BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian organisasi Istilah organisasi massa berasal dari kata organon/bahasa yunani yang berarti alat.
organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tetapi, karna keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama, hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut:
Stoner (2005) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama..
James D. Mooney (1992) mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih..
Stephen P. Robbins (2006) menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
12
Sobirin (2002) mendefinisikan organisasi sebagai unit sosial atau entitas yang didirikan oleh manusia dalam jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan sekelompok manusiamanusia minimal dua orang,mempunyai kegiatan yang terkoordinir, teratur dan terstruktur, didirikan untuk mencapai tujuan tertentu mempunyai identitas diri yang membedakan satu entitas dengan entitas lainnya. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu kelompok
yang menghimpun anggota-anggota yang memiliki satu tujuan tertentu dan bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kelompok tersebut memiliki struktur yang memuat unit-unit kerja sebagai pengelompokan tugas-tugas atau pekerjaan sejenis dari yang mudah hingga yang terberat dimana setiap unit memiliki volume dan beban kerja yang harus diwujudkan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam pencapaian tujuan tersebut dibutuhkan koordinasi dalam pelaksanaan kerjasama yang berdasarkan prosedur yang telah diatur secara formal. Organisasi terdiri dari kelompok-kelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan organisasinya.untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dikembangkan dan dipertahankan polapola prilaku tertentu yang cukup stabil dan dapat diperkirakan sebelumnya.pengembangan dan pertahanan pola-pola prilaku tersebut, untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi,akan tetap berlangsung, meskipun orang-orangnya berganti atau anggota-anggota organisasi berubah ubah.tiga dimensi dari organisai ialah:
Kemajemukan Diartikan beragamnya kegiatan, fungsi, pekerjaan dan jumlah lapisan dalam organisasi. Dalam organisasi yang lebih majemuk akan dijumpai masalah-masalah kendali dan koordinasi yang lebih banyak.
Formalisasi
13
Mengacu pada adanya kebijakan, prosedur, dan aturan yang membatasi pilihan dari para anggotanya. Para anggota/tenaga kerjanya diharapkan berperilaku sesuai dengan kebijakan, prusedur, dan aturan yang berlaku.
Pemusatan Mengacu pada penyebaran dari daya (power), dan wewenang (authority). Ada dua tipe pemusatan, yaitu centralized organization (daya dan wewenang ada pada kedudukan tertinggi dalam organisasi) dan decentralized organization (hak dan tanggung jawab mengambil keputusan didelegasikan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah dari organisasi).
2.1.1 Rancangan Organisasi Menurut Robbins dan Judge (2008) ada tiga rancangan (design) organisasi yang umum,yaitu rancangan organisasi dengan struktur sederhana,rancangan organisasi birokrasi (bureauncracy), dan organisasi dengan strukur matriks. 1. Rancangan organisasi Dengan struktur sederhana ditandai oleh depertementalization yang sedikit,span of control yang lebar,kewenangan dipegang terpusat pada satu orang, dan formalisasi sedikit. Kekuatan dari struktur ini adalah kesederhanaannya yang tercermin dalam kecepatan,
kefleksibelan,
ketidakmahalan
dalam
pengelolaan,
dan
kejelasan
akuntabilitas. Satu kelemahan utamanya adalah struktur ini sulit untuk dijalankan di mana pun selain di organisasi kecil karena struktur sederhana menjadi tidak memadai tatkala sebuah organisasi berkembang karena formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung menciptakan kelebihan beban (overload) di puncak. 14
2. Birokrasi Birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando. Kekuatan utama birokrasi ada kemampuannya menjalankan kegiatan-kegiatan yang terstandar secara sangat efisien, sedangkan kelemahannya adalah dengan spesialisasi yang diciptakan bisa menimbulkan konflik-konflik subunit, karena tujuan-tujuan unit fungsional dapat mengalahkan tujuan keseluruhan organisasi. Kelemahan besar lainnnya adalah ketika ada kasus yang tidak sesuai sedikit saja dengan aturan, tidak ada ruang untuk modifikasi karena birokrasi hanya efisien sepanjang karyawan menghadapi masalah yang sebelumnya telah mereka hadapi dan sudah ada aturan keputusan terprogram yang mapan.
3. Struktur matriks Struktur matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda dan menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk. Struktur matriks dapat ditemukan di agen-agen periklanan, perusahaan pesawat terbang, laboratorium penelitian dan pengembangan, perusahaan konstruksi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, universitas, perusahaan konsultan manajemen, dan perusahaan hiburan. Pada hakikatnya, struktur matriks menggabungkan dua bentuk departementalisasi: fungsional dan produk. Kekuatan departementalisasi fungsional terletak, misalnya, pada penyatuan para spesialis, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari
15
memungkinkan pengumpulan dan pembagian sumber daya khusus untuk keseluruhan produk. Kelemahan terbesarnya adalah sulitnya mengoordinasi tugas para spesialis fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung tepat waktu dan sesuai anggaran. Departementalisasi produk, di lain pihak, memiliki keuntungan dan kerugian yang berlawanan. Departementalisasi ini memudahkan koordinasi di antara para spesialis untuk menyelesaikan
tugas
tepat
waktu
dan
memenuhi
target
anggaran.
Lebih
jauh,
departementalisasi ini memberikan tanggung jawab yang jelas atas semua kegiatan yang terkait dengan sebuah produk, tetapi dengan duplikasi biaya dan kegiatan. Matriks berupaya menarik kekuatan tersebut sembari menghindarkan kelemahan-kelemahan mereka.Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep kesatuan komando sehingga karyawan dalam struktur matriks memiliki dua atasan -manajer departemen fungsional dan manajer produk. Karena itulah matriks memiliki rantai komando ganda.
2.1.2 Tipe-tipe organisasi Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi formal dan organisasi informal. 1. Organisasi Formal Organisasi formal/ Resmi adalah organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan orang/masyarakat yang memiliki suatu struktur yang tersusun dengan baik, yang menerangkan hubungan-hubungan otoritas, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawab, serta memilki kekuatan hukum. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian
16
menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainya terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. Contoh organisasi formal ádalah perusahaan besar, badan-badan pemerintah, dan universitasuniversitas (Winardi, 2003).
17
2. Organisasi Informal Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu yang tepat seseorang untuk menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat pasti hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi informal juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks: 1. Organisasi Primer Organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu. 2. Organisasi Sekunder Organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.
18
2.1.3 Definisi Organisasi Masyarakat Di dalam undang-undang R.I Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, ORMAS dapat didefinisikan sebagai organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Organisasi
massa atau
disingkat ORMAS adalah
suatu
istilah
yang
digunakan
di Indonesia untuk bentuk organisasi berbasis massa, ORMAS dapat dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan yakni agama, pendidikan, serta sosial. Salah Satu bukti suatu negara dinyatakan maju (modern) adalah bila ia memiliki masyarakat yang warga-negaranya semakin lebih banyak dan lebih sering berpartisipasi dalam kehidupan kenegaraan. Partisipasi ini dilakukan dalam pengajuan tuntutan, dukungan, atau pengawasan warganegara atas berjalannya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, baik, dan benar (good and clean governance). Partisipasi warganegara ini sebagai wujud tumbuhnya penegakkan HAM dan suburnya proses demokratisasi, yang kedua sisi ini pada prakteknya saling memprasyaratkan satu sama lain.
Partisipasi warganegara itu dapat diwujudkan dalam bentuk organisasi masyarakat yang dibentuknya sendiri, ORMAS pada umumnya secara internasional dikenal dengan istilah nongovernmental organizations (NGO’s). Di Indonesia, NGO’s lebih dikenal dan biasa diterjemahkan sebagai Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dalam perkembangannya, ORMAS dan LSM di Indonesia mengalami
19
kehidupan secara pasang-surut, yang lebih banyak sebagai akibat dari pengaturan dalam peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh seorarng pemimpin di masanya masingmasing. Dalam proses pembangunan daerah yang terintegrasi dari pembangunan nasional Indonesia diperlukan visi, misi, dan strategi yang jelas yang harus dilakukan oleh berbagai oraanisasi masyarakat. Visi berkaitan dengan gagasan, cita-cita, tujuan, dan sasaran. Misi berkaitan dengan program, kegiatan, dan rencana. Strategi berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, fungsi, peran, metode, teknik, partisipasi, dan sebagainya.
2.1.4 Ciri-ciri Ormas Organisasi Masyarakat khususnya di Indonesia memiliki ciri yaitu Asas Ormas tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ormas dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak dan cita-cita Ormas yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu Organisasi Masyarakat juga bersifat sosial, mandiri, nirlaba dan demokratis. Artinya Organissasi masyarakat harus bersifat sosial dan dapat dirasakan keberadaanya di dalam pembangunan suatu negara. 2.1.5 Fungsi dan Tujuan Organisasi Masyarakat Di dalam suatu negara selain memiliki ciri, ormas juga memiliki fungsi serta tujuan di yang harus dijalankan dan sesuai dengan ketetapan Undang-undang R.I Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Tujuan
meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat.
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
20
menjaga nilai-nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
melestarikan budaya, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
memperkuat persatuan bangsa.
mewujudkan tujuan negara. Fungsi
wadah penyalur kegiatan sesuai kepentingan anggota.
wadah pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan organisasi
sarana penyalur aspirasi masyarakat
wadah pemberdayaan masyarakat
wadah peran serta dalam memperkuat persatuan; dan/atau
sarana mewujudkan tujuan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
21
2.2
Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para
bawahan dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka. 2.2.1 Pendekatan Teori kepemimpinan Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika daripada interaksi sosial. Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya. Dalam perkembangannya, studi tentang kepemimpinan berkembang sejalan dengan kemajuan zaman yang dikategorikan Yukl (2005) menjadi lima pendekatan yaitu, pendekatan ciri, pendekatan perilaku, pendekatan kekuatan – pengaruh, pendekaan situasional, dan pendekatan integrative. Teori Genetik (Genetic Theory).
22
Penjelasan kepemimpinan yang paling lama adalah teori kepemimpinan genetic. Seorang dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat-sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya.
Teori Sifat (Trait Theory). Sesuai dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. Trait atau sifatsifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan sosial. Penganut teori ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka seseorang akan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang efektif. Karakter yang harus dimiliki oleh seseorang mencakup kemampuan yang istimewa dalam Kemampuan Intelektual, Kematangan Pribadi, Pendidikan, Status Sosial dan Ekonomi, Human Relations, Motivasi Intrinsik dan Dorongan untuk maju (achievement drive).
Teori Perilaku (The Behavioral Theory). Mengacu pada keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui teori trait, para peneliti pada era Perang Dunia ke II sampai era di awal tahun 1950-an mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti behavior atau perilaku seorang pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Fokus pembahasan teori kepemimpinan pada periode ini beralih dari siapa yang memiliki kemampuan memimpin ke bagaimana perilaku seseorang untuk memimpin secara efektif.
Situasional Leadership. Pengembangan teori situasional merupakan penyempurnaan dan kekurangan teori-teori sebelumnya dalam meramalkan kepemimpinan yang paling efektif. Dalam situational 23
leadership pemimpin yang efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan menerapkannya secara tepat. Seorang pemimpin yang efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika situasi dan menyesuaikan kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada. Empat dimensi situasi yakni kemampuan manajerial, karakter organisasi, karakter pekerjaan dan karakter pekerja. Keempatnya secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan seoran
Transformational Leadership. Pemikiran terakhir mengenai kepemimpinan yang efektif disampaikan oleh sekelompok ahli yang mencoba menghidupkan kembali teori trait atau sifat-sifat utama yang dimiliki seseorang agar dia bisa menjadi pemimpin. Robert House menyampaikan teori kepemimpinan dengan menyarankan bahwa kepemimpinan yang efektif mempergunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas yang tinggi untuk meningkatkan kadar kharismatiknya (Ivancevich, 2008). Dengan mengandalkan kharisma, seorang pemimpin yang transformational selalu
menantang bawahannya untuk melahirkan karya-karya yang istimewa. Langkah yang dilaksanakan pada umumnya adalah dengan membicarakan dengan pengikutnya, bagaimana sangat pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka sebagai anggota kelompok dan bagaimana istimewanya kelompok sehingga dapat menghasilkan karya yang inovatif serta luar biasa. Menurut pencetus teori ini, pemimpin transformational adalah sangat efektif karena memadukan dua teori yakni teori behavioral dan situational dengan kelebihan masing-masing. Atau, memadukan pola perilaku yang berorientasi pada manusia atau pada
24
produksi (employee or production-oriented) dengan penelaahan situasi ditambah dengan kekuatan kharismatik yang dimilikinya. Tipe pemimpin transformational ini sesuai untuk organisasi yang dinamis, yang mementingkan perubahan dan inovasi serta bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan lain dalam ruang lingkup internasional. Syarat utama keberhasilannya adalah adanya seorang pemimpin yang memiliki kharisma. (Ivancevich, 2008).
2.2.2 Fungsi Kepemimpinan Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Nawawi (2003), fungsi kepemimpinan berhubungn langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan berada diluar situasi itu Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial keiompok atau organisasinya. Fungsi kepemimpinan menurut Nawawi (2003) memiliki 5 yaitu:
Fungsi Delegasi Organisasi hanya bergerak secara dinamis apabila pemimpin memiliki kemampuan dalam melaksanakan kekuasaan dan wewenangnya sebagai pengambil keputusan yang akan dilaksanakan oleh anggota organisasinya. Keputusan-keputusan itu harus dibuat agar organisasi dapat melaksanakan kegiatan sebagai tugas pokok organisasi dalam rangka mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi organisasi. Fungsi pengambilan keputusan sebagai strategi kepemimpinan sangat penting peranannya. Karna tanpa kemampuan dan keberanian tersebut, pemimpin tidak mungkin menggerakkan anggota organisasinya. Dengan kata lain tanpa keberanian pengambilan keputusan seorang 25
pemimpin tidak mungkin mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan prilaku anggota organisasinya. Keberanian mengambil keputusan, bagi anggota organisasi akan dilihat oleh anggota bahwa pemimpin mengetahui cara untuk mencapai tujuan organisasinya.
26
Fungsi konsultatif Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan
bahan
pertimbangan
dan
berkonsultasi
dengan
orang-orang
yang
dipimpinnya.
Fungsi Partisipasi Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
Fungsi Instruktif Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa , bagaimana, bilamana, dan dimana agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. Setiap pemimpin harus memahami bahwa didalam posisi dan perannya terdapat kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab yang harus dijalankan secara efektif.
27
2.2.3 Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memberikan wawasan sehingga orang lain ingin mencapainya. Pemimpin yang baik memberikan pengalaman, keterampilan, dan sikap pribadinya untuk membangkitkan semangat dan tim kerja. Pemimpin yang efektif mampu memberikan pengarahan terhadap usaha semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Trisnawati (2005), kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Kepemimpinan adalah kemampuan dalam mengatur, memberi pengaruh serta memperoleh komitmen dari sebuah tim terhadap sasaran kerjanya. Selain itu pemimpin yang baik harus dapat menyelaraskan kebutuhan kelompok di mana untuk mengembangkan nilai-nilai dan sesuatu yang menarik perhatian organisasi. Setiap pemimpin mempunyai gaya yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Definisi gaya kepemimpinan menurut Thoha (2007) adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut berusaha mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Sedangkan menurut Winardi (2000), gaya kepemimpinan adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk memahami suksesnya kepemimpinan, dalam hubungannya di mana pusat perhatian ditujukan pada yang dilakukan oleh pemimpin.
28
Bill Woods ( 2006) mengemukakan ada tiga gaya kepemimpinan yaitu : 1.
Otokratis yaitu pemimpin membuat keputusan sendiri, karena kekuasaan terpusatkan dalam
diri
satu
orang,ia
memikul
taanggung
jawab
dan
wewenang
penuh. gaya otokratis berdasarkan pada pendirian bahwa segala aktivitas dalam organisasi akan dapat berjalan lancar dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan apa bila semuanya itu semata-mata diputuskan atau ditentukan oleh pimpinan. Gaya kepemimpinan otoriter memiliki ciri antara lain : a.
Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan
b.
Keputusan dan Kebijakan dibuat oleh pemimpin
c.
Komunikasi berlangsung 1 (satu) arah
d.
Pengawasan dilakukan secara ketat
e.
Prakarsa dari atas dan tanpa kesempatan bawahan untuk memberikan kesempatan
f.
Lebih banyak Kritik dari pada Pujian
g.
Pimpinan menuntut kesetian dan prestasi sempurna
h.
Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh pimpinan.
2. Demokratis (partisipatif) yaitu pemimpin itu berkonsultasi dengan kelompok mengenai masalah yang menarik perhatian mereka dimana mereka dapat menyumbangkan sesuatu. Gaya demokratis berlandaskan pada pemikiran bahwa aktivitas dalam oraganisasi akan dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan apabila berbagai masalah yang timbul diputuskan bersama antara pejabat yang memimpin maupun pejabat yang dipimpin. Gaya kepeimpinan demokrasi memili beberapa ciri antara lain : a. Wewenang pimpinan tidak mutlak.
29
b. Pimpinan bersedia melimpahkan wewenang kepada bawahan. c. Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan. d. Komunikasi berlangsung dua arah. e. Pengawasan dilakukan secara wajar. f. Bawahan diberi kesempatan untuk berprakarsa dan menyampaikan saran. g. Tugas kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada instruksi. h. Pujian dan kritik kepada bawahan lebih bersifat secara seimbang. i. Terdapat suasana saling percaya dan saling menghargai. 3
Kendali Bebas yaitu pemimpin memberi kekuasaan pada bawahan, kelompok mengembangkan sasarannya sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri, pengaruhnya tidak ada atau hanya sedikit. Gaya kendali bebas berpangkal tolak dari pemikiran bahwa segala aktivitas dalam organisasi agar berjalan dengan lancar dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan apabila kepada bawahannya dalam melaksanakan pekerjaan diberi keleluasaan untuk memutuskan segala apa yang dikehendaki kemudian melaksanakannya sesuai keinginannya pula. Gaya kepemimpinan kendali bebas memiliki ciri sebagai berikut :
a.
Pimpinan melimpahkan sepenuhnya kepada bawahan.
b.
Keputusan dan kebijakan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
c.
Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
d.
Hampir tidak ada pengawasan.
e.
Pemrakarsa selalu datang dari bawahan.
f.
Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan.
30
2.3
g.
Kepentingan pribadi lebih dominan dari pada kepentingan kelompok.
h.
Tanggung jawab dipikul oleh orang perorang.
Sejarah Forum Ormas X Kebangkitan Bangsa Orang Betawi mulai tampak sejak munculnya Organisasi Betawi
yang bernama Ormas X. Gerak perjuangan Ormas X berlandaskan kepada keikhlasan, kebersamaan, dan tanggung jawab moral terhadap masyarakat di sekitarnya. Ormas X melalui program-programnya, berusaha ingin membawa perubahan ke arah yang lebih baik, berdaya guna dan bermartabat, dan kedepannya bisa menjadi tuan rumah di kampungnya sendiri melalui kompetisi secara profesional dan proporsional. Ormas X merupakan wadah perjuangan masyarakat betawi untuk memperjuangkan hakhaknya yang selama ini tertindas baik secara struktural maupun cultural. Ormas X di dirikan pada hari Minggu Legi pada tanggal Rabiul Tsani 1422 Hijriah bertepatan dengan 29 Juni 2001 masehi di pondok pesantren Ziyadatul mubtadi’ien, Jl. Raya. Penggilingan No.100 Pedaengan Cakung Jakarta Timur. Para penggagas dan pendiri Ormas X adalah tokoh-tokoh muda dan ulama betawi yang merasa peduli dan prihatin dengan nasib masyarakat dan budaya yang ada di suku betawi.
2.4
Sejarah Ormas Y Selain Ormas X, salah satu organisasi yang eksis di tengah-tengah masyarakat adalah
Ormas Y. Organisasi Masyarakat Y dideklarasikan berdirinya pada 28 Oktober l959 di Jakarta Adalah Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) yang membidani kelahiran organisasi tersebut. Sejak awal berdirinya, Ormas Y tidak pernah sepi dari gerakan untuk menjaga dan
31
melestarikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara di usianya yang
stengah abad ini,
organisasi Y berhasil melewati tiga masa sistem pemerintahan, yakni era Orde Lama, era Orde Baru, dan kini era Orde Reformasi. Jika dahulu Pemuda Pancasila dijadikan tangan panjang untuk merambah dunia Politik ,kini kondisinya sudah berbeda. Dalam Mubes VII tahun 2001 di Wisma Kinasih Bogor, diputuskan bahwa Ormas Y tidak lagi berbentuk OKP namun berubah menjadi Ormas yang bebas dari segala bentuk permainan politik praktis. Dengan keputusan ini maka induk organisasi mencanangkan suatu kebijakan, para kader Ormas Y ada di mana-mana tapi tidak ke mana-mana dengan jumlah anggota tak kurang lebih 7.000.000 anggota militan. Arah kegiatan organisasi lebih menitik beratkan untuk bergerak di sektor kegiatan sosial kemasyarakatan yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat hingga ke tingkat basis.
32