BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu bagian dari nomor lompat dalam olahraga atletik. Ada banyak pakar yang mengartikan lompat jauh, diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat jauh sebagai ”perpindahan tempat dari tanah atau bumi ke udara dan kembali ke tanah dengan menolak memakai satu kaki atau dua kaki, tergantung ketentuan atau peraturan yang berlaku”, sedangkan Depdikbud (1982: 54) menyatakan bahwa, ”Lompat jauh adalah merupakan suatu bentuk gerakan melompat, mengangkat kaki ke atas dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melakukan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”. Disisi lain Ballesteros (1979: 54) mengemukakan bahwa, ”lompat jauh adalah hasil dari kecepatan yang dibuat sewaktu awalan dengan daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki saat melakukan tolakan”. Menurut Djumidar (2001: 124), mengatakan "Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat dari ancang-ancang dengan gerak vertical yang dihasilkan dari kaki tumpu, formulasi dari kedua aspek tadi menghasilkan suatu gerak parabola dari titik pusat grafitasi".
7
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat sejauh-jauhnya yang didahului dengan lari, awalan kemudian diteruskan dengan menolak pada papan tumpuan, baru lepas tapak, melayang di udara, dan akhirnya mendarat kembali pada bak pasir. Perlu ditekankan di sini bahwa gerakangerakan tersebut di atas merupakan suatu rangkaian gerakan yang berkelanjutan atau tidak terputus-putus. Didalam Kurikulum Standar Satuan Pendidikan untuk anak SD kelas IV semester2, kompetensi dasar untuk atletiknya adalah mempraktikkan gerak dasar kedalam permainan dan olahraga dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, disamping itu kompetensi dasarnya adalah mempraktikkan gerak dasar atletik yang dimodifikasi : lompat, loncat, lempar dengan memperhatikan nilai-nilai pantang menyerah, sportifitas, percaya diri dan kejujuran. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dalam Lompat Jauh Prinsip dasar lompat jauh adalah meraih kecepatan awalan yang setinggi-tingginya sambil tetap mampu melakukan tolakan yang kuat ke atas dengan satu kaki untuk meraih ketinggian saat melayang yang memadai sehingga dapat menghasilkan lompatan yang jauh. Untuk itu kondisi fisik dan teknik yang memadai perlu dimiliki oleh seorang pelompat jauh. Pengaruh kondisi fisik akan terlihat pada kecepatan pelompat ketika melakukan awalan dan power otot tungkai pada saat melompat. Sedangkan keserasian gerak awalan dan kekuatan tolakan sangat bergantung pada
8
kemampuan tekniknya. Apabila kecepatan lari dan power ini dilakukan dengan teknik yang baik akan menghasilkan jarak yang baik pula. J.M Ballesteros, (1979: 54) mengemukakan bahwa, "Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu dari awalan dengan gaya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki tolak. Hasil dari kedua gaya menentukan gerak parabola dari titik pusat grafitasi". Untuk mendapat jarak lompatan yang jauh terlebih dahulu pelompat harus menguasai unsur-unsur pokok yang ada di dalam lompat jauh. Unsurunsur lompat jauh meliputi: 1. Awalan, yaitu untuk meraih kecepatan maksimal yang terkendali untuk melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya. 2. Tolakan, yaitu untuk menghasilkan tolakan yang sekuat-kuatnya agar dapat mengangkat titik berat badan setinggi-tingginya. 3. Melayang diudara, yaitu untuk memelihara keseimbangan badan saat melayang. 4. Mendarat, yaitu cara-cara melakukan pendaratan yang tidak merugikan pelompat. Di samping menguasai unsur-unsur pokok, juga ada faktor-faktor yang sangat mempengaruhi. Suharno H.P (1983: 2-4) dalam skripsinya Al Hafish faktor tersebut adalah : 1. Faktor endogen a. kesehatan fisik dan mental yang baik b. bentuk tubuh dan proporsi tubuh c. kondisi dan kemampuan fisik d. penguasaan teknik yang sempurna e. memiliki aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik f. memiliki kematangan jiwa 2. Faktor eksogen a. coach (pelatih), asisten coach, trainer b. tempat,alat, perlengkapan, kemampuan c. organisasi d. lingkungan e. metode dan sisitem latihan 9
Untuk mendapat prestasi yang setinggi–tingginya dalam lompat jauh, maka berbagai macam gaya lompat jauh mempunyai teknik awalan dan teknik tolakan yang sama. Sehubungan dengan sasaran pokok pada saat melayang di udara, maka dikembangkan beberapa gaya dalam melakukan lompat jauh. Dalam nomor lompat jauh, unsur penting yang mendukung di dalam upaya peningkatan prestasi adalah penguasaan teknik yang baik dan benar dengan didukung faktor kondisi fisik yang baik.seperti: power otot tungkai dan kecepan lari yang baik. Power otot tungkai/ daya ledak merupakan salah satu penunjang hasil lompat . Daya ledak yang baik akan menghasilkan lompatan yang jauh, karena dengan tolakan yang kuat pelompat akan dapat lebih lama diudara, dengan demikian lompatan akan lebih jauh. Faktor lain yang mendukung prestasi lompat jauh adalah kecepatan lari, dengan kecepatan lari yang baik yang dibuat sewaktu awalan akan menambah daya dorong ke depan lebih cepat dan jauh. Berdasarkan uraian di atas dimungkinkan faktor power otot tungkai dan kecepatan lari akan memberikan konstribusi positif terhadap hasil lompat jauh. 3. Unsur Gerak Dalam Lompat Jauh a. Power Otot Tungkai Tumpuan merupakan suatu gerakan yang sangat penting untuk tercapainya hasil lompat jauh. Pada saat menumpu kekuatan dari otot kaki sangat dibutuhkan, agar gerak vertikal dan sudut tolakan dapat dicapai secara maksimal. Kaitannya dengan sudut tolakan, menurut Soedarminto
10
(2001: 3) mengatakan bahwa dari kecepatan maju yang penuh, pelompat harus mengarahkan geraknya dari balok tolakan ke atas dengan sudut yang terbaik yaitu 450, karena secara teori dengan sudut 450 akan didapat komponen vertikal sama dengan komponen horisontal, dan akan dihasilkan waktu maksimal di udara serta kecepatan horisontal maksimal. Menurut Sudarminto (1991: 255) dalam catatan menunjukkan bahwa para pelompat dunia, sudut tolakannya berkisar 430. Sementara orang berpendapat bahwa, karena badannya dapat mengembangkan kecepatan lebih dari pada mengangkatnya, tidaklah mungkin orang mengembangkan power yang cukup untuk mencapai sudut 450. Pendek kata pelompat harus bertolak dengan kecepatan yang setinggi-tingginya dan dengan tolakan yang setinggi mungkin untuk dapat mencapai lompatan yang terjauh. Namun syarat utamanya menurut Soedarminto (1991: 253) adalah pengembangan daya. Daya ini dikembangkan dari lari awalan yang cepat dan lompatan ke atas yang kuat dari balok tolakan. Daya ledak otot merupakan komponen fisik yang sangat penting untuk melakukan suatu aktifitas gerak dalam setiap cabang olahraga khususnya lompat jauh. Daya ledak otot akan menentukan seberapa keras seseorang memikul, seberapa jauh seseorang melompat, seberapa cepat lari dan sebagainya. Menurut Suharno H.P. (1983: 33) daya ledak adalah, "Kemampuan sebuah atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh". Daya ledak dalam praktek olahraga untuk melompat, meloncat, melempar, menendang
11
dan sebagainya. Daya ledak sangat bermanfaat bagi atlet dalam mencapai prestasi maksimal khususnya lompat jauh. Untuk
meningkatkan
kemampuan
daya
ledak
diperlukan
peningkatan power dan kecepatan secara bersama-sama sehingga seorang olahragawan dilatih kecepatan kemudian dilatih kekuatan secara khusus, maka kemampuan daya ledaknya akan cepat. Salah satu alat ukur untuk melihat besarnya kemampuan daya eksplosive power otot kaki seorang pelompat jauh adalah standing broad jump. A. Hamidsyah Noer (1996: 140) menyebutkan,"explosive power adalah merupakan kemampuan otot atau segerombolan otot untuk melawan beban atau tahanan dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan”. Pada nomor lompat jauh daya ledak otot tungkai merupakan unsur yang sangat dibutuhkan. Menurut Andi Suhendro (2002: 221) bahwa, “Unsur kemampuan fisik seperti kekuatan, kecepatan, daya ledak, kelentukan, dan kapasitas anaerobik merupakan indikator yang cukup penting dalam memilih atlet berbakat.” Prestasi lompat jauh sangat tergantung pada kemampuan untuk mengangkat titik berat badannya. Untuk dapat mengangkat titik berat badan pelompat memerlukan kekuatan daya ledak otot tungkai. Makin kuat tolakan atau power yang dimiliki pelompat maka akan semakin jauh kemungkinan melakukan lompatan. Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa power otot tungkai merupakan unsur yang sangat dibutuhkan dalam
12
lompat jauh . Oleh sebab itu seorang atlet harus melatih power ototnya dengan latihan yang sistematis, teratur dan kontinyu untuk memperoleh prestasi yang maksimal. b. Kecepatan Lari Pada lompat jauh tahapan awalan berguna untuk mendapatkan kecepatan yang maksimal sebelum mencapai papan tumpuan. Awalan dilakukan dengan berlari yang semakin lama mendekati kecepatan maksimal, namun masih terkendali (terkontrol) untuk melakukan tolakan. Sehingga kecepatan dari awalan akan menghasilkan satu gaya dorong ke depan secara maksimal. Tujuan dari ancang-ancang seperti dijelaskan oleh Djumidar (2001: 12) adalah sebagai berikut: “Tujuan dari ancang-ancang adalah untuk mendapatkan kecepatan horisontal yang setinggi-tingginya agar dorongan masa ke depan lebih besar. Di samping memperhatikan penyaluran kekuatan pada gerak berikutnya”. Dijelaskan pula oleh J.M. Ballesteros (1979: 54) yang menjelaskan bahwa, “Kecepatan lari awalan dan besarnya sudut tolakan merupakan komponen unsur-unsur yang menentukan pencapaian jarak lompatan”. Lari awalan dalam lompat jauh merupakan lari dengan percepatan dari start berdiri. Frekwensi serta panjang langkah makin lama makin meningkat sampai persiapan untuk mengadakan tolakan. Menurut cooper (1970: 321) awalan lari harus mencapai jarak yang cukup dan memungkinkan pelari mencapai persiapan yang tepat untuk tindakan akhir,
13
awalan lari yang jelek/ lambat hanya akan menghasilkan prestasi yang jelek. Selama tiga sampai lima langkah terakhir pelompat mempersiapkan diri untuk mengalihkan awalan/ kecepatan horizontal kepada tolakan/ kecepatan vertical (free whelling). Dalam hal itu penting kiranya bahwa kecepatan tidak akan mengurang satu langkah sebelum yang terakhir, kirakira 10-15 cm lebih panjang daripada langkah sebelumnya dan yang terakhir. Karena itu titik berat badan agak terbawa ke bawah, dan sodokan tenaga vertikal diperbesar (Jonath, 1986: 197). Berkaitan dengan kecepatan lari awalan pada lompat jauh, maka perlu juga dipahami pada jarak berapa kecepatan maksimal lari itu diperoleh sehingga nantinya dalam menentukan jarak awalan kecepatan maksimal tersebut dapat tercapai. Hal tersebut menurut Eddy Purnomo (2011: 14) menjelaskan bahwa “awal mula berlari jumlah frekwensi langkah sampai jarak 20 m mendapatkan frekwensi langkah yang tinggi, tetapi pada panjang langkah akan nampak meningkat sampai jarak 40 m dan panjang langkah selanjutnya hampir sama panjangnya”. Menurut Imam Hidayat (2000: 99) menjelaskan bahwa “seorang pelari 100 m, pada jarak 15 sampai 50 m yang pertama (setelah start) kecepatannya meningkat (percepatan positif) selanjutnya setelah 50 m kecepatanya tetap/ konstan, dan menjelang garis finish kecepatannya menurun (diperlambat)”.
14
Pada phase ancang-ancang, teknik yang harus dilakukan menurut Harald Muller dan Wolfgang Ritzdorf (2000: 88).adalah sebagai berikut: 1. Panjang lari ancang-ancang bervariasi antara 10 langkah (bagi pemula) dan lebih dari 20 langkah (bagi atlet kelas unggulan). 2. Teknik lari adalah mirip dengan lari sprint 3. Kecepatan meningkat terus menerus sampai balok tumpuan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam mengambil jarak awalan lompat jauh akan lebih efektif jika dilakukan pada jarak antara 15 m sampai dengan 50 m, karena pada jarak tersebut kecepatan maksimal sudah didapat sehingga akan memberikan dorongan ke depan/ gerak horisontal maksimal juga. c. Prestasi Lompat Jauh Para peneliti membuktikan bahwa suatu prestasi lompat jauh tergantung pada kecepatan daripada awalan atau ancang-ancang. oleh karenanya di samping memiliki kemampuan sprint yang baik harus didukung juga dengan kemampuan dari tolakan kaki atau tumpuan. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam melompat maka harus memiliki daya tumpu yang kuat. Oleh karena itu harus memiliki otot kaki yang kuat agar dapat menghasilkan daya ledak yang kuat.
15
B. Penelitian Yang Relevan Berdasarkan hasil pengamatan diperpustakaan, banyak dijumpai hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang kami lakukan diantaranya : 1. Hasil penelitian Eka Yunianta, dengan judul: Hubungan Antara Kecepatan Lari, Daya Tolakan, Kelentukan dan Kekuatan Otot Perut Dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Gantung. Penelitian ini dilaksanakan tahun 1996 dengan orang caba adalah mahasiswa FPOK IKIP Yogyakarta sebanyak 38 siswa putra. Analisis data menggunakan analisis statistic regresi ganda dan product moment dengan hasil sebagai berikut: a. Kecepatan lari dengan prestasi lompat jauh gaya bergantung terdapat hubungan yang signifikan. b. Daya tolakan dengan prestasi lompat jauh gaya bergantung terdapat hubungan yang tidak signifikan. c. Kelentukan dengan prestasi lompat jauh gaya bergantung terdapat hubungan yang tidak signifikan. d. Kekuatan otot perut tidak memenuhi syarat analisis e. Korelasi gabungan antara kecepatan lari, daya tolakan, kelentukan dan kekuatan otot perut dengan prestasi lompat jauh gaya menggantung mempunyai hubungan yang signifikan. Terdapat pula perbedaan antara hasil penelitian yang kami lakukan dengan penelitian tersebut di atas diantaranya adalah pada penelitian Eka Yunianta terdapat 4 variabel bebas dan 1 variabel terikat, teknik pengambilan gaya dalam lompat jauh juga berbeda yaitu menggunakan
16
gaya menggantung, sedangkan penelitian kami menggunakan gaya jongkok, di samping itu pula untuk sampel penelitian ini menggunakan orang caba yaitu mahasiswa FPOK IKIP Yogyakarta sebanyak 38 siswa putra, sedangkan penelitian kami menggunakan siswa sekolah dasar kelas 5 putra sebanyak 30 orang. 2.
Hasil penelitian Sodik Wijiono, dengan judul hubungan antara power otot tungkai, kecepatan lari dan kekuatan otot perut dengan hasil belajar lompat jauh. Penelitian ini dilaksanakan tahun 2009 dengan orang caba adalah siswa putra IV kelas V SD Negeri Pagubugan 01. Analisis data menggunakan analisis statistik regresi ganda dan product moment dengan hasil sebagai berikut: a. Daya ledak otot tungkai dengan hasil belajar lompat jauh terdapat hubungan yang signifikan. b. Kecepatan dengan hasil belajar lompat jauh terdapat hubungan yang tidak signifikan. Berbeda dengan penelitian kami yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan lari dengan hasil belajar lompat jauh. c. Kekuatan otot perut dengan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok terdapat hubungan yang signifikan. Pada penelitian kami tidak mengkaji kekuatan perut sehingga belum bisa membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara kekuatan otot perut dengan prestasi lompat jauh.
17
d. Korelasi gabungan antara daya ledak otot tungkai, kecepatan, dan kekuatan otot perut dengan hasil belajar lompat jauh mempunyai hubungan yang signifikan. Inti dari kesimpulan-kesimpulan yang kami peroleh dari penelitian di atas dibandingkan dengan penelitian kami terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu: 1) Populasi dan sampel yang digunakan 2) Ubahan yang diteliti 3) Analisis data yang dipakai C. Kerangka Berfikir Berdasakan kajian teori yang telah diuraikan di atas dapat diuraikan kerangka berpikir sebagai berikut 1. Hubungan antara Power Otot Tungkai dan Prestasi Lompat Jauh Power Otot Tungkai merupakan unsur yang sangat mendukung dalam lompat jauh. Power otot tungkai diperlukan ketika seorang pelompat melakukan urutan gerakan lompat jauh yang dimulai dari tahap awalan dan gerakan saat tahapan menolak. Selain itu seorang pelompat juga harus memiliki daya ledak otot tungkai yang kuat untuk dapat menghasilkan hentakan yang maksimal. Daya ledak otot tungkai diperlukan pada saat gerakan menolak agar mendapatkan hasil yang maksimal. Makin kuat tolakan atau daya ledak yang dimiliki pelompat maka akan semakin jauh kemungkinan melakukan lompatan.
18
2. Hubungan antara Kecepatan Lari dan Prestasi Lompat Jauh Kecepatan lari sangat tergantung pada kemampuan atlet untuk melakukan tolakan sejauh-jauhnya. Untuk memperolah hasil yang maksimal ada beberapa unsur yang mempengaruhi, diantaranya adalah unsur teknik dan unsur fisik. Kemampuan lompat jauh sangat ditentukan oleh kecepatan lari pada waktu melakukan awalan. Untuk dapat melompat jauh ke depan diperlukan berlari secepat mungkin bertujuan untuk meningkatkan kecepatan horizontal secara maksimal tanpa menimbulkan hambatan pada waktu melompat. Makin cepat dalam melakukan lari pada waktu awalan akan dapat menghasilkan lompatan yang jauh. 3. Hubungan Antara Power Otot Tungkai dan Kecepan Lari dengan Prestasi Lompat Jauh Kaitannya dengan penelitian ini, power otot tungkai dan kecepatan lari merupakan unsur fisik yang mempengaruhi hasil lompat jauh. Daya ledak
power otot tungkai diperlukan agar hasilnya juga maksimal,
sedangkan kecepatan lari merupakan sumbangan awal yang dapat membantu meningkatkan hasil lompatan. Maka dari itu tanpa power otot tungkai dan kecepatan lari yang maksimal, siswa akan mengalami kesulitan untuk mencapai prestasi lompat jauh yang maksimal. D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
19
1. Ada hubungan antara power otot tungkai dan prestasi lompat jauh pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri 1 Banjarpanepen Kecamatan Sumpiuh Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Ada hubungan antara kecepatan lari dan prestasi lompat jauh pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri 1 Banjarpanepen Kecamatan Sumpiuh Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Ada hubungan antara power otot tungkai dan kecepatan lari dengan prestasi lompat jauh pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri 1 Banjarpanepen Kecamatan Sumpiuh Tahun Pelajaran 2012/2013.
20