BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Menurut Sujana (2008:22) proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Winkel dalam Lina (2009:5), mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan menurut Gunarso dalam Lina (2009:5), hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usahausaha belajarnya. Menurut Oemar Hamalik (2008:36) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan menjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Darmansyah (2006:13), mendefinisikan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Menurut Soedijanto dalam Supartini (2008) mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penugasan yang dicapai dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Ani (2006) hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami proses belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru,
7
hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Sedangkan menurut Arikunto (2001:132) hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima siswa. Menurut Bloom dalam Suprijono (2009), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dominan kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), application (menerapkan), analysis (menguraikan, membentuk hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru) dan evaluation (menilai). Dominan
afektif
(memberikan
adalah
respon),
receiving valuing
(sikap
(nilai),
menerima),
organization
responding (organisasi),
characterization (karakterisasi). Dominan psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, menajerial, dan intelektual. Uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar selururh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, menerima pelajaran untuk mencapai hasil belajar dengan menggunakan penilaian yaitu tes evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk nilai.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Slameto (2003:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan eksternal : 1. Faktor intetnal adalah faktor yang ada didalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh) dan faktor psikologis (perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan). 2. Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah,
8
dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi orang tua mendidik, relasai antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah pembelajaran dan waktu sekolah, standart pembelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat dan media massa. Menurut Munadi (2008) antara lain meliputi faktor internal dan eksternal: 1.
Faktor internal Faktor fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Faktor psikologis, setiap setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis yang meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.
2.
Faktor eksternal Faktor
eksternal
dapat
mempengaruhi
hasil
belajar.
Faktor
limgkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari diruangan yang kurang sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan berbeda pada pembelajaran pagi yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega. 3.
Faktor instrumental Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan.
9
Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua lowongan, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu dan faktor yang berasal dari luar individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan saling berinteraksi sehingga menumbuhkan prestasi belajar.
2.1.3 Penilaian Hasil Belajar Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa serta mengukur keberhasilan strategi pengajaran yang diterapkan guru di kelas. Djamarah dan Zain (2010:106) menyatakan bahwa mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut. 1. Tes formatif Penilaian ini dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu. 2. Tes subsumatif Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapot. 3. Tes sumatif Tes ini dilakukan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan selama satu semester, satu tahun, atau
10
dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Penilaian hasil belajar menggunakan teknik tes meliputi: tes formatif, tes sub sumatif, dan tes sumatif. Adapun instrument tes yang digunakan dapat berupa soal pilihan ganda, jawaban singkat, uraian, dll.
2.1.4 Pembelajaran IPA Berhasil tidaknya proses belajar mengajar antara lain ditentukan oleh metode yang digunakan untuk mengajar. Penetapan metode yang akan digunakan ditentukan oleh bahan pembelajaran dipilih sesuai dengan materi pembelajaran dan digunakan untuk merancang mekanisme yang bermakna. Dalam upaya perbaikan pembelajaran guru mempunyai tugas yang sangat kompleks antara lain adalah memahami dengan baik materi yang akan diajarkan, melibatkan siswa untuk berperan aktif serta bagaimana memanfaatkan model pembelajaran yang tepat. Ilmu pengetahuan tidak hanya daftar dari kenyataan-kenyataan, ilmu pengetahuan adalah kesenangan, ilmu pengetahuan adalah cara untuk menyelesaikan masalah dan mencari tahu mengapa sesuatu bisa terjadi ( Janive Cleavers, dalam E. Yuda Kusuma, 2005.1:99 ). Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif. Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja pendidik untuk menyampaikan suatu upaya yang dilakukan dengan segaja pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasikan, menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai
11
model sehingga siswa melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efesien serta mendapatkan hasil yang optimal (Sugihartono, dkk 2007). Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari guru dan peserta didik, dimana keduanya terjadi komunikasi yang intens, terarah menuju suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2010). Pembelajaran bukan hanya penguasaan materi yang diajarkan, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku tujuan yang dicapai dalam pembelajaran tersebut. Penugasan materi pembelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai pembentukan tingkah laku siswa, karena tungkah laku siswa membentuk pola prilaku siswa itu sendiri. 1. Pembelajaran adalah proses berfikir Belajar berfikir menekankan pada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Pembelajaran
berfikir
proses
pendidikan
disekolah
tidak
hanya
menekankan pada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan. 2. Proses pembelajaran adalah Memanfaatkan Otak Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan otak secara maksimal. Menurut para ahli, otak manusia terdiri dari bagian yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak mempunyai spesialisasi dalam kemampuan tertentu. Proses berfikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan rasional maupun melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berfikirnya sesuai , ekspresi verbal, menulis, membaca asosiasi auditorial, menempatkan npada fakta, fonetik serta simbolis. Cara bekerja otak kanan bersifat acak, tidak teratur. Cara berfikirnya sesuai cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal seperti perasaan, emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan, kesadaran spesial, pengenalan bentuk (pola), musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan evaluasi. 3. Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
12
Belajar adalah proses terus menerus, yang tidak pernah berhenti tidak terbatas pada dinding kelas. Berdasarkan asumsi bahwa sepanjang hidupnya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah pada tujuan yang ingin dicapai. Prinsip belajar sepanjang hayat sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti dirumuskan UNESCO (1996) yaitu Learning to know, learning todo, learning to be, dan learning to live together. Learning to know, artinya belajar pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, peserta didik bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus harus dipelajari itu. Learning to do artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan peserta didik sebagai pendengar melainkan peserta didik diberdayakan agar mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be mengandung pengertian belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri” belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Learning to live together artinya belajar untuk bekerja sama.
Kesempatan
membangun
berintergrasi
pemahaman
sikap
dengan
berbagai
positif
dan
individu
toleransi
akan
terhadap
kemajemukan dalam kehidupan bersama. IPA pada awalnya berasal dari kata scientia yang berarti saya tahu, sehingga belajar IPAharus menjadikan tahu IPA. Tahu artinya komponen dengan keilmuan IPA beserta nilai-nilai dan sikap IPA (Supriyadi, 2007). Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum wujud pengetahuan deklaratif, akan tetapi belajar sains belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiahdan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (suprijono, 2010).
13
Menurut Trianto (2010) proses pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan ketrampilan proses sehingga siswa dapat menekankan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah siswa sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Ada tujuh fungsi mata pelajaran IPA menurut Sumanji (2009) yaitu : 1. Memberi pengetahuan sebagai bekal dasar, baik dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mengembangkan ketrampilan dalam perolehan, mengembangkan daln menerapkan konsep IPA . 3. Menanamkan sikap ilmiah, melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah. 4. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam, segala keindahannya sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengaggungkan ciptaannya. 5. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa. 6. Membuat siswa memahami gagasan informasi baru dalam bidang IPTEK 7. Memupuk dan mengembangkan minat siswa terhadap IPA. Menurut peneliti dalam memilih metode memang harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang menyangkut kehidupan sehari-hari siswa akan lebih memahami bila mengalami dan melaksanakan sendiri dengan percobaan.
2.1.5 Pemanfaatan Media dan Alat Peraga Sebagian instrumen dalam proses belajar mengajar dalam hal ini media dan alat peraga mempunyai peranan penting, dan bahkan dalam hal-hal tertentu akan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar itu
14
sendiri. Jenis dan spesifikasi media dan alat peraga/ praktik ada yang sulit kita buat dan ada yang mudah dibuat bahkan mudah di dapat. Alat/ media yang mudah dibuat diupayakan agar guru/ siswa membuat dan mudah didapat di lingkungan sekitar. Alat peraga/ media pembelajaran yang sulit biasanya sudah dibuatkan prototipenya dan tinggal pakai sesuai dengan bahan ajar/ pembelajaran yang sedang berlangsung. ( Dirjen Dikdasmen, 2000. 1:1 ). Media pembelajaran yang nyata merupakan alat yang dapat merangsang imajinasi siswa, perasaannya akan tersentuh dan terjadi pemahaman kedalam pikiran. Siswa mampu memahami, mengingat dan melakukan sesuatu sesuai yang diharapkan guru. Bagi peneliti media pembelajaran memang merupakan sarana yang perlu dipersiapkan dan disesuaikan dengan materi dan tujuan juga tingkat kemampuan siswa. Disamping itu dengan menggunakan media dalam proses pembelajaran akan meningkatkan pemahaman siswa, lebih aktif dan guru hanya sebagai moderator dalam proses belajar.
2.2 Metode Percobaan 2.2.1 Pengertian Metode Percobaan Menurut Joseph Mbulu , (2001 :58), metode percobaan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan , siswa diberi pengalaman untuk mengalami sendiri tentang suatu objek, menganalisis, membuktikan , dan menarik kesimpulan tentang suatui objek keadaan. Menurut J.R David, (Sanjaya, 2006), metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atu kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri seuatu yang dipelajari, mengalami suatu proses, mangamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari
15
kebenaran, atau mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Menurut Schoenherr (Palendeng, 2003), metode percobaan adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode ini mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep dalam struktur kodnitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Dalam metode percobaan guru dapat mengembangkan fisik dan mental, serta emosional siswa.
2.2.2 Tujuan dan Esensi Metode Percobaan Menurut Djamarah (2002), penggunaan metode percobaan ini mempunyai tujuan yaitu agar siswa mampu dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan yang dihadapi dengan melakukan percobaan sendiri. Selain itu siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah, dengan percobaan siswa menemukan bukti kebenaran dan teori sesuatu yang sedang dipelari. Esensi dari penggunaan metode percobaan adalah menyajikan bahan pelajaran melalui percobaan serta mengamati suatu proses. Pengalaman belajar yang akan diperoleh adalah menguji sesuatu,
menguji
hipotesis,
menemukan
hasil
percobaan
dan
mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Agar penggunaan metode percobaan ini efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini : a. Dalam percobaan setiap siswa harus melakukan percobaan maka jumlah alat dan bahan harus cukup bagi setiap siswa. b. Agar percobaan tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan atau hasilnya tidak membahayakan maka kondisi alat dan mutu bahan yang digunakan harus baik dan bersih. c. Dalam percobaan siswa perlu telitidan konsentrasi dalam mengamati proses perubahan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama. d. Siswa dalam percobaan adalah sedang belajar dan berlatih maka perlu diberi petunjuk yang jelas sebab mereka disamping memperoleh
16
pengetahuan, pengalaman serta keterampilan juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungan oleh guru dalam meilih objek yang akan di uji cobakan.
2.2.3 Prosedur Pelaksanaan Percobaan Roestiyah (2001 : 81) menyatakan bahwa prosedur pelaksanaan metode percobaan adalah sebagai berikut : a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan percobaan. b. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang alat-alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan, urutan percobaan, hal-hal yang perlu dicatat. c. Selama percobaan berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. d. Setelah percobaan selesai guru harus mengumpulkan hasil penelyian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
2.2.4 Hal-hal yang
Harus Diperhatikan atau Dipersiapkan Guru dalam
Percobaan Menurut E. Mulyasa (2007) hal-hal yang harus dipersiapkan guru dalam melakukan percobaan adalah : a. Tetapkan tujuan percobaan b. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan c. Persiapkan tempat melakukan percobaan d. Perhitungkan jumlah siswa, sesuai dengan alat yang tersedia e. Perhatikan keamanan dan keselamatan agar dapat memperkecil resiko yang mungkin berbahaya, perhatikan disiplin dan tata tertib, terutama dalam menjaga alat dan bahan yang digunakan. f. Berikan penjelasan tentang apa yang harus diperhatikan, tahapan yang harus dilakukan, dan yang dilarang.
17
2.2.5 Tahap-tahap Pelaksanaan Percobaan Pembelajaran dengan metode percobaan menurut Palendeng (2003) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Percobaan awal, pembelajaran ini diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. 2. Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. 3. Hipotesis
awal,
siswa
dapat
merumuskan
hipotesis
sementara
berdasarkan hasil pengamatan. 4. Verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dan dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, dan dilaporkan hasilnya. 5. Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. 6. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan metode percobaan akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain siswa memilki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh dan menerapkan konsep yang terkait dengan pokok bahasan. 2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode Percobaan Menurut Djamarah (2002) , kelebihan dan kekurangan metode percobaan adalah sebagai beikut : 1. Kelebihan a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.
18
b. Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dan hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. c. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. 2. Kekurangan a. Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadang mahal. c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.
2.2.7 Pemanfaatan Pendekatan Pembelajaran Melalui Metode Percobaan Peningkatan mutu pembelajarn di sekolah dasar telah diupayakan antara lain melalui pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat kepada aktifitas siswa. Kegiatan belajar mengajar akan lebih bermakna jika melibatkan seluruh indera yang ada pada peserta didik. Dengan melihat, mendengar, merasakan, mengamati dan mengalami/ mempraktikan sendiri, siswa akan mengalami internalisasi konsep pembelajaran IPA secara mendalam (Kfw, dalam Depdiknas, 2001.V.). akan lebih menyenangkan dan mengesankan bagi siswa jika dikemas oleh guru dalam bentuk permainan dan suasana yang kompetisi yang sehat untuk maju bersama. Dengan demikian, belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan berbagai percobaan tidak sekedar betujuan menanamkan konsep-konsep secara kognitif dan hafalan semata. Lebih jauh dengan percobaan-percobaan yang kreatif diharapkan akan dapat menumbuh kembangkan dan melatih sikap ilmiah yaitu diantaranya : disiplin, jujur, tekun, bekerja keras, ekerja sama dalam tim, saling menghargai, peka terhadap gejala alam di sekitarnya, kritis, berani bertanya, tekun mencari dan menemukan, kreatif, inovatif bahkan mengagumi kekuasaannya.
19
Dalam melaksanakan percobaan, orang ingin mengetahui jenis pesawat sederhana sebagai alat untuk mempemudah dan mempercepat pekerjaan, adapun jenis pesawat sederhana ada empat yaitu pengungkit/ tuas, bidang miring, katrol, dan roda berporos. Metode demonstrasi dan eksperimen (percobaan) adala salah satu cara menyajikan bahan pelajaran dengan memperlihatkan atau mempertunjukkan sesuatu proses dan hasil dari proses itu untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode demonstrasi dan percobaan ini amat baik digunakan untuk mencari jawaban atau pertanyaan. Bagaimana cara membuatnya ? apa akibatnya apabila faktor tertentu dipenuhi atau tidak dipenuhi ? mengapa demikian ? Menurut E. Mulyasa (2007), jalannya pengajaran dengan metode percobaan adalah sebagai berikut : 1. Guru menerangkan dan menjelaskan tujuan diadakannya percobaan, misalnya agar siswa mengetahui proses apa yang terjadi, cara belajarnya, benar tidaknya hipotesa dan sebagainya. 2. Guru atau siswa, atau guru bersama siswa menyediakan alat-alat yang digunakan. 3. Menjelaskan urutan langkah-langkah dalam penerapan 4. Pelaksanaan dan percobaan. Dalam hal ini guru menyediakan lembar pengamatan. 5. Mencatat dan menyimpulkan hasil.
Menurut peneliti pembelajaran akan lebih bermakna jika melibatkan seluruh indera pada peserta didik. Belajar IPA dengan berbagai percobaan akan dapat menumbuh kembangkan dan melatih sikap ilmiah dalam melaksanakan percobaan jenis pesawat sederhana sebagai alat untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan. Metode percobaan adalah salah satu cara menyajikan bahan pelajaran dengan memperlihatkan sesuai proses dan hasil proses itu untuk mencapai
20
tujuan mengajar. Metode percobaan amat baik digunakan untuk mencari jawaban atau pertanyaan.
2.3
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Sebagai acuan dalam pembuatan penelitian ini maka peneliti menggunakan beberapa kajian sebagai perbandingan. Acuan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Penelitian Tindakan Kelas karya Fitriani pada tahun 2012, dengan judul “Melalui Penerapan Metode Percobaan dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sifat-sifat Cahaya di Kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan”. Berdasarkan hasil tes tindakan siklus I diperoleh bahwa hasil belajar siswa secara klasikal terhadap materi pelajaran sebesar 71,87% atau sebanyak 23 siswa yang memperoleh nilai > 70 dengan nilai rata-rata 69,81 sedangkan hasil evaluasi tindakan siklus II diperoleh bahwa hasil belajar siswa secara klasikal terhadap materi pelajaran sebesar 87,50% atau sebanyak 28 siswa yang memperoleh nilai > 70 dengan nilai rata-rata 73,81. Dari hasil observasi, evaluasi, dan refleksi pada setiap siklus tindakan, maka dapat
disimpulkan melaluinpenerapan metode percobaan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro. 2) Penelitian Tindakan Kelas karya Sugiyanto pada tahun 2010, dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Metode Percobaan tentang Cara Tumbuhan Membuat Makanan Kelas V SD Sambisirah 2 Wonorejo Pasuruan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
percobaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Sambisirah 2 Wonorejo Pasuruan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil tes mulai pra tindakan (56,88), meningkat pada siklus I (64,84), dan meningkat lagi pada siklus II (76,25).
21
2.4
Kerangka Berpikir Berdasarkan landasan teori tersebut di atas, maka dapat diambil pokok-pokok pikiran sebagai berikut : Pemahaman dan struktur kognitif dalam pembelajaran IPA dapat diperoleh melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khasanah peristilahan pendidikan hal ini dikenal dengan “learning by doing”, yakni belajar dengan jalan melakukan suatu kegiatan. Pemahaman itu sendiri bersifat abstrak. Sesuatu yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga siswa memperoleh pengalaman yang menuntun kepada pemahaman yang bersifat abstrak. Dalam proses pembelajaran siswa akan lebih memahami dan mudah ingat jika siswa melakukan percobaan sendiri. Dengan metode percobaan yang diterapkan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam yang menyangkut kehidupan sehari-hari akan lebih tepat bila siswa diajak untuk mencoba hal-hal yang nyata.
2.5
Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, peneliti menarik kesimpulan sementara (hipotesis) sebagai berikut : “ Hasil belajar pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kadirejo 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dapat ditingkatkan melalui penerapan metode percobaan.” Dalam hal ini setiap siswa melakukan percobaan dan bekerja sendirisendiri. Pelaksanaan percobaan lebih memperjelas hasil belajar dan tercapainya tujuan pembelajaran.
22