BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.
Kajian tentang Tugas Perkembangan Remaja a. Pengertian Tugas Perkembangan Setiap individu akan melalui periode tertentu sepanjang hidupnya. Pada
setiap periode yang dilalui individu diikuti oleh sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh setiap individu agar individu tersebut dapat berkembang secara maksimal. Robert Havighurst dalam Syamsu Yusuf (2011:65) melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa ”periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas perkembangan yang khusus. Tugas ini berkaitan
erat
dengan
perubahan
kematangan,
persekolahan,
pekerjaan,
pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai prasarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya”. Havighurst (1953:2) juga memberikan pengertian, bahwa tugas perkembangan adalah sebagai berikut : A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by society, difficulty with later task. Tugas-tugas perkembangan berkaitan dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh individu, sesuai dengan fase perkembangannya. Hurlock Tej. Istiwidayanti & Soedjarwo (1980:9) menyebut tugas-tugas perkembangan ini sebagai social expectations atau harapan sosial dalam arti bahwa setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode atau fasefase perkembangan, setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. Sebab, 5
6
kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu akan memperlambat pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Dari pendapat tersebut dapat dimengerti bahawa tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orangtua atau masyarakat maka perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Sehingga kebahagiaan individu dapat dilihat dari berhasil atau tidaknya dalam pencapaian tugas perkembangan.
b. Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Tugas Perkembangan Pencapaian tugas perkembangan satu individu akan berbeda dengan individu lainnya karena dipengaruhi oleh perkembangan yang dialami masingmasing individu. Terdapat faktor yang mempengaruhi perkembangan setiap individu, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut dibagi menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari dalam individu dan faktor yang berasal dari luar individu (Desmita, 2011:27). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Faktor internal Semenjak dari dalam kandungan, janin tumbuh menjadi besar dengan sendirinya, dengan kodrat-kodrat yang dikandungnya sendiri. Menurut Hurlock terjemahan Meeitasari Tjandrasa (1978:41) terdapat faktor-faktor
yang
mempengaruhi penguasaan tugas-tugas perkembangan. Faktor yang dapat membantu penguasaan tugas perkembangan diantaranya adalah “tingkat perkembangan yang normal, kesempatan dan bimbingan untuk mempelajari tugas perkembangan, motivasi, kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh, tingkat kecerdasan yang tinggi serta kreativitas.” Paparan tersebut dapat dimaknai bahwa individu dapat mencapai tugas perkembangannya apabila berkembang secara normal, sehat secara fisik dan psikis, memiliki kecerdasan yang tinggi, kreatif dalam mencapai tugas perkembangannya, dan termotivasi secara internal maupun eksternal.
7
Diantara faktor-faktor di dalam diri yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah : bakat atau pembawaan, sifat-sifat keturunan, serta dorongan dan instink (Desmita, 2011 : 27) a) Bakat atau pembawaan Setiap individu dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat yang dimiliki individu akan membuatnya mudah untuk mempelajari seuatu yang berhubungan dengan bakatnya. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2004:80) berpendapat, “bakat sangat menentukan prestasi seseorang”. Paparan tersebut dapat dimaknai bahwa individu dapat mencapai tugas perkembangan atau mencapai prestasi akademik apabila memiliki bakat tertentu yang berhubungan dengan kemampuan untuk prestasi akademik. Individu yang memiliki bakat di bidang bahasa diprediksi mampu mencapai prestasi akademik dalam bidang bahasa. Prestasi akademik dalam bidang bahasa yang dicapai individu merupakan cerminan dari bakat atau pembawaan yang dimiliki individu dalam bidang tersebut. b) Sifat-sifat keturunan Sifat-sifat keturunan pada setiap individu yang berupa keadaan fisik maupun mental dapat diturunkan dari orang tua atau nenek moyangnya. Keadaan fisik yang dimiliki individu seperti kesehatan badan akan mempengaruhi pencapaian tugas perkembangan dalam hal ini pencapaian prestasi akademik individu tersebut. Individu yang sehat mampu berpikir secara optimal sehingga akan lebih mudah mencapai prestasi akademik dan secara otomatis dapat mencapai tugas perkembangannya. Sifat-sifat keturunan berupa keadaan mental seperti daya intelektual dapat mempengaruhi pencapaian tugas perkembangan. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2004:35) berpendapat, “perbedaan individual dalam perkembangan intelek menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar.” Pernyataan tersebut dapat dimengerti bahwa individu dapat lebih mudah mencapai
8
tugas perkembangannya apabila memiliki daya kerja intelektual tinggi karena individu tersebut lebih cepat dalam belajar. c) Dorongan Dorongan adalah kodrat hidup yang menggerakkan individu untuk melaksanakan sesuatu atau bertindak pada waktu tertentu. Dorongan dalam diri individu akan terus berkembang , terdapat dorongan yang terus aktif mempengaruhi kejiwaan individu selama hidupnya seperti dorongan untuk berprestasi. d) Instink Instink merupakan bisikan naluriah yang menunjukkan kepada individu mengenai cara untuk melaksanakan dorongan batin. Setiap individu dilahirkan
dengan
membawa
instink.
Instink
merupakansuatu
perwujudan perilaku yang timbul secara naluri atau alami tanpa disuruh. Misal, seseorang akan langsung berteriak ketika tersulut rokok atau terkena panas.
2) Faktor eksternal Salah satu faktor luar yang sangat mempengaruhi perkembangan individu menurut Desmita (2011:29) adalah ekonomi. Tekanan ekonomi pada orang tua juga seringkali menimbulkan tekanan jiwa yang berujung pada konflik antara ibu dan bapak sehingga anak menjadi frustasi. Latar belakang ekonomi orang tua berpengaruh terhadap pencapaian tugas perkembangan anak. Orang tua yang memiliki latar belakang ekonomi lemah akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Kebutuhan anak yang kurang terpenuhi dapat menghambat pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikisnya. Individu yang secara fisiologis belum dapat memenuhi kebutuhannya, maka individu tersebut akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan berprestasi. Keberhasilan individu dalam mencapai tugas perkembangan juga dipengaruhi oleh kesempatan dan bimbingan untuk mempelajari tugas perkembangan
sesuai
dengan
usia
perkembangannya.
Individu
yang
memperoleh banyak bimbingan dari orang tua akan lebih mudah dalam
9
memahami tugas perkembangan yang harus dicapai sehingga tugas perkembangan yang dicapai individu tersebut dapat lebih optimal dibandingkan dengan individu yang tidak memperoleh bimbingan dari orang tua. Bimbingan untuk mempelajari tugas perkembangan dapat dilakukan oleh orang tua kepada anak saat di rumah dengan memberikan perhatian kepada anak saat melakukan kegiatan belajar, mendorong dan memotivasi anak untuk belajar, memberi reinforcement setelah anak melakukan kegiatan belajar dan memberikan bimbingan belajar ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar. Kesempatan dan bimbingan orang tua kepada anak untuk mempelajari tugas perkembangan akan menumbuhkan motivasi belajar sehingga anak akan terbiasa belajar tanpa ada paksaan dari orang lain. Hurlock terjemahan Meitasari Tjandrasa (1978:201) berpendapat beberapa sumbangan keluarga pada perkembangan anak antara lain menjadi sumber kasih sayang dan penerimaan, menjadi orang yang di harapkan bantuannya dalam menyelesaikan masalah, sebagai sumber persahabatan sampai mereka besar ketika tidak ada teman di luar. Syamsu Yusuf (2011:66) juga menguraikan munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumber pada faktor-faktor berikut : 1) Kematangan fisik, misalnya : a) Belajar berjalan karena kematangan otot kaki-kaki b) Belajar bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja karena kematangan organ-organ seksual 2) Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya : a) Belajar membaca b) Belajar menulis c) Belajar berhitung d) Belajar berorganisasi 3) Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya : a) Memilih pekerjaan b) Memilih teman hidup 4) Tuntutan norma agama, misalnya : a) Taat beribadah kepada Allah
10
b) Berbuat baik kepada sesama manusia Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan dapat terjadi karena adanya faktor internal dan eksternal , perubahan kematangan baik fisik maupun psikis, serta adanya tuntutan dari lingkungan.
c. Tugas-tugas Perkembangan Remaja Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. William Kay dalam Syamsu Yusuf (2011:72) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut : 1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya 2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas 3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok 4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya 5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri 6) Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup 7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan Tugas perkembangan berkaitan dengan sikap, perilaku, atauketerampilan yang seharusnya dimiliki oleh individu , sesuai dengan fase perkembangannya. Dalam kaitannya menyelesaikan tugas perkembangan remaja, Havighurst dalam Syamsu Yusuf (2011:74) juga berpendapat bahwa tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut : 1) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya 2) Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita
11
3) Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif 4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya 5) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi 6) Memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan) 7) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga 8) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara 9) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial 10) Memperoleh
seperangkat
nilai
dan
sistem
etika
sebagai
petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku 11) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Seperti yang sudah disebutkan oleh Havighurst, maka tugas-tugas perkembangan muncul pada periode kehidupan tertentu, demikian juga pada siswa sekolah menengah atas (SMA). Menurut Sunaryo Kartadinata dalam Mamat Supriatna (2011:121) bahwa ada 11 aspek perkembangan siswa SMA meliputi : landasan hidup religius, perilaku etis, kematangan emosional, kematangan intelektual, kesadaran tanggung jawab, peran sosial sebagai pria dan wanita, penerimaan diri dan perkembangannya, kemandirian perilaku ekonomi, wawasan dan persiapan karir, kematangan hubungan teman sebaya, dan persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga. Berdasarkan pada pendapat Sunaryo tersebut berikut merupakan aspek-aspek dalam tugas perkembangan siswa SMA : 1) Landasan Hidup Religius Landasan hidup religius meliputi sholat dan berdoa, belajar agama, keimanan, dan sabar. 2) Landasan perilaku etis Landasan perilaku etis meliputi jujur, hormat kepada orang tua, sikap sopan dan santun, ketertiban dan kepatuhan. 3) Kematangan emosional
12
Kematangan emosional meliputi kebebasan dalam mengemukakan pendapat, tidak cemas, pengendalian emosi, dan kemampuan menjaga stabilitas emosi. 4) Kematangan intelektual Kematangan intelektual meliputi sikap kritis, sikap rasional, kemampuan membela hak pribadi, dan kemampuan menilai. 5) Kesadaran tanggung jawab Kesadaran tanggung jawab meliputi mawas diri, tanggung jawab atas tindakan pribadi, partisipasi pada lingkungan, dan disiplin. 6) Peran sosial sebagai pria atau wanita Peran sosial sebagai pria atau wanita meliputi perbedaan pokok laki-laki dan perempuan, peran sosial sesuai jenis kelamin, tingkah laku dan kegiatan sesuai jenis kelamin, serta cita cita sesuai jenis kelamin. 7) Penerimaan diri dan pengembangannya Penerimaan diri dan pengembangannya meliputi kondisi fisik, kondisi mental, pengembangan cita-cita, dan pengembangan pribadi 8) Kemandirian perilaku ekonomis Kemandirian perilaku ekonomis meliputi upaya menghasilkan uang, sikap hemat dan menabung, bekerja keras dan ulet, dan tidak mengharap pemberian orang. 9) Wawasan persiapan karir Wawasan
persiapan
karir
meliputi
pemahaman
jenis
pekerjaan,
kesungguhan belajar, upaya meningkatkan keahlian, dan perencanaan karir. 10) Kematangan hubungan dengan teman sebaya Kematangan hubungan dengan teman sebaya meliputi pemahaman tingkah laku orang lain, kemampuan berempati, kerja sama, dan kemampuan hubungan sosial. 11) Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga
13
Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga meliputi pemilihan pasangan/teman hidup, kesiapan menikah, membangun keluarga, dan reproduksi yang sehat. Selain William Kay dan Havighurst, tugas perkembangan masa remaja menurut Elizabeth Hurlock (1980:10) antara lain : 1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita 2) Mencapai peran sosial pria dan wanita 3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif 4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab 5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya 6) Mempersiapkan karier ekonomi 7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga 8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi Dari pendapat para ahli, macam tugas perkembangan remaja yang paling lengkap atau lebih khusus adalah pendapat dari Havighurst yaitu mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita, menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, mencapai jaminan kemandirian ekonomi, memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan), mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara, mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial, memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku dan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
14
d. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa Tingkat pencapaian tugas perkembangan merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki individu yang berlangsung dari tahap sederhana sampai tahap yang lebih kompleks. Syamsu Yusuf (2011:76) menyebutkan bahwa tingkat pencapaian tugastugas perkembangan ada tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Ketiga kategori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Tinggi. Indikatornya : memiliki sahabat dekat dua orang atau lebih, sebagai anggota klik dari jenis kelamin yang sama secara mantap, dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu, memiliki penyesuaian sosial yang baik, meluangkan waktu untuk berinteraksi, mau bekerjasama dengan orang lain yang mungkin tidak disenangi untuk mencapai tujuan kelompok, menyenangi lawan jenis, memilihara diri secara baik, aktif dalam berolahraga, mempunyai minat untuk mempersiapkan diri dalam suatu pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelaminnya, mampu mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan secara rutin, mempersepsi tubuh dan jenis kelaminnya secara tepat, memiliki pengetahuan tentang reproduksi, memiliki tujuan hidup yang realistik, mampu mengembangkan persepsi yang positif terhadap orang lain dan mencoba berintegrasi dengan keluarga secara mandiri, dan memiliki reputasi sifat moral yang baik. 2) Sedang. Indikatornya : memiliki seorang teman dekat, menjadi anggota klik namun kurang mendapat perhatian, memiliki kemampuan sosial yang sedang, merasa tidak percaya diri, apabila berada dalam kelompok yang beragam, remaja pria matang seksualnya namun kurang mempunyai perhatian terhadap remaja wanita, menampilkan ciri-ciri maskulinitas, namun masih ragu, takut atau menolak peran heteroseksualnya,
hanya
menyenagi
olahraga
ringan,
mampu
mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan, namun tidak mampu memelihara program kesehatan dalam jangka waktu lama, ego
15
idealnya dipengaruhi oleh dewasa muda, sikapnya belum ajeg antara desakan untuk menjadi dewasa dengan sikap kekanak-kanakan, kadang-kadang kurang bersikap jujur, bersikap altruis namun kurang matang, cenderung mementingkan kebutuhan sendiri daripada orang lain, mau bekerjasama apabila ada tekanan dari kelompoknya atau orang dewasa. 3) Rendah. Indikatornya : tidak memiliki teman akrab, tidak pernah diundang oleh teman untuk menghadiri acara kelompok, sering dikambing hitamkan oleh teman sebaya, sering balas dendam dengan sikap bermusuhan, remaja pria tidak mempunyai interes terhadap remaja
wanita,
tidak
menyenangi
olahraga,
remaja
wanita
penampilannya seperti anak kecil, berpenampilan seperti remaja pria, kurang memiliki kebiasaan untuk memelihara kesehatan diri dan cenderung menolak apa yang dinasehati oleh orang tua, menampakkan ketidaksenangan
terhadap
tubuhnya,
merasa
cemas
tentang
kematangan yang lambat, tidak memiliki pengetahuan tentang reproduksi, ego idealnya sangat ditentukan oleh orang tua, menghabiskan banyak waktu senggangnya dengan orang tua, menerima otoritas orang tua, mengalami kesulitan dalam menempuh hidup berkeluarga, berperilaku tidak jujur, tidak bertanggung jawab, tidak konsisten, tidak suka memperhatikan perasaan orang lain, bersikap kasar dan tidak sopan, menolak bekerjasama, dan suka memaksa otoritas. Sehingga dapat di simpulkan bahwa tingkat pencapaian tugas perkembangan ini menggambarkan posisi atau keadaan individu dalam perkembangannya . Hal tersebut tentu saja ada faktor yang mempengaruhi baik faktor internal maupun eksternal. Dalam penelitian ini, dukungan orang tua sebagai faktor eksternal yang memberikan kontribusi terhadap tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa.
16
2.
Kajian tentang Dukungan Orang Tua a. Pengertian Dukungan Orang Tua Dukungan orang tua, yang mencerminkan ketanggapan orang tua atas
kebutuhan anak merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Dukungan orang tua mengacu kepada dukungan sosial yang diterima oleh anak. Sarafino (1994:102) mengemukakan bahwa ”social support refers to the perceived comfort, caring, esteem, or help a person receives from other people or groups”. Dapat dimengerti bahwa dukungan sosial merupakan kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterima individu dari orang lain ataupun dari kelompok. Gottlieb dalam Desmita (2005:204) juga mengatakan dukungan orang tua terhadap pembentukan orientasi masa depan remaja dapat dilakukan melalui pemberian informasi atau nasehat verbal dan non-verbal, bantuan nyata atau tindakan nyata yang mempunyai manfaat emosional bagi remaja. Ellis, Thomas dan Rollins dalam Sri Lestari (2013:59) mendefinisikan dukungan orang tua sebagai interaksi yang dikembangkan oleh orang tua yang dicirikan perawatan, kehangatan, persetujuan, dan berbagai perasaan positif orang tua terhadap anak. Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan orang tua adalah merupakan ketanggapan dan keterlibatan orang tua dalam upaya memberikan perhatian, penghargaan, motivasi dan dukungan instrumental atau dukungan material sehingga anak merasa dicintai dan diakui keberadaannya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional juga merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
b. Komponen-komponen Dukungan Orang Tua Dukungan orang tua, mencerminkan ketanggapan orang tua atas kebutuhan anak merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Dukungan orang tua mengacu kepada dukungan sosial yang diterima oleh anak.
17
Van Beest & Baerveldt dalam Sri Lestari (2013: 60) berpendapat bahwa dukungan orang tua kepada anak dapat berupa dukungan emosi dan dukungan instrumental. 1) Dukungan emosi mengarah pada aspek emosi dalam relasi orang tuaanak, yang mencakup perilaku-perilaku yang secara fisik atau verbal menunjukkan
afeksi
atau
dorongan
dan
komunikasi
yang
positif/terbuka. Misalnya, orang tua mendengarkan curahan hati anaknya. 2) Dukungan instrumental mencakup perilaku-perilaku yang tidak menunjukkan afeksi secara terbuka, namun masih berkontribusi pada perasaan diterima dan disetujui yang dirasakan anak. Misalnya orang tua memberi tambahan uang jajan anaknya ketika libur sekolah. Winnubst,dkk 1988 dalam Desmita (2005:204) mengemukakan bahwa dukungan orang tua dapat diwujudkan dalam empat bentuk : 1) Dukungan emosional; mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang tua terhadap remaja. Misalnya orang tua memantau setiap aktivitas anak . 2) Dukungan penghargaan; terjadi lewat ungkapan penghargaan positif terhadap remaja, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan, dan membangkitkan harga diri remaja. Misalnya orang tua memberikan kepercayaan kepada anak dalam mengambil keputusan. 3) Dukungan instrumental; mencakup bantuan langsung secara materi atau pemberian fasilitas dan pelayanan pada remaja. Misalnya seperti pemberian dana, pemenuhan buku-buku dan sarana pendidikan lainnya serta kesediaan orang tua meluangkan waktu untuk berdialog atau senantiasa siap memberikan pertolongan ketika dibutuhkan remaja. 4) Dukungan informatif; mencakup memberikan nasehat, petunjukpetunjuk, saran-saran atau umpan balik mengenai bagaimana remaja seharusnya bertindak, mengenali dan menyelesaikan masalah secara lebih mudah, sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang
18
dimiliki orang tua. Misalnya orang tua memberikan wejangan dari pengalaman-pengalaman masa lalunya. Sarafino
(1994:
103)
juga
mengemukakan
komponen-komponen
dukungan sosial terdiri dari dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan ditambahkan satu komponen lagi yaitu dukungan kelompok. Berikut adalah uraiannya: 1) Dukungan emosional Dukungan emosional ini mencakup empati, kepedulian, dan perhatian orang tua kepada anak. Dukungan ini akan membuat anak merasa dicintai, diperhatikan, dan mempunyai tempat untuk berbagi ketika sedang memiliki masalah. Anak yang mendapat dukungan emosional akan bersikap lebih tenang dan tidak gegabah ketika menghadapi suatu permasalahan karena mereka merasa mempunyai orang yang bisa diandalkan keberadaanya untuk membantu mereka dalam menghadapi masalah. Contoh bentuk dukungan emosional yang bisa diberikan oleh orang tua kepada anaknya misalnya dengan cara menghibur anak ketika anak sedang mengalami permasalahan, mendengarkan curahan hatinya, memahami perasaannya ketika sedang dilanda kesedihan, dan memperhatikannya ketika sedang sakit. 2) Dukungan penghargaan Dukungan penghargaan ini berupa penghargaan positif, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan anak, ataupun melakukan perbandingan positif terhadap anak. Perbandingan positif adalah perbandingan yang dapat membuat anak merasa menjadi lebih baik dan lebih beruntung, misalnya dengan membandingkan keadaan anak dengan seseorang yang memiliki keadaan atau permasalahan yang lebih berat darinya. Dukungan ini dapat membuat anak yang menerima dukungan menjadi percaya diri, meningkat harga dirinya, dan merasa bernilai. Dukungan ini akan sangat berguna ketika anak memperoleh tugas yang lebih berat dari kemampuan yang dimilikinya. Contoh dukungan penghargaan yang bisa diberikan oleh orang tua kepada
19
anaknya misalnya dengan memberikan pujian ketika anak melakukan hal positif, memberikan respon positif terhadap pendapat anak, memberikan kepercayaan kepada anak atas usaha yang dilakukannya, dan mendukung minat positif anak. 3) Dukungan instrumental Dukungan instrumental ini mencakup bantuan langsung dan nyata. Maksudnya langsung dan nyata adalah bantuan ini bisa langsung dirasakan manfaatnya oleh anak karena merupakan pertolongan secara langsung untuk kesulitan yang dihadapi anak. Bantuan jenis ini bisa mempermudah anak untuk melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Dukungan instrumental ini biasanya berbentuk materi atau barang. Contoh dari dukungan instrumental yang bisa diberikan oleh orang tua kepada anaknya misalnya dengan mencukupi fasilitas anak sesuai kebutuhan anak pada umumnya dan memberikan uang cukup untuk keperluan yang wajar. 4) Dukungan informatif Dukungan informatif ini merupakan bantuan informasi yang diberikan oleh orang tua agar dapat digunakan oleh anak dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Dukungan informatif ini mencakup pemberian nasehat, pengarahan, saran dan penilaian. Dukungan jenis ini sangat bermanfaat bagi anak ketika harus memilih jalan keluar terbaik untuk permasalahannya. Contoh dari dukungan informatif yang bisa diberikan oleh orang tua kepada anaknya misalnya dengan memberikan saran atau solusi yang bijaksana untuk anak ketika anak bimbang dengan permasalahannya 5) Dukungan kelompok Dukungan kelompok dalam penelitian ini merupakan bantuan yang diperoleh anak dari orang tua yang akan membuat anak mengenal dan memiliki perasaan bahwa dirinya menjadi bagian dari kelompok (keluarga) dan dapat saling berbagi. Hal ini berkaitan dengan penerimaan orang tua terhadap anak yang biasanya terlihat dari
20
pemberian kepercayaan dan kesempatan dari orang tua kepada anak untuk
memberikan
suatu
sumbangan
kepada
keluarga
atau
diikutsertakan dalam kegiatan keluarga. Contoh dari dukungan kelompok ini misalnya anak diajak berekreasi bersama dengan seluruh anggota keluarga, diajak dalam acara perkumpulan keluarga, atau diberikan kesempatan untuk menentukan pilihan tujuan rekreasi keluarga Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang komponen dukungan orang tua , peneliti menyimpulkan bahwa dukungan orang tua terdiri dari beberapa komponen, yaitu kenyamanan, perhatian, penghargaan, informasi, perawatan, kehangatan, dan persetujuan. Komponen itulah yang akan dijadikan acuan peneliti dalam pembuatan angket.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Orang Tua Anak dapat belajar untuk bergaul dengan orang lain apabila dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik. Sarafino (1994: 104) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan dukungan sosial. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi faktor dari diri penerima dan faktor dari pemberi dukungan. Berikut adalah uraiannya: 1) Faktor dari diri penerima dukungan Penerima dukungan dalam hal ini adalah anak. Beberapa hal yang mempengaruhi dukungan orang tua adalah karena anak tidak ingin orang tuanya mengetahui bahwa dia sedang memiliki masalah sehingga membutuhkan dukungan, atau anak merasa bahwa dia seharusnya mandiri dan tidak mengganggu orang tuanya, ataupun karena anak cenderung tertutup dan menolak dukungan orang tuanya. 2) Faktor dari pemberi dukungan Pemberi dukungan dalam hal ini adalah orang tua. Beberapa hal yang mempengaruhi dukungan orang tua adalah apabila orang tua sendiri sedang berada dalam permasalahan atau tengah menghadapi stres dan
21
menjadi kurang sensitif terhadap keluarganya sehingga tidak menyadari bahwa ada anaknya yang membutuhkan dukungan darinya. Berdasarkan kedua faktor tersebut dapat dimengerti bahwa sikap anak dan orang tua dapat mempengaruhi dukungan yang diterima oleh anak.
3.
Kajian Siswa Sekolah Menengah Atas Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi
orang tua dalam mendukung perkembangan anak remajanya yang duduk dibangku SMA. SMA adalah kependekan dari Sekolah Menengah Atas, yaitu jenjang pendidikan formal di Indonesia. Tingkat SMA dijalani siswa setelah mereka lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), pada umumnya berusia 16-18 tahun. Periode yang paling rawan dalam suatu fase perkembangan individu yaitu masa remaja. Sesuai pendapat Hurlock Tej. Istiwidayanti & Soedjarwo (1980:207) bahwa masa remaja merupakan periode yang penting akibat perkembangan secara fisik dan psikologis. Hal ini dikarenakan pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa peralihan antara masa kanak-kanak sebelum menjadi dewasa ini disebut masa mencari jati diri. Menurut Desmita (2005) mengenai karakteristik fisik, kognitif dan sosial dari remaja adalah sebagai berikut : a. Fisik 1) Remaja mengalami perubahan tunggi dan berat badan. 2) Remaja mengalami perubahan proporsi tubuh, berkembangnya jaringan otot. 3) Remaja mengalami ciri-ciri seks primer dan skunder. b. Kognitif 1) Cara berfikir semakin matang dan sistematik.
2) Dapat mengambil keputusan. 3) Memiliki orientasi kedepan.
22
c. Sosial 1) Mampu berpikir kritis mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal. 2) Berkembangnya penalaran moral yaitu mampu menyelesaikan konflik dengan diri sendiri maupun orang lain. 3) Memiliki hubungan sosial baik dengan individu sekitarnya.
4.
Sumbangan Dukungan Orang Tua terhadap Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tugas perkembangan, faktor
internal maupun eksternal. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tugas perkembangan dari luar yaitu keluarga. Peran keluarga sendiri, khususnya orang tua tidak hanya memberikan jaminan makanan kepada anaknya, tetapi juga memberikan kasih sayang dan perhatian tentang perkembangan anaknya dengan memberikan dorongan, menjadi teman bagi anak-anaknya sehingga anak terbuka dengan orang tua, memberikan atau mencukupi kebutuhan financial sehingga anak merasa diperhatikan. Sri Lestari (2013:22) menguraikan bahwa keluarga merupakan tempat yang paling penting bagi perkembangan anak secara fisik, emosi, spiritual, dan sosial. Karena keluarga merupakan sumber bagi kasih sayang,perlindungan dan identitas bagi anggotanya. Individu yang memperoleh banyak bimbingan dari orang tua akan lebih mudah dalam memahami tugas perkembangan yang harus dicapai sehingga tugas perkembangan yang dicapai individu tersebut dapat lebih optimal dibandingkan dengan individu yang tidak memperoleh bimbingan dari orang tua. Elizabeth Hurlockt Tej. Meitasari Tjandrasa (1978:201) berpendapat bahwa pengaruh keluarga pada anak dan perkembangannya baru dapat dihargai sepenuhnya saat seseorang menyadari apa saja sumbangan para anggota keluarga pada anak. Beberapa sumbangan keluarga pada perkembangan anak antara lain
menjadi
sumber kasih sayang dan penerimaan, menjadi orang yang dapat diharapkan bantuannya dalam memecahkan masalah , sebagai sumber persahabatan sampai mereka cukup besar ketika tidak ada teman di luar.
23
Dari pendapat para ahli diatas dapat dimengerti bahwa keluarga khususnya orang tua memberikan kontribusi besar untuk membantu dalam perkembangan anak pada masa remaja. Dukungan orang tua juga akan membawa pengaruh terhadap sikap anak, sesuai dengan bagaimana orang tua dalam menerapkan pola asuhnya dalam keluarga.
5.
Hasil Penelitian yang Relevan a. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Riza Rahma Rambe dan Tarmidi, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009 dalam Jurnal Psikologi Volume 37, no.2, Desember 2010 : 216-223 dengan judul : ”Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua dan Kemandirian Belajar pada Siswa SMA”. Dalam penelitian ini, dilatar belakangi adanya anggapan bahwa kemandirian belajar merupakan proses dimana individu mengambil inisiatif dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sistem pembelajarannya. Salah satu karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kemandirian belajar pada diri siswa adalah motivasi pada diri siswa. Dalam meningkatkan motivasi berprestasi bagi diri siswa, peran atau dukungan sosial dari orangtua adalah hal yang sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa SMA. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dan kemandirian belajar. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa sekolah menengah atas dengan nilai r 0.477, ρ (0,05). Artinya semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka akan semakin tinggi kemandirian belajar pada siswa dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial orangtua maka akan semakin rendah kemandirian belajar pada siswa. b. Penelitian yang dilakukan oleh Jane Heidyani Tan, Amatus Yudi Ismanto, Abram Babakal, Universitas Sam Ratulangi, Manado pada tahun 2013 dalam E-Journal keperawatan (e-Kp) volume 1. Nomor 1. Agustus 2013
24
dengan judul : ”Hubungan Antara Dukungan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pada Anak Usia Sekolah Kelas IV Dan V di SD Negeri Kawangkoan Kalawat”. Dalam penelitian ini , motivasi belajar merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia untuk belajar. Motivasi belajar dapat dipengaruhi dari diri sendiri (intrinsik), yang didasari oleh adanya kebutuhan untuk belajar, dan dari luar diri sendiri (ekstrinsik) yaitu motivasi yang berasal dari keluarga (terutama orang tua). Dukungan orang tua adalah interaksi yang dikembangkan oleh orang tua yang dicirikan oleh perawatan,kehangatan, persetujuan, dan berbagai perasaan positif orang tua terhadap anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar pada anak usia sekolah kelas IV dan V di SD Negeri Kawangkoan Kalawat. Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling. Sampel 117 responden. Teknik analisa data dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan á = 0,05. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar pada anak usia sekolah di SD Negeri Kawangkoan Kalawat dengan uji chi square didapatkan nilai p = 0,002 < á = 0,05. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar pada anak usia sekolah di SD Negeri Kawangkoan Kalawat.
B. Kerangka Berpikir Dukungan orang tua diduga memberikan kontribusi terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa dimasa remaja. Keluarga khususnya orang tua merupakan tempat yang paling penting bagi perkembangan anak secara fisik, emosi, spiritual, dan sosial karena keluarga merupakan sumber bagi kasih sayang,perlindungan dan identitas bagi anggotanya. Dalam memberikan dukungan, orang tua satu tidak sama dengan yang lainnya, hal ini menyebabkan perbedaan pula dalam tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa tersebut.
25
Siswa yang memperoleh dukungan orang tua yang tinggi, maka akan terbantu dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya sebagai remaja, sehingga siswa merasa berbahagia ketika mampu mencapai tugas perkembangannya. Sebaliknya, jika siswa memperoleh dukungan orang tua yang rendah, maka siswa tersebut kurang terbantu dalam mencapai tugas perkembangannya dan akan merasa kesulitan untuk mencapai tugas perkembangannya sebagai remaja secara optimal.
Dukungan orang tua tinggi Dukungan orang tua
Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan
Dukungan orang tua rendah Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap penelitian atau suatu permasalahan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: 1. Tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa kelas XI SMA N 2 Surakarta berada dalam kategori sedang. 2. Dukungan orang tua terhadap siswa tersebut berada dalam kategori sedang. 3. Dukungan orang tua berkontribusi terhadap tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa.