5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 22.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar yaitu : 1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar). Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya. 2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap. Sudjana (1989: 22) menyimpulkan “Pengertian hasil belajar dalam hal ini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan pengalaman belajarnya”. Menurut Slameto (2003:2 ) menyimpulkaan “belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
5 5
6
Menurut WS.Winkel (1989:36)belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam suatu interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,pengalaman,ketrampilan dan nilai sikap. Dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas,yakni pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep,yakni interaksi,siswa,pendidik,sumber belajar dan lingkungan belajar. Pengertian tersebut maka dapat dikaji bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. 2.1.2 Belajar Matematika Arsyad (2002:1) menyimpulkan belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dan lingkungannya. Hudoyo (1990: 3) menyimpulkan “matematika berkenaan dengan ide (gagasangagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak”. Teori-teori belajar matematika : 1) Teori Belajar Bruner Menurut Bruner (dalam Hudoyo, 1990: 48) “belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan strukturstruktur matematika itu”. Cara penyajian harus disesuaikan dengan derajat berpikir anak dan membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam tiga tahap yaitu: (1) Tahap Enaktif. (2) Tahap Ikonik. (3) Tahap Simbolik.
7
Pembelajaran agar dapat mengembangkan keterampilan anak dalam mempelajari suatu pengetahuan, maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif/ pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh/ optimal jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam model tiga tahapan tersebut, yaitu: tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik. 2) Teori Belajar Dienes Dienes (dalam Nyimas Aisyah dkk: 2007: 2-13) berpendapat bahwa “pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisahmisahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan diantara struktur-struktur”. Belajar dibagi menjadi 6 tahapan, yaitu: (1) Permainan Bebas (Free Play). (2) Permainan yang Menggunakan Aturan (Games). (3) Permainan Kesamaan Sifat (Searching For Communalities). (4) Permainan Representasi (Representation). (5) Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization). (6) Permainan dengan Formalisasi (Formalization). Permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara kongkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. 3) Teori Belajar Gagne Menurut Gagne (dalam Nyimas Aisyah dkk: 2007: 3-9) “objek belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung”. Tingkah laku manusia sangat bervariasi dan berbeda dihasilkan dari belajar yang disebut kapabilitas. Kapabilitas dapat diibaratkan sebagai tingkah laku akhir dan ditempatkan pada puncak membentuk suatu piramida. Kapabilitas menurut teori belajar ini dikategorikan menjadi lima, yaitu: (1) Informasi Verbal. (2) Keterampilan Intelektual. (3) Strategi Kognitif. (4) Sikap. (5) Keterampilan Motorik
8
Suherman (2003:43) menyimpulkan belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait dengan konsepkonsep dan struktur-struktur. Belajar matematika pada hakikatnya adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan dari individu lain atau dari lingkungan. 2.1.3 Pembelajaran Matematika di SD Suyitno (2004:2) menyimpulkan pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Matematika merupakan mata pelajaran yang cukup mendasar, hampir di setiap jenjang pendidikan diajarkan. Beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika adalah sebagai berikut. a) Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap). b) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral c) Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif. d) Pembelajaran matematika mengikuti kebenaran konsistensi. (Suherman dkk, 2003:68). Menurut Sugandi (2004:10-12). Prinsip pembelajaran yang bersumber dari teori behavioristik yaitu pembelajaran dapat menimbulkan proses belajar dengan baik bila (1) si belajar berpartismatematikasi secara aktif, (2) materi disusun dalam bentuk unitunit kecil dan diorganisir secara sistematis dan logis, dan (3) tiap respon si pebelajar diberi balikan dan disertai penguatan. agar anak mudah dan berhasil dalam belajar, dalam mengajar guru perlu memperhatikan, (1) prinsip aktivitas mental, (2) prinsip menarik perhatian, (3) prinsip penyesuaian perkembangan siswa, (4) prinsip appersepsi, (5) prinsip peragaan, dan (6) prinsip aktivitas motorik.
9
Pengembangan model pembelajaran dilakukan dengan pengembangan panduan pembelajaran yang selanjutnya diimplikasikan. Dengan tersusunnya paket panduan pelaksanaan pembelajaran matematika bercirikan pendayagunaan media pembelajaran diharapkan guru mampu menciptakan pembelajaran aktif yang kondusif sehingga akan : (1) memberi kesempatan kepada siswa SD lebih banyak memperoleh pengalaman belajar secara langsung; yaitu belajar dengan cara mencoba-coba dan mengalami sendiri; (2) mempermudah siswa memahami matematika. Sesuai dengan sifat matematika yang abstrak, pembelajaran matematika dengan pendayagunaan media pembelajaran akan menyajikan pembelajaran dari konkret (dengan bantuan alat peraga) – semi abstrak (dengan model gambar) – abstrak (konsep); (3) menyeragamkan gambaran atau persepsi siswa tentang sesuatu (konsep) yang dipelajari; (4) memberikan motivasi siswa untuk selalu belajar matematika. Pembelajaran
matematika
dengan
pendayagunaan
media
pembelajaran
dapat
dilaksanakan dengan variasi/pendekatan/teknik. Pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan dengan demonstrasi oleh guru, tetapi juga oleh siswa. Dengan bimbingan guru, siswa menemukan sendiri konsep/prinsip, siswa diberi kesempatan bekerja dengan kelompoknya. Dengan bernyanyi atau bermain siswa belajar/menerapkan konsep/prinsip matematika, siswa tidak merasa bosan, tetapi termotivasi . 2.1.4. Penggunaan Metode Jigsaw (Model Tim Ahli). 1) Pengertian Metode Jigsaw (Model Tim Ahli ) Model Pembalajaran Cooperatif Learning Teknik Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universita Texas,dankemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Nurman,2009;4). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.Al.sebagai metode Cooperative Learning.Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca,menulis,mendengarkan,ataupun berbicara.dalam teknik ini,guru memperthatikan schemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.selain itu siswa bekerjasama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong,dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomonikasi. Menurut Arends (Nurman,2009:5) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. 2) Penggunaan Metode Jigsaw .
10
Dalam Modul PLPG 2011 di nyatakan langkah-langkah pembelajaran Metode Jigsaw. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Arounson Langkah-langkah : a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5-6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memilki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar ( expert group ) d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula ( home teams) untuk mengajar anggota lain mengenahi materi yang telah di pelajari dalam kelompok pakar. e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok semula ( home teams) para siswa dievaluasi secarara individual mengenahi bahan yang telah dipelajari. Dalam metode jigsaw versi Slavin,pemberian skor dilakukan seperti dalam Metode STAD.Individu atau tim yang memperoleh skor tertinggi di beri penghargaan oleh guru . 2.2. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dengan menggunakanmetode JIGSAW untuk meningkatkan hasil belajar matematika sudah pernah dilakukan, akan tetapi berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan ini, diantaranya adalah: Imron Fauzi (2008) dalam judulnya “Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas Iv di MiMa Miftahul Huda Puger – Jember”. dengan hasil test sebelum tindakan >70 hanya sebanyak 7 siswa (27 %), Siklus I yang memperoleh >70 sebanyak 23 siswa 88%, dan siklus II yang memperoleh >70 sebanyak 25 siswa ( 97 %). 2.3 Kerangka Pikir Pembelajaran dengan menggunakan metode JIGSAW siswa bekerjasama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong,dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
11
informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomonikasi. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5-6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memilki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar ( expert group ). Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula ( home teams) untuk mengajar anggota lain mengenahi materi yang telah di pelajari dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok semula ( home teams) para siswa dievaluasi secarara individual mengenahi bahan yang telah dipelajari. Dalam metode jigsaw versi Slavin,pemberian skor dilakukan seperti dalam Metode STAD.Individu atau tim yang memperoleh skor tertinggi di beri penghargaan oleh guru . Tujuan penggunaan metode JIGSAW adalah Peningkatan hasil belajar Matematika kelas 4 SD Negeri 4 Lebak Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Pelajaranmatematikakelas IV dengan metode Jigsaw 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan: penggunaan metode JIGSAW untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 semester 1 SD Negeri 4 Lebak kecamatan grobogan Kabupaten Grobogan Tahun 2012/2013.