BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori berisi mengenai semua teori yang bersangkutan dengan penelitian tindakan kelas yang dibuat oleh peneliti. Kajian teori berikut akan membahas mengenai variabel X (model pembelajaran Example non example) dan variabel Y (hasil belajar). Berikut uraian mengenai hasil belajar dan model pembelajaran Example non example dengan media gambar. 2.1.1 Pengertian Belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya,namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami perubahan dalam dirinya.berikut ini adalah beberapa definisi belajar menurut para ahli : a. Menurut Slameto ( 2003 : 23 ) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perobahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam intraksi dengan lingkungannya. b. Hamalik (2004: 36) mendefinisikan belajar adalah suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorangyang diyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. c. Menurut Gage adalah proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat dari pengalaman. d. Menurut skinner, belajar adalah suatu proses adaptasiatau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar, responsnya menurun. Dengan demikian , belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons.
7
8
e. Menurut Robert Magne, belajar adalah suatau proses yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan simulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Berdasarkan beberapa definisi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman yang berasal dari lingkungan. Agar terjadinya proses belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar dikelas, seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada peserta didik dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan belajar adalah sebagai berikut (A.M., 1986:28-31). a. Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Jenis interaksi atau cara yang digunakan untuk kepentingan itu pada umumnya dengan model kuliah (presentasi), pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan demikian, siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya dan sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berfikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya. b. Penanaaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu keterampilan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Keterampilan rohani lebih rumit karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalanpersoalan penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.
9
c. Pembentukan sikap Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak didik, guru, harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu, dibutuhkan kecakapan. 2.1.2 Hasil Belajar Menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne (Suprijono 2012:5-6), hasil belajar berupa: (1) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. (2) keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. (3) strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (4) keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Slameto (2010:54-72) adapun factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu : 1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (Intern) yang meliputi : a. Faktor
biologis,
meliputi:
kesehatan,
gizi,
pendengaran
dan
penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil presentasi belajar.
10
b. Faktor psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. c. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani Nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang. 2) Faktor yang ada pada luar individu yang disebut yang disebut dengan faktor Ekstern, yang meliputi: a. Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. b. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. c. Faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi persentasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditujukan dngan hasil evaluasi yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Gagne membagi lima kategori hail belajar, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris. Sedangkan secara garis besar Bloom membaginya kedalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotorik. 2.1.2.1 Pengukuran Hasil Belajar Menurut Robinson (1988:86), prosedur pengukuran yang terorganisasi dan teratur mutlak diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu mengukur dampak semua aspek pengajaran yang diberikan kepada muridnya dengan mempertimbangkan kondisi yang ada di sekolah dan yang ada di rumah,
11
dan terutama yang berkenaan dengan sasaran dan tujuan belajar yang ditentukan dalam program sekolah. Menurut Sudjana (1990:35), tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang efeltif dan psikomotorik. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula pada proses belajar siswa dan proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Oleh sebab itu perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar mengajar. 2.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) IPA berasal dari kata Sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (Izatinkamala,1998:23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yang teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal. Sedangkan menurut Abdullah (Izatinkamala,1998:18) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus,yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi,
penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan. 2.1.3.1 Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA Prinsip-prinsip Piaget dalam pembelajaran IPA (Harsono,1993:74) diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui
12
penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan memanipulasi alat, bahan, atau media belajar
yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang
mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalamam belajar.Implikasiteoro kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Memusatkan perhatian kepada berpikir atau prose mental anak,tidak sekedar pada hasilnya.Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. 2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.Oleh karena itu,selain mengajar secara klasik,guru menyiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik. 3. Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan.Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urtan perkembangan yang sama,namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik.Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI oleh Refandi ( 2006 : 37 ) Bahwa mata pelajaran IPA di SD / MI memiliki beberapa tujuan.Tujuan tersebut diantaranya dalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
13
Pendapat lain ( Bernal, 1998 : 3 ) juga menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPA bagi peserta didik agar peserta didik memiliki berbagai kemampuan . Kemampuan tersebut diantaranya adalah : 1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Yang Maha Esaberdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan – Nya. 2. Mengembangkan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalm kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesedaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Kesimpulan dari beberapa pengertian prinsip dan tujuan IPA yaitu belajar Sains tidak hanya menimbun pengetahuan,tetapi harus dikembangkanserta diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.4 Pembelajaran IPA di SD/MI Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan, dalam hal ini masa depan kehidupan anak yangditentukan orang tua. Oleh karenanya, sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Pembelajaran
merupakan
suatu
proses
penyampaian
pengetahuan,yang
dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya (Hisyam Zaini, 2004: 4).
14
Berdasar beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39). Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7). Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
15
Tujuan pembelajaran IPA Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa: a. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat. b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. d. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari. e. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain. f. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Berdasarkan penjabaran di atas, penulis mengambil materi yang tercantum di dalam Silabus untuk mata pelajaran IPA adalah: Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
7.Memahami perubahan yang 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam terjadi
di
alam
hubungannya penggunaan alam
dan yang
terjadi
di
Indonesia
dan
dengan dampaknya bagi makhluk hidup dan sumber
daya lingkungan. 7.7
Mengidentifikasi
kegiatan mengubah
manusia
yang
permukaan
beberapa dapat bumi.
(pertanian, perkotaan dan sebagainya)
16
2.2 Model Pembelajaran Example non Example Model pembelajaran Example non Example atau juga bisa disebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Model pembelajaran example non example adalah model pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan dikelas tinggi, namun dapat juga digunakan dikelas rendah dengan menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti : a. Kemampuan berbahasa tulis dan lisan, b. Kemampuan analisis ringan, dan c. Kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Metode pembelajaran Example non example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anank yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas. 2.2.1 Prinsip dan ciri-cirimodel pembelajaran example non example Metode example non example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari diluar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu
17
sendiri. example non example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan nonexample dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Metode example non example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example non example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. 2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan model pembelajaran example non example Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode example non example antara lain : a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek. b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progesif melalui pengalaman dari example non example. c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
18
1) Kebaikan : a) Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar. b) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. c) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. 2) Kekurangan a) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. b) Memakan waktu yang lama. Menurut Dr.Kokom Komalasari, M.Pd. membelajarkan kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan masalah. Siswa diarahkan untuk mengidentifikasi masalah dan menemukan cara pemecahan masalah yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut. Langkah-langkah menurut Eko (2011) Tentang Model Pembelajaran Example Non Example adalah sebagai berikut: 1. Guru
mempersiapkan
gambar-gambar
sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan lewat OHP. 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar. 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. 5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan. Langkah-langkah menurut siputro (2012) tentang model pembelajaran example non examples dan metode lesson study adalah sebagai berikut: 1. Guru mempersiapkan contoh gambar atau kasus yang akan dipelajari.
19
2. Guru menempelkan gambar didepan kelas atau bisa menggunakan media OHP/proyektor. 3. Guru memberikan arahan bagi siswa untuk memperhatikan serta menganalisa maksud dari gambar tersebut. 4. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 2-3 siswa. 5. Tugas kelompok adalah menyampaikan laporan analisa gambar berdasarkan diskusi kelompoknya. 6. Tiap kelompok diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusinya. 7. Dari hasil yang dibacakan guru mulai mengembangkan materi sesuai dengan tujuan awal. 8. Guru atau siswa dibantu guru untuk membuat kesimpulan. Langkah-langkah menurut Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. di bukunya “ Pembelajaran Kontekstual” yaitu: 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar tentang permasalahan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui OHP. 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/ menganalisis permasalahan yang ada dalam gambar. 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis masalah dalam gambar tersebut dicatat pada kertas. 5. Tiap
kelompok
diberi
kesempatan
untuk
membacakan
hasil
diskusinya. 6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan.
20
Dibuku “Konsep Stategi Pembelajaran” menurut Dr. Nanang Hanafiah, M.M,Pd dan Drs. Cucu Suhana, M.M.Pd langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran example non example adalah sebagai berikut: 1. Guru
mempersiapkan
gambar-gambar
sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan tulis, ditayangkan melalui OHP atau in focus. 3. Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memerhatikan dan menganalisa gambar. 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik dan hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat. 5. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan. Peneliti dapat menyimpulkan dari langkah-langkah example non example diatas yaitu : Example non example adalah model pembelajaran agar siswa secara bebas berdiskusi dan mengemukakan pendapatnya. Example non example adalah model pembelajaran yang dimana guru memakai media gambar dalam pembelajaran, gambar tersebut dapat ditempel di papan atau di tayangkan di OHP. Siswa diberi kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya masing-masing dengan tujuan siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat dari kelompoknya masing-masing. Dengan model pembelajaran example non example siswa diharapkan akan mandiri dan memahami isi materi yang ada di dalam pembelajaran tersebut. 2.2.3 Sintaks Model Pembelajaran example non example Pembelajaran dengan model pembelajaran example non example ini terdiri dari 4 langkah utama yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
21
dimana guru memberikan simulasi sampai siswa dapat membuat kesimpulan sendiri. Berikut langkah-langkah dijelaskan dalam tabel : Tabel 2.2 Sintaks model pembelajaran Example non example Tahapan
Keterangan
Generalisasi
Menggeneralisasikan pasangan antara contoh
dan
non
contoh
yang
menjelaskan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari konsep baru. Menyajikan itu dalam satu waktu dan meminta siswa untuk memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar
tersebut.
Selama
siswa
memikirkan tentang tiap examples dan non examples tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar itu berbeda. Persiapan
Menyiapkan
examples
dan
non
examples tambahan, mengenai konsep yang lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru. Pelaksanaan
Meminta
siswa
untuk
berpasangan
bekerja untuk
menggeneralisasikan konsep examples dan non examples mereka. Setelah itu meminta
tiap
menginformasikan mendiskusikannya
pasangan
untuk
di
untuk
kelas
secara
klasikal
22
sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik. Penutup
Meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan
karakter
didapat
examples
dari
yang dan
telah non
examples.
2.2.4 Penerapan Model Pembelajaran example non example dalam Standar Proses (EEK) Berdasarkan langkah-langkah di atas, penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran example non example adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Langkah-langkah penerapan Model pembelajaran Example non Example No. Tahap 1. Pendahuluan
2.
Inti: Eksplorasi
Kegiatan 1.Guru menyampaikan salam. 2.Guru mengecek kehadiran siswa (absensi). 3.Apersepsi dan motivasi kepada siswa. 4.Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan. 1. Guru menyampaikan garis besar materi yang akan disampaikan. 2. Guru memberikan contoh gambar-gambar peristiwa alam dan bukan contoh-contoh gambar peristiwa alam. 3. Guru bertanya jawab kepada siswa tentang materi yang di ajarkan. 4. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa tiap kelompok.
Keterangan
23
Elaborasi
Konfirmasi
3.
Penutup
1. Memberikan masalah yang harus didiskusikan (tentang Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan). 2. Konsep atau prinsip yang dikemukakan harus secara jelas kepada siswa. 3. Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan untuk pembelajaran. 4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi. 5. Memuji siswa yang aktif dalam proses pembelajaran 1. Mempresentasikan hasil jawaban tiap kelompok ke depan kelas. 2. Tanya jawab tentang materi yang belum dipahami. 3. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Memberikan soal evaluasi.
2.3 Media Gambar Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan (asource) dengan penerima pesan (a receiver). Beberapa hal yang termasuk ke dalam media adalah film, televisi, diagram, media cetak (printed materials),komputer, instruktur, dan lain sebagainya.(Dina Indriana:2012.13) Selain itu para pakar juga memberikan batasan terhadap pengertian media pengajaran. Leslie J.Briggs (1979) menyatakan bahwa media pengajaran adalah alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku, film,rekaman video, dan lain sebagainya. Briggs juga berpendapat bahwa media
24
merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sedangkan Gagne menyatakan bahwa media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Miarso mengatakan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat digunakan pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk siswa. Dari berbagai pengertian dari para ahli tersebut, peneliti mengambil kesimpulan pengerlian media merupakan alat bantu bagi pendidik untuk mempermudahkan siswa dalam pembelajaran. Media sangat bermanfaat bagi pembelajaran karena peran guru menjadi semakin luas sedangkan siswa akan terbantu untuk belajar dengan baik. 2.3.1 Pengertian Media Gambar Media gambar adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. Media ini mempunyai keunggulan yang diantaranya sudah umum digunakan, mudah dimengerti, dapat dinikmati, mudah dan murah didapatkan
atau
dibuat,
dan
banyak
memberikan
penjelasan
daripada
menggunakan media verbal. Selain itu media gambar mempunyai kelebihan yang lain, yaitu sifatnya yang kongkret; mengatasi ruang dan waktu; mengatasi keterbatasan pengamatan; memperjelas suatu sajian masalah; serta murah, mudah didapatkan dan bisa digunakan dengan mudah. Akan tetapi media gambar juga mempunyai berbagai kelemahan, di antaranya menekankan persepsi indra mata, benda terlalu kompleks dan kurang efektif dalam pembelajaran, serta ukurannya terbatas untuk kelompok yang besar sehingga kapasitasnya kurang.(Dina Indriana:2012.13) 2.4 Penelitian yang Relevan Penelitian tentang example non example telah dilakukan oleh peneliti lain, penelitian tersebut yaitu sebagai berikut: Pertama, penelitian dilakukan oleh Elpina yang berjudul “Model Kooperatif Tipe Example Non Example untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran daur hidup hewan dikelas IV SD negeri 14/1 Sungai Baung”.
25
Penelitian ini berlatar belakang pada kenyataan di SDN 14/1 Sungai Baung guru mengajar dengan cara dan metode yang sama pada setiap pembelajaran, sehingga banyak dari siswa pasif dalam pembelajaran yang mana semua itu dapat mempengaruhi hasil belajar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Pada siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan Dan siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan. Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi dan refleksi. Setiap siklus terdapat perbedaan materi dan tindakan yang disesuaikan dengan pembelajaran dari siklus II, siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Hasil yang dicapai pada setiap siklus mengalami peningkatan, pada siklus I dapat diketahui persentase aktivitas siswa adalah 54,82% , dan mengalami peningkatan siklus II dapat diketahui persentase aktifitas siswa yaitu 84,78%. Sama halnya dengan hasil evaluasi siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan, pada siklus I hasil evaluasi siswa 60,35%, dan mengalami peningkatan pada siklus II hasil evaluasi siswa adalah 84,53%. Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dan dianalisa, maka telah terbukti bahwa dengan menerapkan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Kedua, penelitian dilakukan oleh Laramba, Furaya Ode dengan judul “Penerapan model pembelajaran example non example untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Lesanpuro 1 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang”. Hasil penelitian menunjukan bahwa, penerapan model Example non Example dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V di SDN Lesanpuro I Kecamatan Kedungkandang Kota Malang" Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat di sarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model Example non Example, misalnya untuk meningkatkan aktivitas siswa, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan berpikir kritis". Ketiga, penelitian dilakukan oleh Defri Haryonodengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Mangunsari 04 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga”. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, yaitu jenis Pretest-Posttest Control Group Design. Desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random,
26
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kolompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan setelah diberikan perlakuan kemudian diberikan posttest. Dengan membandingkan antara kelas eksperimen, yaitu kelas yang menggunakan model examples non examples dengan kelas kontrol yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini setelah dilaksanakan analisis data hasil rata-rata (mean) menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 19,4848, sedangkan nilai ratarata siswa kelas kontrol sebesar 8,2500. Hal tersebut menunjukan pengaruh pada kelas yang menggunakan model pembelajaran examples non examples (kelas eksperimen). Artinya bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Dan hasil uji t-tes diketahui nilai signifikansi pada uji F adalah 0,242 lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varian sama (varian kelompok kelas eksperimen dan kontrol adalah sama). Dengan ini penggunaan uji t menggunakan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama) untuk itu dibandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas. Oleh karena t hitung > t tabel (4,759 > 1,996) dan signifikansi (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan antara rata-rata nilai kelas eksperimen dengan rata-rata nilai kelaskontrol. Nilai t hitung positif, berarti rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 1.23485 (19,4848 – 8,2500) dan perbedaan berkisar antara 6,52277 sampai 15,94693. Maka disimpulkan ada perbedaan pengaruh model pembelajaran examples non examples terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Mangunsari 04 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.
27
2.5 Kerangka Pikir Berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori dari pakar dan beberapa penelitian yang pernah dilakukan peneliti, dapatlah dibuat kerangka pikir sebagai berikut : Aspek penguasaan konsep merupakan salah satu hal penting yang harus dikuasai. Meskipun aspek lainnya seperti sikap sosial dan keterampilan sosial juga harus dikuasai dari segi valuenya. Belajar dikelas merupakan interaksi antara siswa dan guru. Dalam interaksi tersebut terjadi transfer konsep-konsep pengetahuan. Interaksi antara guru dan siswa akan terjalin baik apabila siswa merasa tertarik atau senang dengan proses pembelajarannya. Proses pembelajaran akan menarik apabila dalam pembelajaran tersebut menggunakan model pembelajaran yang memungkinkan siswa menjadi aktif, kreatif, namun pembelajarannya tetap efektif dan menyenangkan. Siswa akan merasa senang apabila mereka langsung terjun mengerjakan sesuatu saat pembelajarannya bukan hanya sebagai objek mati seperti patung yang hanya pasifmendengarkan penjelasan dari guru. Jadi, proses interaksi akan berhasil jika menggunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang tepat untuk menjadikan siswa aktif dan kreatif namun proses pembelajarannya tetap efektif dan menyenangkan adalah dengan melakukan model pembelajaran example non example dengan media gambar. Penggunaan model pembelajaran example non example dengan media gambar pada mata pelajaran IPA khususya pada standar kompetensi “Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam” dapat membuat siswa lebih mengerti dan paham karena pada model pembelajaran Example non example pembelajaran dilakukan dengan gambargambar yang diperlihatkan kepada siswa. Pembelajaran dilaksanakan dengan dua siklus. Setelah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Example non example melalui media gambar ini, diharapkan akan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan ketuntasan sama dengan atau diatas KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Berikut
28
ini disajikan bagan skema kerangka pikir yang dapat dilihat pada halaman berikut ini: Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
Kondisi Awal
Hasil belajarnya rendah dalam mata pelajaran IPA dengan metode ceramah.
Tindakan
Penerapan model pembelajaran example non example pada mata pelajaran IPA .
Siswa diberikan masalah lewat contoh gambar (example) dan bukan contoh gambar (non example) untuk menguasai konsep materi yang sedang dipelajari.
Siswa aktif bertanya, mengemukakan pendapat
selama
pembelajaran
berlangsung.
Kondisi Akhir
Hasil belajar meningkat pada mata pelajaran IPA.
29
2.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban penelitian sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (suharsimi Arikunto, 1992:62) dalam Yayah Fatmiyati (2007). Hipotesis yang peneliti ajukan adalah : 1. Proses pembelajaran yang terjadi ketika menggunakan model pembelajan example non exampledengan media gambar melibatkan siswa secara aktif baik fisik maupun pikiran. 2. Penggunaan model pembelajaran example non example dengan media gambar memberikan motivasi, penerapan metode yang bervariasi, dan pemanfaatan media yang efektif kepada siswa kelas 5 SD Negeri Tejosari pada mata pelajaran IPAdapat meningkatkan hasil belajar siswa.