perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V SD Usia siswa SD kelas V berkisar antara 10-11 tahun. Berdasarkan teori perkembangan kognitif pada usia 10-11 tahun ini memasuki tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret menurut Monks, Knoers, dan Haditono (2006: 222) bahwa stadium operasional konkret dapat digambarkan sebagai suatu kemajuan positif dari stadium berpikir pra operasional.. Anak juga sudah dapat memperhatikan aspek dinamisnya dalam perubahan situasi. Akhirnya ia juga sudah mampu untuk mengerti secara logis. Namun ada juga kekurangannya dalam cara berpikir yang operasional konkrit. Anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkret. Dengan kata lain apabila anak dihadapkan dengan suatu masalah (misalnya masalah klasifikasi) secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkret, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik. Pada tahap operasional konkret anak belum mampu berpikir secara abstrak apalagi hipotesis. Hampir segala sesuatu harus ditunjukkan dengan hal-hal yang nyata/secara konkret. Apabila anak dihadapkan pada suatu hal yang tidak konkret/gambaran yang tidak nyata, anak akan merasa kesulitan karena belum mampu untuk berfikir secara verbal/tidak dihadapkan dengan bahan/benda-benda yang konkret. Hal ini merupakan kekurangan pada tahap operasional konkret, namun di sisi lain pada tahap operasional konkret anak sudah dapat mengembangkan pikiran logis, dalam upaya memahami alam sekitarnya, anak tidak lagi mengandalkan informasi yang bersumber pada panca indera karena ia mulai mempunyai commit to user kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
kenyataan yang sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara dengan yang bersifat menetap. Pada tahap operasional konkret ini juga anak tidak hanya sentralis tetapi juga desentralisasi, dan pemecahan masalah tidak didasari dengan keegoisentrisan, sehingga hal ini memungkinkan anak untuk mengadakan hubungan yang lebih luas dengan dunianya untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Sejalan dengan pendapat diatas, menurut pakar perkembangan kognitif mengenai tahap operasional konkret bahwa tahap teori konkret (concrete operations) dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan aturan-aturan tertentu yang logis. Operasi itu bersifat reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan kepada awalnya lagi. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa ciri utama pemikiran operasi konkret adalah adanya transformasi reversible dan sistem kekekalan (Suparno, 2001: 69). Anak sudah dapat memahami suatu hal yang pada dasarnya tetap meskipun hal tersebut dibuat random/acak-acak. Pemikiran anak dalam hal ini sudah dapat berpikir logis. Berdasarkan uraian mengenai karakteristik siswa SD kelas V, maka dapat diambil kesimpulan bahwa siswa SD kelas V yang berusia berkisar 10-11 tahun memasuki tahap operasional konkret, dimana tahap operasional konkret ditandai dengan adanya system operasi berdasarkan apapun yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis. Namun pada tahap operasional konkret ini anak sudah dapat mengembangkan pikiran logis, sehingga anak dapat membedakan segala hal
yang
nyata/sesungguhnya
dan
segala
hal
yang
bersifat
sementara/menetap. Sifat egosentrisme pada tahap ini mulai menghilang, sehingga memungkinkan anak dapat berinteraksi serta bersosialisasi dan bekerjasama dengan baik. Pada usia ini pula anak sudah mulai mengenal commit to user aturan dan bisa melaksanakan aturan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
b. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS memiliki peran yang cukup sentral bagi perkembangan sosial pada siswa dalam memahami realita kehidupan, baik pada masa lampau ataupun masa sekarang. Berkenaan dengan pengertian IPS, menurut BSNP (2007) menyatakan, “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat fakta, peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial” (hlm. 19). Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. IPS
menurut
pakar
pendidikan
menyatakan,
“Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan
pendidikan
dan
psikologis
serta
kelayakan
dan
kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya” (Samiawi & Maftuh, 2001). Ilmu-ilmu sosial (khususnya ilmu sejarah, geografi, ilmu ekonomi/koperasi,
ilmu
politik
dan
pemerintahan,
sosiologi,
antropologi, dan psikologi sosial) sangat berperan dalam mendukung mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan memberikan sumbangan berupa konsep-konsep ilmu yang diubah sebagai “pengetahuan” yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang harus dipelajari siswa. Pengertian tentang Ilmu Pendidikan Sosial Winataputra (2011) menyatakan: PIPS (Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan sosial pada jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah yang mencangkup matato pelajaran Pendidikan Pancasila dan commit user Kewarganegaraan (PPKN); IPS terpadu di sekolah dasar (SD) dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
paket A Luar Sekolah; IPS terkorelasi di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan paket B Luar Sekolah, yang di dalamnya mencakup materi geografi, sejarah, dan ekonomi koperasi, dan IPS terpisah di Sekolah Menengah Umum yang terdiri atas mata pelajaran geografi, sejarah, antropologi, sosiologi, ekonomi, dan tata negara (hlm. 1.1) Berdasarkan beberapa pengertian IPS menurut para pakar pendidikan, dapat diambil kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sekelompok disiplin akademis/mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta mengkaji seperangkat fakta, peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi berkaitan dengan isu sosial
yang
diberikan
mulai
dari
SD/MI/SDLB
sampai
SMP/MTs/SMPLB untuk mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Dengan mempelajari IPS diharapkan siswa mampu membawa dirinya secara dewasa dan bijak dalam kehidupan nyata, siswa tidak hanya mampu menguasai teoriteori kehidupan dalam masyarakat tapi mampu menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan sosial, sehingga menjadi warga negara yang mampu mengaplikasikan ilmunya kedalam bentuk manusia itu selain sebagai mahluk individu yang harus mengenal dirinya, juga sebagai makhluk sosial yaitu harus mampu hidup berinteraksi dengan manusia lainnya yakni dalam kehidupan bermasyarakat. 2) Tujuan IPS Salah satu komponen penting dari suatu mata pelajaran adalah tujuan. Tujuan IPS menurut BSNP (2007: 19) bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan commit to user masyarakat dan lingkungannya;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; d) Memiliki
kemampuan
berkomunikasi,
bekerjasama
dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Mengenai tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Winataputra (2011) berpendapat, “tujuan utama mata pelajaran IPS adalah mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadahi untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi” (hlm. 1.9). Berdasarkan uraian-uraian dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS yaitu untuk meningkatkan kemampuan dan membekali siswa agar mampu bersosialisasi dengan masyarakat luas serta mampu untuk berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk. 3) Ruang Lingkup IPS BSNP (2007) menjelaskan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut, “(1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan; (2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan; (3) Sistem Sosial dan Budaya; (4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan” (hlm. 19). Pada Kurikulum dijelaskan bahwa
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
“Ruang lingkup mata pelajara IPS meliputi
beberapa aspek diantaranya: a) manusia, tempat, dan lingkungan b) waktu, keberlanjutan, c) sistem sosial dan budaya, d) perilaku ekonomi dan kesejahteraan” (Disdikbud, 2007: 121). Berdasarkan uraian mengenai ruang lingkup mata pelajaran IPS dapat commit to user disimpulkan bahwa cakupan mata pelajaran IPS hampir mencangkup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
semua aspek kehidupan manusia, baik dari segi ekonomi, budaya, lingkungan, sosial dan sebagainya. Hal ini menjelaskan bahwa dengan mempelajari IPS, seseorang akan memperoleh pengetahuan yang luas dari berbagai aspek kehidupan. 4) Materi IPS di Kelas V SD a) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai materi tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di kelas V SD Negeri 1 Purwokerto Wetan semester
II.
Pencapaian
tujuan
pembelajaran
diperlukan
pengembangan terhadap Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
yang
ditetapkan.
Berikut
Standar
Kompetensi
dan
Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut: (1) Standar Kompetensi 2.
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan
dan
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. (2) Kompetensi Dasar 2.4
Menghargai
perjuangan
para
tokoh
dalam
mempertahankan kemerdekaan. (3) Indikator 2.4.1 Menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. 2.4.2 Menunjukkan sikap menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. 2.4.3 Menjelaskan Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. 2.4.4 Menjelaskan Peristiwa Bandung autan Api. 2.4.5 Menjelaskan Pertempuran Ambarawa. commit to user 2.4.6 Menjelaskan Pertempuran Medan Area.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
b) Materi IPS Materi IPS yang digunakan untuk penelitian yaitu tentang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Materi yang lebih rinci antara lain: (1) Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya
Gambar 2.1. Bung Tomo (a) Penyebab pertempuran Sekutu diboncengi orang-orang NICA (Nederlands Indies Civil Administration atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) akan membangun kembali kekuasaan kolonial Belanda, sehingga terjadilah pertempuran di Surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo. (b) Peranan tokoh dalam perjuangan Sepanjang pertempuran, semangat juang bangsa Indonesia terus dibakar oleh pemimpin perjuangan rakyat Surabaya, yaitu Bung Tomo. Dengan suaranya yang lantang, Bung Tomo membakar semangat dan berseru:”Maju terus pantang mundur! Allahu Akbar!Allahu Akbar!” Suara Bung Tomo ini terdengar pula melalui radio-radio. (c) Cara mengenang para tokoh pada Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai hari Pahlawan
untuk
Perlawanan
memperingati
rakyat
Surabaya
jasa
para
pahlawan.
mencerminkan
tekad
perjuangan seluruh rakyat Indonesia. (2) Bandung Lautan Api
Gambar 2.2. Kolonel Abdul Harris Nasution (a) Penyebab pertempuran Sekutu datang ke Bandung juga diboncengi oleh NICA yang ingin menguasai kembali Indonesia. Sekutu bersikap sewenang-wenang dengan mengeluarkan ancaman agar orang-orang Bandung menyerahkan senjata hasil lucutan dari tentara Jepang. Selain itu juga, Sekutu meminta pihak pejuang dan rakyat meninggalkan kota Bandung dengan alasan penjagaan keamanan. (b) Peranan tokoh dalam perjuangan Tokoh-tokoh
pejuang,
seperti
Aruji
Kartawinata,
Suryadarma, dan Kolonel Abdul Harris Nasution yang menjadi Panglima TRI waktu itu segera bermusyawarah. Mereka sepakat untuk mematuhi perintah dari Pemerintah Pusat. Namun, mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian selatan itu secara utuh kepada musuh. (c) Cara mengenang para tokoh pada Peristiwa Bandung Lautan Api commit dalam mempertahankan kemerdekaan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Untuk mengenang peristiwa Bandung Lautan Api, Ismail Marzuki mengabadikannya dalam sebuah lagu yaitu HalloHallo Bandung. (3) Pertempuran Ambarawa
Gambar 2.3. Kolonel Sudirman (a) Penyebab pertempuran Pertempuran Ambarawa bermula dari tindakan Sekutu dan NICA yang membebaskan interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa tanpa berunding terlebih dahulu dengan pihak republik. (b) Peranan tokoh dalam perjuangan Letkol Isdiman yang merupakan Komandan Resimen Banyumas gugur dalam pertempuran tersebut. Hal ini mendorong Panglima Divisi Banyumas, Kolonel Soedirman untuk turun ke medan pertempuran di Ambarawa dan membawa semangat baru di antara pejuang, sehingga tentara Sekutu dapat diusir. (c) Cara mengenang para tokoh pada Pertempuran Ambarawa dalam mempertahankan kemerdekaan Untuk memperingati hari bersejarah tersebut, maka setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri. Selain itu, di Ambarawa juga didirikan sebuah monumen commit to user yang diberi nama Palagan Ambarawa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
(4) Pertempuran Medan Area
Gambar 2.4. Letjen. (Purn.) TNI Achmad Tahir (a) Penyebab pertempuran Sekutu tiba di Medan dengan dibonceng tentara Belanda dan NICA. (b) Peranan tokoh dalam perjuangan Sumatra Utara adalah daerah yang terlambat menerima informasi tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mr. Teuku Mohammad Hasan yang diangkat menjadi gubernur menyampaikan kabar gembira itu pada tanggal 27 Agustus 1945. Atas perintah pemerintah pusat di Jakarta, beliau menegakkan kedaulatan republik di Sumatra. Para pemuda dipelopori oleh Achmad Tahir, seorang mantan perwira Tentara Sukarela (Giyugun) membentuk Barisan Pemuda Indonesia. Anggotanya para pemuda bekas Giyugun dan Heiho Sumatera Timur yang dipimpin oleh Ahmad Tahir. Mereka mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan tentara Jepang. (c) Cara mengenang para tokoh pada Pertempuran Medan Area dalam mempertahankan kemerdekaan Pada tanggal 13 Oktober 1945 para pemuda yang tergabung commit to user dalam TKR terlibat bentrok dengan pasukan Belanda,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
sehingga hal ini menjalar ke seluruh kota Medan. Hal ini menjadi awal perjuangan bersenjata yang dikenal dengan Pertempuran Medan Area. c. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh siswa, meskipun orang dewasa pun masih harus belajar untuk mendapatkan suatu
pengetahuan
ataupun
keterampilan.
Ilmu
pengetahuan,
wawasan, dan keterampilan tidak akan dapat diperoleh tanpa adanya proses belajar. Belajar adalah kunci utama menuju kesuksesan, meskipun usaha yang sungguh-sungguh juga harus dilakukan. Hal ini dapat dikaitkan dengan pendapat Suprijono yang menyatakan, “Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan” (2011: 3). Mendengar kata belajar, biasanya pikiran kita terkait dengan kata sekolah. Padahal, belajar tidak harus dibatasi dengan sekolah. Belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan apa saja asalkan individu tersebut ada kemauan untuk berlatih. Berkaitan dengan pengertian belajar, Ahmadi dan Supriyono berpendapat,”Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang” (2004: 127). Berdasarkan berbagai definisi tersebut, belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada manusia melalui latihan untuk mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan melalui pengalaman. Pada penelitian ini, penggunaan Metode Think Pair and Share sebagai sarana dalam penyampaian materi pembelajaran sesuai diterapkan dalam kegiatan belajar. Metode Think Pair and Share mendukung adanya suatu proses perubahan perilaku yang positif pada siswa melalui latihan bekerjasama untuk mendapatkan pengetahuan ataupun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
keterampilan menyampaikan pendapat, sehingga dengan begitu siswa memperoleh pengalaman baru dalam kegiatan belajar. 2) Prinsip-Prinsip Belajar Manusia yang ingin maju adalah manusia yang mempunyai prinsip dalam hidupnya. Tanpa mempunyai prinsip yang kuat, manusia mudah goyah dan akan sulit untuk mewujudkan tujuan hidup. Begitu pula dalam dunia pendidikan yang erat kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran yang baik tidak akan terwujud apabila tidak didasari dengan prinsip-prinsip belajar, karena hal ini merupakan pondasi agar tidak goyah dari berbagai kendala, sehingga tercapai tujuan belajar yang diharapkan.Melalui prinsipprinsip belajar pula, guru dapat memilih tindakan yang tepat dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Mengenai
prinsip-prinsip
belajar,
Suprijono (2011: 4) merumuskan dalam tiga batasan sebagai berikut: a) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: (1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari. (2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. (3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. (4) Positif atau berakumulasi. (5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. (6) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. (7) Bertujuan dan terarah. (8) Mencakup kesulurahan potensi kemanusiaan. b) Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong commit to user kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
sistemik yang dinamis, konstruktif, dan
organik. Belajar
merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. c) Belajar merupakan
bentuk pengalaman. Pengalaman
pada
dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip belajar menurut Priyanto (2012) adalah (1) Perhatian dan motivasi siswa, (2) Keaktifan belajar, (3) Keterlibatan dalam belajar, (4) Pengulangan belajar, (5) Tantangan semangat belajar, (6) Pemberian balikan dan penguatan belajar, dan (7) Adanya perbedaan individual dalam prilaku belajar. Pendapat lain mengenai prinsip-prinsip belajar dijelaskan Hamalik (2003) yang menyatakan: Pengalaman dasar. Pengalaman dasar berfungsi mempermudah siswa memperoleh pengalaman baru. Motivasi belajar. Siswa akan melakukan perbuatan belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Penguatan (latihan dan ulangan) belajar. Hasil belajar yang telah diperoleh oleh siswa perlu dimantapkan agar tercipta penguasaan tuntas (hlm. 17). Berdasarkan prinsip-prinsip belajar tersebut, penerapan Metode Think Pair and Share dalam penelitian merupakan perpaduan yang sesuai. Hal ini karena pada prinsipnya Metode Think Pair and Share memberikan kontribusi kepada siswa agar dapat merubah perilaku yang awalnya pasif menjadi aktif dalam pembelajaran melalui kerjasama untuk belajar menyampaikan pendapat dari hasil pemikiran masing-masing siswa kemudian
didiskusikan, sehingga siswa
memperoleh pengalaman baru serta tertantang untuk lebih semangat dalam belajar. 3) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang diperoleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik lingkungan, pergaulan, keluarga, maupun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
dari diri peserta didik tersebut. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2010: 54-59) antara lain: a) Faktor Intern (dari dalam individu yang belajar) Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut antara lain; (1) faktor jasmaniah meliputi: kesehatan, cacat tubuh, (2) faktor psikologis meliputi: intelegensi, erhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan, (3) faktor kelelaan. b) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi antara lain; (1) faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan, (2) faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah, (3) faktor masyarakat meliputi; kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Pendapat yang hampir sama juga dijelaskan Syah (2003: 144) secara rinci merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut: 1) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; 2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Berdasarkan berbagai definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar berasal dari dalam diri siswa/individu tersebut (faktor internal) serta dari lingkungan sekitar siswa/dari luar diri siswa (faktor eksternal). Berkaitan dengan penggunaan Metode Think Pair and Share terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, meliputi faktor internal yang berasal dari siswa itu sendiri kaitannya dengan Metode Think Pair and Share contohnya dapat menumbuhkan keberanian berpendapat dalam diri siswa. Hal ini karena Metode Think Pair and Share memungkinkan siswa bertukar pikiran dengan temannya dalam berdiskusi. Pada proses bertukar pikiran tersebut, setiap siswa secara otomatis dituntut untuk berpikir sehingga akan tumbuh keberanian berpendapat dalam diri siswa masing-masing. Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa kaitannya dengan Metode Think Pair and Share antara lain kerjasama, hubungan antar siswa, metode/model pembelajaran itu sendiri. Karena pada dasarnya Metode Think Pair and Share membimbing siswa untuk bekerja secara berkolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, sehingga dapat mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia. 4) Hasil Belajar Proses belajar mengajar yang dilaksanakan peserta didik pada akhirnya akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar yang diperoleh merupakan suatu gambaran dari kegiatan belajar peserta didik dimana keterampilan, kepribadian, atau nilai yang tercantum tergantung pada kesungguhan peserta didik tersebut. Apabila peserta commit to user didik tersebut bersungguh-sungguh dalam kegiatan belajar, maka hasil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
belajar yang diperoleh akan memuaskan, namun apabila peserta didik tersebut tidak bersungguh-sungguh maka hasil belajar yang diperoleh akan mengecewakan. Mengenai definisi hasil belajar, Suprijono berpendapat, “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan” (2011: 5). Agar memperoleh hasil belajar yang maksimal, peserta didik harus berusaha dengan cara giat belajar serta benar-benar memahami apa yang dipelajarinya. Proses/perbuatan dan hasil belajar merupakan hal yang saling berkaitan, tanpa adanya proses/perbuatan belajar peserta didik tidak akan mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Mengenai pengertian hasil belajar, Ahmadi dan Supriyono (2004: 127) berpendapat, ”Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar.” Pada dasarnya aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik, pada akhirnya akan memperoleh hasil yang diharapkan. Berkenaan
dengan
hasil
belajar
Suprayekti
(2009)
menyatakan bahwa hasil belajar siswa dinilai melalui beragam cara dan perwujudan, guru menggunakan beragam teknik dan alat ukur, siswa mengekspresikan keberhasilannya dalam beragam bentuk (hlm. 4.42). Berdasarkan pendapat mengenai hasil belajar, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari usaha yang dilaksanakan oleh peserta didik dalam proses, kegiatan, dan perbuatan belajar baik berupa nilai, keterampilan, maupun kepribadian yang bersifat positif.Berkaitan dengan hasil belajar, Metode Think Pair and Share merupakan alternatif baru dalam dunia pendidikan sebagai suatu metode untuk menyampaikan materi kepada siswa dengan prosedur yang diharapkan membuat siswa lebih aktif, sehingga hasil belajar pun menjadi maksimal. Pada usia SD khususnya kelas V, siswa lebih commit to user cenderung senang berkelompok dengan teman-temannya. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
diterapkan pula pada Metode Think Pair and Share dengan cara siswa bekerjasama dengan teman untuk menemukan jawaban dari suatu pertanyaan dalam materi pembelajaran. Melalui metode ini siswa yang malas untuk berpikir secara tidak langsung akan terpacu ikut serta berdiskusi menemukan jawaban dari suatu pertanyaan dalam materi pembelajaran karena melihat teman-teman yang lain sibuk berpikir. Kondisi tersebut memungkinkan siswa menjadi paham dengan materi yang dipelajari, sehingga hasil belajar dapat maksimal sesuai dengan yang diharapkan. 5) Pembelajaran Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Pembelajaran dilaksanakan dalam proses belajar mengajar sebagai sarana untuk mencapai suatu pemahaman terhadap ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru dan bertindak sebagai fasilitator siswa, melalui pembelajaran siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik. Siswa menjadi tahu bagaimana sopan santun serta etika dalam masyarakat. Siswa juga menjadi tahu segala ilmu pengetahuan, sehingga mempunyai wawasan yang luas. Mengenai pengertian pembelajaran menurut Asmani menyatakan, ”Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa, atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam
situasi
edukatif,
untuk
mencapai
tujuan
tertentu”(2011: 30). Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran, yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu unsur penentu baik atau tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan yaitu dengan pembelajaran. Pembelajaran yang baik akan menghasilkan lulusan dengan hasil commit to user belajar yang baik pula, demikian juga sebaliknya. Seorang pakar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
pendidikan terkait arti pembelajaran berpendapat, ”Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar” (Isjoni, 2011: 14).
Pendidik membantu peserta didik melalui pembelajaran agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pengertian pembelajaran dari berbagai pakar pendidikan mengandung makna yang hampir sama, meskipun berbeda kata dan kalimat. Seperti halnya pembelajaran menurut Suprijono menyatakan, “Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari” (2011: 13). Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dan perubahan yang terjadi dalam diri siswa, sehingga menghasilkan individu-individu yang berkualitas baik secara kepribadiannya maupun intelektualnya. Pemilihan metode yang tepat juga merupakan upaya terwujudnya pembelajaran yang efektif. Penggunaan Metode Think Pair and Share sesuai digunakan dalam pembelajaran disebabkan oleh prosedur metode ini membuat siswa lebih maksimal dalam mempelajari materi, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Melalui Metode Think Pair and Share siswa mampu mengembangkan kemampuan mendengar, mengemukakan pendapat, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan temannya. Kerjasama yang terjalin membimbing siswa untuk saling menghargai temannya. Hal ini memungkinkan terciptanya pembelajaran yang efektif karena melalui Metode ThinkPair and Share dapat meminimalisir siswa yang bersikap pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui Metode Think commit to user Pair and Share pula, siswa dibimbing untuk lebih banyak berpikir dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
berdiskusi dengan temannya sesuai dengan prosedur yang sudah dikonsep, sehingga materi yang dipelajari dapat lebih dipahami dengan mudah.
2. Penggunaan Metode “Think Pair and Share” a. Pengertian Metode Pembelajaran yang efektif dan berkualitas merupakan tujuan dari proses belajar mengajar. Agar harapan tersebut dapat terwujud, diperlukan adanya suatu sarana dalam menyampaikan materi kepada siswa dengan efektif. Sarana yang efektif sebagai pengantar materi yang akan disampaikan kepada siswa adalah dengan menggunakan metode. Pengertian metode menurut Sumantri dan Permana (2001: 114) berpendapat, “Metode juga dapat diartikan sebagai cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.” Kelancaran proses belajar mengajar merupakan hal yang harus diperhatikan oleh guru dan merupakan tanggungjawab guru. Penggunaan metode demi kelancaran proses belajar mengajar sangat penting untuk diterapkan. Berdasarkan pendapat dari ahli dapat diambil kesimpulan bahwa metode adalah
cara/jalan
yang ditempuh
guru
dalam
mengajar untuk
menyampaikan materi kepada siswa agar tercapai proses belajar yang lancar serta efektif sesuai dengan prosedur untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan dan sesuai dengan tujuan. b. Jenis-Jenis Metode Metode merupakan unsur yang penting dalam pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat oleh guru juga merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. Akan tetapi, guru harus bisa memilih mana metode yang tepat sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. commit to user Guru harus bisa memilih metode yang efektif dan membuat siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
menjadi aktif serta dapat bekerjasama dengan kelompok dalam pembelajaran. Metode yang tepat agar siswa dapat bekerjasama dengan baik adalah metode pembelajaran kooperatif. Mengenai metode pembelajaran kooperatif, Suprijono (2011) berpendapat: Metode pembelajaran kooperatif yaitu (1) Jigsaw, (2) ThinkPair-Share,(3) Numbered Heads Together, (4) Group Investigation, (5) Two Stay Two Stray, (6) Make a match, (7) Listening Team, (8) Inside-Outside Circle, (9) Bamboo Dancing, (10) Point-Counter-Point, (11) The Power of Two (hlm. 89). Think Pair and Share merupakan metode yang sederhana, namun bermanfaat untuk melatih siswa bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain. Melalui metode ini, siswa dilatih untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru secara berpasangan lalu kemudian didiskusikan secara berkelompok 4 orang siswa. Selain itu, melalui metode ini siswa juga dilatih untuk dapat menunjukkan partisipasinya kepada orang lain. c. Pengertian Metode Think Pair and Share Apabila dilihat berdasarkan kata Metode Think Pair and Share dapat diartikan Think (berpikir), Pair (berpasangan), Share (berbagi). Pengertian Metode Think Pair and Share untuk lebih jelas, menurut Huda (2011: 132) bahwa Metode Think Pair and Share dikembangkan pertama kali oleh Frank Lyman dari Universitas of Maryland. Pertamatama, siswa diminta untuk duduk berpasangan. Kemudian, guru mengajukan satu pertanyaan/masalah kepada mereka. Setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri-sendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas pertanyaannya itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangan di sebelahnya untuk memperoleh satu consensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka berdua. Setelah itu guru meminta untuk menshare, menjelaskan, atau menjabarkan hasil konsensus atau jawaban yang telah mereka sepakati pada siswa-siswa commit to user yang lain di ruang kelas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Metode Think Pair and Share menekankan siswa untuk bisa bekerjasama dalam memecahkan pertanyaan dari tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini memungkinkan siswa tidak berpikiran individual karena dalam metode ini siswa harus saling bekerjasama, sehingga melatih berargumentasi. Pendapat lain mengenai pengertian Think Pair and Share juga dijelaskan oleh Asmani (2011) yang menyatakan: Inti dari Metode Think Pair and Share adalah siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing. Setelah itu, guru memimpin sidang pleno kecil untuk berdiskusi dan tiap kelompok mengemukakan hasilnya” (hlm. 46). Setiap metode apapun jenisnya, guru tentu saja tidak bisa lepas tangan hanya sebagai fasilitator. Apapun metode yang dipakai guru harus memberikan konfirmasi setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode, dalam hal ini khususnya Think Pair and Share. Seperti halnya pendapat Asmani mengenai pengertian Think Pair and Share, setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan Think Pair and Share yang dilaksanakan oleh siswa, guru kemudian mengambil alih untuk memimpin diskusi di dalam kelas, untuk kemudian menyuruh siswa untuk mengemukakan hasil diskusi yang telah dilakukan. Berdasakan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Metode Think Pair and Share merupakan metode yang dapat melatih siswa untuk bekerjasama serta berpendapat dalam suatu kelompok. Pelaksanaan Metode Think Pair and Share dilakukan secara berpasang-pasangan, terlebih dahulu siswa memikirkan sendiri jawaban atas pertanyaan yang diberikan
guru.
Hasil
pemikiran
tersebut
didiskusikan
secara
berpasangan, lalu kemudian setiap pasangan bertemu dalam kelompok untuk sharing jawaban hasil pemikiran masing-masing pasangan. Setelah itu tiap kelompok mengemukakan hasil pemikiran tersebut di depan kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
d. Langkah-Langkah Metode Think Pair and Share Penggunaan suatu metode pembelajaran harus melalui langkahlangkah sesuai dengan prosedur metode yang digunakan. Begitu juga dalam penggunaan Metode Think Pair and Share ada beberapa langkahlangkah yang harus diikuti agar hasil pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan. Langkah-langkah penggunaan Metode Think Pair and Share menurut Huda (2011: 136) yaitu: 1) Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat anggota/siswa. 2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok. 3) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu. 4) Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya. 5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masingmasing untuk menshare hasil diskusinya. Langkah-langkah Metode Think Pair and Share menurut Suprijono (2011: 91) menyatakan bahwa seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi
kesempatan
kepada
mereka
memikirkan
jawabannya.
Selanjutnya “Paired”, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakn dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat commit to user menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan langkah-langkah Metode Think Pair and Share yang akan digunakan pada penelitian (terbahas dalam skenario pada lampiran 2 halaman 124) antara lain: 1) Thinking / Tahap berpikir Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu: a) siswa dibagi dalam beberapa kelompok oleh guru dan dalam 1 kelompok terdiri dari 4 anggota, b) siswa dibagikan LKS mengenai materi pembelajaran yang akan dipelajari, c) guru memerintahkan masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas / soal dalam LKS tersebut secara sendiri-sendiri/individu. 2) Paired / Tahap Berpasangan Setelah
masing-masing
anggota
kelompok
memikirkan
dan
mengerjakan tugas / soal dalam LKS tersebut secara sendirisendiri/individu, kegiatan yang dilakukan yaitu: a) guru meminta masing-masing anggota kelompok untuk berpasangan, b) guru memberi kesempatan setiap pasangan untuk berdiskusi, c) diharapkan diskusi pada tahap berpasangan dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkan masing-masing anggota dengan pasangannya. 3) Sharing / Tahap Berbagi Kegiatan yang dilakukan yaitu: a) guru memerintahkan siswa untuk bergabung dengan kelompok yang terdiri dari 4 anggota, b) hasil diskusi setiap pasangan dibicarakan/dibagikan dengan kelompok, c) hasil diskusi yang telah dishare dalam kelompok kemudian dipresentasikan oleh siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
e. Kelebihan dan kelemahan Metode Think Pair and Share 1) Kelebihan Metode Think Pair and Share Berdasarkan kelebihannya, Metode Think Pair and Share perlu diterapkan dalam pembelajaran IPS. Kelebihan Metode Think Pair and Share, Isjoni (2011) menyatakan: a) Memberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. b) Memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (hlm. 112) Sejalan dengan pendapat diatas Santoso (2011) menyatakan bahwa kelebihan Metode Think Pair and Share adalah: a) Memberi siswa lebih banyak waktu untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. b) Seorang siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. c) Memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. d) Penerimaan
terhadap
individu
lebih
besar.
Dalam
model
pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru. e) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan Metode Think Pair and Share yaitu: a) Melatih siswa untuk berpikir serta mengajukan pendapat dalam kelompok. b) Melatih siswa agar lebih terampil bersosialisasi. c) Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa. d) Meningkatkan rasa toleransi pada siswa untuk menghargai pendapat orang lain. 2) Kelemahan Metode Think Pair and Share Kelemahan Metode Think Pair and Share perlu diperhatikan agar dapat disesuaikan dengan pembelajaran serta kondisi siswa dan kelas. Kelemahan Metode Think Pair and Share, menurut Fadholi (2009) adalah: a) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas. b) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas. c) Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga, untuk itu guru harus dapat membuat
perencanaan
yang
seksama
sehingga
dapat
meminimalkan jumlah waktu yang terbuang. d) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. e) Lebih sedikit ide yang muncul. f) Jika ada perselisihan tidak ada penengah. g) Menggantungkan pada pasangan. h) Ketidaksesuaian
antara
waktu
yang
direncanakan
dengan
pelaksanaannya. i) Metode pembelajaran think pair and share belum banyak diterapkan di sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
j) Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru memerlukan intervensi secara maksimal. k) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan tentang kelemahan Metode Think Pair and Share antara lain: a) Guru harus berperan banyak serta tidak boleh lengah dalam pembelajaran menggunakan Metode Think Pair and Share artinya guru juga harus aktif. b) Waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran menggunakan Metode Think Pair and Share lebih lama. c) Metode Think Pair and Share hanya cocok digunakan pada kelas atas.
B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayah tahun 2012 di SD Negeri 1 Kewangunan yang berjudul “Penerapan Metode Think Pair Share Dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kewangunan”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayah adalah pembelajaran menerapkan Metode Think Pair Share dapat meningkatkan pembelajaran Matematika pada siswa kelas IV SD. Peningkatan proses pembelajaran Matematika dari 69,23% pada siklus I meningkat menjadi 76,92% pada siklus II, dan meningkat lagi menjadi 85% pada siklus III. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika dari pretest 52,17% meningkat menjadi 88,5% pada siklus I, 85% pada siklus II, dan 88,5% pada siklus III. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Nita Mardikianingrum tahun 2012 di SD to user Negeri 03 Jatisuko yang commit berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Kalimat Sederhana Berhuruf Jawa Dengan Menggunakan Metode ThinkPair-Share Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jatisuko tahun ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nita Mardikianingrum adalah bahwa metode Think-Pair-Share dapat meningkatkan keterampilan menulis kalimat sederhana berhuruf Jawa. Peningkatan terjadi pada setiap siklus, pada saat pratindakan keterampilan menulis kalimat sederhana berhuruf Jawa masih tergolong rendah dan nilai rata-rata pada saat pratindakan
mencapai
56,87
dengan
ketuntasan
klasikal
31,25%.
Pemerolehan nilai rata-rata pada siklus I meningkat menjadi 74,62 dengan ketuntasan klasikal 62,5%, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 87,25 dengan ketuntasan klasikal 81,25%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah ada terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu: 1. Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). 2. Menggunakan Metode Think Pair Share dalam penelitian. Perbedaannya yaitu: 1. Penelitian yang dilaksanakan digunakan untuk meningkatkan pembelajaran IPS. 2. Pelaksanaan penelitian pada siswa kelas V SD Negeri 1 Purwokerto Wetan.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran IPS di SD Negeri 1 Purwokerto Wetan khususnya pada siswa kelas V hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode utama dalam menyampaikan materi IPS, selain itu kegiatan lain yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS siswa hanya diminta untuk menghafal dan membaca buku tanpa ditekankan adanya pemahaman. Hal tersebut mengakibatkan siswa menjadi bosan dan jenuh serta mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif belum sepenuhnya dilaksanakan. Hal ini menyebabkan siswa kurang paham khususnya pada commit to user pembelajaran IPS, siswa hanya terpacu pada hafalan bukan pemahaman.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
Solusi yang sesuai agar dapat meningkatkan pembelajaran IPS serta diterima dengan baik oleh siswa yaitu guru menggunakan metode yang dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam bekerjasama memecahkan suatu hal/masalah. Lebih tepat jika metode yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas V SD yang masuk pada tahap operasional konkret. Pada tahap operasional konkret sifat egosentrisme pada anak mulai menghilang,
sehingga
memungkinkan
anak
dapat
berinteraksi
serta
bersosialisasi dan bekerjasama dengan baik dan lebih berkembang. Salah satu metode yang sesuai adalah Metode Think Pair and Share yaitu metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Prosedur Metode Think Pair and Share dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain sehingga mempunya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep. Penggunaan Metode Think Pair and Share diharapkan pembelajaran IPS siswa SD Negeri 1 Purwokerto Wetan akan meningkatkan serta hasil belajar siswa juga akan meningkat dari kondisi sebelumnya. Berdasarkan uraian yang peneliti sampaikan di atas, apabila Metode Think Pair and Share dilaksanakan dengan tepat, maka dapat meningkatkan pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Purwokerto Wetan Tahun Ajaran 2013/2014. Untuk lebih jelasnya, peneliti menyajikan bagan kerangka berpikir sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Kondisi Awal 1. Pembelajaran IPS Pair Share menggunakan pendekatan konvensional/tradisional 2. Menekankan pada: a. ceramah b. mendengarkan c. hapalan tanpa ditekankan pemahaman
Hasil 1. Siswa merasa bosan dalam pembelajaran IPS 2. Siswa kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas 3. Hasil belajar siswa rendah.
Tindakan Penggunaan Metode Think Pair and Share dalam pembelajaran IPS
Siklus I yaitu Peristiwa 10 November dan Bandung Lautan Api
Siklus II yaitu Pertempuran Ambarawa dan Pertempuran Medan Area
Kondisi akhir pembelajaran IPS 1. Siswa menjadi aktif 2. Tujuan pembelajaran jelas 3. Pembelajaran lebih menarik 4. Minat belajar siswa meningkat 5. Siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran
Gambar 2.5. Bagan Kerangka Berpikir
commit to user
Hasil belajar meningkat.
siswa
akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian ini yaitu: “Jika penggunaan Metode Think Pair and Share dilaksanakan dengan baik, maka akan meningkatkan pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Purwokerto Wetan.”
commit to user