar dan tidak pemarah, karena dua sifat ini dicintai Allah SWT. 5. Pemenuhan kebutuhan anak Kebutuhan belajar anak adalah segala alat dan sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak. Kebutuhan tersebut biasa berupa ruang belajar, seragam sekolah, buku-buku, alat belajar sekolah dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak, karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik. Tersedianya fasilitas belajar dan kebutuhan belajar yang memadai akan berdampak positif dalam aktivitas belajar anak. Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya sering kali tidak memiliki semangat untuk belajar. Lain halnya jika segala kebutuhan belajarnya tercukupi, maka anak tersebut akan lebih bersemangat dan berminat dalam belajarnya. 2.4 Pengertian Orang Tua Yang dimaksud dengan orang tua adalah “Ibu dan Bapak” dalam hal ini orang tua yang bertanggung jawab atas kehidupan anak maupun keluarganya
sendiri, yang harus memberikan dasar dan penghargaan yang benar terhadap anaknya, yakni terhadap kegiatan belajar anak. Adapun peranan yang terpenting dalam masalah ini adalah seorang Ibu dan Bapak. Karena dalam hal ini mengingat seorang Ibu dan Bapak adalah orang yang paling dekat dengan anak yang secara otomatis mengetahui segala perubahan serta karaktar yang dialami oleh seorang anak terutama dalam belajar Al-Qur’an. Sebelum anak mengenal sekolah dan masyarakat lingkungan dimana dia bergaul dengan orang lain, terlebih dahulu ia hidup dalam alam dan udara keluarga. Dalam keluarga itulah dia mengenal pendidikan atau mengenyamnya pada mula pertama kali. Terutama ibunya, sejak dalam kandungan dia telah mempunyai hubungan batin dengan ibunya. Sementara itu bila mana si anak telah mengenal dunia sekolah dan dunia masyarakat lingkungannya, orang tua hendaknya selalu mengawasi atau mengontrol sampai dimana daya tahan mental si anak menghadapi pengaruh luar itu. Keluarga adalah lembaga yang sangat penting dalam proses pengasuhan anak. Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga merupakan unsur yang sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian dan kemampuan anak. Orang tua yang menghargai anak secara tulus dan menunjukkan sikap antusias ketika anak membaca cenderung mendorong anak untuk lebih bersemangat sehingga mereka memiliki keterlibatan psikis yang penuh. Keterlibatan psikis ini merangsang otak untuk berpikir lebih cepat dan lebih cerdas. Secara edukatif-metodologis, mengasuh dan mendidik anak, khususnya di lingkungan keluarga, memerlukan kiat-kiat atau metode yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak. Namun ada beberapa metode yang patut digunakan, antara lain : a. Pendidikan melalui pembiasaan Pengasuhan dan pendidikan di lingkungan keluarga lebih diarahkan kepada penanaman nilai-nilai moral keagamaan. Penanaman nilai-nilai moral agama ada baiknya diawali dengan pengenalan simbol-simbol agama, tatacara ibadah (salat), baca Al-Qur’an, do’a-do’a dan seterusnya. Orang tua diharapkan membiasakan diri melaksanakan salat, membaca AlQur’an dan mengucap kalimah thayyibah. b. Pendidikan dengan Keteladanan Untuk mengajak anak membaca Al-Qur’an terlebih dahulu orang tua membaca Al-Qur’an. Metode keteladanan memerlukan sosok pribadi yang secara visual dapat dilihat, diamati, dan dirasakan sendiri oleh anak sehingga mereka ingin menirunya. Disadari sepenuhnya bahwa waktu yang dihabiskan anak di sekolah lebih sedikit dibanding waktu anak dirumah, oleh karena itu, anak juga harus bisa menggunakan waktu di rumah untuk belajar apa yang dipelajari di sekolah hendaknya dapat diulang atau diteruskan dirumah sehingga hasilnya lebih baik 2.5 Pengertian Anak Banyak istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kasih sayang orang tua terhadap anak. Misalnya kalimat anak permata bunda, belahan jiwa, si jantung hati dan buah hati mama. Mengapa disebut permata, jantung dan buah
hati, karena bagi orang tua anak adalah segala-galanya, bisa mengalahkan yang lain termasuk dirinya sendiri. Wajarlah kalau Rasulullah bersabda yang artinya : “ anak itu adalah buah hati “ (HR. Abu Ya’la) Hadist ini berarti sangat dalam, tergambar disana bahwa kehadiran anak bagi orang tua adalah sesuatu yang di tunggu-tunggu. Sebagai buah hati ia mampu menjadi daya pemikat yang kokoh dan perekat yang kuat dalam jalinan kasih sayang dan hubungan harmonis berumah tangga. Dengan kata lain, anak merupakan salah satu unsure yang sangat kuat untuk memperkokoh jalinan kemesraan dan kasih sayang antara suami istri. Kalau ada barang atau perhiasan dunia yang paling berharga, itulah anak namanya, dia mengalahkan seluruh harta lainnya, dia diatas segala sesuatu yang dimiliki. Anak merupakan perhiasan kehidupan dunia yang menjadi kebanggaan orang tua. Sesungguhnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, tergantung kepada orang tua yang membentuknya. Mau dijadikan apa anak-anaknya kelak, ini mengindikasikan bahwa peran orang tua, lingkungan dan pendidikan yang ditanamkan kepada anaknya sangatlah besar dalam membentuk karakter dan watak sianak di masa depannya. Terkait dengan anak, Al-Qur’an mengingatkan, bahwa disamping anak sebagai harapan, buah hati dan perhiasan duniawi,anak juga merupakan fitnah, cobaan dan ujian. Dengan kehadiran anak itu Allah SWT mencoba dan menguji manusia dengan tanggung jawab untuk merawat, mengasuh dan mendidiknya sebagai generasi penerus agar mereka kelak menjadi insane yang taqwa kepada
Allah, sehat jasmani dan rohani, cerdas dan terampil serta tanggap terhadap tantangan zamannya. Apakah orang tua mampu menunaikan tanggung jawab itu ? Kalau kita punya anak yang beriman dan bertaqwa, sehat jasmani dan rohani, cerdas dan terampil, berakhlak baik dan tanggap terhadap kehidupan sekelilingnya, maka itu mengisyaratkan keberhasilan orang tua dalam merawat dan mengasuh serta mendidik anak-anaknya. Bila kita melihat hasil yang berlawanan (sebaliknya) maka hal ini mengisyaratkan kekeliruan dan kesalahan rawatan, asuhan dan didikannya. Dalam konteks pendidikan budi pekerti ada beberapa hal bisa kita petik dari contoh dan perilaku yang ditunjukkan oleh Rasulullah :
1. Kasih sayang kepada anak kecil janganlah bersifat abstrak, harus jelas ditunjukkan dengan perbuatan.
2. Jika kita sedang memberikan pendidikan kepada anak-anak, kita berperilaku seolah-olah seperti perilaku mereka. Ketika nabi shalat, Hasan cucu beliau naik dipunggungnya, namun beliau membiarkannya tetap bermain tanpa berniat menurunkannya. Dalam konteks pendidikan untuk anak-anak bisa ditafsirkan bahwa selama perilaku dan kegiatan anak tidak membahayakan keselamatannya, maka biarkan anak-anak bermain, bereksplorasi, bereksperimen sepuasnya sesuai dengan apa yang dia mau, sebab dalam konteks anak kecil dia masih ingin mengetahui hal-hal yang belum pernah dilakukannya. Jadi konteks pendidikan, orang trua dianjurkan memberikan ruang yang cukup untuk anak-anak
menemukan jati dirinya, tanpa terlalu banyak memberikan kekangan yang nantinya hanya akan menjadikan anak merasa kurang bebas.
3. Dalam konteks pendidikan untuk anak, orang tua haruslah memberikan perhatian penuh terhadap segala perilaku dan perkembangan anaknya, baik itu perkembangan fisik, rasa, mental maupun spiritual anaknya.
Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi kedudukan harta dan benda,bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang kita miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak telah Tuhan ciptakan dengan beragam potensi yang berbeda-beda. Mereka adalah makhluk yang unik, yang satu sama lain tidak bisa disamaratakan ataupun dibandingkan-bandingkan. Tanggung jawab orang tua adalah mengasuh dan mengarahkan mereka kearah yang positif, dan bukan untuk menentukan pilihan masa depan mereka. Anak adalah tunas berpotensi, generasi penerus yang merupakan variable (unsure yang ikut menentukan perubahan) dari kelangsungan hidup keluarga, masyarakat, bangsa, Negara dan agama. Oleh karena itu anak perlu dibekali dengan penghidupan dan pendidikan yang layak dan berkualitas. Sehingga mereka dapat tumbuh dengan sehat, berkembang secara optimal mental, social dan kepribadiannya. Sebagai makhluk yang lemah, anak-anak membutuhkan bantuan dari orang dewasa dalam mendapatkan stimulus, pembelajaran dan pendidikan dalam sebuah
proses yang bersistem dan berkesinambungan. Namun mereka juga adalah individu yang memiliki pola perkembangan dan kebutuhan tertentu yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga mereka tidak bisa diperlakukan selayaknya orang dewasa yang berbentuk mini. Disamping membutuhkan bantuan dari orang dewasa, anak-anak juga membutuhkan orang-orang disekitarnya termasuk dengan anak-anak seusianya. Mereka perlu untuk bersosialisasi, berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, karena anak adalah makhluk social. Tentunya mereka pun bisa belajar dalam beberapa hal dari lingkungannya. Pendidikan yang diberikan kepada anak senantiasa bersifat wholistic atau secara keseluruhan. Bukan hanya pendidikan akademis saja, melainkan juga yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan religiusitas yang sudah diberikan sejak dini. Harus disadari bahwa mereka adalah makhluk yang bertuhan, dan kesadaran ini akan dimiliki secara optimal oleh anak jika sudah dihabituasikan sejak dini. Anak adalah seseorang yang masih tinggal bersama orang tua dalam satu rumah. Dalam bahasa arab disebut “Walad” yang berarti turunan kedua atau manusia yang masih kecil atau keturunan pertama sesudah ibu bapak Anak adalah seseorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa. Sedangkan yang dikatakan anak-anak menurut Zakiah Darojat berkisar antara 6 sampai 12 tahun. Demikian Agus Sujanto menyebutkan bahwa masa anak-anak adalah pada waktu anak berumur 6-12 tahun. Dari beberapa pengertian anak tersebut di atas, peneliti mengambil kesimpulan untuk membatasi pengertian
anak dalam skripsi ini bahwa yang dimaksud anak adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang dari berakhirnya masa balita hingga menjelang pubertas yaitu 12 tahun. Sehingga peneliti hanya akan meneliti pada anak yang umurnya 4 sampai 12 tahun saja.
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan anak. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu : a. Faktor dari dalam (internal) yang terdiri dari : Fisik yaitu melalui kondisi umum jasmani seperti sehat,segar dan tidak
mengantuk
dan
kondisi
organ
khusus
misalnya
pendengaran,penglihatan dan lain-lain. Psikis yaitu melalui intelegensi/kecerdasan, motivasi dan kesiapan mental. b. Factor dari luar (eksternal) yang terdiri dari : Lingkungan social (keluarga, guru dan teman) Lingkungan non social (rumah, sekolah dan fasilitas) Cara belajar
2.7
Kajian Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ)
Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur'an Taman Pendidikan Al-Qur’an adalah unit pendidikan non-formal jenis keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan al-Qur’an sebagai materi
utamanya, dan diselenggararakan dalam suasana yang Indah, Bersih, Rapi, Nyaman, dan Menyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan filosofis dari kata TAMAN yang dipergunakan. Sejak agama Islam masuk ke Indonesia sampai saat ini upaya penyebaran dan penanaman nilai-nilai Islam kepada masyarakat terus dilakukan dan bahkan makin ditingkatkan, baik oleh pemerintah (Departemen Agama) maupun lembagalembaga keagamaan mulai dari tingkat pedesaan/ kelurahan sampai di kota-kota besar. Bentuk kegiatan penyebarluasan dan penanaman nilai-nilai Islam itu sangat bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan/ daerah setempat antara lain melalui sarana: a. Pondok Pesantren. b. Guru Ngaji (di rumah, langgar, masjid). c. Madrasah
Diniyah (lembaga non formal).
d. Taman Kanak-kanak Al-Qur'an dan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TKA/TPQ). Pendidikan Agama merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki arti penting dalam mensukseskan program pembangunan nasional, oleh sebab itu seluruh aktifitas pemerintah dan masyarakat yang mengarah pada penanaman nilai-nilai rohani/ keagamaan perlu mendapat perhatian dan dukungan dari semua pihak. Dalam UU Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 4 ditegaskan bahwa salah satu ciri manusia Indonesia yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional ialah manusia yang beriman dan bertaqwa. Untuk
menjadikan manusia Indonesia beriman dan bertaqwa itulah, diperlukan pendidikan keimanan dan ketaqwaan, yang kita kenal dengan pendidikan agama. Pengertian Taman Kanak-kanak Al-Qur'an (TKQ) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran al-Qur'an bagi anak usia 4 sampai 6 tahun. Sedangkan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran al-Qur'an bagi anak usia 7 sampai 12 tahun. Pengertian pokok antara TKQ dengan TPQ adalah pada usia anak didiknya, sedangkan mengenai dasar, sistem, metode dan materi yang diajarkan secara garis besar sama. Jadi Taman Kanak-kanak AlQur'an dan Taman Pendidikan Al-Qur'an adalah pengajian anak-anak dalam bentuk baru dengan metode praktis dibidang pengajaran membaca al-Qur'an yang dikelola secara profesional. Pentingnya Pedoman Penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an (berikut TK Al-Qur’an dan TQA), disamping juga Panduan Kurikulum dan Sistem Pengajarannya, hal itu mengacu pada dasar pemikiran sebagai berikut: 1. Al-Qur’an adalah bacaan istimewa dan pedoman hidup utama yang harus disosialisasikan dengan baik ke seluruh lapisan masyarakat, khususnya di kalangan anak usia dini.
2. Apresiasi masyarakat maupun pemerintah terhadap eksistensi Taman Pendidikan Al-Qur’an pada hakikatnya adalah karunia Allah yang wajib kita syukuri. Hal ini menuntut adanya kebersamaan yang kondusif diantara semua
komponen terkait, disertai semangat pengabdian yang tinggi, dan keahlian yang memadai di kalangan para praktisinya .
3.
Taman Pendidikan Al-Qur’an adalah institusi pendidikan non-formal yang
relatif baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Untuk itu upaya pembinaan dan pengembangannya memerlukan penanganan serius dan terarah pada pengelolaan serta standar lulusan yang terukur dan kualitatif. Keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur’an ditopang oleh landasan yuridis formal sebagai berikut :
1. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas ) Nomor 20 Tahun 2003.
2. SKB 2 Menteri ( Mendagri dan Menteri Agama ) Nomor 128 dan 44 A tahun 1982, tentang “Usaha Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf Al-Qur’an Bagi Umat Islam dalam rangka Peningkatan Penghayatan dan Pengamalan Al-Qur’an dalam Kehidupan Sehari-hari”.
Tujuan pembentukan Taman Pendidikan al-Qur’an adalah untuk menyiapkan terbentuknya generasi Qur’ani, yaitu generasi yang memiliki komitmen terhadap al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap al-Qur’an, mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isi kandungannya, dan memiliki kemauan yang kuat untuk mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari.
Mempelajari Al-Qur’an Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. dengan maksud untuk diajarkan kepada manusia sepanjang zaman di mana pun mereka berada. Anak-anak yang menjadi bagian manusia di dunia ini berhak mendapatkan pengajaran Al-Qur’an dari orang dewasa, terutama dari ibu bapaknya. Jadi ibu bapak memikul kewajiban untuk mengajarkan anak-anak mereka mengaji AlQur’an supaya tidak buta huruf mengenai Al-Qur’an ini. Orang tua semestinya lebih dahulu pandai membaca Al-Qur’an sebelum mengajarkannya pada anak-anak. Bagaimana orang tua melaksanakan kewajiban ini kepada anaknya bila mereka sendiri tidak dapat mengaji, bahkan tidak mengenal Al-Qur’an?. Adapun orang tua yang terlanjur tidak dapat mengaji AlQur’an, tidaklah dapat dijadikan alasan untuk memberikan dirinya buta huruf AlQur’an. Mereka dapat melalui belajar mengaji kepada orang –orang yang mampu mengaji.
Kemudian
agar
anak-anaknya
dapat
mengaji,
mereka
dapat
mengirimkannya kepada guru-guru ngaji atau kursus-kursus mengaji yang ada di daerahnya atau daerah lain yang bisa ditempuh. Untuk anak-anak, pengajaran Al-Qur’an pertama-tama ditekankan pada ketepatan mengucapkan huruf-huruf yang biasa disebut dengan makharijul huruf. Sesudah ketepatan membaca huruf-huruf, ditingkatkan ke kefasihan membaca dan kalimat. Setelah itu ditingkatkan pada tajwid. Membaca Al-Qur’an dengan bertajwid termasuk bagian upaya kita memuliakan Al-Qur’an. Rasulullah SAW. selalu menganjurkan agar kita membaca Al-Qur’an dengan bertajwid. Ibnu Khalman mengatakan : Mengajarkan Al-Qur’an merupakan dasar pengajaran
dalam semua sistem pengajaran di berbagai negara Islam. Karena hal itu merupakan salah satu syiar agama yang akan berpengaruh terhadap proses pemantapan aqidah dan meresapinya iman. Rasulullah menjelaskan betapa pentingnya belajar Al-Qur’an dengan sabdanya ; “Sebaik-baik orang diantara kamu adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya “; HR. Bukhari.