BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, model pembelajaran cooperative learning tipe snowball throwing salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Kajian penelitian yang relevan yaitu digunakan peneliti untuk dijadikan pedoman untuk membuat skripsi dan melakukan penelitian. Kerangka berpikir penerapan model ini, diharapkan akan dapat mewujudkan tujuan peningkatan hasil belajar siswa yang meningkat. 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA a. Pengertian Pembelajaran Undang-Undang Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 “Pembelajaran adalah proses interaksi oleh peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar mengajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dilakukan oleh guru guna mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan siswa dalam berfikir, serta dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan pengetahuan yang baik terhadap materi pelajaran”. Syaiful Sagala (2009 :
61)
“Pembelajaran merupakan kegiatan
membelajarkan
siswa
menggunakan asas-asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan”. Pembelajaran merupakan komunikasi dari dua arah yang dilakukan oleh siswa dan guru.Mengajar dilakukan dari pihak guru disebut sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. “pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan disengaja untuk menciptakan pembelajaran agar terjadi kegiatan interaksi antara dua pihak yaitu antara peserta didik yaitu siswa dan pendidik yaitu guru yang membimbing 6
7
jalannya kegiatan pembelajaran” Sudjana (2004 : 28). "Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang diakibatkan oleh interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 204:14). Perubahan dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan belajarnya, Interaksi biasanya berlangsung secara disengaja. “Pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membuat peserta didik atau siswa belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik yaitu siswa” Warsita (2008:85).Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik untuk melakukan kegiatan membelajarkan siswa yang bersifat edukatif untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran menggunakan berbagai mata pelajaran yang ada di sekolah dasar misalnya IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). b. Pengertian IPA IPA adalah ilmu yang mempelajari berbagai peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang bertujuan agar siswa mempunyai penguasaan pengetahuan, gagasan, ide dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman belajarnya melalui serangkaian proses antara lain penyelidikan, penyusunan maupun penyajian gagasan-gagasan atau ide materi (Iskandar 2001:2).”Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan maupun melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih luas” (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7). Menurut Nash dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) “IPA adalah suatu cara atau metode yang digunakan untuk mengamati alam”.IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang ada dan disusun secara sistematis atau berurutan yang didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan manusia yaitu siswa dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini serupa dengan sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) yang mengatakan bahwa “IPA merupakan ilmu yang berhubungan erat dengan semua gejala-gejala alam yang ada dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur”.
8
Dari beberapa pendapat di atas maka pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa atau kejadian yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan dan penyusunan teori agar siswa mempunyai
penguasaan
pengetahuan,
gagasan,
ide
dan
konsep
yang
terorganisasikan tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses pembelajaran yang dialami. c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Tujuan pemberian mata pelajaran IPA atau sains adalah” agar siswa mampu memahami dan menguasai berbagai konsep-konsep IPA serta keterkaitannya dengan kehidupan nyata di sekitarnya” (Sumaji 1998:35). Siswa juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan dari Penciptanya. Pengajaran IPA menurut Depdikbud (1993/1994:98-99) bertujuan agar siswa dapat: 1) Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan seharisehari disekitarnya. 2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan dan ide tentang alam yang ada di sekitarnya. 3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta peristiwa yang ada di lingkungan sekitar. 4) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerja sama dengan yang lain dan mandiri. 5) Mampu menerapkan berbagai macam konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang terjadi di alam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan alam. 6) Mampu menggunakan teknologi-teknologi yang sederhana yang dapat berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 7) Mengenalkan dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitarnya, sehingga menyadari kebesaran dan akan keagungan Tuhan.
9
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar disebutkan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah a. Menanamkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap teknologi dan masyarakat. b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitarnya, memecahkan masalah dan membuat keputusan yang baik. c. Menanamkan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep sains yang akan bermanfaat bagi siswa sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. d. Mengembangkan kesadaran siswa tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari. e.
Mengalihgunakan pengetahuan, berbagai keterampilan, dan pemahaman ke dalam bidang pengajaran lainnya.
f. Ikut serta dalam kegiatan memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan. g. Menghargai ciptaan Tuhan atas lingkungan alam. Maksud dan tujuan tersebut adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis gejala-gejala yang terjadi di alam dan peran lingkungan alam dengan melalui pengamatan agar siswa memahami pengetahuan dasar mengenai IPA.Setelah dilakukan pembelajaran IPA dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa. 2.1.2 Hasil belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar (Dimyati dan Mujiono 2006 : 3-4). Dari sisi guru tindak mengajar, memberikan ilmu pengetahuan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa tindak belajar, menerima pengajaran dari guru dan
hasil belajar
merupakan hasil dari tindak mengajar dantindak belajar dari siswa.Djamarah dan
10
Zain (2006) “hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan proses kegiatan belajar mengajar”. Nana Sudjana (2009: 21–23) “menjelaskan ada tiga aspek hasil belajar yaitu meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan”. Aspek pengetahuan berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari beberapa aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek sikap berkenaan dengan sikap yang terdiri dari beberapa aspek,yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada beberapa aspek ranah keterampilan, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan. Secara teoritis, menurut taksonomi Bloom ini, dibagi ke dalam tiga ranah, yaitu: a. Ranah Kognitif, menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, , dan keterampilan berpikir. b. Ranah Afektif menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti ,sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. c. Ranah Psikomotor menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan. Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi antara guru dan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengajaran. Kemampuan-kemampuan
tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Salah satu model yang mencakup ketiga aspek yaitu model pembelajaran cooperative learning. 2.1.3 Model pembelajaran cooperative learning “Pembelajaran kooperatif atau Coopertive learning merujuk pada berbagai macam model pembelajaran dimana para siswa belajar didalam kelompokkelompok kecil yang saling membantu dengan satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran yang diajarkan” Slavin (2005:4) sering disebut
11
juga model pembelajaran grup atau berkelompok. Sedangkan Roger dan David Johnson (Anita 2003:30)” juga berpendapat bahwa ada lima unsur dalam model pembelajaran cooperative learning yaitu (1) ketergantungan yang bersifat positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka antar siswa, (4) komunikasi antar anggota kelompoknya dan (5) evaluasi kelompok”. Dari pendapat para ahli maka dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning yang didalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja sama dan mempunyai tanggung jawab yang sama besarnya didalam kelompok serta terdapat sikap saling ketergantungan yang positif antar anggota kelompok. Salah satu tipe model pembelajaran coopertive learning yaitu snowball throwing. 2.1.4 Model Pembelajaran Snowball Throwing Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan juga dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran snowball throwing, bola salju merupakan kertas yang sudah berisikan pertanyaan yang dibuat oleh siswa secara berkelompok kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab dan di diskusikan bersama kelompoknya. Menurut Mohib Asrori (2010), “Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang aktif didalam pelaksanaannya banyak melibatkan kegiatan siswa”. Peran guru di sini hanya sebagai memberikan arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya membimbing jalannya pembelajaran.Menurut Rachmad Widodo (2009) “Model Pembelajaran snowball throwing dapat disebut model pembelajaran gelundungan bola salju”. Model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih tanggap dalam menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan dari guru kepada temannya dalam satu kelompok. Pembelajaran dengan model snowball throwing, menggunakan tiga penerapan dalam pembelajarannya antara lain: pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman siswa,pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
12
mengingat seperangkat fakta-fakta yang ada, tetapi hasilnya dari menemukan sendiri ,pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam model pembelajaran snowball throwing memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut. Menurut Diyan Tunggal Safitri (2011) “Model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu pengembangan dari teknik bertanya yang melandasi pada kemampuan merumuskan dan menjawab pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju (Snowball Throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman”. Model yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang sangat yang bisa dilakukan oleh hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang sudah dipelajarinya.Model pembelajaran snowball throwing dapat melatih siswa untuk lebih tanggap dalam menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan kepada temannya.Dalam pembelajaran, kegiatan melempar bola pertanyaan akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya dalam berpikir, menulis, bertanya, ataupun berbicara. bahkan mereka juga melakukan aktivitas-aktivitas fisik yaitu seperti menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain yang berbeda kelompok.Menurut Diyan TunggalSafitri (2011) Langkah-langkah dalam Pembelajaran Snowball Throwing: 1. Guru menyampaikan materi pelajaran yang akan disajikan. 2. Guru membentuk kelompok-kelompok secara acak. 3. Guru menyuruh perwakilan yaitu ketua kelompok menjelaskan materi yang sampaikan oleh guru kepada temannya. 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas yang digunakan untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi pelajaranyang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok kepada anggotanya.
13
5. Kemudian kertas tersebut diremas dan dibuat menyerupai bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain. 6. Setelah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada di kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing Langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing menurut Agus Suprijono (2009:128) adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok 5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian 7. Evaluasi 8. Penutup. Berdasarkan uraian maka dapat di simpulkan Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang diremas bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok. pembelajaran yang menekankan kepada partisipasi aktif siswa secara berkelompok guna mencapai tujuan bersama, dilakukan dengan menggunakan kertas yang sudah berisikan pertanyaan yang dibentuk seperti bola
14
kemudian dilemparkan secara bergiliran ke siswa lain untuk dijawab. Model snowball throwing dapat melatih kesiapan siswa, membantu memahami konsep materi yang dianggapnya sulit, menciptakan suasana yang menyenangkan, membangkitkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan kerjasama antar siswa, berpikir secara kritis, dan menciptakan proses pembelajaran aktif. Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi. Langkah-langkah: 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari kelompok satu ke kelompok yang lain selama ± 15 menit. 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7. Evaluasi. 8. Penutup Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing 1) Kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing adalah a) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
15
b) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberikesempatan utk membuat soal dan diberikan pada siswa lain. c) Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa. d) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. e) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktek. f) Pembelajaran menjadi lebih efektif. g) Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai. 2) Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing adalah a) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan. b) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang
tidak
sedikit
untuk siswa
mendiskusikan materi pelajaran. c) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. tapi tdk menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok. d) Memerlukan waktu yang panjang. e) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar. f) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid 2.2
Kajian Penelitian yang Relevan Petronela Tesa, 2013. Program studi PGSD UKSW Salatiga. “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Snowball Throwing pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV di SDN Dukuh 02 Salatiga Semester II Tahun
16
Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian ini teknik analisa data dilakukan untuk data kualitatif hasil observasi melalui deskripsi dan data kuantitatif hasil belajar dengan cara persentase dengan menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sebelum dilakukan tindakan, siswa yang tuntas belajar adalah 10 (43.4%) dari 23 siswa. Pada siklus I, siswa yang tuntas menjadi 17 siswa (74%). Setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan ketuntasan belajar siswa menjadi 23 (100%). Dengan demikian, maka disimpulkan bahwa upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran IPA kelas 4 di SDN Dukuh 02 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013, berhasil dilaksanakan. Voryng Eswa P.T 2013. “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran Snowball Throwing pada Siswa Kelas 4 SD Kristen Kartasura Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Program studi PGSD UKSW Salatiga.Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang diambil melalui tes pada akhir siklus. Hasil penelitian pada siklus I pertemuan I menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 71,25, persentase ketuntasan belajar sebesar 56,25 %, dan pada pertemuan II nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 71,09, persentase ketuntasan belajar 68,75%. Hasil penelitian pada siklus II pertemuan I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 82,8, persentase ketuntasan belajar sebesar 90,63 % dan pada pertemuan II nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 88,1, persentase ketuntasan belajar sebesar 93,75%. Penelitian ini diperoleh simpulan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Kristen Kartasura pada pokok bahasan energi dan perubahannya tahun pelajaran 2012/ 2013.Haryani (2013) “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Struktur Bumi”. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa siklus I 71 dengan ketuntasan klasikal 62,5%, dan siklus II meningkat menjadi 77,9 dengan ketuntasan sebesar 93,75% .
17
2.3 Kerangka Berpikir Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan suatu hipotesa bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe snowball throwing diduga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Penerapan model ini, diharapkan akan dapat mewujudkan tujuan peningkatan hasil belajar siswa yang baik. Model pembelajaran cooperative learning tipe snowball throwing memiliki kemungkinan pencapaian peningkatan hasil belajar meningkat dibandingkan dengan hanya menerapkan pendekatan, model atau metode pembelajaran yang kurang variatif. Jadi melalui penerapan model ini diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Langkah dari model pembelajaran snowball throwing membagi siswa kedalam beberapa kelompok, membuat bola pertanyaan, melempar bola pertanyaan ke kelompok lain, dan menjawab bola pertanyaan. Penilaian dilakukan dengan tes dan non tes (lembar observasi aktivitas siswa) yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa setelah dilakukan upaya peningkatan dengan model pembelajaran snowball throwing.
18
Kondisi awal
Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional
Hasil belajar siswa belum mencapai KKM
Interaksi dan kerjasama kurang
TINDAKAN
Diterapkan model pembelajaran kooperatif learning tipe Snowball throwing
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatife learning tipe snowball throwing : 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari kelompok satu ke kelompok yang lain selama ± 15 menit. 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7. Evaluasi. 8. Penutup
Kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan
Hasil Belajar IPA Meningkat
Siswa lebih aktif dalam Kegiatan belajar mengajar
19
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Jika penerapan dengan model pembelajaran cooperative learning tipe Snowball Throwing dilaksanakan dengan baik dan benar, maka hasil belajar siswa kelas 4 SDN 1 Tambirejo mata pelajaran IPA akan meningkat.