14
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Teoritis Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 1.
Pengertian Kurikulum 2013 Para ahli kurikulum telah memberikan sumbangsih pemikirannya dalam mendefinisikan kurikulum. Berbagai sudut pandang membuat beragamnya pengertian mengenai kurikulum. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan serta tuntunan zaman maka berkembang pula lah pengertian mengenai kurikulum. Adanya banyak pendapat mengenai pengertian kurikulum sehingga pengertian kurikulum dapat digolongan menjadi dua pandangan yaitu pandangan klasik atau lama dan pandangan modern atau baru. 1 Kata kurikulum merupakan suatu istilah yang muncul pertama kali dibidang olahraga. Secara etimologis kata curriculum yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Jadi arti dari dua kata tersebut ialah jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. 2
1
Oemar Hamalik, Managemen Pengembanhan Kurikulum, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010)hal. 5. 2 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013)hal. 19.
14 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Menurut pandangan klasik atau lama kurikulum sebagaimana dalam kamus webser disebutkan bahwasaannya kata kurikulum mengandung dua artian yaitu pertama, sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. Kedua sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau departemen. kurikulum juga digambarkan sebagai bahan tertulis yang dimaksudkan untuk para guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk para peserta didiknya. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih luas lagi bahwasannya kurikulum klasik atau tradisional itu terdiri dari beberapa mata pelajaran dan kegiatan mengajar sebagai penyampaian kebudayaan pada generasi
muda
yang penyampaiaannya
masih
menggunakan
system
penuangan atau imposisi dan disini faktor minat dan kebutuhan siswa tidak dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum. Jadi kurikulum dalam arti klasik sebatas sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk memperoleh ijazah dan semua siswa diperlakukan sama karena tidak mempertimbangkan faktor minat dan kebutuhan siswa dalam penyusunannya. Sedangkan menurut pandangan baru atau disebut juga pendangan modern, seperti yang dikemukakan oleh Saylor dan Alexander bahwasanya kurikulum dapat dirumuskan sebagai berikut “the total effort of the school to going about desired outcomes in school and out-of school situasions.”3 Implikasi perumusan di atas bahwasanya kurikulum bersifat luas, karena 3
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru,…………….. ,hal. 21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
kurikulum itu menyangkut keseluruan upaya yang dilakukan oleh sebuah sekolah atau disini berarti lembaga pendidikan dalam mencapai hasil yang telah diinginkan, baik berupa hasil dalam lingkungan sekolah dan hasil diluar lingkungan sekolah atau didalam masyarakat. Sedangkan dari ahli lain yang masih digolongan menurut pandangan modern. Seperti yang dikemukakan oleh Romine merumuskan sebagai berikut “Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of the school, whether in the clasroom or not.”
dari
pengertian Romine dapat digaris bawai bahwasannya kurikulum bukan hanya terdiri atas mata pelajaran (courses), , tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah. Dan mempunyai sistem penyampaian yang dipergunakan oleh guru disesuaikan dengan kegiatan atau pengalaman yang akan disampaikan. Oleh karena itu, guru harus mengadakan berbagai kegiatan belajar mengajar yang bervariasi, sesuai dengan kondisi peserta didik.4 Pengertian menurut pandangan baru ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yag menyataka bahwa Kurikulum ialah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggraan kegiatan belajar mengajar.5 Inti dari adanya kurikulum ialah untuk mencapai tujuan pendidikan.
4 5
Ibid., hal. 21. M. Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013, (Yogyakarta : Ar-Ruzza, 2014),15.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Kurikulum merupakan suatu rancangan dalam pendidikan yang memiliki posisi yang strategis, karena pada hakikatnya seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Agar suatu tujuan dapat diwujudkan diinginkan agar spesifik. Tiap mata pelajaran mempunyai sejumlah tujuan, seperti menghargai keindahan karya sastera. Namun tujuan serupa itu masih dianggap umum dan harus lagi rinci, dispesifikkan, sehingga berupa bentuk kelakuan yang dapat diamati dan dengan demikian dapat pula diukur taraf ketercapaiannya. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan capaian pedidikan dilakukan dengan dua strategi utama yaitu peningkatan
efektivitas
pembelajaran
pada
satuan
pendidikan
dan
penambahan waktu pembelajaran disekolah.6 Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK (competency Based Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah
6
Sholeh Hidayat, Perkembangan Kurikulum Baru, . . . . . , Hlm. 116.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.7 Kurikulum 2013 dicetuskan sebagai tuntutan adanya pengembangan kurikulum karena pada kurikulu KTSP tidak lagi sejalan dengan tuntutan UU No. 20 Tahun 2003 pada bagian umum: antara lain ditegaskan bahwa salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional adalah pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Dan dijelaskan pada pasal 35, UU No. 20 Tahun 2003: menyatakan kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang disepakati.8 Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya diharapkan dengan kurikulum ini peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan serta mengaplikasikan ilmu pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sebgai wujud dalam perilaku sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat.
Kurikulum 2013
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan
7
Enco Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 , (Bandung : Pt Remaja Rosdakarya, 2013) , Hlm. 66. 8 Sholeh Hidayat, Perkembangan Kurikulum Baru, . . . . . , Hlm. 112.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara.9 Kurikulum 2013 menekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pembaharuan proses pembelajaran Kurikulum 2013 terletak pada pembelajaran yang menekankan pada dimensi pedagogik modern, yaitu menggunakan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach). Langkah-langkah Pendekatan Saintifik dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta (Daryanto, 2014: 59). Serta menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter, melalui tiga ranah kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Integrasi dilakukan dalam dua hal yakni yang pertama, sebagaimana yang tersebut diatas yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pebelajara. Kedua, berkaitan.
10
terintegrasi bebagai konsep dasar yang
kurikulum yang terintregasi dimaksudkan proses pembelajaran
yang mengarahkan
peserta didik baik secara individual maupun secara
klasikal aktif menggali dan menemukan konsep dan prinsip-prinsip secara 9
Forum Mangunwijaya VII, Menyambut Kurikulum 2013, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2013), hal. 15 10 Mulyoto, Strategi Pembelajaran Di Era Kurikulum 2013. (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2013), 118.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
holistik bermakna dan otentik, melalui pertimbangan itu maka berbagai pandangan dan pendapat tentang pembelajaaran terintegrasi, tapi semuanya menekankan pada penyampaian pelajaran yang bermakna dengan melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.11 Proses pembelajaran yang menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan diharapkan
mampu tercapai
menggunakan pendekatan saintifik (scientific Approach)
dengan
pada proses
pembelajaran terutama dalam kegiatan inti pelajaran yang mencakup lima langkah dalam
pendekatan saintifik.
Proses pembelajaran sepenuhnya
diarahkan pada pencapaian serta pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan antara ranah satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
12
Dengan demikian, proses pembelajaran secara
holistik melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi. 2.
Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 Menurut PP No. 32 Tahun 2013 mengenai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan, yang juga disebutkan dalam permendikbud No. 54 Tahun 2013 bahwa kualifikasi kemampuan lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan yang tertuang dalam beberapa standar dalam pencapaian standar kelulusan. 11
Mida Latifatul Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013, (Kota Pena, 2013), cet. 1. hal. 25 12 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstul Dala Pembelajaran Abad 21, (Bogor :Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 34.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Kegunaan satndar kompetens kelulusan adalah sebagai acuan utama dalam pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik, standar sarana prasaraa, standar pengelolaan, standar pembiayaan.13 Salah satu bentuk pengembangan dalam kurikulum 2013 dengan dikembangkanya proses pembelajaran yang tertuang dalam standar proses yakni pada Permendikbud No. 65 Tahun 2013 dinyatakan bahwa Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.14 Karakteristiknya dalam pencapaian standar proses yakni pembelajaran berpusat pada siswa, bukan lagi guru yang menjadi tokoh sentral dalam pembelajaran. Untuk itu, hal mendasar dari kurikulum 2013 salah satunya ialah mengenai pendekatan pembelajaran. Adanya pergeseran pendekatan yang memungkinkan dengan pendekatan ini tiga ranah
13
Permendikbud No. 54 Tahun 2013, Standar Kompetensi Lulusan Dasar dan Menengah,(Jakarta : Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), 1. 14 Permendikbud, Standar Proses.....
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
yang dikenal dengan taksonoi bloom akan tercapai secara utuh yakni dengan pendekatan ilmiah (siencific approach). Proses pembelajaran dapat dipandang dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.15 Sehingga dengan demikian penerapan teori taksonomi bloom dalam pembelajaran dapat tercapai secara holistik. Ada beberapa kriteria pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi beberapa hal sebagai berikut ini:16 a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. b. Penjelasan gurru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, peikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan asalah, dan mengaplikasikan subtansi atau materi pembelajaran.
15
Kementrian Pendidika dan Kebudayaan 2013, Konsep Pendekatan Saintifik, (Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013,2013), hal.1. 16 Ibid., hal. 1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
d. Mendorong dan menginspirasi peserta didikmampu berpikir hipotetik dalam elihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu asama lain dari substansi atau materi pembelajaran. e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. f. Berbasis
pada
konsep,
teori,
dan
fakta
epiris
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. g. Tujuan pembelajaran dirumuskan sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Jadi dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik harus menyangkut kriteria-kriteria pembelajaran sehingga disebut ilmiah. Menurut Permendikbud 81A Tahun 2013 menjelaskan bahwa kegiatan pendidikan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan
yang semakin
lama
semakin
meningkat
dalam
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan. Kompetensi yang diharapkan dilaksanakan dengan langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Dengan proses ilmiah bertujuan untuk mendorong peserta didik mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan, apa yang diperoleh setalah peserta didik menerima materi pembelajaran. 3.
Landasan Dasar Kurikulum 2013 a.
Landasan Filosofis Landasan filosofis dalam Kurikulum 2013 terdapat dua hal yang dijadikan landasan,. Pertama, sebagaimana dasar yang dijadikan falsafah hidup bangsa Indonesia berbagai
prinsip
dasar
adalah filosofis pancasila yang memberikan dalam
pembangunan
penididikan
yang
memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan manusia, karena filsafat merupakan pandangan hidup, orang, masyarakat, dan bangsa.17 Kedua, Landasan filosofi pendidikan juga berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat serta kurikulum yang berorientasi pada pengembangan kompetensi.18 Dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwasanya Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak 17
Enco Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,.............. , Hlm. 64. Endah Loeloek Poerwati, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2013), hal. 43 18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mengembangkan segenap potensi peserta didik “ menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis sertabertanggung jawab. Dalam landasan filosofis kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubunganpeserta didik dengan masyarakat
dan
lingkungan
alam
disekitarnya. 19Kurikulum
2013
dikembangkan dengan berlandasan filosofis pancasila dan berbasis nilainilai luhur, akademik serta kebutuhan peserta didik, maupun masyarakat sebagai dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. b. Landasan Yuridis Landasan yang digunakan dalam payung hukum penyusunan dan pengembangan kurikulum 2013 ialah landasan yuridis.20
Landasan yuridis dalam Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut 21:
19
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 4. hal. 98 20 M. Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013, ............., 29. 21 Forum Mangunwijaya VII, Menyambut Kurikulum 2013, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2013), hal. 103
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
1) Pancasila dan Undang-undang 1945, 2) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 3) Undang-Undang
Nomor
17
Tahun
2005
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, 4) Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi. Serta RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum dan juga INPRES nomor 1 tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. c.
22
Landasan Konseptual22
Enco Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,.............. , Hlm. 65.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
1) Relevansi pendidikan (link and match) 2) Kurikulum berbasis kompetensi, dan karakter 3) Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) 4) Pembelajaran aktif (student active learning) 5) Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh. B. Implementasi Pendekata Saintifik Kurikulu 2013 dalam Mata Pelajaran AlQur’an dan Hadis 1. Pengertian Pendekatan Saintifik Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna,
sehingga
sering
kali
orang
bingung
untuk
membedakannya23. Seperti istilah pendekatan, strategi, metode pembelajaran. Yang harus dipahami disini adalah tentang konsep pendekatan agar tidak terjadi kebingungan diantara istilah-istilah dalam proses pembelajaran. Konsep pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sagat umum. Pendekatan merupakan konsep yang cakupannya luas mengenai proses pembelajaran. Pendekatan dikatakan demikian karena penentu dalam strategi pembelajaran yang digunakan.
23
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstul Dala Pembelajaran Abad 21, (Bogor :Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 32.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
Menurut salah satu ahli mendefinisikan pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk paa pandangan terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum,dan sebagai dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.24
Pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik
adalah
proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik,
menganalisis
data,
menarik
kesimpulan
dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.25 Dengan menggunakan pendekatan saintifik dimaksudkan
agar pembelajaran
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Sebagaimana salah satu karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga implikasinya siswa mengonstruk konsep, hukum tau prinsip dengan
24
Ibid., 32.
25
Ibid, hal. 34
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
kemampuannya sendiri. Jadi siswa dituntut aktif dalam pembelajaran dan guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang tercipta diarahkan untuk mendorong peserta dalam mencari tahu dari berbagai sumber. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Adanya perubahan pendekatan dengan pendekatan saintifik harus diawali dengan aktifnya guru untuk melatih siswa secara mandiri memahami dan melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sehingga lambat laut tujuan pembelajaran yng guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa mampu tercapai dengan maksimal. Sehingga siswa semakin bertambah dewasanya atau semakin tingginya kelas siswa. Ada beberapa teori belajar yang sangat relevan dengan pendekatan saintifik diantaranya teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.26 a.
Teori belajar Bruner Teori Bruner sering disebut dengan teori belajar penemuan (discovery learning).
Teori ini menekankan pada pengembangan pemikiran dan
penemuan sendiri oleh peserta didik. Menurut Bruner (dalam Suwarsono 2002: 25) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar (melebihi) informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada empat hal pokok yang secara rinci 26
Ibid, hal. 35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
dijabarkan berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan prosesproses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik. Proses-prosesdiatas juga memenuhi kriteria sehingga pembelajaran dikatakan ilmiah. b. Teori Piaget Teori Piaget menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan itu terjadi menurut pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran dapat dijelaskan dengan model interaksi Piaget. Alur proses
memperoleh
pengalaman/pengatahuan
dalam
mengadaptasi
lingkungan, seseorang (pembelajar) berusaha untuk mencapai struktur kognitif atau skemata yang stabil. Stabil dalam arti terjadi kesetimbangan antara assimilasi dan akomodasi yang oleh Piaget dinamakan ekuilibrasi. Jadi menurut piaget seorang belajar tidak mungkin memperoleh pengetahuan tentang sesuatu yang baru sama sekali dan tidak diketahuinya,kecuali dengan memperoleh serta mengingat-ingat kembali pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya.
Belajar itu tidak dapat
terjadi kecuali dengan jaringan pengetahua yang telah dimiliki. c. Vygotsky. Teori Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4). Belajar meruapakan suatu aktivitas psikologis maupun fisiologis.27 Jadi peserta didik bukan hanya melakukan aktivitas proses mental, akan tetapi juga melakukan aktivitas penerapan atau praktik. Dalam penerapan atau praktek inilah yang sesuai dengan teori Vygotsky yang menekankan peserta didik belajar menangani tugas-tugas yang masih ada dalam jangkauan sesuai dengan tingkat perkembangan. Teori
Piaget
dan
Vygotsky
termasuk
teori
yang berpandangan
kontrukvitivise. Dan implikasinya menurut Dahar. R.W (1990) menyatakan bahwa implikasi pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran yaitu pertama, dalam mengajar guru harus memperhatikan pengetahuan awal siswa yang dibawah dari luar sekolah. Kedua, mengajar bukan berati meneruskan gagasan/ide guru kepada siswa, melainkan merupakan suatu proses untuk mengubah gagasan/ide siswa yang sudah dimilikinya yang mungkin salah. Ausebel (1990 : 6) menyatakan bahwa jika pengajaran tidak mengindahkan
27
Ibid, hal. 183
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
gagasan / ide yang dibawa siswa maka akan membuat miskonsepsimiskonsepsi anak semakin kompleks dan stabil. 2. Tujuan Pendekatan Saintifik Tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajarn dengan pendekatan saintik adalah sebagai berikut 28: a.
Untuk meningkatkan kemampua intelek, khususnya kemampuan berpikir siswa tingkat tingkat.
b.
Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
c.
Terciptanya kondisi pembelajran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d.
Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e.
Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
f.
28
Untuk mengembangkan karakter siswa.
Ibid., M. Hosnan, hal. 36
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
3. Prinsip-Prinsip Pendekatan Saintifik Adapun prinsip-prinsip pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut29 : a. Pembelajaran berpusat pada siswa b. Pembelajaran berbentuk student self concept.pembelajaran terhindar dari verbalisme. c. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siwa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. d. Pembelajaran mendorong siswa meningkatkan kemampuan berpikir. e. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar pada siswa dan motivasi mengajarguru.memberikan kesempatan kepada siswa untuk meltih kemampuan dalam komunikasi. f. Adanya proses validasi terhadap konsep, huku, dan prinsip yang dikontruksi siswa dalam struktur kognitifnya. 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendekatan Saintifik Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkahlangkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan 29
Ibid., M. Hosnan, hal. 37
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:30 a.
Mengamati (observasi) Langkah awal dalam pendekatan saintifik adalah mengamati. Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar.31 Dalam metode observasi ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. 32 Metode mengamati sangat bermanfaat mendorong rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Metode ini mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga peserta didik akan menemukan fakta berbentuk data yang objektif pula yang kemudian dianalalis sesuai dengan
30
Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Dalam Jabatan Kuota 2015, 88. 31 Ibid., M. Hosnan, hal. 39 32 Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Dalam Jabatan Kuota 2015, 88.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
perkembangan
siswa.
Kegiatan
mengamati
dalam
pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Dalam kegiatan mengamati, gurudapat juga menampilkan video, gambar, miniatur tanyangan atau objek asli. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. Sebagai mana teori yang relevan dengan pendekatan saintifik yakni teori piaget, metode observasi membantu proses pengembangan kognitif siswa yang terangsang melakukn adaptasi kognitif. Proses adaptasi kognitif berupa akomodasi dan asimilasi yang bermanfaat dalam rangka menanamkan rasa cinta kepada lingkungan dan alam. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini :33 a. Menentukan objek apa yang akan diamati b. Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang akan diamati 33
Ibid., hal. 89
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupunsekunder d. Menentukan di mana tempat objek pengamatan e. Menentukan secara jelas bagaimana pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengematan, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. Kegiatan pengamatan dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. b. Menanya Langkah kedua dalam pendekatan saintifik ialah mengamati (questioning). Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Kegiatan belajar dalam menanya adalah mengajukan pertayaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang telah diamati atau pertanyaaan untuk mendapatkan informasi yang lebih tentang apa yang telah diamati. Bimbingan seorang guru sangat diperlukan untuk
peserta didik agar dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Berawal dari bimbingan guru diharapkan peserta didik mampu secara mandiri mengajukan pertanyaan tanpa dorongan dari seorang guru lagi. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Model pembelajaran questioning sebenarnya merupakan pengembangan metode tanya jawab. Menurut Sudirman (1987:120) mengartikan bahwa “metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru” Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. c. Mengumpulkan Informasi Langkah ketiga dalam pendekatan saintifik adalah mengumpulkan informasi. Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari
bertanya.
Kegiatan
ini
dilakukan
dengan
menggali
dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. . e. Mengkomunikasikan Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. 5.
Al-Qur’an dan Hadis dalam Pendekatan Saintifik Al-Qur’an dan Hadis merupakan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada sekolah/madrasah yang memberikan pendidikan pada peserta didik untuk memahami dan mencintai al-Qur’an dan al- Hadis sebagai sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
sehari-hari.34 Di dalam GBPP SLTP dan SMU Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kurikulum tahun 1994, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama islam ialah “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional”.35 Pembelajaran al-Qur’an Hadis bertujuan agar peserta didik gemar utuk membaca
al-Qur’an
dan
Hadis
dengan
benar
serta
mempelajari
kandungannya, memahami, meyakini kebenarannya dan mengamalkan ajaranajaran dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam keseluruan aspek kehidupan. Sedangkan fungsi dari mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadis pada madrasah memiliki fungsi sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah mulai dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya. 34
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Al-Qur’an Hadis (Jakarta : dirjen Bagais, 2004),
35
Muhaimin, Et. el, Paradigma Pendidikan Islam, ( Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm. 4 hal: -76
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. d. Pembiasaan, yaitu menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadis sebagai petunjuk dan pedoman bagi peserta didik dalam kehidupannya seharihari.36 Dalam hal ini pendekatan saintifik yang salah satu bentuk pengembangan dari kurikulum sebelumnya tetap harus digunakan dalam pembelajaran rumpun PAI dan Budi Pekerti dalam hal ini Al-Qur’an dan Hadis. Kriteria-kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus mampu diterapkan dengan baik walaupun dalam materi keagamaan yang tidak semua substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Namun pendekatan saintifik masih dapat digunakan dalam Al-Qur-an dan Hadis dengan langkahlangkah dalam pendekatan saintifik. Seperti halnya dalam proses mengamati
36
Departemen Agama,Standar Kompetensi, ( Jakarta: 2004), hal: 5.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
meski tidak semua secara konkret mampu diamati, setidaknya ada rujukan yang bisa diamati. Dalam menggunakan langkah-langkah pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis dalam pendekatan saintifik sama halnya dengan pendekatan saintifik dalam mata pelajaran lainnya. Ada yang perlu ditekankan dalam pembelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam termasuk dalam mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadis bahwasannya implementasi pendekatan saintifik pada Mata pelajaran rumpun PAI antara sebagai berikut37 : 1. Untuk materi sejarah islam, akidah-akhlak, dan Al-Quran-Hadis penerapan pendekatan saintifik lebih banyak pada kegiatan mengeksplore/ mengumpulkan infromasi dari pada kegiatan mencoba / eksperimen. Hal ini disebabkan karena karakteristik materi sejarah Islam, akidah-akhlak maupun Al-Quran-Hadis itu lebih cenderung kepada karakteristik materi fakta dan konsep. 2. Untuk materi Fiqih, penerapan pendekatan saintifik lebih banyak pada kegiatan eksperimen / mencoba daripada kegiatan mengeksplore /mengumpulkan informasi. Hal ini disebabkan karena karakteristik materi pelajaran fikih itu lebih banyak yang bersifat prosedur daripada yang bersifat fakta dan konsep.
37
Marinasari Fithry Hasibuan,S.Ag,M.Pd, Jurnal Implementasi Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Madrasah( Medan :Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Medan), hal. 8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
Sebagaimana diatas bahwasannya dalam mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadis langkah pembelajarannya ditekanka kegiatan mengumpulan informasi dari pada kegiatan mencoba. Pada kegiatan mencoba bisa ditungkan dengan mencari
sumber
atau
informasi
sebanyak-banyak
dalam
kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Dengan tetap menggunakan pembelajaran yang kooperatif learning. Adanya diskusi sebagai karakternya. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di yang telah disebutkan dalam pembahasan Pendekatan
sebelumnya, Saintifik
dapat
kegiatan
pembelajaran
dilakukan
dalam
menggunakan
berbagai aktivitas
pembelajaran, selain itu guru memiliki peran dalam setiap aktivitas. Pada penelitian ini, kegiatan pembelajaran dan peran guru menggunakan Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Kegiatan pembelajaran dan peran guru dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel I Tabel Deskripsi Kegiatan dan Peran Guru dalam KegiatanPembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik Langkah Pembelajaran Mengamati
Deskripsi Kegiatan Peran Guru Mengamati dengan indra (membaca, Memfasilitasi siswa mendengar, menyimak, melihat, untuk melakukan menonton, dan sebagainya) dengan atau proses mengamati. tanpa alat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
Menanya
Mengumpulkan informasi/mencoba
Menalar/mengasosiasi
Mengkomunikasikan
Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik, menyusun laporan tertulis, dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.
Memfasilitasi siswa untuk melakukan proses menanya.
Memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengumpulkan informasi/mencoba.
Memfasilitasi siswa untuk melakukan proses menalar/ mengasosiasikan.
Memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengkomunikasikan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id