BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 . Landasan Teori Landasan teoretis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi, (1). Bahasa Indonesia, (2). Metode Talking Stick, (3). Hasil belajar. 2.1.1. Bahasa Indonesia Pada bagian ini, akan dibahas (a) Pembelajaran bahasa Indonesia, (b). Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia di SD, (c). Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD.
2.1.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran
bahasa
Indonesia
diarahkan
untuk
meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Komunikasi ini dilakukan baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Puskur: 2007) Pembelajaran bahasa Indonesia erat kaitannya dengan kecerdasan verbal/linguistik. English (2005: 24) menerangkan bahwa kecerdasan bahasa merupakan kemampuan untuk menggunakan inti operasional bahasa dengan jelas. Sedangkan aspek-aspek utamanya adalah komunikasi melalui membaca, menulis, mendengar, dan berbicara berdasarkan kunci kemampuan literasi. Aspek-aspek tersebut sesuai dengan ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, Yunanto (2004: 55) berpendapat bahwa bahasa Indonesia merupakan materi belajar yang melibatkan anak dalam ketrampilan-ketrampilan serta mengenai ejaan, kosa kata, dan tata bahasa. Ketrampilan yang dimaksud yaitu ketrampilan mendengar, membaca, dan menulis apa saja, baik fiksi maupun ilmiah, dan budaya. Dari beberapa definisi di atas, pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai pembelajaran yang menyajikan materi belajar tentang ejaan,
5
6
kosa kata, dan tata bahasa, serta ketrampilan berkomunikasi lisan dan tulis melalui membaca, menulis, mendengar dan berbicara berdasarkan kunci kemampuan literasi agar dapat menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
2.1.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Pengajaran bahasa Indonesia di SD meliputi beberapa ruang lingkup. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Mendengarkan 2. Berbicara 3. Membaca 4. Menulis. Pada akhir pendidikan di SD/MI, peserta didik telah membaca sekurangkurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra (Puskur: 2007)
2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
7
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. (Puskur: 2007)
2.1.2 Metode Talking Stick Menurut
Suyatno
(2009:134-135)
talking
stick
adalah
metode
pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya. Menurut Suprijono (2009:49) mengungkapkan bahwa metode talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa metode talking stick adalah metode pembelajaran yang menggunakan bantuan tongkat, dimana siswa yang memegang tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi sebelumnya. agar siswa lebih berani mengungkapkan pikiran dan pendapatnya. Dalam paparan berikut akan dijelaskan lebih lanjut tentang langkah – langkah dan kelebihan metode talking stick.
2.1.2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Talking Stick Adapun langkah-langkah dalam metode pembelajaran talking stick menurut Suprijono (2009:50) adalah sebagai berikut. 1. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi 2. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya 3. Guru mengambil tongkat yang sudah disiapkan sebelumya dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan kepada setiap siswa secara bergilir. Siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
8
4. Guru bersama -sama siswa memberikan kesimpulan Adapun pendapat Nasih dan Kholidah (2009:136) langkah – langkah metode talking stick adalah 1.
guru menyiapkan sebuah tongkat.
2.
guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
3.
setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya.
4.
guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya.
5. guru bersama siswa memberikan kesimpulan 6. evaluasi 7. penutup Dari paparan langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick diatas dapat dirinci kembali menjadi sebagai berikut. 1.
Guru menyiapkan sebuah tongkat
2.
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian peserta didik diberikan kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya /buku paketnya
3.
Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya peserrta didik dipersilahkan menutup bukunya
4.
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5.
Saat tongkat (stick) bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya sebaiknya diiringi dengan musik atau lagu
6.
Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk merefleksikan materi yang dipelajari
9
7.
Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan kepada peserta didik
8.
Guru bersama peserta didik merumuskan kesimpulan pembelajaran
9.
Penutup
2.1.2.2. Kelebihan Metode Talking Stick Dalam metode ini terdapat beberapa kelebihan, antara lain: 1.
menguji kesiapan siswa
2.
memacu siswa memahami materi dengan cepat
3.
siswa lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai)
4.
siswa berani mengemukakan pendapat
5.
proses pembelajaran yang menyenangkan Berdasarkan
penerapan
metode
diatas
diharapkan
siswa
mampu
melaksanakan pembelajaran dengan baik dan dengan kelebihan siswa mampu pula menikmati proses belajar mengajar.
2.1.3. Hasil Belajar Terdapat beberapa pendapat ahli mengenai definisi hasil belajar diantaranya adalah Hamalik (2001:159) menyatakan bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Sudjana (2011: 22) mengemukakan hasil belajar juga bisa didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Demikian juga pengertian hasil belajar menurut Anni (2006:5) yakni perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Pada umumnya hasil belajar dapat dinilai melalui tes. Tes tersebut merupakan tes uraian maupun tes obyektif (Sudjana, 2011: 55) Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku, mental dan kemampuan yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman belajarnya yang dapat dinilai melelui tes. Hasil belajar
10
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom dalam Sagala (2003:33) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga domain yaitu : 1.
domain kognitif, mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis, dan penilaian.
2.
domain afektif , mencakup kemampuan – kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemempuan emosional disusun secara hirarkis yaitu : kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri.
3.
domain psikomotor, yaitu kemampuan – kemempuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari gerak releks, gerak dasar, kempuan perseptual, kemempuan jasmani, gerak-gerak terlatih, dan komunikasi non diskursif.
Diantara indikator hasil belajar berdasarkan ketiga domain sebagai mana dijelaskan Bloom (dalam Sudjana 2004: 209) adalah sebagai berikut. 1) Indikator domain kognitif
adalah Pengamatan, ingatan, pemahaman,
penerapan, sintesis, analisis. 2) Indikator domain afektif adalah penerimaan, sambutan, apresiasi, internalisasi, Karakterisasi. 3) Indikator domain psikomotor adalah keterampilan gerak dan tindakan, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal. Dalam penelitian ini peneliti akan memfokuskan hasil belajar domain kognitif yang akan di uji melalui instrumen tes dan ntuk domain afektif dan psikomotor dapat dilihat melalui observasi dalam proses pembelajaran.
11
Berdasarkan indikator hasil belajar diatas berikut adalah indikator domain kognitif menurut peneliti antara lain : 1. mampu mengenali dan mengingat istilah, definisi, fakta, gagasan, pola, urutan 2. mampu membaca dan memahami gambar, tabel, diagram, arahan, aturan dengan melisankan sendiri. 3. mampu menerapkan gagasan, prosedur, dan rumus 4. menganalisa informasi yang masuk
2.1.4. Hubungan antara Metode Talking Stick dapat Meningkatkan Hasil Belajar Dalam pendahuluan buku Strategi Pembelajaran Aktif (Zaini,dkk.2007) menyebutkan pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, sehingga dapat diartikan siswa yang lebih mendominasi pembelajaran. Siswa secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok materi pembelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari ke dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif siswa diajak ikut serta dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Cara ini biasanya menjadikan siswa merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Dari buku Active Learning (Silberman,2009:6) menyebutkan pentingnya pembelajaran aktif adalah siswa melakukan proses pembelajaran itu oleh dirinya sendiri. Hal ini meliputi memecahkan masalah, menemukan contoh – contoh, mencoba ketrampilan – ketrampilan, dan melakukan tugas- tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau harus mereka capai dan kuasai. Semuanya dimaksudkan untuk mendalami kegiatan belajar dan ingatan sehingga hasil belajar dapat dioptimalkan. Kusuma (2012:104) mengatakan guru harus melihat upaya siswa dalam menggapai hasil belajarnya menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Usaha siswa yang baik harus dihormati dan dihargai oleh guru. Maka dari hal tersebut akan terlihat keunggulan dari sebuah proses untuk mencapai sebuah hasil belajar.
12
Dari paparan diatas mengenai pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa dan kaitanya dengan hasil belajar sangat jelas terlihat terdapat hubungan erat antara keduanya. Dapat disimpulkan bahwa dengan keaktifan siswa mengikuti dan melakukan proses pembelajaran oleh dirinya sendiri menjadikan apa yang mereka pelajari lebih dipahami sehingga hasil belajar dapat dicapai secara optimal. Pembelajaran secara aktif salah satunya dapat dilakukan melalui metode talking sctick seperti yang disebutkan oleh Suyatno (2009:134-135) metode ini mampu membuat siswa terlibat secara aktif. Nasih dan kholidah (2009:134) juga menyebutkan
metode
ini
dapat
menciptakan
suasana
belajar
menjadi
menyenangkan karena pembelajaran diiringi dengan musik atau lagu sehingga siswa hasil belajar dapat dicapai secara optimal.
2.1.5. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penerapan metode
talking stick untuk meningkatkan hasil
belajar adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan oleh Darlia (2010) dengan judul Penerapan metode pembelajaran talking stick untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar mengatakan bahwa metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model talking stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. yang ditunjukkan dalam setiap siklus ketuntasan hasil belajar pada proses belajar siswa mengalami peningkatan yaitu pra siklus (27,7%), siklus I (50%) dan siklus II (100%). Dalam setiap siklus ketuntasan hasil belajar pada tes akhir siswa mengalami peningkatan yaitu pra siklus (30,6%), siklus I (63,9%) dan siklus II (100%). Hasil penelitian yang lain yang dilakukan oleh Septyani (2011) menunjukkan bahwa penerapan metode talking stick pada pembelajaran PKn telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Tanjungrejo 2 Malang. Hal ini dilihat dari perolehan rata-rata hasil belajar siswa yang terus meningkat,
13
mulai dari nilai rata-rata sebelumnya (62) mengalami peningkatan pada siklus I dengan nilai rata-rata kelas sebesar (66) dan persentase ketuntasan belajar kelasnya yaitu (50%) meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata kelasnya sebesar (80) dan persentase ketuntasan belajar kelasnya sebesar (93%)"
2.1.6. Kerangka Pikir Pada kondisi awal minat siswa rendah dalam mengikuti proses pembelajaran, sering merasa bosan dan kurang memperhatikan guru saat menjelaskan
materi
yang
diberikan.
Guru
belum
menerapkan
metode
pembelajaran yang menarik dan bervariasi, sehingga suasana pembelajaran di kelas kurang menyenangkan dan hasil belajar siswa masih rendah. Metode talking stick
merupakan metode belajar yang memacu siswa
memahami materi dengan cepat karena siswa diminta membaca dan memahami secara mandiri materi yang diberikan karena pada tahap selanjutnya siswa harus menjawab pertanyaan sesuai materi yang dipelajari sehingga dapat melatih keberanian siswa mengemukakan pengetahuan, pendapat maupun idenya, metode ini juga dapat melatih kesiapan siswa karena bergulirnya tongkat secara acak dan serta menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan karena siswa diajak bernyanyi atau guru mengiringi dengan musik sehingga siswa merasa nyaman, berkonsentrasi penuh dalam memahami materi yang mereka pahami secara mandiri yang diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi akhir yang diharapkan melalui tahapan
metode talking stick
dalam proses pembelajaran dapat menigkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia dan menciptakan suasana pembelajran yang
menyenangkan. Adapun skema kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
14
Guru belum menerapkan metode talking stick
KONDISI AWAL
Suasana Pembelajaran di kelas kurang menyenangkan
Hasil belajar siswa masih rendah
AWAL
Guru menerapkan TINDAKAN
metode talking stick
Suasana pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan
Hasil belajar siswa KONDISI
mengalami kenaikan
AKHIR
Bagan 2.1. Kerangka Berpikir
2.1.7. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah 1. Penerapan metode talking stick
dapat meningkatkan hasil belajar
dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 02 Sendangrejo semester II 2012/2013 2. Langkah – langkah metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 02 Sendangrejo semester II 2012/2013