BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Hakekat Renang Berenang adalah olah raga air yang sangat popular dan digemari oleh siapapun karena semua gerakan melibatkan hampir semua otot tubuh, sehingga sangat bermanfaaat bagi kesehatan dan menjaga tubuh tetap bugar. Dari zaman batu sura Mesir 2000 SM pada tahun 1538, Nicolas Wynman, profesor bahasa anak Jerman, menulis buku pertama tentang renang. Renang pertandingan di Eropa bermula pada sekitar tahun 1800, kebanyakan meggunakan gaya dada, gaya rangkak depan, ketika iyu di panggil gaya trudgen, diperkenalkan pada tahun 1873 oleh Jhon Arthur Trudgen selepas menirunya dari orang-orang asli Amerika (Novita Ludvy, 2009: 2). Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang diakui dan diminati oleh masyarakat Indonesia, hal ini terbukti dengan masuknya cabang olahraga renang dalam berbagai kejuaraan, antara lain pada (1) Tingkat Daerah, yang sering disebut dengan PORDA (Pekan Olahraga Daerah) (2) Tingkat Nasional atau disebut PON (Pekan Olahraga Nasional) (3) dan Tingkat Internasional seperti SEA GAMES, dll (Kurniawan, 2005: 1).
2. Prinsip – prinsip Berenang Prisip-prinsip renang dalam Tri Tunggal (2005: 4 – 5) disebutkan sebagai berikut: a. Prinsip hambatan dan dorongan. Kecepatan maju di dalam renang adalah hasil dari dua kekuatan yaitu kekuatan yang cenderung untuk 7
menahanya ( tahanan dan hambatan ) dan kekuatan yang mendorong maju yang di timbulkan oleh gerakan lengan dan kaki. b. Prinsip keteraturan dalam penggunaan dorongan (kontinuitas gerakan). Penggunaan gerakan dorongan yang teratur adalah lebih baik dan efektif dari pada penggunaan yang tak teratur untuk mendorong tubuh maju. c. Prinsip hukum aksi-reaksi yang dipakai dalam pemulihan (recovery) mekanika pemulihan lengan tiga dari empat gaya renang terjadi di luar air. Mempunyai pengaruh terhadap efisien dan kecepatan renang. d. Prinsip pemindahan momentum, sangatlah mudah memindahkan momentum dari suatu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Prinsip ini digunakan dalam banyak gerakan-gerakan yang kita lakukan di dalam dan di luar air. 1) Prinsip teoritis hukum kuadrat, hambatan badan yang timbul dalam air berubah kira-kira menurut kuadrat kecepatannya. 2) Prinsip daya apung, seorang perenang yang ringan mengapung lebih tinggi dan menimbulkan hambatan lebih sedikit dari pada perenang yang lebih berat, yang daya apungnya lebih sedikit dari pada ukuran yang sama. 3. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Dalam pelaksanaan proses pembelajaran renang prinsipnya tidak berbeda dengan mengajar materi yang lain, seperti atletik, senam, dan permainan. Hanya saja untuk mengajar renang sangatlah ekstra disiplin
8
akan keselamatan sisiwa karena apabila guru lalai, maka akan mengakibatkan kecelakaan, cidera atau hal-hal lain yang tidak diinginkan, seperti siswa tenggelam dan meninggal dunia. Untuk itu penting sekali seseorang guru mengetahui baik secara teori maupun praktek mengenai pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya renang. Menurut
Agus
S.
Suryobroto
(2006:
8-10)
sistimatika
pembelajaran meliputi latihan pendahuluan, latihan inti dan latihan penutup. Guru sebelum mengajar harus menyiapkan secara sungguhsungguh baik fisik maupun mental, secara fisik dan mental, guru harus menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. a. Hal-hal yang harus dipersiapkan guru pendidikan jasmani sebelum mengajar akuatik adalah sebagai berikut: 1) Datang tidak terlambat 2) Berpakaian yang rapi dan sopan 3) Fisik sehat dan tidak mengantuk 4) Memeriksa dan menyiapkan alat, perkakas dan fasilitas yang akan dibutuhkan 5) Menyiram tubuh dengan air sebelum masuk kolam renang 6) Makan dilakukan minimal dua jam sebelum pelajaran dimulai b. Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu proses pembelajaran renang sebagai berikut: 1) Mulai dan mengakhiri pelajaran harus selalu menghitung jumlah siswa yang mengikuti pelajaran 2) Selalu mengutamakan keselamatan dibanding yang lain 3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, jelas dan singkat namun sesuai dengan sasaran 4) Menyampaikan materi secara logis dan sistematik 5) Selalu memantau semua siswa 6) Selalu dimulai dari yang mudah ke yang sulit, dari sederhana ke yang lebih kompleks, dari yang ringan ke yang lebih berat dan seterusnya c. Hal-hal yang harus diperhatikan sesudah pelajaran selesai sebagai berikut: 1) Guru harus selalu mengecek bahwa siswanya sudah aman atau selamat dengan mengecek jumlah siswanya.
9
2) Guru harus menunggu sampai siswa benar-benar sudah tidak berada di kolam lagi. 3) Guru memeriksa dan mengembalikan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran sebelumnya. Materi renang yang diajarkan pada siswa kelas XI adalah renang gaya bebas. Indikator yang diajarkan dalam renang gaya bebas ini meliputi: Teknik bernafas, teknik dasar meluncur, teknik dasar gerakan kaki, teknik dasar gerakan lengan, gerakan kombinasi lengan dan kedua kaki, serta gerakan kombinasi lengan, kaki dan bernafas. Agus
S.
Suryobroto
(2006:
23)
menambahkan
Kegiatan
Pembelajaran Renang Gaya Bebas ini adalah sebagai berikut : a. Mengapung sambil berpegangan di pinggir kolam melakukan latihan bernafas secara perorangan. b. Secara klasikal masuk ke dalam kolam berlatik teknik bernafas dalam renang. c. Melakukan gerakan meluncur dengan menumpukan kaki ke dinding kolam renang. d. Melakukan gerakan meluncur dengan menggerakan kedua tungkai. e. Melakukan gerakan tungkai secara bergantian renang gaya bebas sambil berpegangan di pinggir kolam. f. Menarik dan mengeluarkan nafas samping kiri / kanan sambil berpegangan di pinggir kolam. g. Melakukan latihan bernafas secara berpasangan, Satu orang memegangi kedua tangan temannya yang sedang dalam posisi telungkup, kedua kakinya melakukan gerakan renang gaya bebas, sesekali mengambil nafas ketika posisi kepala diputar ke samping dan mengeluarkan udara di atas dan di dalam air. 4. Belajar Mengajar Slameto (2006 : 2), menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan. Ciri-ciri perubahaan tingkah laku dalam pengertian belajar
10
adalah seperti berikut : a. Perubahan terjadi secara sadar. Ini berarti mahasiswa yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan terjadi suatu perugahan dalam dirinya. Misalnya siswa menyadari bahwa pengetahuanya, kecakapan dan kebiasaan bertambah. b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri mahasiswa berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan usaha individu sendiri. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar
11
terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan ke seluruh tingkah laku. Seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Berikut definisi pembelajaran menurut Biggs yang dikutip oleh Sugihartono, dkk (2007: 80), membagi konsep pembelajaran dalam 3 pengertian yaitu: a. Pembelajaran dalam Pengertian Kuantitatif Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pegetahuan dari guru kepada murid. Dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. b. Pembelajaran dalam Pengertian Institusional Secara institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien. Dalam pengertian ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang memiliki berbagai perbedaan individu. c. Pembelajaran dalam Pengertian Kualitatif Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar menjejalkan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien. Berdasarkan definisi belajar tersebut di atas, proses belajar dapat artikan sebagai suatu proses dilakukan dengan adanya kesadaran dan relatif permanen sebagai hasil belajar yang diukur dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dan beberapa faktor yang dapat memengaruhi proses kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani diantaranya materi
12
pelajaran, guru pengajar, sarana prasarana dan juga perhatian siswa saat pelajaran berlangsung. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar, merupakan salah satu tanggung jawab guru/pengajar, sedangkan unsur-unsur yang lain berfungsi sebagai pendukungnya, seperti kelengkapan sarana prasarana, materi pembelajaran dan lingkungan sekolah juga sangat menentukan. Para pengajar dituntut untuk bekerja ekstra keras dan penuh kesungguhan, sebab ditangan para pengajar inilah akan tercipta manusia yang lebih cerdas, terampil dan berbudi pekerti luhur (Teguh R, 2006: 27). 5. Karakteristik Siswa Menurut Wakiyono (2006: 16) mengemukakan Fase-fase masa remaja di bagi menjadi 3 fase yaitu : a. Umur 12 – 15 tahun masa remaja awal b. Umur 15 – 18 tahun remaja tengah c. Umur 18 – 21 tahun remaja akhir Selanjutnya Wakiyono (2006: 16) mengemukakan ciri remaja secara umum remaja merupakan peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Remaja sering kali menunjukkan sifat-sifat karakteristik seperti: kegelisahan, kebimbangan karena terjadi pertentangan keinginan untuk mencoba menghayal dan aktivitas berkelompok. Sedangkan cirri-ciri secara khusus antara lain: a. Ciri Remaja Putra 1) Cenderung lebih kuat 13
2) Lebih aktif 3) Suaranya besar 4) Badan bagian dada membesar 5) Memproduksi lemak sedikit, sehingga kulit kasar 6) Tmbuh rambut di bagian tertentu b. Ciri Remaja Putri 1) Pinggulnya melebar 2) Memproduksi lemak banyak sehingga cenderung halus 3) Suaranya melengking 4) Payudara membesar 5) Lebih emosional (perasa)
Siswa kelas XI SMK N 1 Depok Sleman tergolong remaja tengah atau anak usia belasan tahun yang keadaan perasaan dan emosional cenderng berubah-ubah. Misal dalam belajar yang awalnya bergairah / semangat, tiba-tiba enggan dan malas. Keadaan mental, khususnya kemampuan berfikirnya mulai kritis dan enggan melakukan aktifitas berat. Ia mulai menolak hal-hal yang kurang dimengerti sehingga sering kali timbul pertentangan dengan orang tua, guru maupun teman. Pada usia ini, pertumbuhan fisik belum mencapai kesempurnaan serta keadaan psikisnya masih labil. Menurut Ridwan (2008: 124-128) berpendapat bahwa awal masa remaja berlangsung kira-kira dari usia 13 sampai 16/17 tahun. Masa remaja disebut pula sebagai masa adolescence, yang mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Selanjutnya Ridwan mengemukakan ciri-ciri masa remaja sebagai berikut: a. Masa remaja sebagai periode yang penting. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal masa remaja. 14
b. Masa remaja sebagai periode peralihan. Apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan masa yang akan datang. Namun bekas yang ditinggalkan akan mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru. c. Masa remaja sebagai periode perubahan. Perubahan tubuh, minat dan peran pada diri remaja sering menimbulkan masalah baru, sehingga mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mereka takut bertanggung jawab d. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh laki-laki maupun perempuan, karena mereka cenderung mengembangkan kebiasaan yang makin mempersulit keadaannya sementara mereka tidak percaya akan bantuan orang lain. e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Remaja berusaha mencari identitas diri untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya di masyarakat. f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Remaja
cenderung
berperilaku
merusak
sehingga
diharapkan
bimbingan dan pengawasan dari orang tua agar tidak menimbulkan ketakutan pada diri remaja tersebut. g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
15
Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana ia inginkan dan bukan apa adanya, terlebih dalam hal harapan dan cita-cita. h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang berhubungan dengan status dewasa. 6. Faktor-faktor Penghambat dalam Pembelajaran Faktor-faktor yang diidentifikasi pada penelitian ini, sebagai faktor yang dapat menimbulkan suatu hambatan pada pelaksanaan pembelajaran renang di sekolah. Suatu hambatan akan terjadi bila kesiapan siswa untuk melakukan belajar kurang. Kesiapan belajar siswa sangatlah penting guna pencapaian hasil yang akan diharapkan, dengan memiliki kesiapan diharapkan proses pembelajaran renang dapat sesuai tujuan pendidikan jasmani. Dalam sebuah proses pembelajaran ada dua hal yang menjadi bagian penting sebagai akibat dari proses pembelajaran tersebut, yaitu keberhasilan pelaksanaan dan kegagalan pelaksanaan. Keberhasilan adalah tujuan yang ingin dicapai dari semua program yang telah ditetapkan, sedangkan kegagalan merupakan kendala atau hambatan yang sebisa mungkin dihindari. Menurut Slameto (2006: 54) faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut: a.
Faktor intern, meliputi:
16
1) Faktor fisiologis yaitu: faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu atau jasmaniah. 2) Faktor psikologis yaitu: intelegensi, perhatian siswa, minat, bakat, motivasi, kematangan. b. Faktor ekstern, meliputi: 1) Faktor keluarga yaitu: cara orang tua mendidik anak, relasi antara kelauarga. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. Dalam hal ini peran orang tua berada di luar proses Kegiatan Belajar Mengajar Pendidikan jasmani 2) Faktor sekolah, yaitu: Guru, administrasi, kurikulum (materi), relasi guru dengan siswa, alat pelajaran dan teman sekitarnya. Faktor sekolah akan berhubungan langsung dengan proses kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani khususnya pada materi pelajaran, guru pengajar, sarana parasarana dan temantemanya. 3) Faktor masyarakat, yaitu: Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa yang memngaruhi belajar siswa. Menurut Oemar Hamalik (1990: 25), Faktor – faktor yang menjadi kesulitan belajar siswa terdiri atas: 1) Faktor yang bersumber dari siswa, meliputi: a) kurangnya minat terhadap bahan pelajaran, b) kebiasaan belajar, c) kurangnya penguasaan bahan. 2) Faktor yang bersumber dari
17
luar siswa, meliputi: a) faktor sekolah: cara memberian pelajaran, kurang alat-alat, b) faktor keluarga: kurangnya control orang tua dan c) faktor lingkungan: masyarakat, teman belajar. Madya Bakthiar Mansor (2005: 45), bahwa ada tujuh faktor yang mempengaruhi pembelajaran, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Persepsi dan penanggapan Ingatan dan lupaan Kesediaan pembelajaran Pemindahan pembelajaran Gaya kognitif Kemahiran berfikir Kecerdasan
Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakukan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktorfaktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subyek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokan atas dua bagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis. Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi faktor-faktor yang kiranya menyebabkan siswa kelas XI mengalami hambatan dalam pembelajaran renang di SMK N 1 Depok Sleman adalah sebagai berikut: a. Faktor siswa Siswa adalah subyek utama dalam pendidikan. Siswa yang setingkat SMK merupakan individu yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun mentalnya. Dalam hal ini dapat dilihat dari perkembangan dan pertumbuhan fisik maupun
18
psikologis yang berkembang secara cepat dan mencolok. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani, guru merupakan salah satu faktor penentu berhasil atau tidaknya suatu pendidikan pada suatu sekolah. Untuk menentukan pembelajaran yang tepat maupun bahan ajar yang berguna bagi siswa, guru pendidikan jasmani perlu mengetahui karateristik anak. Kemampuan atau karakteristik siswa SLTA ke yang setara dengan SMK anak kelas XI menurut sukintaka (1992: 45-46) adalah sebagai berikut: a. Karakteristik Jasmani 1) Kekuatan otot dan daya tahan otot berkembang dengan baik 2) Senang kepada keterampilan yang baik bahwa mengarah pada gerak akrobatik 3) Anak laki-laki keadaan jasmaninya sudah cukup baik 4) Anak putri proporsi tubuhnya makin menjadi baik 5) Mampu menggunakan energy dengan baik 6) Mampu membangun kemauan dengan sangat mengagumkan b. Karakteristik Psikis / Mental 1) Banyak memikirkan diri sendiri 2) Mental menjadi stabil dan matang 3) Membutuhkan banyak pengalaman dari segala segi 4) Sangat senang terhadap hal-hal ideal dan senang sekali memutuskan masalah sebagai berikut: pendidikan, perkawinan, pekerjaan, peristiwa dunia, dan politik serata kepercayaan. c. Karakteristik Sosial 1) Sadar dan peka terhadap lawan jenis 2) Lebih bebas 3) Berusaha lepas dari lindungan orang tua dewasa atau pendidik 4) Senang dengan masalah perkembangan social 5) Senanng dengan kebebasan diri dan berpetualang 6) Tidak senang dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh kedua orang tua 7) Sadar untuk berpenampilan lebih baik dengan cara berpakaian rapid dan bai 8) Pandangan kelompoknya sangat menentukan sikap pribadi
19
Perubahan
yang
terjadi
pada
remaja
yang
dalam
perkembangan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan baik fisik maupun psikisnya harus mendapat perhatian dari pihak orang tua, pihak sekolah dan individu-individu yang berada di lingkungan sekitarnya. Sebab pada masa ini rawan akan hal-hal positif. Perilaku remaja yang menyimpang disebabkan ingin diakui lingkungannya bahwa remaja mempunyai jati diri yang bisa ditunjukan baik dengan kegiatan yang positif maupun negatif. Perilaku remaja tersebut terpengaruh oleh adanya perubahan psikis. Namun perubahan fisik yang mencolok dari remaja juga membawa konsekuensi ketidak stabilan emosionalnya sehingga dapat berpengaruh pula terhadap kegiatan atau aktivitas fisiknya, dalam hal ini terutama pada saat mengikuti pembelajaran renang. Dari beberapa pendapat di atas siswa merupakan salah satu komponen dalam pengajaran yang terpenting diantara komponen lainya. Tanpa adanya siswa tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebab siswalah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada siswa. b. Faktor Guru Guru merupakan bagian sangat penting dalam pendidikan. Kehadiran seorang guru mutlah diperluak dalam kegiatan belajar mengajar. Misalnya saja hanya anak didik yang ada, namun guru tidak ada maka
tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajardi sekolah.
20
Janganlah ketiadaan guru, kekurangan duru saja sudah merupakan masalah. Guru secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Karena tugasnya itulah, guru dapat menambah kewibawaannya dan keberadaan guru sangat diperlukan masyarakat, mereka tidak meragukan lagi akan urgensinya guru bagi anak didik. Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Anwar Arifin, 2007: 29) Untuk itu guru dituntut untuk menguasai empat kompetensi tersebut. Pertama kemampuan pedagogik, misalnya, suatu kompetensi yang dapat mencerminkan kemampuan mengajar seseorang guru. Untuk dapat mengajar dengan baik maka yang bersangkutan harus menguaasai teori dan praktik pedagogik dengan baik, mampu memberikan evaluasi terhadap apa yang sudah dikerjakan, juga mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi professional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi ketiga yaitu kompetensi sosial, yakni antar guru siswa
21
dapat bekerjasama dalam melaksanakan tugas, berpartisipasi dalam kegiatan kelembagaan dan kemasyarakatan. Terakhir adalah kompetensi Kepribadian, diharapkan guru memiliki jiwa pendidik, terbuka, mampu mengendalikan dan mengembangkan diri dan memiliki integritas kepribadian. Kompetensi kepribadian adalah suatu kompetensi yang mencerminkan kepribadian seorang guru berkaitan dengan profesinya. Dalam hal kepribadian ini seorang guru hendaknya memiliki sifat dewasa (tidak cengeng), berwibawa, berakhlak mulia, cerdas dan dapat diteladani masyarakat utamanya anak didik. Dari perincian fungsi guru yang searah dengan kompetensinya yang harus dikuasai, jelaslah tugas guru tidaklah ringan dan sederhana. Untuk melaksanakan tugasnya guru memerlukan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang cukup memadai. Karena pekerjaan menyiapkan guru merupakan pekerjaan tidak ringan, sebab harus memberikan berbagai kemampuan atau kompetensi. Yaitu memberikan kemampuan siswa dalam hal kemampuan gerak, menguasai teknik dasar olahraga dan pengetahuan tentang hidup sehat, guru penjas harus dapat mengembangkan aspek-aspek sangat penting untuk siswa yang terdiri atas aspek kognitif, aspek kognitif, aspek efektif, aspek psikomotor,dan aspek fisik. Kompetensi-kompetensi ini tidak akan terwujud apabila guru tidak mempunyai motivasi bahwa dirinya mempunyai motivasi untuk
22
memperolehnya. Untuk menjalankan fungsinya guru perlu merasa bahwa dirinya memiliki kompetensi dan merasa mampu menjalankan fungsinya. c. Faktor Kurikulum Kurikulum memilki beberapa pengertian, hal ini menyangkut pandangan para ahli terhadap kurikulum itu sendiri. Menurut Slameto (2006: 65) “Kurikulum adalah sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa meliputi penyajian bahan pelajaran agar siswa dapat menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran”. Untuk itu pendidikan dan kurikulum sekolah harus senantiasa releven dengan situasi dan kondisi masyarakat. Bahkan tuntutan dan kemungkinan yang bakal terjadi pada masyarakat pada generasi mendatang perlu dipertimbangkan oleh pendidikan sebab masyarakat merasa tumbuh dan berkembang kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin modern. Maka pendidikan dan kurikulum dituntut untuk luwes dan berinovasi serta disesuaikan dengan perkembangan yang pada zamanya. Dengan demikian jelas kiranya bahwa pendidikan dan kurikulum harus mempersiapkan para siswa agar mereka mampu hidup sekarang dan masa yang akan datang di dalam hidup bermasyarakat. d. Faktor Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana mengajar merupakan kelengkapan guru yang harus dimiliki oleh sekolah. Dalam duaru proses pembelajaran
23
banyak hal yang membantu tercapainya tujuan pembelajaran salah satunya adalah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana mencangkup alat dan fasilitas sebagai pendukung proses pembelajaran penjas khususnya pembelajaran renang di sekolah. Dikemukakan oleh Agus S. Suryotroboto (2006:4). Sarana atau alat adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran jasmani, mudah di bawa, dipindahkan oleh pelakunya atau siswa. Sedangkan prasarana atau fasilitas adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, bersifat permanen atau tidak dapat dipindah-pindahkan.
Menurut Anonim (2008: 1),
Istilah sarana mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dapat dimanfaatkan. Sarana pendidikan jasmani ialah segala sesuatu yang dapat digunakan atau dimanfaatkan di dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Peserta didik bias belajar dengan efektif dan menyenangkan bila suatau sekolah memenuhi kebutuhan belajar. Pentingnya peran serta sarana dan prasarana harus diperhatikan baik oleh guru maupun sekolah terutama mengenai sarana dan prasarana yang berhubungan dengan proses pembelajaran renang.
24
e. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari anak didik yang ikut berpengarung terhadap perkembangan anak. Menurut kamus besar Indonesi (2005: 675) lingungan adalah daerah atau kawasan yang termasuk didalamnya. Menurut Slameto (2006: 60) kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya, ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar siswa. Termasuk faktor-faktor fisik dalam lingkungan keluarga antara lain ruangan tempat belajar yang ada, suasana rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan di sekitar rumah atau tempat belajar. Tidak kalah pentingnya dengan lingkungan fisik adalah kondisi dan suasana social psikologis dalam keluarga. Kondisi dan suasana ini menyangkut keutuhan keluarga, iklim belajar dan hubungan antar anggota keluarga. Keluarga yang tidak utuh baik secara struktural maupun fungsional, kurang memberikan motivasi terhadap perkembangan belajar siswa. Ketidak utuhan dalam keluarga
akan
menimbukan
25
kekurangseimbangan
baik
dalam
pelaksanaan tugas-tugas kelurga maupun dalam memikul beban-beban sosial psikologi keluarga. B. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini, sebelumnya dilakukan oleh, Wasti Danar Dani dengan judul Identifikasi Penghambat penguasaan Keterampilan Renang Mahasiswa Fakultas Ilmu keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (Dipandang dari segi Psikologi) . Populasi penelitian Mahasiswa Fakultas Ilmu keolahragaan yang menempuh 7 hingga 13 semester. Variabel yang diteliti adalah : latar belakang keluarga, latar belakang timbulnya gangguan psikologi, bentuk reaksi gangguan yang dialami, keadaan yang mampu memunculkan
gangguan, cara mengatasi
gangguan yang ada, kondisi responden saat ini. Adapun pengumpulan data dengan
teknik
wawancara.
Subjek
peneliti
diminta
untuk
mengingat/mengevaluasi kembali aspek-aspek yang berkaitan/berpengaruh dengan stress dan kecemasan. Hasil
penelitian
teridentifikasi
yang
mempengaruhi
sebagai
penghambat penguasaan keterampilan renang dari faktor latar belakang keluarga 12,5 % memiliki anggota keluarga yang takut dengan air. Latar belakang timbulnya gangguan psikologi 87,5 % mengataka mengalami pengalaman buruk sendiri. Bentuk reaksi dari gangguan yang dialami 87,5 % memiliki rasa takut terhadap air. Keadaan yang memunculkan gangguan psikologi 75 % mengatakan terganggu dengan kedalaman kolam renang cara mengatasi gangguan yang dialami 75 % merasa tertolong dengan dosen yang
26
memberikan alternative dalam mengikuti mata kuliah renang. Kondisi responden 100 % menyatakan berusaha memberanikan diri untuk mengikuti mata kuliah renang. C. Kerangka Berfikir Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang releven, diketahui mata pelajaran renang merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib untuk siswa di sekolah tertentu. Menguasai pelajaran renang tidaklah mudah, hal tersebut dikarenakan berbagai faktor penghambat anak dalam menguasai pelajaran renang. Dengan demikian dalam belajar berenang perlu memperhatikan
faktor-faktor
yang
menjadi
hambatan
penguasaan
keterampilan renang. Baik hambatan yang datang dari luar (ekstrinsik) maupun yang ada dalam diri sendiri (intrinsik). Faktor penghambat penguasaan mata pelajaran renang siswa adalah suatu keadaan yang menyebabkan siswa terganggu proses pembelajarannya. Selama ini pelaksanaanya kelas XI SMK N 1 Depok tidak semua dapat melakukan gerakan renang yang di ajarkan oleh guru, Khususnya teknik-teknik dalam renang gaya bebas. Namun sejauh ini belum diketahui hal-hal yang menghambat siswa tersebut untuk bisa lebih menguasai materi dalam pembelajaran pendidikan jasmani terutama materi renang gaya bebas sehingga siswa belum dapat menguasai keterampilan renang sampai pada batas waktu yang telah ditentukan. Hal inilah mendorong peneliti untuk mengkaji secara ilmiah melalui skripsi yang berjudul Identifikasi FaktorFaktor Penghambat Belajar Renang Pada Siswa Kelas XI Di SMK N 1 Depok.
27