4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Banyak pengertian tentang hasil belajar menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut: 1. Menurut Darmansyah (2006: 13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. 2. Menurut Cece Rahmad dalam Zaenal Abidin (2004: 1) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penggunaan alat pada hasil tes atau prosedur penelitian sesuai dengan aturan tertentu atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. 3. Hasil belajar menurut Nasrul Harahap (Zaenal Abidin: 2): a.
Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan hasil belajar siswa setelah mengikuti PBM dalam jangka waktu tertentu.
b.
Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan.
c.
Hasil belajar memberikan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan atau melanjutkan program pengajaran selanjutnya.
d.
Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program pengajaran.
e.
Untuk keperluan supervisor Kepala Sekolah dan Penilik agar guru lebih berkompeten.
f.
Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan dalam mengambil keputusan dalam pengajaran.
4
5
4. Menurut Slameto (2003: 2) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 5. Menurut Nana Sudjana (1989: 25): Hasil belajar adalah perubahan pada diri seseorang dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan asek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Berdasarkan pendapat yang disampaikan dapat dibuat definisi bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa dalam bentuk angka maupun perubahan setelah menjalani proses pembelajaran yang berguna untuk memberikan informasi hasil belajar siswa kepada orang tua atau siswa maupun kepada komponen-komponen pengajaran untuk melanjutkan program pengajaran selanjutnya. 2.1.2 Hasil Belajar Matematika Secara garis besar pembelajaran Matematika harus mengacu pada standar kompetensi maupun kompetensi dasar Matematika. Standar kompetensi Matematika merupakan kompetensi Matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan siswa pada hasil belajarnya dalam pelajaran Matematika. (Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika Buku 3, 2005: 7) Dengan demikian hasil belajar Matematika adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang siswa dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika yang telah ditetapkan tentang model Matematika dari masalah yang berkaitan dengan volume tabung. 2.1.3 Bangun Tabung Bagun tabung termasuk bangun prisma yang memiliki alas berbentuk lingkaran. Menurut Sartono Wirodikromo (2003: 2) mendefinisikan bangun tabung adalah sebuah benda yang dibatasi oleh 2 sisi datar yang berbentuk lingkaran dan 1 sisi lengkung yang berbentuk persegi panjang.
6
Volume prisma = luas alas x tinggi Volume tabung = luas alas x tinggi = luas lingkaran x tinggi = r2 t 2.1.4 Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan siswa dikelompok-kelompokkan ke dalam tim-tim kecil untuk menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah secara bersama. Untuk mencapai tujuan kelompok yang saling menguntungkan. Setiap kelompok terdiri atas empat sampai enam orang dengan tingkat kemampuan yang beragam dan tiap anggota bertanggung jawab atas keberhasilan belajarnya secara individu maupun kelompok. Menurut Susento dan M. Andy Rudhito (FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: 2011) mendefinisikan pendekatan pembelajaran kooperatif adalah konsep pembelajaran yang membantu guru memanfaatkan kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja sama untuk mencapai sasaran belajar dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu sama lain. 2.1.5 Pendekatan Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif STAD ini juga membutuhkan dilaksanakan.
persiapan
yang
matang
sebelum
kegiatan
pembelajaran
7
Persiapan-persiapan tersebut antara lain: a. Perangkat pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya. b. Membentuk kelompok kooperatif Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik, yaitu: 1. Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian dalam mata pelajaran sains Fisika. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan sains fisikanya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok. 2. Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas 25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa ranking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas, dan kelompok bawah 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri dari siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah. c. Menentukan skor awal Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masingmasing individu dapat dijadikan skor awal. d. Pengaturan tempat duduk Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran
8
kooperatif, apabila tidak ada pengaturan tempat duduk, dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan kegagalan pembelajaran pada kelas kooperatif. e. Kerja kelompok Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok. Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Menghitung skor individu Menurut Slavin (dalam Ibrahim, dkk, 2000) untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti pada tabel berikut ini: Tabel 1 Perhitungan Skor Perkembangan Nilai Tes Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor awal Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal)
Skor Perkembangan 0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin
b. Menghitung skor kelompok Skor
kelompok ini
dihitung
dengan
membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok tercantum pada table berikut: Tabel 2 Tingkat Penghargaan Kelompok Rata-rata Tim Predikat 0≤x≤5 5 ≤ x ≤ 15 Tim baik 15 ≤ x ≤ 25 Tim hebat 25 ≤ x ≤ 30 Tim super Sumber: Ratumanan, 2002
9
c. Memberikan hadiah atau pengakuan skor kelompok setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya. Berdasarkan tujuan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok. 2.1.6 Penerapan STAD terhadap Pembelajaran Matematika Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Penerapan model STAD dalam pembelajaran Matematika membawa siswa pada suasana kerjasama yang diharapkan. Langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah:
10
Tabel 3 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Fase 2 Menyajikan/menyampaikan informasi
Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi
Fase 6 Memberikan penghargaan
(Sumber Ibrahim, dkk. 2000:10)
Kegiatan Guru - Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar - Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan - Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien - Membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas - Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya - Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil kerja individu dan kelompok
11
2.2 Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Tintin Prihatiningsih pada tahun 2006 tentang “Peningkatan Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Kelas VII SMA 5 Depok Yogyakarta.” Penelitian tersebut bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Sony Irianto (2006) tentang “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TGT (Teams Game Tournaments) terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Siswa SMP di Purwokerto.” Analisis data menunjukkan hasil: a. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar Matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT dan pembelajaran konvensional. b. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar Matematika yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kreativitas. c. Tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar Matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, pembelajaran konvensional dan tingkat kretaivitas. Dari dua peneliti di atas mendukung peneliti yang akan dilakukan tentang pendekatan Student Teams Achievement Division (STAD). 2.3 Kerangka Pikir Tinggi rendahnya pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika akan mencerminkan tingkat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar, seorang guru dapat memilih metode pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan diberikan pada siswa. Pada kondisi awal, seorang guru belum menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif STAD, maka hasil belajar siswa masih rendah. Guru mengadakan tindakan dalam pembelajaran menggunakan cara belajar kooperatif dengan tipe STAD dengan mengelompokkan siswa empat sampai enam orang pada tiap kelompok. Pada siklus pertama dengan
12
kompetensi dasar menghitung volume prisma segitiga dan tabung, hasil belajar meningkat dibandingkan dengan hasil belajar pada kondisi awal. Pada siklus II dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD dengan kompetensi dasar mengolah dan menyajikan data dalam bentuk tabel. Hingga pada kondisi akhir diduga melalui pendekatan kooperatif STAD hasil belajar meningkat sehingga dapat digambarkan dalam kerangka pikir seperti pada gambar:
Gambar 1: Skema kerangka pikir 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka berfikir dapat dirumuskan hipotesis tindakan: melalui penerapan pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang volume bangun ruang bagi siswa kelas VI SD Negeri Wedarijaksa 03 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati.