BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Motivasi Belajar 2.1.1
Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik dalam Djamarah, 2009:148) Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal (Malayu S.P Hasibuan,2001:141) Menurut G.R Terry (dalam J. Smith D.F.M 2003:130), motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha agar seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari, maka kegiatan belajar 10
11
mengajar sulit untuk mencapai keberhasilan. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi. Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa ke arah yang positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko dalam belajarnya. Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi berawal dari kata “motif”. Sardiman (2005:73) menyatakan bahwa motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata motif tersebut, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Menurut W.S Winkel yang dikutip oleh Max Darsono (2000:61), “Motif adalah daya penggerak didalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, jadi motif itu merupakan suatu kondisi internal artinya bahwa motif adalah kesiapsiagaan dalam diri seseorang. ”Motivasi diartikan sebagai motif yang sudah menjadi aktif pada saat melakukan suatu perbuatan, sedangkan motif sudah ada dalam diri seseorang jauh sebelum orang itu melakukan suatu perbuatan. Dari beberapa uraian diatas, maka motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang ada dalam diri individu yang berupa sikap, tindakan dan dorongan untuk bertindak dalam mengarahkan serta menggerakkan individu pada suatu tingkah laku
12
sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu. Pada tahap awal akan menyebabkan siswa merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan suatu kegiatan belajar. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa motivasi akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan. Seorang anak akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila merasa suatu kebutuhan itu penting bagi dirinya. Kebutuhan ini menimbulkan keadaan tidak seimbang, rasa ketegangan yang meminta pemuasan agar kembali kepada keadaan seimbang yaitu rasa kepuasan dalam diri.
2.1.2
Tipe-tipe Motivasi Menurut para ahli, motivasi dibagi menjadi dua tipe atau kelompok yang
umum dikenal dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 1. Motivasi intrinsik. “Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena ada dalam diri setiap individu suatu dorongan untuk melakukan sesuatu” (Sardiman A M,2005:89). Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan memiliki tujuan untuk menjadi orang yang terdidik dan ditunjukkan dengan tingginya aktivitas yang dilakukan, terutama aktivitas dalam belajar. Dorongan yang menggerakkan tersebut bersumber pada suatu kebutuhan yaitu kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik.
13
Motivasi instrinsik juga sering disebut motivasi murni, motivasi yang timbul dari dalam diri siswa dan tidak dipengaruhi dari luar, misalnya: 1) Belajar karena ingin tahu pemecahannya 2) Keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu 3) Keinginan untuk memperoleh informasi pengetahuan 4) Keinginan untuk sukses 5) Keinginan untuk diterima orang lain 2. Motivasi ekstrinsik Motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar (Sardiman A M,2005:90). Motivasi ekstrinsik merupakan bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah karena pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik perhatian siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa, lagipula sering terjadi siswa tidak memahami untuk apa sebenarnya dia belajar hal-hal yang diberikan di sekolah. Menurut Elida Prayitno (1989 :17) ada beberapa cara untuk menimbulkan motivasi ekstrinsik, “…yaitu: (1).Memberikan Penghargaan dan Celaan, (2). Persaingan atau Kompetisi, (3).Hadiah dan Hukuman, (4). Pemberitahuan Tentang Kemajuan Belajar. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik pada dasarnya bersifat saling melengkapi. Apabila
14
seorang anak didik telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya tetapi faktor lingkungan baik lingkungan sekolah maupun keluarganya kurang mendukung dalam kegiatan belajar maka dorongan untuk terus belajar pun cenderung menurun, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu peranan dari berbagai pihak baik dari dalam diri individu tersebut maupun dari luar dirinya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan kemauan seorang siswa didik untuk terus belajar guna mencapai tujuan yang diharapkan.
2.1.3
Fungsi Motivasi dalam Belajar Motivasi menimbulkan intensitas bertindak lebih tinggi. Terjadi suatu usaha
merangsang kemampuan siswa untuk bertindak khususnya dalam hal belajar yang dikarenakan adanya keinginan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi tidak hanya menggerakkan tingkah laku tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Hal ini terlihat pada siswa yang termotivasi dalam belajar akan menunjukkan minat tinggi, kegairahan dan ketekunan dalam belajar. Motivasi dalam belajar sangat diperlukan untuk mendorong seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, Oemar Hamalik (dalam Sobry Sutikno, 2009: 73) mengemukakan ada tiga fungsi motivasi, yaitu: “(1). Mendorong manusia untuk berbuat, (2). Menentukan arah perbuatan, (3). Menyeleksi perbuatan”.
15
Dari ketiga fungsi motivasi yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya dorongan yang kuat dari dalam diri seorang siswa maka motivasi yang ditimbulkan pun akan menuju kearah yang diinginkan. Artinya apabila seorang siswa memiliki tujuan tertentu dalam belajar maka ia akan melakukan kegiatan-kegiatan yang memang mendukung dalam pencapaian tujuan tersebut tanpa melakukan kegiatan-kegiatan yang bukan sesuai dengan tujuannya, misalnya jika seorang siswa akan menghadapi ujian maka ia akan senantiasa melakukan aktivitas-aktivitas yang memang berguna dalam mencapai kesuksesan ujiannya yaitu dengan belajar, membaca buku dan sebagainya. Sedangkan aktivitasaktivitas lain yang tidak mendukung ujiannya tidak dilakukan oleh siswa yang bersangkutan, seperti main game, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri siswa, maka akan menimbulkan rasa malas untuk belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugastugas individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadwal belajar dan melaksanakannya dengan tekun. Berdasarkan pemaparan tersebut jelas bahwa motivasi yang dilakukan oleh seorang siswa pada dasarnya merupakan sebagai penggerak atau motor yang
16
melepas energi dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan sehingga untuk mencapai tujuan belajar tertentu ia akan melakukan kegiatan yang memang satu arah dengan apa yang dicita-citakan dan menyisihkan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan sebelumnya.
2.1.4
Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar Pembelajaran tidak akan bermakna jika para siswa tidak termotivasi untuk
belajar. Dengan demikian, seorang guru wajib untuk berupaya sekeras mungkin membangkitkan
motivasi
belajar
siswanya.
Banyak
strategi
yang
dapat
dikembangkan untuk menumbuhkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran seperti yang diuraikan oleh Sobry Sutikno (2009: 7475): 1. 2. 3. 4. 5.
Menjelaskan tujuan belajar kepada siswanya Memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi Saingan atau menciptakan kompetensi berprestasi diantara siswanya Memberikan pujian kepada siswa yang berprestasi Memberikan hukuman kepada siswa yang melanggar agar dapat merubah pola pikir siswa tersebut 6. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar 7. Memberikan angka, angka merupakan simbol prerstasi yang diperoleh siswa 8. Pada saat memberikan materi pelajaran diusahakan untuk menyelipkan dengan humor atau cerita-cerita lucu 9. Membantu kesulitan belajar siswa secra individual maupun kelompok 10. Menggunakan metode yang bervariasi dan menggunakan media yang baik dan sesuai tujuan pembelajaran
17
2.1.5 Indikator Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa dapat diukur untuk menentukan seberapa besar motivasi yang dimiliki oleh masing-masing individu. Akan tetapi, kita tidak dapat mengukurnya secara langsung. Pengukuran motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan melihat beberapa indikator-indikator dalam bentuk perilaku individu yang bersangkutan. Menurut Uman Suherman (2002:29) pengukuran motivasi dapat dilihat dari indikator sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Frekuensi perilakunya Kualitas perilakunya Ketabahannya Pengorbanannya Rasa ingin tahu terhadap sesuatu Menurut Sardiman ( 2007 : 40), bahwa motivasi yang ada pada diri setiap
orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. b.
c.
d. e. f. g.
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin. (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya). Lebih senang bekerja mandiri. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar akan baik jika
18
siswa tekun dalam mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Selain itu, siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Adapun indikator-indikator tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin (2005 : 40), yaitu: a. Durasi kegiatan (berapa lama penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan). b. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu). c. Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan. d. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwa dan nyawanya). e. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan. f. Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target, dan ideologinya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. g. Tingkat kualifikasinya prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak). h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (positif atau negatif).
2.1.6 Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi belajar Motivasi belajar sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, dimana motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas seperti yang dikemukakan banyak para ahli, diantaranya: a. Sobry Sutikno (2009:78) menyatakan bahwa “Motivasi penting dalam menentukan seberapa banyak siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa banyak menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,
19
sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik b. Menurut Djamarah (2009:150) bahwa “Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaranyang dimiliki oleh sisya yang bersangkutan” c. M. Dalyono berpendapat (1997:235) bahwa “Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.”
2.2
Minat Belajar
2.2.1 Pengertian Minat Minat sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar sehingga minat harus ada dalam diri seseorang karena minat merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan. Dengan demikian minat harus menjadi pangkal permulaan dari pada semua aktivitas. Minat menurut Slameto (2009: 191) adalah “Suatu rasa lebih suka atau suatu ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau besar hubungan tersebut, semakin besar minat.” Sedangkan
menurut
Sobry
Sutikno
(2009:14)
”Minat
merupakan
kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
20
aktivitas. Orang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. “ Menurut Muhibbin Syah (2008:136) secara sederhana “Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu” Dari pemaparan para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu objek dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang tidak akan mencapai tujuan yang dicita-citakan apabila di dalam diri orang tersebut tidak terdapat minat atau keinginan jiwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya itu. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa adanya minat, tujuan belajar tidak akan tercapai.
2.2.2
Macam-Macam Minat Menurut Moch. Surya (2004:122) bahwa macam-macam minat adalah
sebagai berikut: 1.
Minat Volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa adanya pengaruh dari luar.
2.
Minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.
21
3.
Minat Nonvolunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa secara paksa atau dihapuskan.
Krapp, et. al (dalam Tri setia, 2003: 18) mengkategorikan minat menjadi 3 yaitu: 1. Minat Personal, yaitu minat yang permanen dan stabil yang mengarah pada minat khusus mata pelajaran tertentu. Yaitu suatu bentuk rasa senang ataupun tidak senang, tertarik tidak tertarik terhadap mata pelajaran tertentu. 2. Minat Situasional, yaitu minat yang tidak permanen dan relatif bergantiganti, tergantung rangsangan eksternal. Misalnya cara mengajar guru, suasana kelas, dorongan keluarga. Jika berkelanjutan secara jangka panjang, minat situasional akan berubah menjadi minat personal atau minat psikologis siswa, tergantung pada dorongan atau rangsangan yang ada. 3. Minat psikologikal, minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi antara minat personal dengan minat situasional yang terus menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan dia memilki peluang untuk mendalaminya dalam aktivitas yang terstruktur dikelas atau pribadi (di luar kelas) serta mempunyai penilaian yang tinggi atas mata poelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa siswa memliki minat psikologikal.
22
Menurut Super dan Krites (dalam Ari, 2008 : 25) mengklasifikasikan minat menjadi 4 jenis a. Expressed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau aktivitas b. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada suatu kegiatan tertentu c. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau keterampilan dalam suatu kegiatan d. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan
2.2.3
Indikator Minat Indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang
dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari yang mendorong individu untuk aktif dalam kegiatan tertentu. Ada beberapa hal yang menjadi indikator minat yaitu: Menurut SP. Sukartini (dalam Suhendra 2005: 12) analisa minat dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut: 1. Keinginan untuk mengetahui/memiliki sesuatu 2. Objek-objek atau kegiatan yang disenangi 3. Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi 4. Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu. Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan Slameto dan Djamarah (2002: 157) bahwa : Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap suatu objek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut.
23
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Minat atau pemusatan perhatian terhadap suatu objek dalam hal ini mata pelajaran akuntansi kelas XI sangat penting. Baik yang berasal dari dalam diri siswa (faktor intern) maupun yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, menurut Strong dan Bahtiar (dalam Ihya afiyah :24) minat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
Jenis kelamin Dapat dilihat dari kenyataan bahwa anak laki-laki cenderung lebih menyukai kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik sedangkan perempuan lebih menyukai kegiatan yang bersifat halus Perkembangan fisik Minat berkembang sejalan dengan perkembangan fisik, kesehatan, dan mental Kecerdasan Anak yang cerdas memiliki perkembangan minat yang cepat, sedangkan anak yang lambat perkembangan minatnya cenderung lambat pula Lingkungan Anak yang hidupnya di daerah pedesaan berbeda minatnya dengan anak yang hidupnya di daerah perkotaan.
Sedangkan menurut Lewis R. Aiken (Ating Soetisna :1991:27) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang, diantaranya: 1. Pengalaman secara kebetulan 2. Reflections or expression of deep-seated individual need and personality traits (cerminan dari kenyataan dari kebutuhan individu dan ciri pribadi yang mengakar secara mendalam) 3. Lingkungan 4. Sexes (Jenis kelamin) 5. Parental behaviour (perilaku yang diinginkan orang tua)
24
Slameto (2003:5) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa yaitu: 1. Faktor Intern a. Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh b. Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian, bakat, kematangan, dan kesiapan 2. Faktor ekstern a. Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan b. Faktor sekolah, seperti metode mngajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar penilaian di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah.
2.2.5 Cara Menumbuhkan Minat Belajar Minat belajar merupakan salah satu faktor yang sangat menunjang prestasi belajar. Sejalan denga pendapat Liang Gie (2002: 28) pentingnya minat dalam kaitannya dengan studi adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Minat dapat melahirkan perhatian yang lebih terhadap sesuatu Minat dapat memudahkan siswa yang berkonsentrasi dalam belajar Minat dapat mencegah adanya gangguan perhatian dari luar Minat dapat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan Minat dapat memperkecil timbulnya rasa bosan dalam proses belajar
25
Dengan demikian, minat belajar mempunyai peranan yang penting dalam mempermudah dan memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, serta dapat mengurangi rasa bosan dalam belajar. Oleh karena itu William Amstrong (Liang Gie, 2002:132)
mengemukakan ada 10 cara untuk memperoleh minat
belajar, yaitu sebagai berikut: 1. Siswa hendaknya berusaha menetapkan keinginman dan tujuan belajarnya 2. Menetapkan suatu alasan dan tujuan setiap akan melakukan pekerjaan dengan demikian membersihkan dari unsur pekerjaan yang membosankan 3. Siswa hendaknya membangun sikap yang positif dengan mencari minat-minat yang baik ketimbang alasan menghindar yang buruk 4. Siswa hendaknya berusaha menetapkan tujuan hidup, sehingga dapat menjadi motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar 5. Berusaha sungguh-sungguh untuk menangkap keyakinan guru mengenal dan pengabdian diri pada mata pelajaran yang bersangkutan 6. Siswa hendaknya berusaha sunguh-sungguh, menerapkan keaslian dan kecerdasannya dalam mata pelajaran sebagaimana dilakukan dalam hal kegemarannya 7. Berlaku jujur pada diri sendiri, minat sisswa akan meningkat sesuai dengan banyaknya studi yang sepenuh hati dilakukan 8. Praktekan kewajiban dari minat dalam ruang belajar, yaitu tampak berbuat seakan-akan sungguh berminat, ini bisa menjadi latihan hingga perlahan-lahan akan terbiasa 9. Siswa hendaknya menggunakan nalurinya untuk mengumpulkan keterangan. Hal ini dapat menolong perkembangan minat serta konsentrasi. 10 Hindari rasa takut untuk menggunakan rasa ingin tahu, peradaban, dan pendidikan, merupakan hasil kerja dari orang-orang berani memberikan kekuasaan memerintah kepada rasa ingin tahu mereka
2.2.6 Hubungan Minat dengan Prestasi Belajar Minat pada dasarnya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar. Minat akan menimbulkan kesenangan dalam belajar sehingga mendongkrak prestasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli diantaranya:
26
1. Slameto (2003:57) menyatakan bahwa “Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,...” 2. Oemar Hamalik (1990:118) berpendapat bahwa “Kurangnya minat menyebabkan
kurangnya
perhatian
dalam
usaha
belajar,
sehingga
menghambat studinya” 3. Moh. Uzer Usman (2004:27) mengungkapkan bahwa “Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu” 4. Muhibbin Syah (2002:136) menyatakan “…minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.” 5. Syaiful Djamarah (2009: 167) menyatakan “Minat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar.”
2.3 Kebiasaan Belajar 2.3.1 Pengertian Kebiasaan Belajar Menurut Moh. Surya (1985: 28) “Kebiasaan itu merupakan suatu cara individu bertindak yang sifatnya otomatis untuk masa tertentu.” Kebiasaan dapat diartikan sebagai cara-cara atau teknik yang menetap yang dilakukan seseorang. Menurut Burghardt (dalam Muhibbin Syah, 2009:121) “Kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulus yang
27
berulang-ulang.” Oleh karena adanya proses pengurangan maka muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Berdasarkan pengertian di atas kemudian dihubungkan dengan belajar, maka dapat diartikan kebiasaan belajar yaitu perilaku seseorang yang relatif menetap dan dilakukan secara berulang-ulang yang sifatnya otomatis, sehingga merupakan perilaku terpadu.
2.3.2 Pembentukan Kebiasaan Belajar Pembentukan kebiasaan belajar seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar. Siswa yang dibesarkan di keluarga yang memiliki kebiasaan belajar yang baik cenderung akan memiliki kebiasaan belajar yang baik pula. Begitupun lingkungan sekolah yang kondusif akan berpengaruh kepada kebiasaan belajar siswa. Kebiasaan belajar itu tidak terbentuk secara tepat atau langsung jadi tetapi menempuh suatu proses yang panjang. Sebagaimana dinyatakan oleh Johansyah (1995:28) sebagai berikut “Kebiasaan belajar tidak tumbuh dengan sekejap, tetapi memerlukan
tahapan-tahapan
dan
melewati
proses
panjang
dalam
pembentukannya”. Mengenai kebiasaan belajar ini, Glimer (Dimyati dan Mudjono, 1992:12) menyebutkan bahwa “Habit a well learned response carried out automatically”. Jadi kebiasaan memiliki kekuatan untuk mendominasi tingkah laku seseorang, dari pengertian tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
28
1. Kebiasaan adalah hasil belajar untuk menunjukkan pola perilaku tertentu 2. Kebiasaan selalu menunjukan suatu perilaku 3. Kebiasaan memiliki sifat atau corak seperti : konsisten, otomatis, pasti, mudah, terintegrasi dengan pribadi individu Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di Sekolah. Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan sadar selama beberapa waktu. Karena diulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu begitu terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu proses belajar. Kebiasaan belajar dapat dibentuk melalui beberapa cara, diantaranya : 1. Menyusun waktu belajar Menyusun rencana kegiatan belajar sangat penting, hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dengan dibuat dan disusunnya rencana kegiatan belajar tersebut, maka belajar akan lebih teratur dan sistematis. Siswa sudah tentu mempersiapkan diri menggerakan seluruh daya dan upayanya untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan Suryabrata (1989:54-56). Menurut Oemar Hamalik (2005:157) mengemukakan pendapatnya bahwa rencana belajar yang baik sangat bermanfaat dan menjadi suatu keharusan bagi siswa, karena manfaatnya antara lain:
29
a. Menjadi pedoman dan penuntun dalam belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih teratur dan sistematis. b. Menjadi pendorong dalam belajar, rencana tersebut akan mendorong siswa untuk belajar. c. Menjadi alat bantu dalam belajar, rencana kegiatan tersebut digunakan oleh siswa untuk mencapai keterampilan, bahan-bahan dan melakukan studi yang lebih luas. Belajar tanpa rencana merupakan suatu kekurangan. d. Rencana belajar yang lebih baik akan membantu siswa untuk mengontrol, menilai, memeriksa sampai dimana tujuan belajarnya dapat tercapai. Dengan demikian dapat dilihat segi-segi kekurangan dan kelemahan dirinya sendiri. 2. Mengatur waktu belajar Kebiasaan belajar jika dikaitkan dengan waktu berarti kebiasaan belajar seseorang dalam menggunakan waktu belajar dengan sebaik-baiknya. Salah satu masalah yang dihadapi siswa adalah kekurangan dalam mengatur waktu belajar. Hal ini terjadi karena sebagian besar siswa belum dapat memanfaatkan dan belum dapat mendisiplinkan diri dalam pemanfaatan waktunya. Untuk menghindari hal tersebut, maka individu tersebut harus membuat jadwal atau pengaturan waktu untuk berbagai macam kegiatan baik itu untuk belajar, istirahat ataupun kegiatan lainnya, sehingga sejumlah kegiatan yang dihadapinya tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur dan disiplin. Setiap pekerjaan apapun jenisnya, akan berhasil dengan baik jika dikerjakan dengan rapi, teratur, dan disiplin akan waktu. Apalagi dalam
30
belajar, jika hal tersebut dapat dilaksanakan niscaya tujuan yang diharapkan atau prestasi yang dicapainya akan terwujud dengan hasil yang memuaskan. Menurut Slameto (2002: 82-83) agar berhasil dalam belajar, jadwal yang telah dibuat haruslah dilaksanakan secara teratur, disiplin, efisien. Oleh karena itu diperlukan cara membuat jadwal yang baik yaitu : a. Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan tidur, makan, mandi, belajar, olahraga, dan lain-lain. b. Menyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap hari. c. Merencanakan penggunaan waktu belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajaran dan urutannya yang harus dipelajari. d. Menyelidiki waktu-waktu yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan hasil terbaik. e. Berhematlah dengan waktu. Slameto (2003:82-83) juga mengemukakan bahwa cara lain untuk membuat jadwal adalah sebagai berikut: a. b. c. d.
Tidur Makan, mandi, olahraga Urusan pribadi dan lain-lain Sisanya untuk belajar
: ± 8 jam : ± 3 jam : ± 2 jam : ± 11 jam
3. Teknik Belajar Teknik yang paling baik tergantung pada masing-masing siswa karena hal ini sifatnya memang individual. Namun di samping perbedaan individual tersebut terdapat hal-hal yang bersifat umum yang berlaku pada siswa. Menurut Suryabrata ( 1989 : 56 ) hal -hal yang bersifat umum adalah : a. Cara mengikuti pelajaran Cara yang baik dalam mengikuti pelajaran memegang peranan penting dalam keberhasilan studi siswa. Untuk itu siswa harus
31
mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah pelajaran. Menurut Hamalik ( 1990 : 37 – 39 ) petunjuk-petunjuk yang harus diikuti oleh siswa sebelum, selama dan sesudah pelajaran adalah sebagai berikut : (1) sehari sebelum pelajaran lihatlah kembali rencana belajar tersebut (2) mempelajari buku atau sumber lain tentang materi pelajaran yang akan diajarkan esok harinya (3) memberikan perhatian yang memusat terhadap pelajaran yang sedang berlangsung (4) ikut aktif selama pelajaran berlangsung, misalnya berusaha menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan tentang hal hal yang dianggap masih kurang jelas (5) mencatat materi pelajaran secara garis besar dan tidak perlu mencatat seluruh materi pelajaran kata demi kata karena akan menganggu konsentrasi untuk memperoleh pemahaman (6) mencatat persoalan-persoalan yang mungkin timbul dan hal hal yang belum dipahami untuk dipelajari di rumah dari buku bacaan (7) bila pelajaran telah berakhir dan guru memberikan tugastugas pekerjaan rumah maka catatlah dan teliti apakah sudah memahami maksud dan isi tugas itu atau belum. Bila belum memahami maksud dan isi tugas maka tanyakan kepada guru yang bersangkutan. (8) belajar di luar waktu pelajaran sekolah, kegiatan ini tergantung kepada masing-masing siswa . Jika siswa mau melaksanakan maka kegiatan akan berlangsung. Karena itu disiplin diri sangat menentukan untuk melaksanakan kegiatan belajar di luar jam sekolah. b. Konsentrasi siswa yang sedang menuntut ilmu harus konsentrasi dalam belajarnya, karena tanpa konsentrasi tidak mungkin berhasil
32
menguasai pelajaran. Konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dan bukan hal hal lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Konsentrasi yang tinggi akan membuahkan hasil belajar yang diinginkan (Tahelele, 1978:20 ) Dalam kenyataanya ada siswa yang memiliki kemampuan konsentrasi yang besar dan untuk waktu yang lama, sebaliknya ada siswa yang sukar memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran tertentu. Siswa yang cerdas pada umumnya mempunyai kemampuan konsentrasi yang besar dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, tetapi kemampuan konsentrasi bukanlah bakat yang diperolah sejak lahir. Kemampuan konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, jadi bukan suatu bakat yang diwarisi dari leluhur. Selain itu konsentrasi sesorang juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan. Siswa yang mengalami gangguan kesehatan akan sulit berkonsentrasi dalam mempelajari materi pelajaran.Oleh sebab itu siswa yang sakit harus segera berobat, demikian juga siswa yang mengalami kelelahan harus segera beristirahat. c. Disiplin Belajar Disiplin belajar akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar dan juga merupakan proses ke arah pembentukan watak yang baik. Cara belajar dapat dimiliki oleh siswa dengan latihan yang teratur dan sungguh-sungguh. Kalau cara belajar
33
yang baik telah menjadi kebiasaan maka tidak ada lagi anjuran-anjuran dari guru yang harus selalu diperhatikan sewaktu belajar ( The Liang Gie, 1980 : 15 ) Dengan memiliki disiplin belajar yang baik, nanti akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar kita. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian dapat dilalui dengan berhasil Keteraturan belajar sangat menentukan pencapaian keberhasilan. Memang setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar sendiri sendiri, ada yang biasa belajar pada malam hari dan ada yang biasa belajar pada pagi hari atau siang hari.
Kebiasaan belajar bersifat individual dimana yang satu dengan yang lain berbeda. Oleh karena itu guru hendaknya dapat memupuk kebiasaan belajar yang teratur dan terarah kepada siswa siswanya. Penggunan dan pembagian waktu untuk belajar harus diperhatikan dalam rangka menuju keberhasilan dalam belajar. Apabila rencana pembagian dan penggunaan waktu belajar dilaksanakan dengan baik setiap hari, maka akan menjadi suatu kebiasaan belajar, akhirnya akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian ujian dapat dilalui dengan berhasil.
34
2.3.3 Peranan Kebiasaan Belajar Menurut Sumadi (2007:54) peranan kebiasaan belajar dalam belajar antara lain adalah: a.
Kebiasaan dapat menghemat waktu dalam mengerjakan sesuatu atau memakai pikiran. Hal ini karena suatu kebiasaan mempunyai sifat spontan yang tidak memerlukan banyak kesengajaan. Meningkatkan efisiensi manusia. Dengan kebiasaan belajar yang baik maka sebagian energi yang diperlukan untuk belajar dapat dipergunakan untuk aktivitas yang lain. Membuat seseorang lebih cermat. Contohnya seorang pelajar yang terbiasa membuka kamus akan semakin cermat dalam mencari kata-kata karena sudah terbiasa. Hasil belajar akan lebih maksimal. Dengan kecermatan yang tinggi dan usaha belajar yang teratur dan ringan akan meningkatkan hasil belajar. Menjadikan seseorang menjadi lebih konsisten dalam kegiatannya sehari-hari
b.
c.
d. e.
2.3.4
Indikator Kebiasaan Belajar Menurut Raka Joni (1992:20) yang menjadi indikator kebiasaan belajar
adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
2.4
Pembuatan jadwal belajar Membaca dan membuat catatan Mengulang materi yang diajarkan Konsentrasi Pemahaman materi Belajar kelompok Mengerjakan tugas yang diberikan Persiapan mengikuti tes
Hubungan Motivasi Belajar dengan Minat Belajar Motivasi sangat erat kaitannya dengan minat, seperti yang dikemukakan oleh
Sardiman (2004:76) “ Persoalan motivasi dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat.” Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat
35
ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihatnya itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada sesuatu yang biasanya disertai dengan rasa senang. Jadi jelas bahwa soal minat akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan. Selanjutnya Prayitno (dalam Sardiman, 1988:101) mengatakan bahwa fungsi dari motivasi dalam Proses Belajar Mengajar adalah : 1. 2. 3. 4.
5.
Menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya belajar. Menguatkan semangat belajar siswa. Menimbulkan atau menggugah minat siswa agar mau belajar. Mengikat perhatian siswa agar mau dan menemukan serta memilih jalan/ tingkah laku yang sesuai untuk mencapai tujuan belajar maupun tujuan hidup jangka panjang. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa.
Menurut Anderson, C.R dan Faust, G.W (dalam Wiwin Winengsih,2008:29) bahwa “Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi menampakan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap kegiatan belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar tanpa perasaan bosan apalagi menyerah.”
36
2.5 Hubungan Minat Belajar dengan Kebiasaan belajar Minat belajar erat kaitannya dengan kebiasaan belajar siswa itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli yaitu: a. Menurut Kartini Kartono (1985:142) “Menumbuhkan minat belajar salah satunya dengan cara membuat kebiasaan belajar dengan baik.” b. Menurut Thabrani (1994:49) yang mengemukakan bahwa “Dalam proses kebiasaan belajar seseorang, diperlukan salah satunya adalah persiapan mental yang didalamnya terdapat keuletan dan minat terhadap pelajaran.” c. Menurut Suryabrata (1993:249) : “Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar pada suatu obyek dan menunjukkan minat individu pada obyek tersebut. Dengan demikian minat akan melahirkan pemusatan perhatian yang lebih intensif yang dapat menimbulkan kebiasaan sehingga dapat dicapai intensitas dan hasil belajar yang baik.” d. Menurut Kholifah (2003: 11) “Yang perlu diingat, untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik tergantung pada minat dan bakat peserta didik. Minat adalah variabel penting yang berpengaruh terhadap tercapainya prestasi belajar atau cita-cita yang diharapkan. Belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat.”
37
2.6
Prestasi Belajar
2.6.1 Pengertian Prestasi Belajar Setiap kegiatan belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan suatu perubahan pada dirinya. Perubahan tersebut meliputi kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur berdasarkan perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Salah satu indikator terjadinya perubahan sebagai hasil belajar di sekolah adalah proses belajar yang dapat dilihat melalui angka-angka di dalam raport atau daftar nilai yang diperoleh siswa pada akhir semester. Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Noehi Nasution (1998: 4) menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah “Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.”
38
Pengertian yang lebih umum mengenai prestasi belajar ini dikemukakan oleh Moch. Surya (2004:75) yaitu “Prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.” Pendapat lain tentang definisi prestasi belajar seperti yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah (2008:141) adalah “Prestasi belajar merupakan hasil interaksi dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa ” Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor.
2.6.2 Indikator Prestasi Belajar Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar. Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35) “ Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau
39
tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing); 2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing); dan 3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekuen (being).” Adapun menurut Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008:48), bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain). Bertolak dari kedua pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung kepada pendapat Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa ketiga ranah yang diajukan lebih terukur, dalam artian bahwa untuk mengetahui prestasi belajar yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran yang bersifat formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan pembelajaran yang diajukan oleh Ahmad Tafsir sangat sulit untuk diukur. Walaupun pada dasarnya bisa saja dilakukan pengukuran untuk ketiga aspek tersebut, namun ia membutuhkan waktu yang tidak sedikit, khususnya pada aspek being, di mana proses pengukuran aspek ini harus dilakukan melalui pengamatan yang berkelanjutan sehingga diperoleh informasi yang meyakinkan bahwa seseorang telah benar-benar melaksanakan apa yang ia ketahui dalam kesehariannya secara rutin dan konsekuen. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis prestasi belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain).
40
Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan bahwa “Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.” Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan kiat evaluasi. Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikatorindikatornya adalah bahwa pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel, dan valid. Selanjutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis belajar dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang berisi jenis dan indikator prestasi belajar (Muhibbin Syah, 2008: 151).
41
Tabel 2.1 Jenis dan Indikator Prestasi Belajar No 1
2
3
Jenis Prestasi Belajar Ranah Cipta (Kognitif) a. Pengamatan b. Ingatan c. Pemahaman d. Penerapan e. Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti) f. Sintesis (membuat panduan baru dan utuh)
Ranah Rasa (Afektif) a. Penerimaan b. Sambutan c. Apresiasi (sikap menghargai) d. Internalisasi (pendalaman) e. Karaktirasasi Ranah Karsa (Psikomotor)) a. Keterampilan bergerak dan bertindak b. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal
Indikator Prestasi Belajar Dapat menunjukkan Dapat membandingkan Dapat menghubungkan Dapat menyebutkan Dapat menunjukkan kembali Dapat menjelaskan Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri h. Dapat memberikan contoh i. Dapat menggunakan secara tepat j. Dapat menguraikan k. Dapat mengklasifikasikan/memilah-milah l. Dapat menghubungkan m. Dapat menyimpulkan n. Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum) a. Mengingkari b. Melembagakan atau meniadakan Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari) a. b. c. d. e. f. g.
a. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya b. Mengucapkan Membuat mimik dan gerakan jasmani
42
2.6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasi belajar. Namun demikian pada beberapa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksesan seseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat. IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan prestasi belajar seseorang. Ada faktor-faktor lain yang turut andil mempengaruhi perkembangan prestasi belajar. Sehubungan dengan hal tersebut Sobry (2009:31) mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dan mengklasifikasikannya menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-faktor intern, yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Di antara faktor-faktor intern yang dapat mempengaruhi
prestasi
belajar
seseorang
adalah
antara
lain:
1)
kecerdasan/intelegensi; 2) bakat; 3) minat; 4) motivasi; 5) kebiasaan belajar. Adapun faktor-faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ini adalah antara lain: 1) keadaan lingkungan keluarga; 2) keadaan lingkungan sekolah; dan 3) keadaan lingkungan masyarakat (Sobry, 2009:31). Dari pendapat tersebut masih banyak faktor-faktor lain yang belum terdapat di dalamnya. Oleh karenanya, untuk melengkapi pendapat tersebut, penulis sajikan pandangan Muhibbin Syah (2009:144 ) mengenai hal tersebut. Menurut beliau,
43
faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah, secara garis besar dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu : a. Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk faktor-faktor internal antara lain adalah: • Faktor fisiologis, keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya. • Faktor psikologis, yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar adalah antara lain: Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency Quotient (IQ) seseorang, Sikap siswa (sikap dan perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap), Minat, Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yag akan datang. Kebiasaan belajar seseorang b. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik. Adapun yang termasuk faktor-faktor ini antara lain yaitu : • Faktor sosial, yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat • Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak gedung sekolah keadaan dan letak rumah tempat tinggal keluarga alat-alat dan sumber belajar keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. • Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Faktor-faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik di sekolah.
44
Dan untuk lebih memudahkan dalam memahami hubungan antara proses dan prestasi belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, berikut ini skema hubungan tersebut:
Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar
Faktor internal 1. Kondisi psikologis • Intelegensi • Motivasi • Minat • Bakat • Kebiasaan belajar 2. Kondisi fisiologis • Sehat • tidak sehat
faktor eksternal 1. Kondisi lingkungan sosial • Lingkungan keluarga • Lingkungan sekolah • Lingkungan masyarakat 2. Kondisi lingkungan non social • Rumah/tempat tinggal • Gedung sekolah • Alat/sumber belajar • Cuaca • Waktu belajar
PROSES DAN PRESTASI BELAJAR
faktor pendekatan belajar 1. Strategi belajar 2. Metode belajar
45
2.7 Karakteristik Pembelajaran Akuntansi 2.7.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi merupakan kumpulan konsep dan teknik yang digunakan untuk mengukur dan melaporkan informasi keuangan dalam suatu unit usaha ekonomi. Informasi akuntansi sangat potensial untuk dilaporkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, seperti: manajer perusahaan, pemilik, kreditur, pemerintah, analisis keuangan dan karyawan. Manajer perusahaan membutuhkan informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan manajerial dan bisnis, Investor tentunya dalam ekspektasi dan harapan terhadap hasil investasinya dalam bentuk hasil usaha dan keuntungan (deviden), kreditur berkepentingan terhadap kemampuan bayar terhadap kewajiban perusahaan dalam menyelesaikan pinjamannya, pemerintah memerlukan informasi terhadap pajak dan regulasi (peraturan), analis keuangan menggunakan akuntansi untuk dasar menyatakan opini (pendapat) terhadap investasi yang akan direkomendasikan, aryawan berharap ingin bekerja di perusahaan yang mampu untuk mendukung pengembangan karir dan penghasilan yang lebih baik. Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountans) pada tahun 1941, mendefinisikan akuntansi sebagai “seni mencatat, menggolongkan dan meringkas transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara tertentu dan dalam bentuk satuan uang, serta menafsirkan hasil-hasilnya.”
46
Dari definisi ini ada 3 aspek penting yaitu : 1. Akuntansi adalah suatu proses, yaitu proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi. 2. Akuntansi memproses transaksi keuangan
dengan cara
yang
mempunyai pola tertentu (bukan sembarang atau acak-acakan) dan mengunakan satuan uang sebagai alat ukur. 3. Akuntansi tidak sekadar proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan belaka, melainkan meliputi juga penafsiran terhadap hasil dari proses-proses tersebut. Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntan berguna bagi pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri maupun pihak-pihak di luar perusahaan.
2.7.2
Proses Akuntansi Untuk menghasilkan informasi keuangan, perusahaan perlu menciptakan suatu
metode pencatatan, penggolongan, analisa, dan pengendalian transaksi serta kegiatankegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan Akuntansi menurut Rahmat Moeslihat (2005:3) meliputi: 1. Pengidentifikasian Dalam proses identifikasi ini termasuk di dalamnya penyeleksian sebagai aktivitas ekonomi (disebut transaksi) yang dinyatakan oleh berbagai bukti transaksi yang relevan dengan kegiatan tersebut. Hal ini merupakan hal yang
47
2.
3.
4.
5.
6.
sangat penting karena dalam ilmu akuntansi pencatatan akan dilakukan jika transaksi tersebut memiliki bukti transaksi Pencatatan Proses pencatatan dalam ilmu akuntansi dimaksudkan untuk mencatat secara sistematik berbagai transaksi keuangan Penggolongan Penggolongan atau pengklasifikasian dalam proses akuntansi adalah suatu kegiatan mengelompokkan berbagai perkiraan yang muncul pada setiap transaksi dengan maksud untuk mempermudah pengerjaan akuntansi dalam memasuki tahap pengerjaan selanjutnya Pengikhtisaran Pengikhtisaran dalam proses akuntansi adalah suatu kegiatan penyusunan ringkasan saldo-saldo perkiraan buku besar ke dalam neraca saldo yang diikuti dengan penyusunan jurnal penyesuaian dan penyusunan jurnal penutup dan jika dianggap perlu maka dibuat jurnal pembalik. Pelaporan Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses akuntansi. Pada tahap ini dihasilkan laporan keuangan berupa laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, laporan arus kas, dan tambahan informasi lainnya yang menyangkut perubahan dalam posisi keuangan perusahaan. Pengkomunikasian Tahap ini dimaksudkan bahwa hasil akhir dari proses akuntansi merupakan salah satu alat untuk mengkomunikasikan antar bagian dalam suatu perusahaan dan sekaligus memberikan gambaran kinerja perusahaan yang tercermin dalam bentuk laporan keuangan, sehingga hasilnya dapat diketahui dan dilihat oleh mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut.
48
Sedangkan siklus akuntansi menurut Rahmat Moeslihat (2005:57) seperti di bawah ini:
Gambar 2.2 Siklus Akuntansi
Bukti transaksi
Tahap pencatatan dan penggolongan
Tahap Pengikhitsara n
• Faktur • Kwitansi • Nota kredit • Bukti kas masuk • Bukti kas keluar
Jurnal • Harian • Penyesuaian • Penutup • pembalik
Kertas kerja
Data penyesuaian
Buku besar
Neraca saldo
Tahap pelaporan
Laporan keuangan • Laporan laba rugi • Laporan perubahan modal • Neraca • Laporan arus kas
NS penutupan
2.7.3 Cakupan Materi Akuntansi Menurut Soemarsono (1999: 22) cakupan materi akuntansi terdiri dari: a. Pemahaman Konsep Materi akuntansi membahas mengenai konsep-konsep akuntansi mulai dari persamaan dasar akuntansi sampai tahap laporan keuangan. Pada pemahaman konsep ini siswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep
49
akuntansi secara keseluruhan sehingga siswa belajar akuntansi hanya mencakup ranah kognitif dan afektif. b. Vokasional Sedangkan kecakapan vokasional mencakup bagaimana menyajikan dan membuat siklus akuntansi Pada pemahaman konsep-konsep akuntansi siswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep tersebut secara keseluruhan karena kegiatan-kegiatankegiatan akuntansi merupakan suatu proses yang sistematik dan berulang. Sehingga siswa harus mampu menyajikan dan membuat siklus akuntansi dengan teliti dan benar.
2.7.4 Pembelajaran Akuntansi Materi pembelajaran akuntansi di SMA merupakan materi jenis konsep yaitu segala sesuatu yang berwujud pengertian-pengertian baru yang timbul sebagai hasil pemikiran meliputi definisi, pengertian, cirri khusus, isi, dan sebagainya. Langkah-langkah mengerjakan dan materi jenis konsep yaitu sebagai berikut: 1. Sajikan konsep, guru harus menyajikan konsep tentang materi yang diajarkan, mulai dari pengertian sampai kepada contoh sehingga siswa paham tentang materi tersebut 2. Demonstrasi, agar siswa lebih paham tentang materi yang diajarkan, maka perlu dilakukan demonstrasi atau langsung kepada mempraktekan langkah-langkah pengerjaan soal.
50
3. Latihan, siswa diberikan latihan untuk mengevaluasi sejauh mana mereka paham akan materi tersebut 4. Berikan umpan balik, fungsinya untuk mengevaluasi hasil latihan siswa sehingga dapat ditentukan langkah selanjutnya yang harus ditempuh guru.
2.7.5 Evaluasi Pembelajaran Akuntansi merupakan pelajaran yang bersifat tuntas yaitu setiap materi yang diberikan akan saling berkaitan dengan materi berikutnya. Evaluasi pembelajaran akuntansi di SMA berupa: 1. Essay, menekankan siswa dalam pengerjaan dari segi prosesnya. Melalui
essay
dapat
diketahui
sejauh
mana
tingkat
kemampuan/keterampilan siswa, berbeda jika dibandingkan dengan pilihan ganda hanya melalui hasil akhirnya. Dalam essay diperhatikan penskoran soal sesuai bobot soalnya 2. Portofolio, yaitu suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh, tentang proses dan hasil perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa yang bersumber dari catatan dokumentasi.
51
2.8 Kerangka Pemikiran Pendidikan saat ini dinilai sebagai asset untuk menentukan masa depan bangsa. Tanpa pendidikan mustahil suatu bangsa bisa mencapai kemajuan dan bisa bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan merupakan salah satu instrumen yang penting untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM. Karena dalam pendidikan di dalamnya terdapat interaksi antara guru dan murid yang bisa menghasilkan output yang bisa membangun suatu bangsa. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang rumit menuju peningkatan kualitas. Kemajuan pengetahuan yang kompleks ini memacu guru untuk meningkatkan proses belajar mengajar. Proses belajar dapat dimaknai dengan suatu kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku, sedangkan perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar. Hasil belajar dalam dunia pendidikan umumnya ditunjukkan dengan prestasi belajar. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu pendidikan dapat diukur melalui prestasi belajar. Prestasi belajar disini tidak hanya dilihat apakah siswa sudah tuntas atau belum akan tetapi apakah siswa mengalami perubahan setelah mengalami proses pembelajaran. Sebagaimana yang diutarakan oleh Muhibbin Syah (2008: 25) “Prestasi belajar merupakan hasil interaksi dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.”
52
Prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Muhibin Syah (2009:144) prestasi belajar dipengaruhi oleh : 1. Faktor internal yaitu : • Faktor jasmaniah • Faktor psikologis • Faktor kelelahan 2. Faktor eksternal, yaitu : • Kondisi lingkungan di sekitar siswa 3. Faktor pendekatan belajar • Strategi belajar • Metode belajar Faktor internal berupa motivasi, minat, kebiasaan belajar siswa, bakat, maupun kecerdasan siswa itu sendiri. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan sekolah, masyarakat, maupun lingkungan rumah. Sedangkan faktor pendekatan belajar dapat berupa strategi dan metode mengajar guru. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar juga dikemukakan oleh Hamalik (2001:112) sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Faktor yang bersumber dari diri sendiri Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal siswa. Baik buruknya prestasi yang akan dicapai oleh seorang siswa merupakan hasil dari proses belajar mengajar di sekolah.
Dalam
penelitian
ini
penulis
membatasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil prestasi belajar yaitu faktor internal siswa yang terdiri dari motivasi, minat serta kebiaaan belajar siswa.
53
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2001:158). Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan dalam belajar (M. Dalyono,1997:235). Dalam kenyataannya motif setiap orang dalam belajar dapat berbeda satu sama lain. Ada siswa yang rajin belajar karena ingin menambah ilmu pengetahuan, ada pula siswa yang belajar karena takut dimarahi oleh orang tua. Adanya perbedaan motivasi tersebut dipengaruhi oleh motivasi intrinsik yang muncul dalam diri sendiri tanpa dipengaruhi oleh sesuatu diluar dirinya dan motivasi ekstrinsik yang muncul dalam diri seseorang karena adanya pengaruh dari luar seperti guru, orang tua dan lingkungan sekitarnya. Motivasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar. Seseorang yang memiliki motivasi mempunyai kecenderungan untuk mencurahkan segala kemampuannya untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki siswa akan mendorong siswa belajar lebih giat lagi dan frekuensi belajarnya menjadi semakin meningkat, sehingga hasil belajarnya pun meningkat. Motivasi memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa, yaitu motivasi mendorong meningkatnya semangat dan ketekunan dalam belajar. Motivasi belajar memegang peranan sangat penting dalam memberi gairah,
54
semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang baik. Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran berbagai upaya dilakukan yaitu dengan meningkatkan motivasi belajar. Dalam hal belajar siswa akan berhasil kalau dalam dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar dan keinginan atau dorongan untuk belajar, karena dengan peningkatan motivasi belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan perilaku siswa dalam belajar. Dalam motivasi belajar juga terkandung adanya cita-cita atau aspirasi siswa, ini diharapkan siswa mendapat motivasi belajar sehingga mengerti dengan apa yang menjadi tujuan dalam belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Chatarina Tri Ani (2006:157) “Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar”. Dalam proses belajar mengajar kita pasti menemukan peserta didik yang malas berpartisipasi dan aktif berpartisipasi untuk mengikuti pelajaran, namun demikian sejalan dikembangkannya iklim belajar mengajar di sekolah dapat menumbuhkan rasa percaya diri terhadap siswa, seperti halnya perhatian, minat dan kebiasaan belajar adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenal beberapa aktivitas. Minat mempunyai pengaruh besar terhadap aktivitas belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 132) “Minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas”. Sedangkan menurut Abdul Hadis (2006 : 44) “Minat dapat diartikan sebagai rasa
55
tertarik yang ditunjukkan oleh individu kepada suatu objek, baik objek berupa benda hidup maupun benda yang tidak hidup”. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu. Dengan didasari oleh minat, seseorang akan dapat melakukan aktivitas dengan penuh perhatian, dan memudahkan terciptanya konsentrasi sehingga gangguan dapat dihindari. Dengan konsentrasi yang baik daya serap peserta didik terhadap materi pelajaran akan baik pula. Daya serap yang baik akan membuahkan prestasi peserta didik sesuai yang diharapkan yaitu tingkat prestasi yang optimum. Selain motivasi belajar dan minat belajar, kebiasaan belajar ikut berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kebiasaan belajar biasanya dikaitkan dengan cara belajar dan salah satu cara belajar yang baik dilihat dari jangka waktu belajar serta belajar membaca dengan baik. Kebiasaan belajar jelas mempengaruhi prestasi belajar siswa. Seorang siswa yang mempunyai jadwal belajar yang teratur akan lebih bisa menguasai mata pelajaran dibandingkan dengan siswa yang hanya belajar menjelang ujian. Dengan kebiasaan belajar yang baik, yakni belajar terjadwal, mengerjakan tugas dengan benar, belajar berkelompok, atau memperbanyak membaca, maka seorang siswa diharapkan akan meningkat prestasi belajarnya.
56
Beberapa studi empiris mengenai kebiasaan belajar, baik studi korelasional maupun studi komparasi telah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kebiasan belajar dan prestasi belajar. Dari beberapa studi ditemukan bahwa terdapat hubungan korelasi yang positif antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar, diantaranya dari hasil penelitian Mohammad Surya (dalam Risnawati Nurmala 2002:96). Studi lain dengan menggunakan teknik komparasi antara siswa berprestasi tinggi dengan siswa berprestasi rendah ternyata bahwa siswa yang prestasi belajarnya tergolong tinggi atau lebih memiliki kebiasaan belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang prestasi belajarnya rendah atau kurang. Dari gambaran di atas, maka dapat dinyatakan bahwa baik secara rasional maupun empiris kebiasaan belajar sebagai komponen kepribadian mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap prestasi belajar. Dari ketiga variabel yang diteliti yaitu motivasi, minat, serta kebiasaan belajar, keseluruhan variabel tersebut mempunyai pola hubungan yang sangat erat. Motivasi berhubungan dengan minat. Seperti yang dikemukakan oleh Anderson, C.R dan Faust, G.W (dalam Wiwin Winengsih,2008:29) bahwa “Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku
yang
menyangkut minat,
ketajaman,
perhatian, konsentrasi,
dan
ketekunan.seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi menampakan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap kegiatan belajar. Tidak hanya itu motivasi juga berkaitan dengan kebiasaan belajar karena bila seseorang
57
sudah termotivasi, secara sadar dia akan membentuk suatu kebiasaan yang akan mendukungnya mencapai tujuan. Kebiasaan tidak timbul dengan sendirinya, jika seorang siswa memiliki motivasi untuk mempelajari pelajaran akuntansi agar hasil belajarnya mencapai nilai optimum, maka akan timbul minat pada pelajaran tersebut dan hasil akhirnya terbentuklah kebiasaan belajar sehingga tujuan yang diharapkan bisa tercapai Dari ketiga faktor penunjang prestasi belajar di atas, maka maka dapat dibuat suatu skema seperti di bawah ini
Gambar 2.3 Kerangka pemikiran fisiologi
Internal
psikologis Motivasi
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Minat Kebiasaan belajar Kecerdasan
eksternal Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan non sosial
Prestasi Belajar
58
Keterangan = Faktor yang diteliti = Faktor yang tidak diteliti Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat hubungan variabelnya sebagai berikut:
Gambar 2.4 Hubungan Variabel
(X1)
(X2) (Y)
(X3)
Keterangan : X1 = Motivasi Belajar X2 = Minat Belajar X3 = Kebiasaan Belajar Y = Prestasi Belajar Siswa = Garis yang menunjukkan Pengaruh antara Variabel X dan Variabel Y
59
2.9 Hipotesis Hipotesis
merupakan
jawaban
sementara
yang
masih
harus
diuji
kebenarannya. Hipotesa yang dimaksud hendaknya menjadi landasan logis dan memberi arah kepada proses pengumpulan data serta proses penyelidikan itu sendiri. Arikunto (2004:64) mengungkapkan bahwa “Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Bertitik tolak dari asumsi dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi 2. Minat belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi 3. Kebiasaan belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi