BAB II KAJIAN PUSTAKA
E. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Mustari (2014:85), menyatakan bahwa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar.Sikap ingin tahu juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku seseorang yang disebabkan oleh emosi ingin tahu. Sejalan dengan hal itu, menurut Kemdiknas rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang telah dipelajari, dilihat, dan didengar. Jadi, rasa ingin tahu merupakan suatu sikap atau perilaku yang ingin mengeksplorasi, menginvestivigasi dan belajar terhadap sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Keingintahuan ini yang mendorong seseorang untuk mendekati, mengamati dan mempelajari sesuatu yang dilihat maupun didengar. Pepatah mengatakan, “malu bertanya sesat di jalan”. Pepatah ini sangat relevan dengan karakter ingin tahu pada berbagai hal. Rasa ingin tahu selalu menyisakan rasa penasaran. Penasaran inilah yang bisa mengantarkan seseorang untuk selalu bertanya dan menyimpan kekhawatiran
terhadap
sesuatu yang
7
ingin
diketahuinya.Itulah
sebabnya mereka senang mengeksplorasi, belajar, dan menemukan halhal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Untuk mengembangkan rasa ingin tahu dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti : 1) Belajar bersama. Belajar bersama sejak dini dapat membantu perkembangan otak. Disamping itu, dengan belajar bersama juga dapat mencerdaskan anak dan dapat pula untuk mengembangkan rasa percaya diri anak. 2) Belajar lewat benda. Belajar melalui benda dapat mengasah indera anak dan dapat untuk meluangkan rasa gembira dan emosinya. Rasa emosi maupun gembira dapat membantu mempercepat rasa ingin tahu anak. Rasa ingin tahu itu amatlah penting. Semua orang pemikir besar, para jenius, adalah orang-orang dengan karakter penuh rasa ingin tahu. Sebut saja Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Leonardo Da Vinci adalah orang-orang besar yang hidup dengan rasa ingin tahu. Jadi jika para guru ingin menjadikan siswa-siswanya sebagai pemikir-pemikir besar nan jenius, maka ia harus mengembangkan rasa ingin tahu mereka. Rasa ingin tahu membuat pikiran siswa menjadi aktif. Tidak ada hal yang lebih bermanfaat sebagai modal belajar selain pikiran yang aktif. Siswa yang pikirannya aktif akan belajar dengan baik, di mana siswa dalam belajar harus secara aktif membangun pengetahuannya.
8
2. Prestasi belajar Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan „hasil belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran. Prestasi belajar menurut Arifin (2012: 12) merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentan kehidupannya manusia selalu mengejar pestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapapt dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat 9
dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. e. Prestasi belajar dapat dijadikan indicator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat mmenyerap seluruh materi pelajaran. Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar diatas, maka betapa pentingnya kita mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Di samping itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru
dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran
sehingga
dapat
menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan, atau bimbingan terhadap peserta didik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arifin (2012: 16) bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain “sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah”. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen yang saling berinteraksi, berinterelasi dan berinterdependensi. Salah satu komponen pembelajaran adalah evaluasi. Begitu juga dalam prosedur pembelajaran, salah satu langkah yang harus ditempuh guru adalah evaluasi. Dengan
10
demikian, dilihat dari berbagai konteks pembelajaran, evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis karena evaluasi merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri. 3. Pengertian Belajar a. Pengertian belajar Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukakan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku
yang
baru
secara
keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar: 1) Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu. 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia
11
dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kaapur, dan sebagainya. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertammbah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Slameto
(2010:
54)
menyebutkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. 1) Faktor-faktor intern, meliputi: a) Faktor Jasmaniah Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagaian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. b) Faktor Psikologis Faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, antara lain: (1) intelegensi, (2) perhatian, (3) minat, (4) bakat, (5) motif, (6) kematangan, (7) kesiapan. c) Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). 2) Faktor-faktor ekstern, meliputi: a) Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: (1) cara orang tua mendidik, (2) relasi antara anggota keluarga, (3) suasana rumah tangga, (4) keadaan ekonomi, (5) pengertian orang tua, (6) latar belakang kebudayaan, (4) bentuk kehidupan masyarakat. b) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup: (1) metode mengajar, (2) kurikulum, (3) relasi guru dengan siswa, (4) relasi siswa dengan siswa, (5) disiplin sekolah, (6) pelajaran dan waktu sekolah, (7) standar pelajaran, (8) keadaan gedung, (9) metode belajar, dan (10) tugas rumah.
12
c) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang mempengaruhi ini mencakup: (1) kegiatan siswa dalam masyarakat, (2) media massa, (3) teman bergaul, dan (4) bentuk kehidupan masyarakat. Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi belajar yaitu faktor yang berada dalam diri individu (intern) dan dalam luar individu yang belajar (ekstern). 4. Matematika Sekolah Dasar a. Pengertian Matematika Pengertian matematika antara lain menurut James and James (Suwangsih dan Tiurlina, 2006:4) bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian yaitu aljabar, analisis dan geometris. Suwangsih
dan
Tiurlina
(2006:3)
menyebutkan
bahwa
matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya, kemudian pengalaman diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga terbentuk konsep-konsep matematika. Kemudian agar konsep-konsep matematika
dapat
dipahami
orang
lain
maka
dimanipulasi
menggunakan bahasa atau notasi matematika secara universal. Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika. Matematika menurut Ruseffendi (Heruman, 2010:1) adalah: 13
“bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau posulat, dan akhirnya ke dalil”. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian
matematika
dapat
disimpulkan
bahwa
matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar) dan logika yang menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio serta memiliki objek tujuan yang abstrak. b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Siswa sekolah dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (Heruman, 2010:1) mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006:16) Matematika yang dipelajari oleh siswa SD dapat digunakan oleh siswa SD untuk kepentingan hidupnya sehari-hari dalam kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir yang logis, sistematis, kritis dan cermat dan akhirnya dapat digunkan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Berdasarkan pengertian para ahli maka dapat disimpulkan, matematika di sekolah dasar dilaksanakan sekitar anak berusia 6 atau 7 tahun. Sampai 12 atau 13 tahun. Pada pembelajaran matematika anak
14
dikenalkan mengenai bilangan atau benda-benda yang konkret dalam melakukan operasi perhitungannya. c. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Menurut Depdiknas (2009:1) secara umum terdapat empat tahapan aktivitas dalam
rangka
penguasaan materi
pelajaran
matematika di dalam pembelajaran, yaitu: 1) Penanaman Konsep Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini pengajaran memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai alat peraga. 2) Tahap Pemahaman Konsep Tahap pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi. 3) Tahap Pembinaan Keterampilan Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti mencongak dan berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh digunakan lagi. 4) Tahap Penerapan Konsep Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah. d. Materi Geometri di Kelas IV SD Geometri merupakan mata pelajaran yang kaya akan materi yang dapat dipakai untuk memotivasi yang dapat menarik perhatian dan imajinasi murid-murid dari tingkat dasar sampai murid-murid tingkat sekolah menengah dan bahkan yang lebih tinggi lainnya. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi geometri di kelas IV SD yaitu : 15
1) Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang: balok dan kubus 2) Menyebutkan dan menggambar bangun sesuai sifat-sifat bangun ruang yang diberikan. 3) Menggambar dan membuat berbagai jarring-jaring kubus dan balok. Berikut adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika materi geometri Tabel 2.1 SK dan KD Matematika Kelas IV materi Geometri Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 8. Memahami sifat bangun 8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dan ruang sederhana. hubungan antar bangun datar 8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
1) Mengenal Sifat-sifat Bangun Ruang a) Sifat-SifatBalok
Balok terdiri dari:
6 bidang sisi, yaitu: Sisi bawah ABCD
sisi kanan BCGF
Sisi atas EFGH
sisi depan ABFE
Sisi kiri ADHE
sisi belakang DCGH
8 titik sudut, yaitu: Titik sudut A, B, C ,D, E, F, G, dan H
16
12 rusuk, yaitu: Rusuk AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH dan HE. Setelah bagian-bagian dari balok dipahami sekarang kita perhatikan sifat-sifat balok.
Terdapat 3 pasang sisi yang sama luasnya, yaitu: Sisi bawah ABCD = sisi atas EFGH Sisi kiri ADHE = sisi kanan BCGF Sisi depan ABFE = sisi belakang DCGH
Terdapat 3 pasang sisi yang sejajar (//), yaitu: Sisi bawah ABCD // sisi atas EFGH Sisi kiri ADHE // sisi kanan BCGF Sisi depan ABFE // sisi belakang DCGH
Terdapat 3 pasang rusuk yang sama panjang, yaitu: Rusuk AB = rusuk DC = rusuk EF = rusuk HG Rusuk AE = rusuk BF = rusuk CG = rusuk DH Rusuk AD = rusuk BC = rusuk FG = rusuk EH
Terdapat 3 pasang rusuk yang sejajar (//), yaitu: Rusuk AB // rusuk DC // rusuk EF // rusuk HG Rusuk AE // rusuk BF // rusuk CG // rusuk DH Rusuk AD // rusuk BC // rusuk FG // rusuk EH
17
b) Sifat-SifatKubus
Kubus terdiri dari:
6 bidangsisi, yaitu : Sisi bawah KLMN Sisi atas OPQR Sisi kiri KNRO Sisi kanan LMQP Sisi depan KLPO Sisi belakang NMQR
8 titik sudut, yaitu: Titik sudut K, L, M, N, O, P, Q, dan R
12 rusuk yaitu : Rusuk KL, LM, MN, NK, KO, LP, MQ, NR, OP, PQ, QR, dan RO Setelah bagian-bagian dari kubus dipahami sekarang
kita perhatikan sifat-sifat kubus.
Terdapat enam sisi yang sama luasnya, yaitu : Sisi KLMN = OPQR = KNRO = LMQP = KLPO = NMQR
18
Terdapat 3 pasang sisi yang sejajar (//), Artinya jika dua sisi diperpanjangt tidak akan berpotongan, yaitu : Sisi bawah KLMN // sisi atas OPQR Sisi kiri KNRO // sisi kanan LMQP Sisi depan KLPO // sisi belakang NMQR
Terdapat 3 pasang rusuk yang sejajar (//), Artinya
jika
dua
rusuk
diperpanjang
tidak
akan
berpotongan, yaitu : Rusuk KL // rusuk MN // rusuk QR // rusuk OP Rusuk KO // rusuk LP // rusuk MQ // rusuk NR Rusuk KN // rusuk LM // rusuk PQ // rusuk OR
Keduabelas rusuknya sama panjang, yaitu : Rusuk KL = LM = MN = NK = KO = LP = MQ = NR = OP = PQ = QR = RO
c) Sifat-sifat kerucut : TITIK PUNCAK
SISI LENGKUNG
SISI ALAS
19
Sifat-sifat kerucut sebagai berikut :
Memiliki 2 buah sisi, yaitu sisi lengkung dan sisi alas.
Memiliki sebuah rusuk lengkung.
Memiliki sebuah titik sudut yang disebut titik puncak
d) Sifat-sifat Tabung :
SISI ATAS
SISI LENGKUNG
SISI BAWAH
Sifat-sifat tabung adalah sebagai berikut :
Memliliki 3 buah sisi, yaitu sisi atas, sisi lengkung, dan sisi bawah.
Memiliki 2 rusuk lengkung yang berbentuk lingkaran.
Tidak memiliki sudut
e) Sifat-sifat Bola :
SISI LENGKUNG
20
Sifat-sifat bola sebagai berikut :
Memiliki sebuah sisi lengkung yang mentupi seluruh bagian ruangnya
Tidak memiliki titik sudut.
2) Jaring-jaring Bangun Ruang a) Kubus Kubus merupakan sebuah bangun ruang yang terbentuk oleh enam buah sisi yang saling berbatasan dimana tiap sisi tersebut berbentuk persegi dengan ukuran yang sama besar. Sehingga apabila kita membelah sebuah kubus kemudian meletakkannya pada posisi mendatar akan diperoleh jaringjaring kubus yang merupakan susunan dari enam buah persegi seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
b) Balok Sama halnya seperti kubus, balok juga terdiri dari enam buah sisi akan tetapi ukuran sisi pada balok berbeda. Ada 3
21
pasang sisi yang memiliki ukuran sama. Sehingga jika digambarkan, jaring-jaring dari sebuah balok akan menjadi seperti ini:
5. Pembelajaran Brunner a) Pengertian Pembelajaran Brunner Dalam
Nyimas
Brunner
menyatakan,
melalui
teorinya
mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Peran guru dalam penyelenggaraan pelajaran tersebut, (a) perlu memahami struktur mata pelajaran, (b) pentingnya belajar aktif supaya seorang dapat menemukan sendiri konsep-konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar, (c) pentingnya nilai berpikir induktif. 22
b) Tahap Pembelajaran Bruner Bila dikaji ketiga model penyajian yang dikenal dengan teori Belajar Bruner, dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Model Tahap Enaktif Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konret atau menggunakan situasi yang nyata, pada penyajian ini anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata. Ia akan memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu. Pada tahap enaktif ini untuk mempelajari materi geometri di kelas IV SD mengunakan benda-benda yang bersifat konkret (nyata) seperti contoh kubus, balok, tabung, kerucut. Ini bertujuan agar siswa lebih mudah dalam memahami konsep dasar matematika
materi
geometri
di
kelas
IV.
Tidak
hanya
menggunakan gambar saja tetapi mereka juga dapat melihat secara langsung bentuk asli bangun kubus, balok, kerucut, tabung, dan bola. 2) Model Tahap Ikonik Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui
23
serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objekobjek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakuan siswa dalam tahap enaktif. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan
dimana
pengetahuan
itu
direpresentasikan
(diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas. Bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir. Kemudian seseorang mencapai masa transisi dan menggunakan penyajian ikonik yang didasarkan pada pengindraan kepenyajian simbolik yang didasarkan pada berpikir abstrak. Dalam tahap ikonik untuk mempelajari materi geometri menggunakan gambar bangun ruang seperti kubus, balok, kerucut, tabung, dan bola. Hal ini bertujuan agar anak mengerti bagaimana bentuk balok, kubus, tabung, kerucut, dan bola. Mereka memahami bentuk bangun ruang menggunakan gambar.
24
3) Model Tahap Simbolis Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek seperti pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbolsimbol abstrak (abstarct symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata,
kalimat-kalimat),
lambang-lambang
matematika,
maupun lambang-lambang abstrak yang lain. Sebagai contoh, dalam mempelajari materi geometri, pembelajaran akan terjadi secara optimal jika mula-mula siswa mempelajari hal itu dengan menggunakan benda-benda konkret (misalnya memperlihatkan bagaimana bentuk bangun ruang balok dan kubus, mempelajari sifat-sifat balok dan kubus semuanya ini merupakan tahap enaktif). Kemudian, kegiatan belajar dilanjutkan dengan menggunakan gambar jaring-jaring balok dan kubus (sehingga mereka dapat membentuk bangun ruang balok dan kubus dengan menggunakan jaring-jaring tersebut. Pada tahap berikutnya yaitu tahap simbolis, siswa melakukan / membuat jaring-jaring balok dan kubus sendiri sehingga mereka dapat mengenali bagaimana bentuk, sifat balok dan kubus.
25
F. Penelitian Relevan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto tahun 2012 dalam “Journal of Primary Education” dengan penelitian yang berjudul “Pembelajaran Geometri Berbasis Enaktif, Ikonik, Simbolik Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Sekolah Dasar” menyatakan bahwa: “The purpose of this study is to create a valid, practical and effective; enactive, iconic, and symbolic based (EIS) based elementary school learning instrument to initiate the students mathematical creative thinking (KBKS) in the subject area of basic shape”. Dapat
disimpulkan
bahwa
hasil
dari
penelitian
tersebut
mengindikasikan bahwa penggunaan modelpembelajaran Brunner dapat meningkatkan kemampuan siswa pada keahlian matematika dasar. Metode pembelajaran Bruner juga untuk menghasilkan perangkat pembelajaran geometri Sekolah Dasar berbasis enakktif, ikonik, dan simbolik (EIS) yang valid, praktis dan efektif untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif matematis (KBKM) peserta didik pada materi pokok luas bangun datar sederhana. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan model pembelajaran Bruner dapat meningkatkan kemampuan siswa pada keahlian matematika dasar.
G. Kerangka Berpikir Untuk mendukung tercapainya tujuan belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui model, dan metode pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tetapi masih banyak dijumpai
26
beberapa guru yang masih bingung dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD, khususnya pada siswa kelas IV SD Negeri Pasir Wetan. Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang dianggap paling baik, yang ada yaitu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Agar dalam pembelajaran siswa merasa tertarik dan senang, maka cara yang dapat digunakan misalnya dengan mengaktifkan mereka dalam kegiatan pembelajaran matematika secara kelompok, adanya alat peraga dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika, guru yang baik harus menciptakan suasana pembelajaran matematika yang menyenangkan. Siswa akan lebih termotivasi dalam pembelajaran matematika apabila penyajiannya berjalan dengan baik dan terkesan menarik. Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran Brunner sangat membantu siswa dalam memahami materi geometri yang diajarkan oleh guru. Dengan hal seperti itu, diharapkan prestasi belajar matematika siswa dapat terus meningkat.
27
Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Kondisi awal: prestasi belajar
matematika rendah dan rasa ingin tahu siswa rendah
Siklus 1: Guru menerapkan model pembelajaran Bruner Tindakan Siklus 2: Guru menerapkan model pembelajaran Bruner
Kondisi akhir: melalui penerapan model pembelajaran Bruner dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir penelitian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan penelitian sebagai berikut: 1. Penerapan Pembelajaran Brunner meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas IV di SD N Pasir Wetan. Penerapan
Pembelajaran
Brunner
meningkatkan
prestasi
matematika materi geometri di kelas IV SD Negeri Pasir Wetan.
28
belajar