6
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Hakikat Keterampilan Menulis Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan. Selanjutnya menurut Solchan dkk (2008:9.4) kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis. Kemampuan itu bukan bawaan sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran. Seseoranag yang telah mendapatkan pembelajaran menulispun belum tentu memiliki kompetensi menulis yang andal tanpa banyak latihan menulis. Dalam kehidupan moderen ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan, bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini,
ada seorang penulis yang
mengatakan bahwa “menulis dipergunakan, melaporkan/memberitahukan, dan memengaruhi, dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakan dengan
6
7
jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat” Morsey (dalam Tarigan 2008:4). Menurut Faris (dalam Resmi dkk 2006:1) mengemukakan bahwa dalam konteks kiat berbahasa (language art) menulis merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari siswa. Khususnya di SD, menulis merupakan keterampilan yang sulit diajarkan sehingga bagi guru mengajarkan menulis merupakan tugas yang paling sulit. Menurut Newman (dalam Resmi dkk 2006:1) Menegaskan bahawa hal ini dikarenakan menulis berkembang di berbagai arah atau
kecenderungan.
Menulis
kadang-kadang
berkembang
secara
berkesinambungan, kadang-kadang tidak dapat dikanali, dan kadang–kadang juga menunjukkan perkembangan yang mengejutkan atau luar biasa menurut Suwignyo (dalam Resmi dkk 2006:1). Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca. Secara sederhana menulis diartikan membuat angka, huruf, dan lambang bunyi. Dalam arti luas menulis merupakan kegiatan mengkomunikasikan gagasan secara tertulis. Menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa tulisan. Nurgiantoro (dalam Kusmana 2009:99)
8
Markam
(dalam
Agustin
2011:65)
menjelaskan
bahwa
menulis
mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar. Menulis pula adalah suatu aktifitas kompekes, yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Tidak semua orang memiliki keterampilan secara lisan dengan baik. Oleh sebab itulah, menulis dapat dijadikan saran untuk mengungkapkan suatu yang tidak bisa kita ungkapkan lewat kata-kata, namun bisa kita ungkapkan lewat tulisa Hendra dan Kusmawati (2010:8). Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang di-sampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menang-kap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting. Pembelajaran menulis sebagai suatu proses di sekolah dasar mengisyaratkan kepada guru untuk memberikan bimbingan nyata dan terarah yang dapat meningkat-kan kemampuan menulis siswa. Hal ini dilakukan guru melalui tahap-tahap proses menulis, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan (pramenulis, menulis, pasca-menulis), dan evaluasi.
9
Kemampuan menulis bukan merupakan kemampuan bahasa yang bersifat bawaan melainkan kemampuan yang akan dimiliki seseorang melalui proses belajar dan berlatih. Dalam proses belajar dan berlatih menulis, seseorang akan selalu memunculkan pertanyaan “apa” dan “bagaimana”. Dari upaya mencari jawaban itulah seseorang akan sealu dituntut kreatif mencari sesuatu, menemukan sesuatu membuat sesuatu yang lebih baru dan lebih bermanfaat. Kusmana (2009:100) Proses menulis dapat dideskripsikan sebagai proses pemecahan masalah yang kompleks, yang mengandung tiga elemen, yaitu lingkungan tugas, memori jangka panjang penulis, dan proses menulis. Pertama lingkungan tugas adalah tugas yang penulis kerjakan dalam menulis. Kedua, memori jangka panjang penulis adalah pengetahuan mengenai topik, pembaca, dan cara menulis. Ketiga, proses menulis meliputi tiga kegiatan yaitu merencanakan (menentukan tujuan untuk mengarahkan tulisan), mewujudkan (menulis sesuai rencana yang telah dibuat), dan merevisi (mengevaluasi dan merevisi tulisan) Amiludin (2009:9)
2.1.1 Tujuan Menulis Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca, dan untuk menghasilkan karya tulis. Setiap penulis memproyeksikan sesuatu mengenai dirinya ke dalam sepenggal tulisan. Bahkan dalam tulisan yang obyektif ataupun yang tidak mengenai orang tertentu sekalipun, penulis kelihatan sebagai seorang pribadi tertentu. Penulis memegang
10
suatu peranan tertentu, dan tulisannya mengandung nada yang sesuai dengan maksud dan tujuan. Yang dimaksud dengan maksud dan tujuan penulis (the writer’s intention) adalah responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan batasan ini, maka dapatlah dikatakan, bahwa: a. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). b. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse). c. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur, menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan leterer (wacana kesastraan atau literary discourse) d. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api di sebut wacana ekspresif (ekspressive discourse).
Sehubungan dengan tujuan penulisan, maka Hugo Hartig (dalam Muhammad 2010 :2 ) merangkumkannya sebagai berikut: a. Assignment purpose (tujuan penugasan). Tujuan penulisan ini sebenarnya tidak ada selain sebagai tugas bukan atas kemauan sendiri. b. Altruistic purpose (tujuan altruistik). Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembacanya menyenangkan dengan karyanya.
11
c. Persuasive purpose (tujuan persuasif). Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca supaya pembaca yakin akan kebenaran gagasan yang diutarakan oleh penulis. d. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan). Penulis menuangkan gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca. Disinilah penulis berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis. e. Self-expressive
purpose
(tujuan
pernyataan
diri).
Penulis
berusaha
memperkenslksn atau menyatakan dirinya sendiri kepada pembaca. Dengan melalui tulisannya, pembaca dapat memahami siapa sebenarnya yang sedang menulis. f. Creative purpose (tujuan kreatif). Penulis bertujuan
agar pembaca dapat
memiliki nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Dalam informasi yang disajikan oleh penulis, melainkan juga merasa terharu membaca tulisan tersebut. g. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah). Penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dengan tulisannya, enulis berusaha memberi kejelasan kepada para pembaca tentang bagaimana cara memecahkan masalah.
12
2.1.2 Manfaat Menulis 1) Menulis Mengasah Kecerdasan Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meli-puti (1) pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi. 2) Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah (1) unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
13
3) Menulis Menumbuhkan Keberanian Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, ter-masuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Konsekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif. 4) Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat me-nyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengeta-huan yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya. Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan me-nyerap informasi yang diperlukannya. Untuk keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemero-lehan
informasi
itu
dimaksudkan
agar
dapat
memahami
dan
mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam menulis. Implikasi-nya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan infor-masi serta strategi yang ditempuhnya
14
2.1.3 Prinsip-prinsip Menulis Menurut Pirera dan Tasai (2010) mengemukakan prinsip prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah. Berdasarkan perinsip-prinsip pembelajaran menulis tersebut, maka alternatif pembelajaran menulis adalah sebagai berikut: (1) menyalin, (2) menyadur, (3) mem-buat ikhtisar, (4) menulis laporan, (5) menyusun pertanyaan angket dan wawancara, (6) membuat catatan, (7) menulis notulen, (8) menulis hasil seminar, pidato, dan laporan, (9) menulis surat yang berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi, dinas, perjanjian, kuasa, dagang, pengaduan, perintah, pembaca, memo, dan kawat (telegram), (10) menulis poster dan iklan, (11) menulis berita, (12) melanjutkan tulisan, (13) mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan , (14) mengisi formulir yang terdiri dari: wesel dan cek, (15) menulis kuitansi, (16) menulis riwayat hidup, (17) menulis lamaran kerja, (18) menulis memorandum, (19) menulis proposal/usul penelitian, (20) menulis rancangan kegiatan, (21) menulis pidato/sambutan, (22) menulis naskah, (23) menyusun formulir, (24) membentuk bagan, denah, grafik, dan tabel, dan (25) menulis karya ilmiah.
15
2.1.4 Aspek yang dinilai dalam menulis Keterampilan menulis dapat diukur melalui berbagai kegiatan, misalnya kegiatan: menyalin, menyadur, membuat ikhtisar, catatan, formulir, bagan, denah, grafik, tabel, menulis laporan, pidato, renana kegiatan dan lain sebagainya. Secara khusus, aspek yang dinilai dalam ujian menulis adalah didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta tujuan pengajarannya yang sudah ditetapkan didlam kurikulum. Secara umum menurut Safari (1997:110), aspek yang dapat dinilai didalam ujian menulis diantaranya yaitu: a. Aspek kebahasaan 1. Isi 2. Penalaran / kelogisan dan ketajaman 3. Ketetapan dan kesesuaian 4. Teknik penyajian dan bahasa 5. Gaya penyajian dan bahasa 6. Keterbacaan / kejelasan 7. Struktur 8. Ejaan, tanda baca 9. Pilihan kata
16
b. Aspek penampilan dan sikap 1. Kesungguhan 2. Mengikat pembaca 3. Hati-hati 4. Teliti 5. Bijaksana 6. Berani dan percaya diri
2.2 Hakikat Karangan Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Semi (2008) mengemukakan bahwa gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Di samping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya, misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang kuat. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan pewajahan. Ketiga keterampilan ini harus saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.
17
Jadi, sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam kegiatan menulis Karangan sederhana, yaitu : 1) Penguasaan bahasa tulis yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata, diksi, struktur kalimat, paragraf, ejaan, dan sebagainya. 2) Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan 3) Penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.
2.2.1 Jenis-jenis karangan 1. Karangan Narasi Karangan narasi ialah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa yang biasanya disusun menurut urutan waktu. Yang termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, biografi, otobiografi. Ciri-ciri/karakteristik karangan Narasi a. Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa b. Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir c. Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian d. Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci
18
2.
Karangan Deskripsi Karangan Deskripsi ialah karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu seakan-akan pembaca melihat, mendengar, merasakan, mengalaminya sendiri Suparno (2006). Ciri-ciri / karakteristik karangan deskripsi : a. Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu b. Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau mendengar, sendiri suatu objek yang dideskripsikan. c.
Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, yang dapat berupa tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap penulis
Langkah-langkah menyusun karangan deskriptif menurut Amiludin (2009:21) yaitu : a. Menetukan objek atau tema yang akan dideskripsikan. b. Tentukan tujuan. c. Mengumpulkan
data
dengan
mangamati
objek
yang
akan
dideskripsikan. d. Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan ) e. Menguraikan kerangka karangan menjadi deskripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.
19
3. Karangan Eksposisi Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan, memberi keterangan, menjelaskan, memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal. Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi a. Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya b.
Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual)
c. Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak d. Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada e. Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu Langkah-langkah menyusun karangan eksposisi : a. Menentukan topik atau tema. b. Menentukan tujuan. c. Mengumpulkan data dari berbagai sumber. d. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih. e. Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
20
4. Karangan Persuasi Karangan Persuasi adalah karangan yang tujuannya untuk membujuk pembaca agar mau mengikuti kemauan atau ide penulis disertai alasan bukti dan contoh konkrit. Berikut ini langkah-langkah menyusun karangan persuasi : a. Menentukan tujuan karangan. b. Menentukan tema karangan. c. Menyusun pokok pikiran yang akan dikembangkan. d. Mengembangkan pokok pikiran dengan uraian yang jelas dan contoh yang nyata manfaatnya dari objek yang dijadikan topik dalam tema. e. Penutup. Disini penulis menyimpulkan hasil pengembangan pokok pokiran tadi sehingga mau mengikuti gagasan tulisan.
5. Karangan Argumentasi Karangan Argumentasi adalah karangan yang isinya bertujuan meyakinkan atau mempengaruhi pembaca terhadap suatu masalah dengan mengemukakan alasan, bukti, dan contoh nyata. Langkah-langkah menyusun karangan argumentasi : a. Menetapkan tujuan yang akan dicapai. b. Mengumpulkan bahan, yakni kumpulan fakta dan kesaksian. c. Menarik kesimpulan. Dalam hal ini, cara menghubungkan data harus hati-hati, penulis harus bekerja dengan penalaran yang sehat. Penalaran dalam mengambil kesimpulan dapat dilakukan dengan cara
21
induksi dan konduksi. Penalaran secara induksi maksudnya penalaran itu diawai dengan mengemukakan bukti nyata, kemudian diakhiri dengan suatu kesimpulan. Adapun penalaran secara deduksi, penalaran baru kemudian diikuti dengan bukti atau fakta yang nyata. d. Penutup.
Pada
bagian
ini
penulis
mengajak,
mendorongdan
meyakinkan pembaca agar mau menerima dan mengakui kebenaran argumentasi dari penulis sehingga pembaca mau dan mampu melaksanakan pendapat, gagasan, dan saran dari penulis. Tujuan utama argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi, adalah penulisannya harus terampil dalam bernalar menyusun ide yang logis Kasupardi dan Supriatana (2010 :38)
2.2.3 Proses Menulis Karangan Menurut Kusmana (2009:126) proses menulis karangan yaitu: 1. Guru memberikan penjelasan awal 2. Guru mengecek kesiapan siswa dengan bertanya jawab 3. Siswa melakukan kegiatan menulis 4. Siswa mengembangkan ide menjadi karangan 5. Siswa menyampaikan hasil karangan
22
2.2.4 Aspek yang Dinilai Dalam Karangan Di dalam ujian mengarang sekurang-kurangnnya ada 5 unsur yang dapat dinilai yaitu : Pilihan kata menurut Rahayu (2007:67) berhubungan dengan tutur dan tata tulis untuk mewadahi pikiran. Untuk memilih kata yang tepat, diperlukan punguasaan kosa kata yang memadai. Kata yang dipilih harus dapat memberi ketepatan makna yang baik. Ejaan dan tanda baca menurut Mulyanti (2007:5.19) meliputi penulisan huruf besar, huruf kecil, penggunaan titik koma dan tanda baca lainnya. menurut Hendra dan Kusmawati (2010:20) penggunaan huruf kapital atau huruf besar digunakan pada awal kalimat, huruf pertama petikan langsung, huruf pertama nama Tuhan atau kata gantinya, huruf pertama nama orang, huruf pertama khas dalam geografi, huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikutu nama orang. Penggunaan tanda titik yaitu digunakan pada akhir kalimat, singkatan nama orang, memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu. Kemudian penggunaan tanda koma yaitu untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat, jika anak kalimat mendahului induk kalimat. Koheresi isi karangan merupakan harmonis yang diperlihatkan kesatuan dan kebersamaan anatara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam sebuah paragraf.
23
Struktur kalimat yaitu penggunaan kalimat yang trstruktur dari umum ke khusus ataupun sebaliknya. Tata bahasa : penggunaan bentuk-bentuk tatabahasa dan pola-pola kalimat.
2.3 Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman Model memperlakukan
ini
memberikan
lingkungan
kesempatan
mereka
dengan
kepada
siswa
untuk
keterampilan-keterampilan
berfikir yang tidak berhubungan dengan mata pelajaran, melainkan dengan mengefektifkan pemikiran mereka terhadap hal-hal yang dialami kedalam sebuah tulisan karangan. Model ini menitik beratkan pada cara-cara informasi, pertumbuhan pribadi, dan keterampilan berinteraksi sosial. Model ini khususnya dapat diterapkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dari TK hingga kelas III SD Suprapto (2002:16). Kemapuan menulis karangan bukanlah bawaan sejak lahir, namun hal ini merupakan sebuah proses pembelajaran yang anak didik lalui dalam jenjang pendidikan. Dalam model ini mempermudah siswa dalam menulis karangan karena pengalaman merupakan kejadian yang benar-benar dialami oleh setiap orang yang tersimpan dalam ingatan mereka. Hal ini mempermudah siswa dalam menuangkan pikirannya kedalam sebuah tilisan karangan berdasarkan pengalaman.
24
2.3.1 Langkah-langkah Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman Dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman ada beberapa langkahlangkah yang penulis harus lakukan sebagai berikut : Menentukan terlebih dahulu pengalaman apa yang akan ditulis (sedih, senang, dan lain sebagainya). Membuat judul karangan. Mencatat waktu, tempat kejadian. Menuliskan awal terjadinya pengalaman. Menuliskan siapa saja yang terlibat didalam pengalaman yang dialami oleh seseorang. Menceritakan apa saja yang dialami dalam pengalaman. Kemudian menuliskan bagaimana akhir cerita.