BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPS Perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan, untuk mengatasi hal itu maka sangat penting adanya sesuatu pembelajaran yang mengarah kepada masalah itu adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan mata pelajaran yang mengajarkan pada siswa agar mengenal fenomena-fenomena sosial, mulai dari yang dekat dengan lingkungannya sampai dengan fenomena dunia yang luas. Muatan disiplin pembelajaran IPS SD terdiri dari ilmu geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi sebagai bekal memasuki kehidupan bermasyarakat, sehingga ruang lingkup pembelajaran IPS di SD hanya berisikan : 1) manusia, tempat, dan lingkungan; 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 3) sistem sosial dan budaya; 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi). Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa “pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial”. Melalui mata pelajaran IPS siswa dapat diarahkan menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, dan warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Selain dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis mata pelajaran IPS juga disusun secara sistematis, komrehensif, dan terpada dalam
5
6
proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar ini untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD adalah Siswa memiliki kemempuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; serta memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS di atas, hendaknya pembelajaran IPS yang berlangsung di SD adalah pembelajaran yang mengenalkan siswa dengan konsep-konsep yang ada di lingkungan dan kehidupan bermasyarakat melalui cara yang mendorong siswa berfikir logis dan kritis untuk menemukan permaslahan sosialyang terjadi serta menemukan solusi dalam permasalahan tersebut yang mendorong munculnya kesadaran dan rasa komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan yang nantinya akan dijadikan bekal dalam berkomunikasi, berkerjasama, dan berkompetisi di dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pembelajaran IPS, demi tercapainya tujuan pembelajran maka disusun sebuah pedoman dalam permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standr isi untuk standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Standar kompetensi (SK) adalah “ukuran kemampuan minimal yang harus dicapai siswa mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah mengikuti suatu proses pembelajaran yang diajarkan”. Sedangkan kompetensi dasar (KD) adalah “penjabaran sandar kompetensi siswa yang cakupan materi lebih sempit”. Dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas 3 SD semester II, dirumuskan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sebagai pedoman pencapaian tujuan pembelajaran IPS yang disajikan secara rinci dalam bentuk tabel 2.1 di halaman berikut ini.
7
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS SD Kelas 3 Semester II Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
2. Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang
2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan 2.2 Memahami pentingnya semangat kerja 2.3 Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah 2.4 Mengenal sejarah uang 2.5 Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan Sumber : Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
2.1.2. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Pendekatan pembelajaran saintifik merupakan kerangka ilmiah yang diterapkan pada kurikulum 2013. Dalam proses pembelajaran pendekatan saintifik ini dapat disamakan dengan proses belajar secara ilmiah dikarenakan di dalamnya terdapat tahapan-tahapan terutama dalam kegiatan inti. Dalam pendekatan ini siswa bukan lagi dijadikan sebagai objek pembelajaran, tetapi dijadikan subjek pembelajaran, yang dalam arti guru hanya sebagai motivator dan fasilitator saja. Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang stsndar proses pendidikan dasar dan menengah telah mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran perlu dipandu dengan pendekatan ilmiah/saintifik. Kurniasih (2014:29) mendefenisikan bahwa “pendekatan pembelajaran saintifik adalah pendekatan dengan proses belajar yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif membangun konsep, hukum atau prinsip melalui tahap-tahap mengamati, mengidentifikasi, mengumpulkan
data,
mengkomunikasikan
menganalisis
konsep,
hukum
data, atau
menarik perinsip
kesimpulan yang
dan
ditentukan”.
Pembelajaran yang berlangsung hendaknya memfasilitasi dan mendorong siswa untuk mencari tahu informasi dari berbagai sumber, bukan diberitahu oleh guru. Sependapat dengan itu, M. Lazim (2013:1) pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstuk konsep, hukum atau perinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
8
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau perinsip yang ditemukan. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Daryanto (2014:15) pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta idik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau perinsip melalui tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau perinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Demi
terwujudnya
prinsip-prinsip
serta
tujuan
dari
pendekatan
pembelajaran saintifik, dibutuhkan langkah-langkah dalam pendekatan saintifik. Dalam permendikbud RI No. 81A tahun 2013 lampiran IV tentang implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran (2013:35-37) pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah yaitu: 1. Mengamati, yaitu kegiatan pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk menemukan masalah dan informasi melalui kegiatan membaca, mendengar, menyimak, dan melihat dengan atau tanpa alat peraga. 2. Menanya, yaitu kegiatan pembelajran yang memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. 3. Mengumpulkan informasi/eksperimen, yaitu kegiatan mengumpulkan informasi dengan cara melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, mampu wawancara dengan nara sumber. 4. Mengasosiasi/mengelolah informasi, adalah kegiatan pembelajran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengelolah informasi yang sudah dikumpulkan. 5. Mengkomunikasikan, yaitu kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan hasil pengamatan dan menyimpulkan hasil analisis berdasarkan kesimpulan melalui lisan, tertulis, dan media.
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran saintifik adalah salah satu proses belajar dimana siswa diajak berfikir kritis, sistematik, dan ilmiah dalam menemukan konsep melalui tahapan
9
mengamati,
mengidentifikasi,
mengumpulkan
data,
menanya,
menganalisis
menalar,
data,
mengajukan
menarik
hipotesis,
kesimpulan
dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau perinsip yang ditemukan. Dalam permendikbud RI No.81A tahun 2013 lampiran IV tentang implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik mempunyai prinsip-prinsip: 1. 2. 3. 4. 5.
Berpusat pada siswa. Mengembangkan kreativitas siswa. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestika. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efesien, dan bermakna. Prinsip-prinsip dalam pendekatan pembelajaran saintifik tersebut perlu
dilaksanakan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan dari penggunaan pendekatan pembelajaran saintifik menurut Kurniasih, Imas (2014:33-34) adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa. 2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan sustu masalah secara sistematik. 3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siwa merasa bahwa belajar inu merupakan suatu kebutuhan. 4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 5. Untuk melatih siswa mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. 6. Untuk mengembangkan karakter siswa.
Berdasarkan prinsip-prinsip, tujuan dan langkah-langkah pendekatan pembelajran saintifik dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan sebuah prinsip harus ada tujuan dan langkah-langkah yang harus di lakukan dalam pendektan pembelajran saintifik seperti prisip berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas siswa, menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan menantang yang bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestika, serta menyediakan strategi dan model pembelajaran yang PAKEM dengan tujuan
10
meningkatkan intelek siswa dalam mendapatkan ide-ide khusus untuk menyelesaikan suatu masalah dengan langkah-langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/mengelolah informasi dan mengkomunikasikannya melalui lisan, tulisan, dan media.
2.1.3 Pendekatan Pembelajaran Konvensional Salah satu pendekatan pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah pendekatan konvensional. pendekatan konvensional mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli. Djamarah dalam Iyas (2010:1), pendekatan konvensional adalah pendekatan pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar dan pembelajaran. Menurut Freire dalam Iyas (2010:1-2) memberikan istilah terhadap pengajaran konvensional sebagai suatu penyelengaraan pendidikan ber “gaya bank” penyelengaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktifitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal. Menurut Depdiknas (2001:592) konvensional mempunyai arti berdasarkan konvensi (kesepakatan) umum seperti adat, kebiasaan, kelaziman, dan yang masih tradisional. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran konvensional adalah pembelajran dengan gaya penyampaian pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan masih tradisional. Kholik (2011:2) dalam artikelnya menjelaskan ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Siswa adalah penerima informasi secara pasif. Belajar secara individual. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. Perilaku dibangun atas kebiasaan. Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik. Interaksi di antara siswa kurang. Guru sering bertindak memperhatiakan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
11
Menurut Djamarah dalam Metta Anugerah Dewi (2014:01), langkahlangkah pendekatan konvensional adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menyampaikan materi secara lisan Tanya jawab Memberi tugas Membahas tugas Menyimpulkan pembelajaran Pemberian evaluasi
Selanjutnya Kholik (2012:2) mengemukakan pembelajaran konvensional mempunyai keunggulan dan kekurangan, keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5.
Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. Menyampaikan informasi dengan cepat. Membangkitkan minat akan informasi. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan kelemahan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut: 1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan. 2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. 3. Para siswa tidak mengetahui tujun mereka belajar pada hari itu. 4. Penekanan sering hanya pada pennyelesaian tugas. 5. Daya serapny rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan pendekatan konvensional adalah pendekatan pembelajaran yang banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa.
2.1.4 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (2011:22), adalah kemampuan yang dimiliki siswa yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 58, Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk menentukan proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
12
Hasil belajar ditinjau dari taksonomi C.Bloom dalam Wardani Naniek Sulistya dkk. (2012:23) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga kemampuan tersebut dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda (Wardani Naniek Sulistya dkk: 2012:47). Berdasarkan hasil pengukuran, maka dilakukan evaluasi belajar. Dalam evaluasi belajar tidak hanya menekankan pada hasil belajar saja, namun juga menekankan pada evaluasi proses belajar (Wardani Naniek Sulastya dkk. 2012:18). Menurut Gagne dalm Jamil Suprihatiningrum (2014:37) mengatakan bahwa hasil belajar berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik , dan sikap. Hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes). Teknik pengukuran pada saat proses belajar dengan menggunakan teknik non tes dan teknik pengukuran pada hasil belajar menggunakan teknik tes. Hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran, asesmen, dan evaluasi (hasil belajar). Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, ada tiga sitilah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yakni Pengukuran, Asesmen, dan Evluasi (Wardani Naniek Sulistya dkk (2012:1). Istilah yang terkait dengan hasil belajar melalui menurut Wardani Naniek Sulistya (2010) adalah pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Allen dan Yen, 1979 dalam Wardani NS, 2012:
). Asesmen adalah proses pengambilan dan pengelolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, sedangkan evaluasi adalah proses pemberian makna atau kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Dalam mengevaluasi suatu pelajaran pasti ada sesuatu yang harus di capai terutama ialah tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran. Tujuan utama penggunaan evaluasi dalam pembelajaran (classroom evaluation) disekolah adalah membantu guru dan peserta didik untuk mengambil keputusan profesional
13
dalam memperbaiki pelajaran. Dalam buku panduan penilaian berbasis kelas (Depdiknas, 2006) menjelaskan fungsi evaluasi pembelajaran adalah untuk: 1. Menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik, 2. Membantu peserta didik memilih program atau jurusan, atau untuk mengembangkan kepribadian, 3. Menemukan kesulitan belajar dan mengembangkan prestasi peserta didik serta sebagi alat diagnosis bagi guru, 4. Sebagai upaya guru untuk menemukan kelemahan proses pembelajaran yang dilakukan ataupun yang sedang berlangsung, 5. Sebagai control bagi guru dan semua stake holder pendidikan tentang gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.
Prinsip evaluasi pembelajaran adalah patokan yang menjadi pedoman guru ketika melakukan evaluasi proses dan hasil pembelajaran. Ada beberapa prinsip dasar dalam evaluasi pembelajaran, yang dikemukakan oleh Wardani Nanik Sulistya, dkk (2012:65-67) adalah sebagai berikut ini. 1. Komprehensif (menyeluruh). Evaluasi hasil belajar peserta didik hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh domain aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif atau nilai, dan keterampilan, serta materi secara representative sehingga hasilnya dapat diintegrasikan dengan baik. 2. Berorientasi pada kompetensi. Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), evaluasi harus berorientasi pada pencapaian kompentensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). 3. Terbuka, adil dan objektif. Prosedur evaluasi, kriterie evaluasi dan pengambilan keputuasn hendaknya diketahui oleh pihak yang berkepentingan, sehingga terbuka bagi berbagai kalangan (stakeholders) baik langsung maupun tidak langsung. 4. Berkesinambungan. Evaluasi yang dilakukan oleh guru dikelas secara terus-menerus mulai dari memberi PR, latihan, ulangan, ulangan umum bersama dan ujian akhir secara berkesinamungan, direncanakan melalui penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bertahap dari minggu ke minggu,bulan dan semester, teratur dari wktu kewaktu, yang kesemuannya itu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan kemajuan belajar peserta didik. 5. Bermakna. Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu, evaluasi hendaknya dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 6. Terpadu, sistematis dan menggunakan acuan criteria. Pelaksanaan evaluasi merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran dan dilakukan secara berencanaan dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku, serta mendasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 7. Mendidik dan akuntabel. Evaluasi dilakukan untuk mendeferensiasi peserta didik, sehinga dapat diketahui kemajuan tingkat kompetensi setiap peserta didik.
Kemajuan belajar peserta didik didukung dengan kumpulan informasi yang dapat diperoleh melalui beragam teknik, baik berhubungan dengan proses
14
belajar maupun hasil belajar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor (Balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum Wardani Naniek Sulistya dkk (2012:10-13) mengatakan bahwa teknik asesmen dapat dikelompokan menjadi dua, yakni teknis tes dan non tes 1. Teknik tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Suryanto Andi, dkk., 2009). Sebagai alat ukur dalam bentuk pertanyaan, maka tes harus memberi informasi mengenai pengetahuan dan kemampuan objek yang diukur. Sedangkan sebagai alat ukur berupa tugas/latihan, maka tes harus dapat mengungkap keterampilan dan bakat seseorang atau sekelompok orang. Dalam tes, minimal ada dua fungsi yaitu (a) mengukur tingkat penguaaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu. (b) menentukan kedudukan atau perangkat peserta didik dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. 2. Teknik nontes. Teknik nontes adalah sebuah tes yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah dengan instrument yang berbentuk kuesioner atau inventori. Hasil pengukuran melalui instrument non tes berupa angka yang disebut kuantitatif dan bukan berupa angka seperti pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang, dan sebagainya atau disebut kualitatif. Ada beberapa macam teknik nontes, beberapa diantaranya seperti unjuk kerja (performance), penugasan (project), tugas individual, tugas kelompok, laporan, ujian praktek dan portofolio. Dari berbagai macam teknik dalam nontes dapat di jelaskan sebagai berikut: a. Unjuk kerja Merupakan suatu penilaian/pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktifitas siswa dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau interaksi. Contoh: berbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi. b. Penugasan
15
Merupakan penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. c. Tugas individu Merupakan penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada siswa yang dilakukan secara individual. d. Tugas kelompok Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada siswa yang dilakukan secara berkelompok. e. Laporan Merupakan penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan pratikum dan pemantapan praktik lapangan (PPL). f. Response atau unjuk praktek Merupakan suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya seperti mata kuliah PPL. g. Portopolio Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan siswa dalam suatu periode tertentu. Setelah proses pengukuran dilakukan, selanjutnya dilakukan penilaian. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan, penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:51) menjelaskan bahwa evalusi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar siswa sesuai potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang tarit atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap
16
butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Suryanto Adi, dkk., 2009) Wardani Naniek Sulistya, dkk., ( 2012:52). Non tes yaitu berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrument nontes dapat berbentuk kuesioner atau inventori.
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun penelitian yang terdahulu diantaranya sebagai berikut: Penelitian yang dilaksanakan oleh Dhedhi Novianto pada tahun 2015 yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Saintifik Terhadap Ketrampilan Belajar IPS Siswa kelas 4A SDN Beringin 01 Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik mendapatkan pengaruh yang positif terhadap keterampilan belajar IPS siswa kelas 4A SDN Beringin 01 Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dengan adanya perbedaan rata-rata jumlah melakukan aktifitas keterampilan belajar sebesar 4,2069 kegiatan pembelajaran IPS tampa pendekatan saintifik dengan kegiatan pembelajaran IPS yang menggunkan pendekatan saintifik. Pembelajara IPS dengan perilaku yang berpendekatan pembelajaran saintifik menunjukan rata-rata jumlah melakukan keterampilan belajar lebih tinggi dibandingkan keterampilan belajar dalam pembelajaran sebelum perilakuan yang tidak berperilaku pembelajaran saintifik, yaitu 7,0345 > 2,8276. Hal ini diperkuat dengan uji t Paired samples T-test yang menunjukan t
hitung
>t
tabel
(10,909 >
1,701) dengan signifikansi < 0,05, yaitu 0,000<0,05. Penelitian yang dilakukan Nur Hayati pada tahun 2015 berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Metode Evaluasi Index Card Match dengan Pendekatan Scientific siswa kelas 4 SDN Semowo 01 Pabelan Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian ini terbukti berpengaruh. Hal ini ditunjukan dengan perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan
17
belajar dengan KKM ≥ 90 antara siklus I, dan siklus II adalah 0 %; 64,71%; dan 100%. Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan skor minimum antara pra siklus, siklus I, dan siklus II adalah 17 : 73 : 90. Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan skor maksimum antara pra siklus, siklus I, dan siklus II adalah 32 : 98 : 100. Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan skor rata-rata antara siklus I, dan siklus II adalah 24,94 : 88,35. Penelitian ini dinyatakan berhasil, yang ditunjukan oleh 100% ≥ 90% dari 17 siswa telah mencapai hasil belajar IPS yang ditetapkan dengan KKM ≥90. Penelitian oleh Sri Sumartini pada tahun 2015 dengan judul “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based Learning terhadap hasil belajar Matematika Siswa Kelas 3 SD Negeri Gedangan 01 dan SD Negeri Gedangan 03 Salatiga tahun ajaran 2014/2015”.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika yang menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran discovery learning dan problem based learning yang dilaksanakan di SD Negeri Gedangan 01 dan SD Negeri Gedangan 03 tahun ajaran 2014/2015 tidak ada perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas 3 dalam materi luas persegi dan persegi panjang. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi (2-tailed) 0,274 > 0,05 dan nilai rata-rata kedua kelas hamper sama. Rata-rata hasil beajar siswa diberi perilaku menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran discovery learning adalah 86,96 dan kelas yang diberi perilaku menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran problem based learning adalah 83,81. Hal tersebut menunjukan tidak adanya perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berfikir Pada masa sekarang ini pembelajaran IPS yang berlangsung dalam kegiatan pembelajaran di SD adalah pembelajaran yang menggunakan guru sebagai sumber belajar. Kegiatan belajar yang berlangsung adalah pembelajaran dengan guru memberikan informasi kepada siswa melalui ceramah. Kondisi yang demikian membuat partisipasi siswa menjadi sangat minim karena sebagian besar
18
waktunya dalam pembelajaran IPS dihabiskan untuk mendengar ceramah guru, sehingga siswa akan merasakan bosan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan contoh siswa sering mengobrol dan bermain dengan temannya sewaktu kegiatan pembelajaran. Kadaan yang demikian akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada kondisi ini jika siswa diberi tes, hasil belajar yang diperoleh siswa masih dibawah KKM ≥ 90 karena siswa tidak dapat mengerjakan tes secara optimal. Pembelajaran berbasis guru seperti keadaan diatas adalah pembelajaran yang didominasi oleh guru tampa memperhatikan interaksi siswa. Guru menghabiskan waktu dalam pembelajaran hanya untuk memberikan penjelasan saja, sehingga interaksi siswa dalm pembelajaran sangat dibatasi karena penjelasan guru melalui ceramah. Guru pada akhirnya akan menilai hasil belajar dari pengetahuan saja, tanpa melakukan penilaian pada proses pembelajaran. Melihat kenyataan dilapangan, perlu perbaikan dalam proses pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran saintfik. Pendekatan pembelajaran saintifik dapat digunakan dalam pembelajaran IPS, dengan pendekatan saintifik siswa belajar menemukan sendiri pengetahuannya. Pendekatan pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan menggunakan pendekatan keilmuan yang menuntun siswa bersikap objektif dan rasional serta memberikan keterampilan proses agar siswa secara aktif menemukan dan mengkonstruk konsep dan prinsip. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang berlangsung berpusat pada aktivitas siswa. Langkah-langkah dari pembelajaran ini adalah sebagai berikut: a) mengamati gambar uang, b) menanya tentang uang, c) Mengumpulkan informasi tentang uang, d) mengelolah informasi tentang uang, e) mengkomunikasikan/membuat kesimpulan tentang uang. Dalam pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik guru diharapkan untuk melakukan penilaian tidak hanya pada aspek pengetahuan siswa saja, namun juga hasil belajarnya melalui penilaian terhadap hasil belajar dalam pembelajaran ini menggunakan rubrik penilaian sikap sebagai berikut: 1) sikap spiritual meliputi menghayati karunia Tuhan, dan 2) sikap sosial meliputi
19
tanggung jawab dan kerja sama. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik membuat siswa akan secara langsung mempunyai pengalaman belajar. Bagan kerangka berfikir disajikan dalam gambar 2.1 berikut ini.
20
KD: 2.4 Mengenal sejarah uang
Pembelajaran Konvensional
Menyampaikan materi
Tanya jawab
Pembelajaran pendekatan saintifik
R.P.S. Menghargai ajaran agama yang dianut
Berdoa
R.P.S. Tanggung jawab
Mengamati gambar Jenis Uang
Menanya Jenis uang
Menerima tugas
R.P.S. Toleransi Mengerjakan tugas
Menyimpulkan pelajaran
Skor Non Tes
Mengumpulkan informasi Jenis uang
Menganalisis informasi Jenis uang Mempersentasikan Jenis uang
Berdoa Posttest Posttest
Hasil Belajar IPS
Hasil Belajar IPS
Gambar 2.1. Skema Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Saintifik Terhadap Hasil Belajar IPS
Skor Tes
21
2.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian eksperimen ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan pembelajaran saintifik terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 3 SDN Blotongan 01 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016.