BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Sudjana (2004) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: keterampilan dan kebiasaan; pengetahuan dan pengertian; serta sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun penguasaan nilai-nilai atau sikap (Anitah, 2010). Pengertian hasil belajar juga dikemukakan oleh Dimyati (2006), hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir pembelajaran. Definisi lainnya dikemukakan oleh Nasution (2003: 42); Dick dan Reiser (1989: 11), hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli di atas, dalam penelitian ini mengacu pada pengertian hasil belajar menurut Dimyati (2006) yaitu hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir pembelajaran.
7
8
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Slameto (2003) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi: faktor biologis, yang terdiri dari kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Faktor biologis menjadi satu kesatuan, jika salah satu terganggu maka akan mempengaruhi faktor yang lain dan hasil belajar siswa juga akan terpengaruh. Faktor psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang; faktor yang ada pada luar individu (ekstern), yang meliputi: faktor keluarga. Keluarga merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan pendidikan dalam ukuran besar; faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah; faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Hanafiah (2010) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua yaitu; faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang meliputi, kondisi fisiologi dan kondisi psikologis. Kondisi fisiologi pada umumnya berpengaruh terhadap belajar seseorang, jika seseorang belajar dalam keadaan jasmani yang segar akan berbeda dengan seseorang yang belajar dalam keadaan sakit. Kondisi psikologis, terdapat beberapa faktor psikologis antara lain: kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kemampuan kognitif. Faktor luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa faktor luar antara lain: faktor lingkungan dan faktor instrument. Faktor lingkungannya yaitu lingkungan alam dan lingkungan sosial. Faktor
9
instrument adalah faktor-faktor yang ada dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini meliputi, kurikulum, program, sarana dan fasilitas serta guru dan tenaga pengajar.
3. Pengertian Gaya Kognitif Gaya kognitif adalah karakteristik individu dalam menggunakan fungsi kognitif (berpikir, mengingat, memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi serta memproses informasi) yang bersifat konsisten dan berlangsung lama (Danili, 2006). Pengertian gaya kognitif menurut Slameto (2003) yaitu sebagai sikap, pilihan atau strategi secara setabil menentukan cara-cara seseorang yang khas dalam menerima, mengingat, berpikir dan memecahkan masalah. Gaya
kognitif
berkembang
mengenai
bagaimana
manusia
menerima dan mengorganisir informasi dari lingkungan sekitar. Setiap individu berbeda-beda dalam hal bagaimana mereka menghadapai tugas serta melakukanya dengan cara berbeda-beda untuk memproses dan mengorganisir informasi serta untuk merespon stimulan lingkungan (Anita, 2004). Pengertian gaya kognitif juga dikemukakan oleh Yahya (2005) yaitu bidang yang berkaitan dengan tingkah laku pemilihan strategi yang digunakan oleh individu dalam pemikirannya. Penelitian ini mengacu pada pengertian gaya kognitif menurut Anita (2004).
4. Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Idependent Pada awal tahun 1940-an, Herman Witkin dari Amerika Serikat tertarik dengan observasi yang bermula saat pilot menerbangan kapal terbang yang terbang tinggi di gumpalan awan. Tanpa disadari oleh pilot, kapal terbang sudah mengubah posisi tinggi kemudian menjadi rendah. Pilot kapal terbang itu menunjukkan bagaimana dia terbang tinggi dan mengubah posisi tinggi menjadi rendah sedangkan dia sendiri tidak menyadari keadaan itu. Bermula dari peristiwa inilah, Herman Witkin tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana manusia
10
mengasingkan satu perkara dari total visual field atau gambaran keseluruhan. Berdasarkan kajianya, Herman Witkin mengenal pasti gaya kognitif yaitu fied dependent dan field independent (Anita,
2004).
Perbedaan siswa field dependent and field independent menurut Anita (2004) terlihat pada tabel di bawah ini.
Table 2.1 Perbedaan Siswa Field Dependent dan Field Independent Karakteristik Cara menerima informasi Cara memahami struktur informasi
Siswa Field Dependent Penerimaan secara global Memahami secara global struktur yang diberikan
Cara membuat perbedaaan konsep dan keterkaitanya
Membuat perbedaan umum yang luas diantara konsepkonsep dan melihat hubungannya Orintasi sosial. Cenderung dipengaruhi oleh temantemanya Belajar materi dengan konten sosial menunjukkan hasil terbaik Materi yang baik adalah materi yang relevan dengan pengalamannya Memerlukan bantuan luar dan penguatan untuk mencapai tujuan Memerlukan pengorganisasian Lebih dipengaruhi oleh kritikan Pasif, menggunakan pendekatan penonton (ekspositori, ceramah demonstrasi unuk mencapai konsep, memperhatikan petunjuk awal yang menonjol diluar relevansi Termotivasi secara ekstrinsik lebih menaruh perhatian pada hubungan sosial Cenderung mencatat seluruh isi materi, tanpa menilai mana bagian yang penting dan kurang penting
Orientasi dan kecenderungan siswa Kebutuhan konten materi yang dipelajarai Ketertarikan dalam mempelajari suatu materi Cara penguatan diri
Cara mengatur kondisi Pengaruh kritikan Metode dan cara belajar yang cocok
Cara memotivasi diri Daya tarik dan minat dalam belajar Cara menulis dan memahami informasi
Siswa Field Independent Penerimaan secara analitis Memahami secara artikulasi struktur yang diberikan atau pembatasan Membuat perbedaan konsep tertentu dan sedikit tumpang tindih (overlap) Orientasi personal. Cenderung kurang mencari masukan dari temanya. Belajar materi sosial jika hanya diperlukan Tertarik pada konsep-konsep baru untuk kepentinganya sendiri Tujuan dapat dicapai sendiri dengan penguatan sendiri Bisa dengan situasi struktur sendiri Kurang terpengaruh dengan kritikan Aktif, menggunakan pendekatan pengetesan hipotesis (discoveri), inkuiri, eksperimen dalam mencapai konsep. Memperhatikan contoh awal diluar konsep penting. Termotivasi secara instrinsik Lebih berminat pada bidang sain dan matematika Cenderung akan memilih bagian-bagian yang amat penting dari isi materi untuk dicatat
11
Menurut Slameto (2003), secara psikologis gaya kognitif ada dua macam yaitu gaya kognitif field dependent dan field idependent. Siswa dengan field independent cenderung menyatakan suatu gambaran lepas dari latar belakang gambaran tersebut, serta mampu membedakan objekobjek dari konteks sekitarnya dengan lebih mudah. Umumnya mereka mampu dengan mudah menghadapi tugas-tugas yang memerlukan perbedaan-perbedaan dan analisis, mereka juga lebih tampak tenang dalam menghadapi materi-materi yang diberikan. Berbeda dengan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, mereka menerima sesuatu lebih secara global dan mengalami kesulitan dalam memisahkan diri dari keadaan sekitarnya. Cenderung mengenal dirinya sebagai bagian dari suatu kelompok serta siswa akan mengalami kesulitan dalam menganalisis masalah dan menemukan kesulitan-kesulitan khusus dalam mengubah strategi mereka bila masalah menuntutnya (Slameto, 2003). Uno (2006) juga mengemukakan tentang gaya kognitif berdasarkan psikologi ada dua yaitu gaya kognitif field independent dan field dependent. Siswa yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung memilih belajar individual, serta dapat mencapai tujuan dengan motivasi instrinsik. Siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung memilih belajar dalam kelompok dan sesering mungkin berinteraksi dengan guru, memerlukan penguatan yang bersifat ekstrinsik. Mengingat gaya kognitif siswa berbeda secara psikologis yaitu gaya field independent dan gaya field dependent, maka guru perlu memperhatikan pembelajaran dengan gaya kognitif yang dimiliki masing-masing siswa.
5. Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent Gaya kognitif setiap siswa baik field dependent maupun field independent juga memiliki kelebihan dan kekurangan seperti yang dikemukakan oleh Anita (2004). Siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent memiliki kelebihan antara lain lebih kuat mengingat informasi-
12
informasi sosial, seperti percakapan atau interaksi antar pribadi, serta lebih mudah mempelajari yang sudah tersetruktur, kesusastraan, bahasa dan ilmu pengetahuan sosial. Selain kelebihan juga memiliki kekurangan dalam hal tingkat memecahkan masalah rendah serta kurang suka dengan pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam. Berbeda halnya dengan siswa yang memiliki gaya kognitif field independent, siswa lebih mudah menguraikan hal-hal yang komplek dan lebih mudah memecahkan masalah, serta mudah mempelajari ilmu pengetahuan alam dan matematika. Siswa field independent juga memiliki kekurangan yaitu kurang peka terhadap perasaaan orang lain dan tidak efektif
dalam
situasi
sosial.
Sebagai
seorang
guru
juga
perlu
memperhatikan dalam merancang pembelajaran manakala melihat keragaman karakter masing-masing siswanya berbeda secara gaya kognitif field independent dan field dependent.
6. Cara Guru dalam Menghadapi Gaya Kognitif Siswa dalam Pembelajaran Guru perlu memperhatikan gaya mengajar dengan gaya kognitif yang dimiliki siswa. Guru dalam menghadapi siswa field dependent dengan membangun pengalaman belajar yang cukup sehingga dapat menguasai materi secara efektif, asalkan dengan ganjaran atau pujian, mengkritisi kesalahan siswa secara objektif, dan mengembangkan hubungan personal yang positif dengan siswa. Berbeda ketika guru menghadapi siswa field independent. Guru perlu membiasakan diri untuk tidak melibatkan diri secara langsung, mengingat siswa field independent tidak menyukai kritik umpan balik. Guru juga harus tanggap terhadap keperluan siswa dan perlu membuat jarak demi kenyamanan mereka. Penyesuaian diri yang dilakukan guru dalam pembelajaran, siswa akan lebih mudah memproses atau mengorganisasikan informasi atau konsep yang diajarkan oleh guru. Dapat dikatakan bahwa sangatlah perlu
13
memperhatikan gaya kognitif siswa dalam pembelajaran matematika (Thomas 1990. Menurut Slameto (2003), sebagai seorang guru, harus mengetahui gaya kognitif yang dimiliki siswanya. Guru dalam menghadapi siswa field dependent, dalam melakukan pembelajaran lebih banyak memberikan pujian dari jawaban-jawaban yang disampaikan oleh siswa serta guru memiliki pengaruh yang besar dalam memotivasi siswa untuk belajar dan tingkah laku siswa. Bagi siswa-siswa field independent, mengingat bahwa mereka cukup mampu belajar secara independent, tidak membutuhkan terlalu banyak bantuan atau pengarahan guru, serta lebih reflektif terhadap kemungkinan-kemungkinan klasifikasi dan analisis materi-materi yang diberikan. Melihat hal itu, sebagai seorang guru harus mengetahuinya karena apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti, siswa akan langsung bertanya pada guru. Selain yang dikemukakan oleh dua tokoh di atas, Anita (2004) juga memaparkan bagaimana sebaiknya seorang guru mengetahui siswanya dalam melakukan pembelajaran, mengingat dalam menghadapi masalah memiliki cara yang berbeda-beda. Beberapa siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent membutuhkan pujian, motivasi ekstrinsik, memiliki kesulitan untuk melakukan analisa serta memerlukan intruksi jelas tahap demi tahap dalam menyelesaikan masalah. Siswa lain yang memiliki gaya kognitif field independent sangat bagus dalam melakukan analisis, namun tampak kurang peka terhadap perasaaan orang lain dan tidak efektif dalam situasi sosial.
B. Hasil Penelitian yang Relavan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suradi (2007) dengan judul profil gaya berpikir siswa dalam belajar matematika. Populasi yang diambil adalah siswa kelas 2 SMP N 6 Makassar tahun pelajaran 2007 – 2008 dan sampel yang diambil adalah 3 kelas secara cluster random sampling pada materi persamaa linear dua variable, menunjukkan bahwa hasil analisis
14
dengan nilai P = 0,028 < 0,05, hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa tipe field independent dengan hasil belajar siswa tipe field dependent.
Siswa yang memiliki tipe field independent
memiliki hasil belajar lebih baik daripada siswa tipe field dependent. Hasil penelitian yang juga ada perbedaan yang sinifikan dilakukan oleh Rahman (2004) dengan judul analisis hasil belajar matematika berdasarkan berbedaan gaya kognitif secara psikologis dan konseptual tempo pada siswa kelas X SMA 3 Negeri Makassar. Populasi yang diambil adalah siswa kelas X SMA Negeri 3 Makassar tahun pelajaran 2004 – 2005 yang berjumlah sekitar 450 siswa (10 kelas), serta sampel penelitian diambil 157 siswa dengan teknik cluster random sampling. Hasil analisis diperoleh nilai P = 0,00 < 0,05, hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa tipe field independent dan field dependent dengan hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Makassar. Siswa yang memiliki tipe field independent memiliki hasil belajar lebih baik daripada siswa tipe field dependent. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohidin (2005) dengan judul penelitian perbedaan hasil belajar siswa field dependent dan field independent terhadap hasil belajar matematika. Populasi yang diteliti adalah siswa SMA 1 Gorontalo yang berjumlah 436 siswa yang diambil 120 siswa dengan random sampling. Hasil analisis diperoleh harga z hitung = 3,7208 < z tabel (a=0,05) = 3.968, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika antara siswa tipe field independent dan tipe field dependent dan dengan kata lain hasil belajar siswa tipe field independent dan tipe field dependent sama. Dari perbedaan penelitian sebelumnya, maka akan dilakukan penelitian ulang untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent pada siswa kelas X SMK Diponegoro Salatiga. Kelas X yang berjumlah 238 siswa akan diambil sebanyak 148 siswa yang akan dijadikan subjek penelitian secara random sampling.
15
C. Kerangka Berpikir Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah diantaranya: taraf kecerdasan, motivasi belajar, minat, gaya belajar dan lainlain. Semua faktor siswa tersebut idealnya turut menjadi perhatian guru dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Salah satu faktor yang ada pada siswa yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar adalah gaya kognitif. Gaya kognitif merupakan variabel penting yang mempengaruhi pilihan-pilihan siswa dalam bidang akademik, kelanjutan perkembangan akademik, bagaimana siswa belajar serta bagaimana siswa dan guru berinteraksi di dalam kelas karena setiap siswa memiliki cara-cara sendiri yang disukainya dalam menyusun apa yang dilihat, diingat dan dipikirkannya. Gaya kognitif berdasarkan perbedaan wilayah atau bidang ada dua macam yaitu: gaya kognitif field independent dan field dependent. Siswa yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung memilih belajar individual, merespon dengan baik tugas-tugas yang diberikan guru, independent, serta mereka dapat mencapai tujuan dengan motivasi instrinsik. Berbeda dengan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung memilih belajar dalam kelompok dan sesering mungkin berinteraksi dengan guru, memerlukan penguatan yang bersifat ekstrinsik. Gaya kognitif masingmasing siswa berbeda secara psikologis yaitu gaya field independent dan gaya field dependent, maka guru perlu memperhatikan gaya kognitif siswa. Dapat dikatakan bahwa sangatlah perlu memperhitungkan gaya kognitif siswa dalam pembelajaran matematika, atau dengan kata lain dalam melaksanakan pembelajaran matematika guru perlu mempertimbangkan gaya kognitif yang dimiliki siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah.
16
Pembelajaran yang kurang memperhatkan faktor-faktor intern siswa.
Ada perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang memiliki gaya kognitif siswa field dependent dan field independent.
Hasil belajar siswa rendah
Pembelajar an perlu memperhati kan gaya kognitif siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat
Faktor-faktor pada siswa, kecerdasan, minat, gaya kognitif
Mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang memiliki gaya kognitif siswa field dependent dan field independent.
intern yang ada diantaranya: taraf motivasi belajar, belajar, dan gaya
Gaya kognitif: field dependent dan field independe nt.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini, maka diduga terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent pada siswa kelas X SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2012 – 2013.