BAB II KAJIAN TEORI PENELITIAN
2.1
Tinjauan Penguasaan, Pembelajaran dan Praktikum
2.1.1
Pengertian Penguasaan Penguasaan
menurut
WJS
Poerwadarminta
mengatakan
bahwa
penguasaan mengandung arti : “pemahaman
atau
kesanggupan
untuk
menggunakan
pengetahan
atau
kepandaian”.
Kata penguasaan tersusun dari kata dasar kuasa yang berarti mampu, mengerti benar dan mempelajari bolak-balik supaya paham. Maka kata penguasaan secara operasional dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mempelajari dengan sungguh-sungguh sesuatu hal agar dipahami, sedangkan penguasaan menurut ahli pendidikan merupakan salah satu bentuk perubahan tingkah laku yang didapat dari hasil belajar, seperti yang dikemukakan oleh A. Thabrani R. (1989: 13) menyatakan bahwa : Belajar dalam arti yang luas ialah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi.
Perubahan tingkah laku yang dimiliki oleh siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar hasil belajar merupakan tujuan dari sisem pendidikan yang dilaksanakan. B.S. Bloom mengklasifikasikan hasil belajar ini kedalam tiga 6
7
aspek kemampuan yang dapat dicapai oleh siswa sebagaimana dikutip dari Suharsimi Arikunto (1993: 114) menyatakan bahwa : ”Ada tiga ranah atau domain besar dalam tujuan pendidikan yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor”.
Dari ketiga ranah tersebut ranah kognitiflah yang sering dan paling banyak dinilai oleh para guru atau dosen karena erat kaitannya dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Kawasan kognitif seperti yang diungkap oleh Regja Mudyahardjo yang dikutip H. Zahara Idris (1992: 12) adalah sebagai berikut: ”Kawasan kognitif adalah tujuan pendidikan yang bersangkutan dengan pengetahuan dan pengertian, kawasan ini mencakup kemampuan-kemampuan intelektual mengenal lingkungan”.
Dikarenakan tingkatan intelektual setiap orang berbeda-beda maka kita perlu mengetahui tingkatan-tingkatan yang terdapat dalam ranah kognitif. Menurut B.S Bloom dkk yang dikutip oleh Mohamad Ali (1987: 34) ranah kognitif ini mempunyai 6 tingkatan kemampuan yaitu: a.
Pengetahuan (knowledge)
b.
Pemahaman (comprehention)
c.
Penerapan (application)
d.
Analisa (analysis)
e.
Sintesis (synthesis)
f.
Evaluasi (evaluation)
8
Lebih lanjut S. Nasution (1989: 35) menyatakan tentang keenam aspek kognitif tersebut adalah: a.
Pengetahuan, merupakan kemampuan yang meliputi informasi dan fakta yang dapat dikuasai melalui hafalan untuk diingat.
b.
Pemahaman, merupakan kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, rumusan kata yang sulit dengan prakata sendiri, dapat pula merupakan kemampuan untuk menafsirkan suatu teori atau melihat konsekuensi atau implikasi, meramalkan kemungkinan atau akibat sesuatu.
c.
Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan suatu pengertian, konsep,
teori
yang
memerlukan
penguasaan
pengetahuan
dan
pemahaman yang lebih dalam. d.
Analisa adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu dalam unsurunsurnya. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang akan dianalisis, misalnya antara sejumlah gejala dan analisis prinsip-prinsip yang mendasari sesuatu.
e.
Sintesis merupakan kemampuan untuk melihat hubungan antara sejumlah unsur.
f.
Evaluasi merupakan kemampuan untuk penilaian tentang sesuatu pernyataan atau konsep situasi dan sebagainya.
Untuk membatasi agar penelitian ini dapat mencapai sasarannya, maka dalam penelitian ini hanya akan dibahas tujuan pendidikan yang berhubungan dengan judul penelitian, yaitu pemahaman siswa terhadap mata pelajaran praktikum khususnya untuk program study teknik bangunan.
9
Tingkat penguasaan merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah mengalami proses belajar, menurut B.S. Bloom yang dikutip oleh Moh. Ali (1984: 32-33) indikator penguasaan sebagai hasil belajar aspek kognitif meliputi: a.
Memiliki ingatan terhadap bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.
b.
Mampu untuk memahami arti dari suatu bahan yang telah dipelajari.
c.
Mampu menggunakan suatu bahan yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru atau situasi yang konkrit.
d.
Mampu menguaraikan suatu materi atau bahan kedalam bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.
e.
Mampu
untuk
menghubungkan
bagian-bagian
utnuk
membentuk
keseluruhan yang baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dari struktur baru. f.
Mampu membuat penilaian terhadap sesuatu bahan atau materi berdasarkan maksud dan kriteria tertentu.
Berdasarkan uraian tentang penguasaan diatas, dapat dilihat juga dengan jelas bahwa untuk mengukur tingkat penguasaan seseorang dapat dilihat dengan penggunaan tes. Nana Sudjana (1995: 35) mengungkapkan bahwa: ”Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dari pengajarnya”.
Untuk itu penggunaan tes ini akan penulis lakukan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa SMK N 6 Bandung terhadap mata pelajaran praktikum.
10
2.1.2
Pembelajaran
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar, yang memiliki arti yaitu aktivitas perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dimaksud itu nyata memiliki arti yang sangat luas yaitu perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Pada kenyataannya pembelajaran adalah merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dimana saja tanpa ada ruang dan waktu, karena memang pembelajaran biasa dilakukan kapan saja dan dimana saja, walaupun banyak orang beranggapan bahwa pembelajaran hanya dilakukan disekolah atau lembaga tertentu. Dari uaraian diatas maka dapat ditarik benang merahnya yaitu pembelajaran merupakan kegiatan perubahan tingkah laku secara kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.1.2.2 Dasar-dasar Tujuan Pembelajaran Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat. Adapun dasar-dasar tujuan pembelajaran ialah: a)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu Alinea keempat yang berbunyi “Mencerdaskan kehidupan bangsa”
11
b)
Berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2.1.3
Praktikum Praktikum adalah subsistem dari pelajaran yang merupakan kegiatan
terstruktur dan terjadwal yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa tentang teori atau agar siswa menguasai keterampilan tertentu yang berkaitan dengan suatu pengetahuan atau suatu mata pelajaran. Suatu mata pelajaran dapat semata-mata berupa praktikum. Hal ini dapat terjadi karena dua alasan. Pertama, mata pelajaran itu merupakan mata pelajaran yang selain diperlukan oleh jurusan yang bersangkutan, juga diperlukan oleh jurusan lain (mata pelajaran layanan) yang tidak memerlukan praktikum. Kata praktikum berasal dari kata practiqu / pratique (Prancis), practicus (Latin), atau praktikos (Yunani) yang secara harfiah berarti “aktif” atau prattein / prassein (Yunani) yang berarti “ mengerjakan”. Dalam bahasa Inggris, praktikum bermakna sama dengan excersice (exercice) [Prancis], exercitium / execere [Latin] yang secara harfiah berarti “tetap aktif/sibuk” yang juga bermakna sama dengan “latihan” atau “responsi”.
12
Responsi ( responsum / responsio [Latin], jawaban) merupakan istilah untuk kegiatan tanya/jawab yang umumnya dipakai dalam bidang matematika dan statistika untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap teori.
2.1.3.1 Jenis-Jenis Praktikum Praktikum dapat diklasifikasi berdasarkan jumlah peserta per satuan kegiatan, cara pengendalian, tempat pelaksanaan, dan jenis kegiatan. Berdasarkan jumlah peserta persatuan kegiatan praktikum dapat dibagi atas praktikum individual, beregu (berkelompok), dan demonstrasi. •
Praktikum individual adalah praktikum yang mengharuskan setiap siswa secara individual mengikuti semua prosedur praktikum termasuk menyusun laporan praktikum. Cara ini mempunyai kekuatan dalam hal memberi kesempatan kepada setiap siswa mendapat pengalaman belajar dan berlatih bekerja mandiri baik dalam melaksanakan praktikum maupun dalam menyusun laporan. Kelemahan cara ini adalah bahwa siswa kurang diberi kesempatan untuk berlatih bekerja dalam kelompok (teamwork) baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota. Selain itu, untuk kegiatan serupa ini diperlukan bahan dan peralatan dalam jumlah yang memadai. Jika peralatan kurang, siswa mungkin harus bergilir untuk menggunakan alat-alat sehingga praktikum menjadi kurang efisien dan mengurangi bobot kredit yang sesungguhnya.
•
Praktikum beregu memungkinkan siswa untuk berlatih bekerja sama dalam kelompok dalam situasi pemimpin dan terpimpin. Salah seorang dari
13
mereka berperan sebagai pemimpin yang mengamati dan membantu siswa yang sedang melakukan praktikum. Pemimpin akan beralih peran menjadi terpimpin setelah siswa yang berpraktikum selesai melakukan tugasnya dengan baik. Yang seperti ini merupakan situasi yang sangat ideal. Lebih baik lagi, kalau dosen dapat merencanakan agar penulisan laporan dilakukan secara kelompok juga tanpa menguragi kemandirian para penulis. Yang kurang baik adalah kalau praktikum beregu merupakan keterpaksaan karena bahan dan peralatan yang kurang karena akan menurunkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Lebih-lebih, kalau anggota regu terlalu banyak sehingga di antara mereka ada yang hanya berperan sebagai pengamat. Para pengamat ini dirugikan karena pengalaman belajar mereka sangat sedikit. •
Demonstrasi merupakan hal yang baik untuk melengkapi pertemuan tatap muka teori di kelas atau untuk memulai suatu kegiatan praktikum yang harus didahului dengan demontrasi namun bukan sebagai kegiatan praktikum sendiri. Demonstrasi ini mungkin hanya dapat dilakukan kalau menyangkut peralatan yang sangat “rawan” atau bahan yang sangat mahal.
Ditinjau dari segi pengendalian, praktikum dibagi menjadi dua kategori yaitu praktikum mandiri dan praktikum terkendali. •
Dalam praktikum mandiri, setiap siswa /regu diberi kesempatan untuk melaksanakan praktikum tanpa pengawasan yang ketat. Hal ini hanya mungkin terjadi kalau prosedur cukup sederhana atau prosedur yang
14
kompleks namun mempunyai langkah-langkah yang sangat jelas. Idealnya, setiap siswa bahkan dapat menentukan sebagian dari ketentuan praktikum sesuai dengan minatnya misalnya dalam penentuan kadar vitamin C, siswa dapat memilih bahan apa yang akan diukur. Lebih ideal lagi, kalau dikerjakan secara beregu dengan jumlah anggota regu yang sedikit misalnya dua orang. •
Praktikum terkendali diperlukan kalau prosedur yang kompleks tidak dapat dilaksanakan tanpa bimbingan yang ketat atau kalau praktikum mengikutkan alat yang rawan dan mahal sehingga harus dikelola dengan sangat hati-hati. Praktikum yang seperti ini mungkin harus didahului dengan demonstrasi untuk setiap langkahnya sebelum siswa melaksanakan sendiri.
Praktikum dapat dilakukan di laboratorium, lapangan, atau di dalam kelas. •
Pada umumnya, praktikum sains dilakukan dalam laboratorium pengajaran yaitu laboratorium yang dirancang untuk praktikum bukan untuk penelitian. Namun, kalau praktikum itu melibatkan alat canggih atau rawan yang boleh dioprasikan hanya oleh orang yang terlatih yang digunakan untuk penelitian maka praktikum dapat dilakukan di laboratorium penelitian.
•
Praktikum lapangan diperlukan bagi bidang-bidang teknik, pertanian, sains yang berhubungan dengan lapangan/lingkungan, humaniora, dan ilmu-
15
ilmu sosial. Praktikum inni dapat dilakukan secara individual atau beregu, mandiri atau terkendali. •
Praktikum di kelas dapat digunakan kalau praktikum tersebut berupa diskusi atau pengajaran prosedur yang hanya berkaitan dengan alat-alat tulis dan gambar yang tidak memerlukan studio gambar.
Berdasarkan jenis kegiatan, peningkatan pemahaman teori melalui kegiatan yang terstruktur dan terjadwal sebagai subsistem dari pembelajaran suatu mata pelajaran dapat berupa “praktikum” dalam arti sempit, latihan/responsi, diskusi, atau diskusi yang berupa seminar (kalau kuliah menyangkut teori tentang seminar). •
Praktikum dalam arti sempit merupakan kegiatan pembelajaran terstruktur dan terjadwal sebagai pelengkap tatap muka teori yang dilakukan di laboratorium. Kegiatan ini dapat berupa pelaksanaan prosedur yang bersifat baku (misalnya penentuan kadar protein, daya tekan bahan, titrasi, pengukuran elevasi, proses pengendalian) atau yang berupa percobaan yang bukan penelitian (misalnya membandingkan perbedaan antara pengaruh auksin dan giberelin, mengukur produksi CO2 pada tanaman yang diberi cahaya dan tidak diberi cahaya) atau dapat juga berupa kombinasi antara keduanya.
•
Responsi/latihan adalah kegiatan “tanya-jawab” di luar tatap muka teori. Kegiatan ini berupa pelaksanaan tugas-tugas oleh mahasiswa dengan mengikuti prosedur yang sudah disiapkan. Sebagai contoh, dalam
16
pemahaman tentang teori pengambilan contoh (statistika) siswa diberi tugas untuk melakukan berbagai jenis pengembalian contoh dengan menggunakan berbagai cara misalnya dengan menggunakan tabel angka acak, pelotrean, pelemparan dadu dan mata uang logam, dan menggunakan kartu brij. Populasi yang digunakan dapat disiapkan oleh dosen atau siswa memilih sendiri yang tersedia di sekitar mereka misalnya “seluruh nilai tinggi badan siswa di kelas itu “atau” seluruh pendapatan orang tua siswa di kelas itu”. Responsi dalam bentuk lain dapat berupa mengerjakan tugas tentang
berbagai
studi
kasus
yang
dipersiapkan
dosen.
Dalam
pelaksanaannya, siswa dapat bekerja •
masing-masing atau dalam kelompok dengan bermain peran”pimpinanterpimpin”.
•
Diskusi sebagai “praktikum” bukanlah diskusi kelas yang merupakan bagian dari tatap muka teori. Karena itu, bahan yang disiapkan pengajar harus lebih “utuh” daripada bahan diskusi kelas yang merupakan bagian dari tatap muka teori.
2.1.3.2 Perencanaan Praktikum Prinsip-prinsip dalam proses perencanaan sistem pembelanjaran: a) Sasaran dan sumber daya sistem harus ditentukan sebelum keputusan tentang rencana dilakukan. b) Rancangan sistem harus memungkinkan adanya perbaikan yang terusmenerus.
17
c) Proses rancangan sistem bersifat iteratif dan interaktif. d) Suatu sistem pembelanjaran bekerja sangat efisien kalau semua komponen saling mendukung dalam pencapaian tujuan/sasaran sistem. e) Suatu sistem pembelanjaran harus dirancang untuk bekerja secara baik dengan sistem lain. f) Tidak ada komponen atau prosedur yang dapat dimodifikasi tanpa mempengaruhi komponen dan prosedur yang lain.
Kegiatan praktikum dimulai dengan perencanaan yang diikuti dengan pelaksanaan dan diakhiri dengan evaluasi. Kegiatan perencanaan mengikuti strategi rancangan sistem pembelajaran. Perencanaan yang baik terdiri atas tiga fase: a)
Menganalisis kebutuhan sistem,
b) Merancang sistem, dan c)
Mengevaluasi keefektifan sistem.
Dalam menganalisis kebutuhan sistem, ada dua hal yang ditentukan : a)
apa yang harus dicapai yang menunjukkan sasaran sistem dan
b) bagaimana keadaan sistem sekarang yang menggambarkan sumber daya yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi.
Dalam menggambarkan keadaan awal suatu sistem, informasi tentang semua
perubahan
dikumpulkan:
yang
mungkin
mempengaruhi
kinerja
sistem
harus
18
a)
lingkungan sistem,
b)
sumber daya yang tersedia,
c)
hambatan yang mungkin dihadapi, dan
d)
ciri-ciri yang belajar.
2.1.3.3 Merancang Praktikum Proses perencanaan praktikum terdiri atas lima tahap: 1) Menulis tujuan-tujuan praktikum •
Tujuan praktikum harus ditulis secara lugas, tepat, dan operasional.
•
Tujuan praktikum ditentukan dengan mempertimbangkan pandangan dan kebutuhan siswa akan pemahaman teori berdasarkan evaluasi kegiatan perkuliahan sebelumnya. Penerapan manajemen mutu terpadu dalam perkuliahan mensyaratkan keikutsertaan siswa dalam pemahaman dan penetapan tujuan-tujuan perkuliahan.
Tujuan berperan dalam: a) Menetapkan isi dan prosedur praktikum agar dapat membantu siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan itu. b) Memberikan landasan untuk evaluasi dan menyediakan kriteria primer untuk menilai keberhasilan baik untuk siswa maupun untuk dosen. c) Menghilangkan kesenjangan dan tumpangtindih dalam kurikulum dengan menggunakan tujuan sebagai alat komunikasi antardosen.
19
d) Menentukan
siswa
untuk
mengarahkan
pembelajaran
mereka
dan
mengevaluasi kemajuan belajar mereka sendiri.
Contoh penulisan tujuan praktikum dengan a) Menggunakan prasyarat keterlampilan. b) Memperkirakan kegiatan itu dapat dilakukan siswa selama satu jam. c) Memperkirakan dalam satu jam itu, siswa dapat memenuhi tujuan akhir dan enabling objectives.
2) Memformulasikan rencana evaluasi Evaluasi sistem direncanakan berdasarkan semua komponen yang berinteraksi dalam arti apakah bahan dan prosedur yang dipilih akan membantu siswa dalam mencapai tujuan-tujuan praktikum. Interaksi antarkomponen dapat dievaluasi berdasarkan lima faktor: a) Apakah terjadi duplikasi kegiatan dan kalau terjadi apakah dapat dibenarkan jika dilihat dari pencapaian tujuan. b) Apakah semua instruksi sudah memadai misalnya kejelasan prospektus praktikum, kejelasan tugas asisten dan teknisi serta laboran. c) Apakah semua informasi (penentuan praktikum, orang untuk mencatat hasil praktikum, pedoman penulisan laporan) tersedia agar mereka bisa bekerja sama dengan baik. d) Apakah penelitian penggunaan peralatan sudah direncanakan dengan baik. e) Apakah informasi tentang keterampilan prasyarat telah dimasukan dalam kegiatan.
20
3) Merancang prosedur praktikum Setelah tujuan-tujuan praktikum diformulasikan, langkah berikutnya adalah: •
Menulis prosedur praktikum dengan memperhitungkan semua komponen yang berinteraksi (bahan, alat, pengajar, asisten, teknisi, dan laboran) dan berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan. Penulisan ini idealnya dilakukan oleh tim pengajar termasuk siswa asisten dan teknisi. Pandangan asisten sangat penting yang merupakan “alumni” lab karena dapat mewakili aspirasi siswa.
•
Menulis prosedur untuk menjamin ketersediaannya semua bahan dan alat serta dalam keadaan layak-pakai. Penulisan prosedur dilakukan oleh tim bahkan dapat mengikutsertakan laboran.
•
Menulis fungsi dan tugas pengajar, asisten, teknisi, dan laboran. Semua personel lab diikutsertakan agar mereka sangat memahami apa yang harus mereka lakukan, bagaimana cara melakukannya, dan apa yang diharapkan dari mereka.
•
Menulis prosedur pelatihan yang diperlukan misalnya penggunaan alat dan prosedur baru dalam praktikum.
•
Menulis jadwal praktikum. Penjadwalan praktikum dapat dilakukan sendiri oleh lab dengan mempertimbangkan semua komponen dan informasi yang telah dikumpulkan misalnya jumlah siswanya sendiri dan jumlah siswa mata pelajaran lain yang menggunakan lab pendidikan yang sama agar tidak menimbulkan konflik waktu penggunaan lab.
21
4) Mengimplementasikan rencana evalusi Kegiatan
ini
dilakukan
setelah
prosedur
selesai
direncanakan.
Implementasi evaluasi ini merupakan kegiatan evaluasi pada tahap perencanaan. Dalam penerapan MMT, kegiatan evaluasi dilakukan terus-menerus dan pada setiap tahap tanpa harus menunggu sampai satu siklus pembelanjaran selesai (satu semester).
5)
Merancang kembali Jika setelah dievaluasi berdasarkan lima faktor yang telah dikemukakan itu
terdapat hal-hal yang akan mengganggu pencapaian tujuan praktikum misalnya ada duplikasi kegaitan atau informasi keterampilan prasyarat belum dimasukan ke dalam perencanaan, kegiatan praktikum itu perlu dirancang kembali. Setelah perencanaan praktikum selesai, bahan rancangan praktium bersama rancangan mata pelajaran induknya diserahkan kepada ketua jurusan untuk dievaluasi. Rancangan kemudian diubah atau tidak diubah sesuai dengan komentar dan hasil diskusi dengan ketua jurusan.
2.1.3.4 Pelaksanaan Praktikum Langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum •
Sebelum semester dimulai, setelah rapat jurusan tentang penugasan mengajar, tim kerja (pengajar, asisten, teknisi, laboran) berapat untuk
22
membahas kembali fungsi dan tugas masing-masing dan hasil evaluasi penyelenggaraan praktikum yang lalu. •
Berdasarkan pedoman tentang fungsi dan tugas, seluruh tim kerja untuk menyiapkan semua keperluan praktikum yang disesuaikan dengan informasi yang sudah didapat. Kegiatan ini menyangkut : a)
Penggandaan penentuan praktikum, prospektus praktikum, pedoman penulisan laporan, borang untuk hasil praktikum, borang evaluasi, dan tata tertib praktikum;
b)
Penyiapan jadwal, daftar kehadiran per kelompok (shift), dan daftar nilai; serta
c)
Penyiapan bahan-bahan dan alat-alat praktikum (mungkin ada alat yang perlu dikalibrasi).
•
Jadwal praktikum diumumkan.
•
Setelah siswa menanggapi, jadwal dan daftar kehadiran dapat diubah sesuai dengan permintaan siswa yang mungkin mendapatkan konflik waktu dengan pelajaran yang lain. Kalau tidak ada perubahan, jadwal diperbanyak.
•
Pada praktikum ke-1, sebelum pelajaran pengantar praktikum dilakukan, tim kerja membagikan tata tertib praktikum, prospektus, penuntun praktikum, borang hasil praktikum, jadwal, dan pedoman penulisan laporan serta membacakan tata tertib praktikum.
•
Selama praktikum berjalan, tim kerja keliling untuk mengawasi dan membantu siswa yang mendapat kesulitan sambil mencatat berbagai hal
23
yang dapat dijadikan bahan evaluasi misalnya jumlah siswa yang terlambat, kerusakan alat, prosedur yang kurang jelas bagi siswa, suasana lab, dan kehadiran siswa serta anggota tim kerja. Teknisi dan laboran harus selalu berada di ruang praktikum untuk berjaga-jaga seandainya ada masalah teknis yang bisa mereka langsung atasi. •
Pada praktikum ke-2, tim kerja menerima laporan siswa yang harus sudah diperiksa dan dinilai sebelum praktikum berikutnya. Kesalahan laporan dan nilai dicatat dalam daftar nilai.
•
Laporan siswa dikembalikan pada waktu praktikum berikutnya dan kesalahan dibahas. Idealnya, siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki laporannya sekaligus memperbaiki nilai mereka. Juga, agar mereka mau memperbaiki mungkin ada baiknya laporan tidak dinilai sebelum mereka perbaiki. Hal ini dapat memberikan kesempatan belajar yang lebih banyak kepada siswa.
•
Pada waktu praktikum terakhir, borang evaluasi tentang praktikum dibagikan dan diminta diisi siswa saat itu juga (sebaiknya sebelum praktikum dimulai agar siswa belum merasa lelah dan dapat lebih serius mengisi borang evaluasi).
•
Setelah kegiatan praktikum selesai, semua nilai dijumlahkan dan dirataratakan. Bobot nilai laporan praktikum per siswa lalu dihitung berdasarkan persentase yang telah ditulis dalam prospektus perkuliahan.
•
Nilai praktikum diumumkan.
24
•
Setelah menerima tanggapan siswa, nilai praktikum digabungkan dengan nilai-nilai lainnya dan diumumkan.
•
Setelah nilai gabungan disetujui siswa, ketua tim melapor kepada ketua jurusan sambil menyerahkan rangkuman nilai.
2.1.3.5 Mata Pelajaran Praktikum Dalam penelitian ini mata pelajaran praktikum yang di bahas difokuskan pada Pelajaran mengerjakan mesin kayu. Mesin kayu adalah salah satu perlengkapan/sarana pelaksanaan pekerjaan dalam memproses kayu bahan mentah menjadi kayu bahan setengah jadi/menjadi kayu siap guna. Dimana setiap bahan yang akan di olah pasti melewati tahap/proses pemotongan/pembentukan. Jenis mesin kayu ada banyak sesuai dengan fungsi dan ukurannya. Berbagai jenis inilah yang biasanya membuat siswa bingung untuk melayani mesin tertentu., dikarenakan setiap mesin mempunyai cara pelayanan dan guna yang berbeda-beda sehingga sering membuat kesalahan dalam cara pelayanan mesin dengan baik. Pada pelajaran ini siswa di harapkan dapat memahami dan menguasai bagaimana cara melayani/menggunakan peralatan mesin kayu sebagai sarana penunjang pengolahan kayu dengan baik dan benar. Kendala yang timbul adalah: a) Siswa tidak mengetahui secara keseluruhan cara menyetel posisi mesin dengan baik. b) Perlengkapan pengaman yang seharusnya di pakai sering diabaikan. c) Keselamatan kerja yang kurang diperhatikan
25
d) Siswa terkadang dapat menyetel mesin dengan baik tapi bila ditanya kegunaan dan fungsinya mereka sering bingung dan tidak bias menjawab. e) Pelaksanaan praktikum sering kali tidak sesuai dengan job sheet yang ada.
2.1.4
Bahan Pembelajaran
2.1.4.1 Sifat-Sifat Kayu Dan Penggunaannya Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan. Berikut ini diuraikan sifat-sifat kayu (fisik dan mekanik) serta macam penggunaannya.
Pengenalan Sifat-Sifat Kayu Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian
26
oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal. Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbedabeda.
Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada
beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu : Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat). Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial). Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan kering.
Sifat Fisik Kayu •
Berat dan Berat Jenis Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan
zat ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJnya.
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ
27
minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula. •
Keawetan Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur
perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal. •
Warna Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna
dalam kayu yang berbeda-beda. •
Tekstur Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu
digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll). •
Arah Serat Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon.
Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring). •
Kesan Raba
28
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu. •
Bau dan Rasa Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara
terbuka.
Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk
menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb. •
Nilai Dekoratif Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur,
dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif. •
Higroskopis Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air.
Makin
lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
29
Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari : Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas kayu. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara.
Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik,
sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
•
Daya Hantar Panas Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk
membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas. •
Daya Hantar Listrik Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran
listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.
Sifat Mekanik Kayu •
Keteguhan Tarik Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu : •
Keteguhan tarik sejajar arah serat dan Keteguhan tarik tegak lurus arah
serat. Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat.
30
Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat. •
Keteguhan tekan / Kompresi Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan
muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu : •
Keteguhan tekan sejajar arah serat dan Keteguhan tekan tegak lurus arah
serat. Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat. •
Keteguhan Geser Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu : 1) Keteguhan geser sejajar arah serat 2) Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan Keteguhan geser miring Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah serat. 3) Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu : a) Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan.
31
b) Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
•
Kekakuan Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau
lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas. •
Keuletan Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang
relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian. •
Kekerasan Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat
takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu. •
Keteguhan Belah Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.
32
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok : 1) Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu. 2) Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Macam Penggunaan Kayu Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenisjenis kayu yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat dikemukan sebagai berikut : •
Bangunan (Konstruksi)
Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang tinggi. Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara, rasamala. •
Veneer biasa
Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya sedang. Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang. •
Veneer mewah
33
Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif. Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru, sonokembang. •
Perkakas (mebel)
Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat. Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang, ramin. •
Lantai (parket)
Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat. Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku. •
Bantalan Kereta Api
Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet. Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, kempas, ulin. •
Alat Olah Raga
Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus, serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet. Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, teraling. •
Alat Musik
34
Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik. Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni. •
Alat Gambar
Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih. Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus. •
Tong Kayu (Gentong)
Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau. Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang. •
Tiang Listrik dan Telepon
Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus. Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin. •
Patung dan Ukiran Kayu
Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan berwarna gelap. Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni. •
Korek Api
Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek api), elastis dan tidak mudah pecah (kotak). Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang, pinus. •
Pensil
35
Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak merah, berserat lurus. Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus. •
Moulding
Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif. Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll. •
Perkapalan
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, tahan binatang laut. Jenis kayu : ulin, kapur. •
Gading
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut. Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur. •
Senta
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut. Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur. •
Kulit
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut. Jenis kayu : bangkirai, bungur, meranti merah. •
Bangunan dan dudukan mesin
Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran mesin. Jenis kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai.
36
•
Pembungkus as baling-baling
Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak logam. Jenis kayu : nangka, bungur, sawo. •
Popor Senjata
Persyaratan teknis : ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil. Jenis kayu : waru, salimuli, jati. •
Arang (bahan bakar)
Persyaratan teknis : BJ tinggi. Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar, kayu malas, nyirih, rasamala, puspa, simpur.
Pengenalan atas sifat-sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam menentukan jenis-jenis kayu untuk tujuan pengunaan tertentu.
Diharapkan
dengan memahami sifat-sifat kayu dan jenis-jenis kayu untuk penggunaan tertentu akan semakin mengurangi ketergantungan konsumen akan suatu jenis kayu tertentu saja sehingga pemanfaatan jenis-jenis kayu yang semula belum dimanfaatkan (jenis-jenis yang belum dikenal umum) akan semakin meningkat.
1.1.4.2 Bahan Ajar Praktikum a)
Mesin Gergaji Bundar Berlengan (Radial Arm Saw) Mesin gergaji bundar berlengan ialah mesin gergaji bundar yang daun
gergajinya dapat digerakan di atas meja sepanjang tangan. Lengan dipasang pada tiang (columm) yang dapat berputar 180° dan naik turun. Mesin ini banyak gunanya baik disekolah, perusahaan maupun industri.
37
Gambar 2.1 Mesin Gergaji Bundar Berlengan (Radial Arm Saw)
Gunanya : Yang pokok adalah untuk memotong tegak atau miring, juga bisa dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan : 1)
Membentuk coakan (dado) tegak atau miring.
2)
Membentuk alur dan dado.
3)
Memotong/membelah champer atau bevel.
4)
Membuat sponing.
5)
Membuat purus.
6)
Memotong miring berganda (compound mitre)
Konstruksi : Terdiri dari bagian-bagian : -
Motor dan daun gergaji.
-
Rangka penggantung.
-
Lengan-lengan (Arm).
-
Tiang baja bulat (colum).
38
-
Meja dari kayu.
-
Pengantar yang dapat dipindah-pindahkan.
-
Rangka meja dari besi serta berkaki empat buah.
Ukuran Dan Skala : -
Ukuran mesin adalah jarak terjauh dari pengantar terhadap daun gergaji.
-
Tiga buah skala penyetelan ialah :
a.
Pada rangka motor menentukan kedudukan daun gergaji terhadap meja.
b.
Pada lengan menentukan jarak pemotongan.
c.
Pada tiang menentukan kedudukan lengan terhadap pengantar.
b.
Mesin Gergaji Bundar (Circular Saw)
Gambar 2.2 Mesin Gergaji Bundar (Circular Saw)
39
Kegunaan : Pekerjaan pokok dari mesin ini adalah : 1) Memotong kayu (Cross Cutting). 2) Membelah kayu (Ripping) dan 3) Mengiris kayu (Resawing). Pekerjaan lainnya ialah : 1) Membuat champer atau bevel. 2) Membuat sponing (rabbert). 3) Membuat alur (grove). 4) Membuat alur memotong urat kayu (dado). 5) Membuat tirus. 6) Membuat purus. 7) Membuat cekung. Konstruksi terdiri dari : -
Rangka badan.
-
Meja.
-
Motor dan sumbunya.
Perlengkapan : -
Pengantar pembelah (fence).
-
Pengantar pemotong (miter gauge).
-
Tudung pengaman (safety guard).
-
Pengantar pembuat purus (tenon jig).
40
Ukuran : -
Ditentukan dengan maksimum garis tengah daun gergaji yang dapat
dipasang. -
Kecepatan tergantung dari garis tengah daun gergaji 3800 R.P.M. untuk diameter 250 mm 3300 R.P.M. untuk diameter 300 mm 2400 R.P.M. untuk diameter 350 mm
Jenis/tipe : Umumnya ada dua jenis/tipe : 1.
Gergaji dengan As yang dapat dimiringkan (tilting arbor)
2.
Mejanya yang dapat dimiringkan (tilting table)
Dari tiap jenis ini tiap pabrik mempunyai variasi sendiri-sendiri : Macam-macam daun gergaji bundar : - Daun gergaji untuk membelah. - Daun gergaji pemotong untuk memotong. - Daun gergaji kombinasi untuk memotong dan membelah. - Daun gergaji dado terdiri dari dua lembar daun gergaji luar dan beberapa pisau keruk (dalam untuk membuat dado, alur, sponing dan paurus. (lihat gambar) - Molding head untuk membuat profil atau cowakan pada permukaan kayu.
Gambar 2.3 Daun gergaji Pembelah dan
Gambar 2.4 Daun gergaji Kombinasi
41
Pemotong
Gambar 2.5 Bentuk gigi gergaji pembelah dan
Gambar 2.6 Bentuk gergaji Dado Head dan
pemotong
Pisau Keruk
c.
Mesin Ketam Perata (Surfacer)
Gambar 2.7 Mesin Ketam Perata (Surfacer)
Gunanya : Pekerjaan pokok : a.
Megetam rata dan lurus permukaan kayu.
b.
Mengetam rata dan lurus, siku-siku sisi tebal kayu.
42
Pekerjaan-pekerjaan lainnya : 1) Megetam miring. 2) Mengetam seponing. 3) Mengetam tirus. 4) Mengetam cowakan. 5) Mengetam kepala kayu. Konstruksi terdiri dari : -
Rangka badan.
-
Meja muka dan meja be.lakang.
-
Sumbu ketam.
-
Motor.
Perlengkapan : -
Pengantar.
-
Pengatur naik dan turun meja.
-
Tudung pengaman.
Ukuran : Ditentukan oleh panjang sumbu ketam (umumnya 100 mm sampai dengan 900 mm). Putaran antara 3500 R.P.M. sampai 5000 R.P.M. Jenis / Tipe :
43
1) Mesin ketam perata tunggal. 2) Mesin ketam perata kombinasi. d.
Mesin Ketam Kayu Penebal (Thick Nesser)
Gambar 2.8 Mesin Ketam Kayu Penebal (Thick Nesser)
Kegunaan : Untuk menyelesaikan pengetaman kayu yang telah dikerjakan oleh mesin ketam perata, atau dengan kata lain untuk menentukan tebal kayu. Konstruksi Tersiri Dari : -
Rangka badan.
-
Meja yang dapat diatur naik dan turun.
-
Sumbu pisau ketam (cutter head).
-
Rol penggerak.
44
-
Batang penekan.
-
Anti tendangan balik.
-
Motor.
Perlengkapan : -
Tudung/tutup, pengaman/pengarah serbuk.
-
Pengatur naik turun meja manual.
-
Penghubung otomatis naik turun meja.
-
Skala pemakanan/pengetaman
-
Alat pengasah pisau.
Ukuran : Maksimum lebar sama dengan lebar meja/panjang sumbu pisau. Maksimum panjang yang boleh diketam dengan jarak antara as ke as rol pada meja. Adapun tebal minimum kayu yang boleh diketam tidak menentukan ukuran mesin, dan tebal kayu minimum sama dengan dengan tinggi propel meja ditambah 5 mm (bila tidak menggunakan alas).
2.1.5
Tingkat Penguasaan Pelajaran Praktikum Tingkat Penguasaan pelajaran praktikum adalah sejauh mana tingkat
penguasaan siswa untuk pelajaran praktikum mengerjakan mesin kayu di kelas 2. Dikarenakan materi/teori yang berhubungan dengan pelajaran tersebut telah diberikan pada saat semester sebelumnya . Untuk semester ini para siswa hanya melanjutkan pelajaran kepada praktikum.
45
Pada saat pelajaran bisa dinilai sejauh mana tingkat penguasaan siswa pada saat pengerjaan/pelaksanaan praktikum. Apakah praktikum yang dilakukan bisa dikuasai secara maksimal atau ada kendala pada saat pelajaran praktikum. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penguasaan di pelajaran praktikum adalah : 1) Materi yang disampaikan 2) Metode pembelajaran 3) Sarana dan prasarana praktikum 4) Pemahaman siswa terhadap materi yang telah di sampaikan 5) Bimbingan dari pengajar dan instruktur 6) Banyaknya tatap muka di kelas praktikum
Hal yang ingin diketahui untuk memenuhi syarat pengumpulan data yang sesuai dengan judul skripsi berjudul “Analisa Tingkat Penguasaan Siswa Pada Pelajaran Praktikum Di SMK NEGERI 6 BANDUNG” dirumuskan pada instrumentasi
penelitian.
Indikator-indikator
penilaian
untuk
menunjang
pengumpulan informasi dan data yang diperlukan dirumuskan dan disesuaikan dengan aspek yang akan diteliti adalah: •
Memahami dan meguasai Fungsi Pokok dan Fungsi Tambahan Mesin Kayu.
•
Mengenali Bagian – bagian Mesin Kayu.
•
Mengetahui Langkah kerja Mesin Kayu.
•
Memahami dan menguasai Cara Melayani / Mengoperasikan Mesin Kayu.
46
2.2
Asumsi Penelitian Penguasaan pelajaran Praktikum di SMK Negeri 6 Bandung belum
dikatakan maksimal, dikarenakan kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran yang di berikan kurang. Setiap siswa mempunyai kemampuan penyerapan pelajaran yang berbeda-beda. Ada yang telah menguasai ada pula yang belum. Bila instruktur/pengajar sudah merasa cukup banyak siswa menguasainya maka pelajaran diteruskan ke bahasan lain. Perlengkapan praktikum yang ada di SMK Negeri 6 Bandung sudah cukup lengkap, namun pada pelaksanaan praktikum mesin kayu instruktur tidak selalu ada/mengawasi siswa untuk mengerjakannya. Sehingga tata cara pelaksanaan tidak sesuai dengan seharusnya, berakibat langkah kerja yang seharusnya menjadi tidak pada tempatnya/salah.
2.3
Hipotesis Penelitian Pelajaran praktikum yang dilaksanakan oleh siswa SMK Negeri 6
Bandung belum bisa dikatakan sebagai kemampuan maksimal mereka. Terbukti dengan keseharian mereka pada saat pelajaran praktikum. Tetapi penilaian akhir belum bisa dilakukan karena belum semua materi/bahan ajar tentang praktikum mereka dapatkan. Untuk bisa menilai secara benar kemampuan siswa SMK Negeri 6 Bandung, akan dilaksanakan pada akhir semester setelah semua materi dan pelatihan menggunakan mesin kayu telah di berikan. Untuk memberikan arah terhadap kesimpulan yang hendak dicapai, maka perlu dirumuskan hipotesis, sebagai berikut : jumlah siswa yang menguasai mata
47
pelajaran praktikum di SMK Negeri 6 Bandung khususnya diprogram studi teknik bangunan mata pelajaran praktikum mesin kayu belum ada.