BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Bahasa Indonesia Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1987: 16).Wibowo, Walija (1996: 4) ”bahasa adalah komunikasi yang paling lengkap dan paling efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain”.Pendapat tersebut juga didukung oleh Wujosoedamono (1983: 1)”bahasa adalah komunikasi antar anggota masyakat,
yang berupa bunyi suara atau tanda/isyarat atau
lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lainnya”. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan salah satu alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa suara atau bunyi dan dihasilkan oleh alat ucap manusia dan digunakan untuk menyampaikan pesan, ide, perasaan dan pendapat pada orang lain. Bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan negara Indonesia yang juga berfungsi sebagai identitas yang khas bagi bangsa Indonesia. Karena bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan sebagai identitas bangsa Indonesia, maka dari itu dilakukan berbagai upaya dan cara untuk tetap menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia, salah satunya yaitu dengan cara menuliskan kaidah penulisan dan pengucapan yang benar sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD), juga memberikan pembelajaran bahasa Indonesia yang benar sejak usia sekolah dasar.
2.1.2 Tujuan Bahasa Indonesia Tujuan bahasa Indonesia adalah agar siswa mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar juga dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia (Akhadiah dkk, 1991: 1).Tujuan ini dapat tercapai 8
9
bila guru juga berperan baik dalam membimbing siswanya dalam berbahasa. Lebih lanjut lagi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 yang sesuai dengan standar kompetensi bahasa Indonesia agar siswa mempunyai kemampuan: (a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis (b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara (c) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan (d) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial (e) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budipekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (f) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia untuk siswa di sekolah dasar menekankan pada kemampuan kognitif siswa dalam pengembangan kemampuan dalam berbahasa,
sedangkan kemampuan afektif dan
psikomotor ditunjukkan dengan berkomunikasi dengan orang disekitar menggunakan bahasa yang baik, benar dan santun sesuai kaidah-kaidah yang telah ditetapkan. Melalui cara inilah siswa dapat menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia. Tujuan ini tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi guru,
yaitu agar para guru dapat mengembangkan potensi
berbahasa yang dimiliki siswa sesuai dengan lingkungan sekitar dan kemampuan siswa secara personal. Berikut ini merupakan uraian standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yang ditunjukkan bagi siswa kelas 5 Kanisius Cungkup Salatiga yang disajikan melalui tabel berikut ini.
10
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V semester II Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mendengarkan 1.
Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan
5.1 Menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan 5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
Berbicara 2.
Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama
6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa 6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
Membaca 3.
Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak
7.1 Membandingkan isi dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas 7.2 Menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus (buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan acara, daftar menu, dll.) yang dilakukan melalui membaca memindai 7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat
Menulis 4.
Mengungkapkan 8.1 Meringkas isi buku yang dipilih sendiri pikiran, perasaan, dengan memperhatikan penggunaan ejaan informasi, dan 8.2 Menulis laporan pengamatan atau fakta secara tertulis kunjungan berdasarkan tahapan (catatan, dalam bentuk konsep awal, perbaikan, final) dengan ringkasan, laporan, memperhatikan penggunaan ejaan dan puisi bebas 8.3 Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat (Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
11
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) diatas merupakan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa kelas 5. Kompetensi-kompetensi tersebut meliputi empat ruang lingkup dalam bahasa Indonesia, yang telah di rancangkan sesuai dengan lingkup dan porsinya. 2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia Ruang
lingkup
mata
pelajaran
Bahasa
Indonesia
menurut
Permendiknas No 22 tahun 2006 mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek berikut: (a) Mendengarkan (b) Berbicara (c) Membaca (d) Menulis Keaktifan yang ditunjukkan siswa tidak terlepas dari peran guru yang juga senantiasa mendampingi siswa dalam kegiatan berkomunikasi dengan temannya,
peran guru dalam hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Chandlin (Taringan, 1990: 201) yaitu, guru pemberi kemudahan dalam proses komunikasi antara semua siswa didalam kelas, antara siswa dengan kegiatan pembelajaran serta teks atau materi dan sebagai partisipan mandiri dalam kelompok belajar-mengajar. Implikasi dari kedua peran ini menimbulkan peran-peran kecil lainnya misalnya, sebagai pengorganisasi, pembimbing, peneliti dan pembelajar dalam proses belajar-mengajar.
2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik
dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Heri, 2012: 6). Sedangkan menurut Gagne (Sumarjhono dkk,
2012: 3) pembelajran merupakan
pengaturan peristiwa yang berada diluar diri siswa, yang dirancang guna memudahkan proses belajar dalam diri siswa. Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi antara siswa dengan pendidik yang ada dalam luar siswa agar siswa dengan
12
mudah mengikuti proses belajarnya. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pada pemerolehan empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak,
berbicara,
membaca dan menulis.
Keempat keterampilan berbahasa tersebut disajikan secara terpadu namun juga dimungkinkan untuk memberikan penekanan pada salah satu keterampilan,
misalnya pada keterampilan membaca. Aspek ini
merupakan aspek yang sangat penting bagi siswa,
diharapkan dalam
pembelajaran yang melibatkan aspek membaca dapat menambah pengetahuan siswa mengenai informasi-informasi yang aktual,
tidak
hanya itu saja melalui kegiatan membaca ini siswa dapat menyampaikan aspirasi maupun tanggapan mengenai suatu kejadian yang tengah berlangsung,
hal ini juga dapat menjadikan siswa tanggap dengan
lingkungan sekitar. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi antara satu dengan yang lain, belajar bahasa Indonesia disekolah merupakan hal yang paling utama untuk mencapai tujuan pembelajaran sebagai suatu unsur proses pendidikan. Taringan (Unnes,
2011: 39) mengungkapkan materi pembelajaran bahasa
hendaknya memungkinkan dapat diterapkannya metode permainan, simulasi,
bermain peran,
pendapat ahli tersebut,
dan komunikasi pasangan. Berdasarkan
dibutuhkan sebuah model yang mendukung
pembelajaranbahasa, agar bahasa dapat dipelajari siswa dengan mudah dan
menyenangkan.
Pembelajaran
bahasa
Indonesia
merupakan
pembelajaran yang membutuhkan adanya keaktifan dalam berkomunikasi, maka
menurut
Taringan
(Unnes,
2011:
38)
kedudukan
materi
pembelajaran bahasa harus ditekankan pada sesuatu yang membuat siswa aktif dalam berkomunikasi. Materi tersebut yaitu: 1. 2. 3.
Materi yang berdasarkan teks Materi yang berdasarkan tugas, dan Materi yang berdasarkan bahan otentik.
13
2.1.5 Pengertian Model Pembelajaran Sagala (2009: 175) model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: a. Suatu tipe atau desain b. Suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati c. Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan inferensiinferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu objek atau peristiwa d. Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja e. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner f. Penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Suprijono (2009: 24) mengatakan model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Joyce & Weil (Rusman 2012: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran,
dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain.Berdasarkan kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan model pembelajaran merupakan rencana yang digunakan untuk pembelajaran dalam kelas dan membentuk sebuah pola yang dapat digunakan dalam rencana pembelajaran jangka panjang. Sagala (2009: 176) mengemukakan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar yakni: model informasi, model personal, model interaksi dan model tingkah laku. Sardiman A. M (2004: 165) guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar mengajar. Pengelolaan dalam pengertian ini adalan guru mampu dalam menguasai keterampilan dasar misalnya saat
membuka dan menutup pelajaran,
menjelaskan,
memvariasi media pembelajaran, bertanya, memberi penguatan dan lain sebagainya. Bukan hanya itu saja,
tetapi guru juga harus mampu
14
menerapkan strategi belajar dan menciptakan pembelajaran yang kondusif agar pembelajaran dapat diterima dengan baik dan awet dalam ingatan siswa.
2.1.6 Pembelajaran Kooperatif Slavin (Isjoni 2012: 12) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Jonhson & Jonhson (Isjoni 2012: 17) cooperative learning merupakan mengelompokkan siswa di dalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Sedangkan menurut Anita lie (2004: 28) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif pada dasarnya merupakan pembelajaran dengan cara berkelompok, pembelajaran ini terdiri dari beberapa siswa dalam sebuah kelas dan terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan heterogen, dengan kemampuan yang heterogen inilah siswa dapat belajar dan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Johnson & Johnson (Anita lie,
2004: 7) mengatakan pembelajaran cooperative
learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan positif dan penyesuaian psikologis yang baik dari pada pembelajaran dengan persaingan dan pemisahan siswa. Sedangkan tujuan yang terpenting dari pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2010: 33) yaitumemberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Roger dan David Johnson (Anita lie, 2004: 31-35) mengatakan tidak semua kerja kelompok dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai
15
hasil yang maksimal, terdapat lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan: 1. Saling ketergantungan positif, menekankan adanya rantai keterhubungan antara anggota kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, tiap anggota harus dapat menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain juga dapat mencapai tujuan mereka. 2. Tanggung jawab perseorangan, tiap anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas-tugas mereka sendiri. 3. Tatap muka, tiap kelompok diberi kesempatan untuk bertemu dengan anggota kelompok mereka agar mereka dapat mendiskusikan hasil kerja yang telah mereka peroleh, sehingga dapat membentuk sebuah sinergi yang menguntungkan bagi seluruh anggota. 4. Komunikasi antaranggota, menghendaki agar setiap anggota dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menyampaikan pendapat mereka dengan jelas. 5. Evaluasi proses kelompok, untuk mengevaluasi proses dan hasil dari kerja kelompok sehingga nantinya dapat bekerja sama dengan lebih efektif. Pembelajaran dengan cara berkelompok,
merupakan pembelajaran
yang tepat bagi siswa dalam mata pelajaran bahasa indonesia, karena dalam pembelajaran berkelompok siswa diharuskan aktif berkomunikasi dengan anggota kelompok mereka hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia,
tidak hanya itu saja pembelajaran
berkelompok merupakan pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang membutuhkan kerjasama dan tanggung jawab dari anggota kelompoknya, tanpa kerjasama dan tanggung jawab dengan baik maka pembelajaran berkelompok tidak akan berjalan dengan baik.
2.1.7 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Slavin (2005: 200) menyebutkan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),
yaitu sebuah program yang komprehensif untuk
mengajari pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar. Tujuan utama dari CIRC menurut Slavin (2005: 203) adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk
16
membantu para siswa untuk mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas.CIRC dikembangkan dari hasil analisis
masalah-masalah
tradisional
dalam
pengajaran
pelajaran
membaca, menulis, seni berbahasa. Isu-isu prinsipil yang ditunjukkan dalam proses pengembangan yaitu (Slavin, 2005: 200): 1. 2. 3. 4.
Tindak lanjut Membaca lisan Kemampuan memahami bacaan Menulis dan seni berbahasa
Slavin (2010: 204-209) menyebutkan unsur-unsur utama dari CIRC yaitu: (1) Kelompok membaca, (2) Tim, (3) Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita, (4) Pemeriksaan oleh pasangan, (5) Tes, (6) Pengajaran langsung, (7) Seni berbahasa dan menulis terintegrasi, (8) Membaca independen dan buku laporan. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang dalam cara pembelajarannya siswa dalam tim kooperatif atau kelompok diberi suatu wacana/kliping kemudian siswa berlatih membaca,
memahami isi
wacana/kliping tersebut dan memberikan tanggapan mengenai bacaan tersebut. Model pembelajaran CIRC ini disebut model pembelajaran terpadu karena didalam pembelajaran ini terdapat dua aspek yaitu membaca dan menulis. Fogarty (1991), memaparkan bahwa berdasarkan sifat keterpaduannya, sebuah pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi: a) Model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi modelconnected (keterhubungan) dan model nested (terangkai), b) Model antar bidang studi yang meliputi model sequenced(urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integrated (terpadu), c) Model dalam lintas siswa.
17
Slavin (Suyitno, 2005:
3-4) mengemukakan bahwa pembelajaran
CIRC memiliki delapan komponen antara lain: 1. Teams, yaitu pembentukan kelompok yang heterogen (campuran) dan terdiri atas 4-5 siswa, 2. Placement test, misalnya didapat dari nilai rata-rata ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan dari nilai rapor agar guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu, 3. Student creative, yaitu melaksanakan tugas dalam sebuah kelompok dengan menciptakan kondisi dimana keberhasilan setiap individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan dari kelompoknya, 4. Team study, merupakan tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok. Guru hanya bertugas memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya, 5. Team scorer and team recognition, adalah pemberian skor terhadap hasil kerja dalam kelompok dan memberikan penghargaan atau reward terhadap kelompok yang berhasil secara unggul dan kelompok yang dipandang belum cukup berhasil dalam menyelesaikan tugas kelompok, 6. Teaching group, yaitu guru harus memberikan materi secara singkat dan jelas menjelang pemberian tugas kelompok, 7. Facts test, merupakan pelaksanaan tes atau ulangan berdasarkan fakta (materi) yang telah diperoleh siswa, 8. Whole-class units, merupakan pemberian rangkuman materi oleh guru setelah pembelajaran telah mencapai akhir dengan strategi pemecahan masalah. Pembelajaran menggunakan model CIRCmempunyai delapan buah komponen, seperti yang dijelaskan diatas. Komponen tersebut bermula pada pembentukan kelompok,
ketika pembentukan kelompok dimulai
maka guru harus melakukan penyeleksian siswa melalui nilai rapor agar kelompok-kelompok yang dibentuk memiliki keragaman (heterogenitas) dalam intelegensi. Setelah pemilihan tersebut, siswa harus mengerjakan tugas yang telah diberikan guru secara berkelompok dengan rasa tanggung jawab, dalam keadaan ini peran guru hanyalah memberikan bantuan pada kelompok yang membutuhkan. Selanjutnya guru memberikan penilaian untuk tiap kelompok,
tidak hanya menilai saja namun guru juga
18
memberikan reward untuk kelompok yang telah mengerjakan tugasnya dengan baik.
Guru
yang telah memberikan reward selanjutnya
menyampaikan materi singkat mengenai tugas kelompok,
lalu untuk
mengukur keberhasilan siswa maka guru memberikan sebuah tes mengenai materi yang disampaikan. Hal terakhir yang dilakukan oleh guru setelah pemberian tes yaitu merangkum materi pembelajaran dan mengajarkan strategi dalam memecahkan masalah. Belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan belajar mandiri tanpa harus selalu mengandalkan peran guru, karena mereka telah dibagi dalam kelompokkelompok yang memiliki kemampuan yang sama (siswa dipilih berdasarkan nilai). Dalam pembelajaran model ini guru hanya bertugas untuk memberikan bantuan pada kelompok bila kelompok tersebut belum dapat menyelesaikan tugasnya. Maden, dkk (Mohammad Nur, 2011: 13) menyebutkan unsur-unsur kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah: 1. Penghargaan kepada tim berupa pemberian sertifikat yang didasarkan pada kinerja kelompok. 2. Pemberian kesempatan yang sama untuk berhasil pada setiap tim, yaitu dengan siswa bekerja pada bahan yang sesuai dengan tingkat membaca mereka. 3. Tanggung jawab individual dengan cara memberikan ide atau usahannya yang nantinya akan masuk pada skor kuis dan karya tulis akhir mandiri Reward atau penghargaan yang berupa sertifikat diberikan untuk setiap kelompok berdasarkan keberhasilan dalam kinerja mereka ketika menyelesaikan tugasnya dengan baik, hal ini bertujuan agar siswa mampu berkompetisi secara sehat untuk mengerjakan tugasnya dengan maksimal, sehingga hasil belajar yang diperoleh akan meningkat.
19
2.1.8 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Model pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu pertama kali dikembangkan oleh Steven dan Slavin, berikut adalah langkah-langkah model pembelajaran CIRC oleh Steven, dkk (Miftahul huda, 2013: 222): 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas. Siswa mempresentasikan/membacakan hasil diskusi kelompok. Guru memberikan penguatan (reinforcement). Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran CIRC menurut Suprijono (2009: 137) yaitu: 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas Mempresentasikan hasil kerja kelompok Guru membuat kesimpulan bersama Penutup
Dari setiap fase diatas, dapat dilihat beberapa tahap (Miftahul huda, 2013: 222-223): Tahap 1: Pengenalan konsep Guru mulai mengenalkan konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Bisa di dapatkan dari guru, buku, atau media lain. Tahap 2: Eksplorasi dan aplikasi Memberi kesempatan siswa dalam mengungkap pengetahuan awal, mengembangkan pengetahuan baru dan menjelaskan fenomena yang dialami dengan bimbingan guru. Fase ini bertujuan untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang konkret.
20
Tahap 3: Publikasi Siswa mampu mengomunikasikan hasil temuan serta membuktikan dan memperagakan materi yang dibahas. Penemuan dapat berupa hal baru atau hanya membuktikan hasil pengamatan. Langkah-langkah dalam model CIRC pada dasarnya dapat di simpulkan menjadi 3 langkah,
yaitu berkelompok secara heterogen,
mengerjakan tugas yang diberikan. Hasil diskusi pada tiap kelompok kemudian dikomunikasikan atau dipersentasikan didepan kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh melalui dikusi pada tiap kelompok dapat diobjektivasi dan menjadi pengetahuan
bersama
seluruh
kelas
(Supriyono,
Mengkomunikasikan hasil kelompoknya didepan kelas,
2012:
99).
dapat melatih
siswa dalam berbicara menggunakan bahasa yang benar, tidak hanya itu saja siswa juga dapat melatih kepercayaan diri mereka didepan kelas.
21
Tabel 2.2 Sintak Pembelajaran CIRC No 1.
Langkah Pembelajaran Membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 siswa.
a. b. c. d.
2.
Memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.
e.
3.
Bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.
f.
4.
5.
g.
h.
Memberikan penguatan (reinforcement). Guru dan siswa bersamasama membuat kesimpulan.
Memfasilitasi siswa untuk berdiskusi dalam kelompok Membantu siswa ketika mengalami kesulitan
a.
b.
Aktifitas Siswa Berkumpul bersama teman kelompok sesuai dengan arahan dari guru Berinteraksi dengan baik dalam kelompok
c.
Memperhatikan petunjuk guru
d.
Membaca teks yang diberikan guru secara bergantian Menyimak teks yang dibacakan oleh temannya dengan baik Memberikan tanggapan terhadap teks yang dibaca
e. f.
Mempresentasikan/meme mbacakan hasil diskusi kelompok
6.
Aktivitas Guru Menjelaskan indikator yang hendak dicapai Mengadakan apersepsi dan mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis Membagi siswa dalam kelompok Membimbing siswa dalam berkelompok Membagikan wacana ke seluruh kelompok
Membahas hasil pekerjaan tiap kelompok Menilai hasil kerja kelompok
g.
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
j.
Bertanya jawab mengenai materi
h.
Bertanya jawab mengenai materi
k.
Membuat kesimpulan bersama-sama Melakukan evaluasi melalui tes
i.
Membuat kesimpulan bersama-sama Mengerjakan soal evaluasi
i.
l.
j.
2.1.9 Kelebihan dan Kelemahan Model CIRC Secara khusus, Slavin (Suyitno, 2005: 6) menyebutkan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran CIRC, kelebihan model CIRC yaitu: a. b. c. d. e.
CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya. Membantu siswa yang lemah.
22
Sedangkan kelemahan model CIRC adalah: a. Pada saat persentasi hanya siswa yang aktif tampil. b. Tidak semua siswa bisa mengerjakan soal dengan teliti. CIRC memang merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang tepat diterapkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia, model ini membuat siswa belajar dalam kelompok dengan kemampuan yang heterogen, memecahkan masalah atau tugas yang diberikan guru secara tanggung jawab dan mengkomunikasikan atau mempresentasikannya kedepan kelas. Sintak atau langkah pembelajaran seperti inilah yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kepercayaan dirinya didepan umum, meningkatkan kemampuan berbahasa,
dan kemampuan bersosialisasi
dengan teman satu anggota kelompoknya. Hal ini yang menjadikan CIRC menjadi model yang tepat bagi mata pelajaran bahasa Indonesia, namundalam
ketepatannya
masih
banyak
kekurangan-kekurangan
didalamnya. Kekurangan-kekurangan yang ada dalam pembelajaran kooperatif tipe CIRC inilah yang nantinya menuntut para guru agar lebih kreatif lagi mengembangkan model tersebut, sehingga kelemahan yang ada dalam model ini dapat diatasi serta hasil belajar siswa dapat meningkat dengan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
2.1.10 Hasil Belajar a.
Pengertian Belajar Belajar adalah bentuk perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru, akibat dari pengalaman dan latihan W.S Winkel (1989: 6). Sedangkan pengertian belajar yang lain dikemukakan oleh Sabri (2005: 20) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman dan pelatihan. Cronbach (1954: 45) menyatakan bahwa learning is shown by a change in behavior as result of experience (proses belajar terlihat pada perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman),
begitu pula menurut Slameto (2010: 2) belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
23
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang atas hasil dari pengalaman
yang
telah
dialaminya.
Nana
Sudjana
(2005:
2)
mangungkapkan belajar mengajar sebagai suatu proses yang mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan. Yaitu tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman belajar-mengajardan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini:
Tujuan instruksional (a) Pengalaman belajar (proses belajar-mengajar)
(b) Hasil belajar (c)
Diagram 2.1 Hubungan antara tujuan, proses, dan hasil belajar Garis (a) merupakan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar, garis (b) hubungan antara pengalaman belajar dan hasil belajar, dan garis (c) adalah hubungan antara tujuan instruksional dengan hasil belajar, jadi melalui diagram diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penilaiandinyatakan oleh garis (c) yaitu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan instruksional telah dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar setelah menempuh pengalaman belajarnya(proses belajar-mengajar). Sedangkan garis (b) merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Belajar mengajar pada dasarnya adalah kegiatan yang berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang dan bagaimana mengubah tingkah laku seseorang. Dalam kegiatan tersebut ternyata ada beberapa unsur yang dapat dibedakan yaitu tujuan, pengalaman belajar dan hasil belajar. Tiap-tiap unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain, tidak
24
akan ada hasil belajar apabila pengalaman belajar dan tujuan instruksional tidak terdapat didalamnya, begitu pula sebaliknya. b.
Pengertian Hasil Belajar Gagne (Prayitno, 2007: 8) mengatakan bahwa hasil belajar adalah dicapainya sejumlah kemampuan setelah mengikuti proses belajar mengajar, yaitu ketrampilan intelektual (pengetahuan), strategi kognitif (memecahkan masalah), informasi verbal (mendeskripsikan sesuatu), ketrampilan motorik, sikap dan nilai. Dimyati dan Mudjiono (1999: 34) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan
mental
yang
lebih
baik
bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah yaitu kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik. Hasil belajar dapat dikategorikan menjadi tiga bidang, yaitu bidang kognitif,
afektif,
dan psikomotorik. Tabrani Ruysin (Herlina,
2008: 24) ”hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia melakukan proses belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru”. Sudjana (2011: 22) Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajar disekolah maupun di lingkungannya yang dinilai oleh seorang guru. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek saja namun hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik dan berbeda-beda hasilnya pada tiap siswa karena kemampuan mereka berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Benyamin Bloom membagi klasifikasi hasil belajar secara garis besar menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, sistesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
25
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisani, dan internalisasi. 3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan tujuan klasifikasi belajar dari Benyamin Bloom tersebut. Tujuan ini tidak hanya menilai pada pengetahuan yang diperoleh siswa, tetapi juga menilai pada sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa, sehingga siswa tidak hanya pandai dalam pengetahuan saja tetapi juga terampil. Hasil belajar yang didapat siswa merupakan perpaduan dari hasil yang didapatkan pada ketiga ranah tersebut. Hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui berbagai cara, salah satunya adalah penilaian evaluasi. Oemar Hamalik (2008: 159) evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengukuran pengumpulan dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (2005: 2) menjelaskan tentang kegiatan penilaian yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar).
Jadi
evaluasi
merupakan
kegiatan
pengukuran
pengumpulan dan informasi, pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar dan sejauh apa tujuan-tujuan instruksional telah dicapai dan dikuasai siswa setelah mengalami pengalaman belajarnya, tujuan dari evaluasi yang dilakukan oleh guru yaitu seberapa dalam materi dan tujuan yang telah dicapai juga
26
dikuasai oleh siswa terhadap sebuah materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru,
dan bagaimana guru mengadakan tindakan
selanjutnya pada siswa yang belum dapat menguasai atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh guru.
2.1.11 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Slameto
(2010:
54)
membagi
beberapa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar yaitu: a. Faktor Intern 1. Faktor jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan dan cacat tubuh 2. Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3. Faktor kelelahan b. Faktor Ekstern 1. Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. 2. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. 3. Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan hal-hal diatas, dapat dikaji bahwa banyak sekali faktorfaktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar. Faktor tersebut tidak hanya berasal dari fisik dan kondisi psikologis individu saja, namun juga faktor tersebut berasal dari lingkungan keluarga maupun lingkungan di luar (masyarakat dan sekolah).
27
2.1
Kajian Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Senti (2012) dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Paragraf siswa Kelas IVSD Negeri 161 Pekanbaru” menunjukkan pada siklus I pertemuan pertama sebesar 50, 0 % , pada pertemuan kedua siklus 1 dari 70, 0 % , pada siklus pertemuan pertama 2 dari 80 , 0 % dan pertemuan kedua pada siklus 2 dari 95, 0 %. Kemudian untuk kegiatan siswa dalam pertemuan pertama siklus I adalah 55, 5 % , pertemuan kedua siklus 1 dari 70, 0 % , pada siklus kedua pertemuan I 82, 5 % , dan pertemuan kedua dari siklus 2 dari 92 , 5 %. Adapun kemampuan untuk memahami paragraf yang UH I di 69, 46 dan naik menjadi 82, 43 pada UH II. Dari kesimpulan penelitian diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative tindakan Studi Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) untuk meningkatkan kemampuan untuk memahami paragraf siswa kelas IV SDN 161 Pekanbaru. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Kurnia Senti terlihat adanya peningkatan hasil belajar setelah menggunakan metode kooperatif tipe CIRC. Hasil penelitian yang kedua dilakukan oleh Ririn Andriyani (2009) dengan judul ”Penerapan Model PembelajaranCooperative Integrated Reading And Composition Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Pada Siswa Kelas V SD Negeri Dawungan I Sragen Tahun Pelajaran 2008/2009”menunjukkan nilai rata-rata keaktifan siswa meningkat dari nilai siklus I yang sebesar 32 menjadi 53 pada siklus II dan 70 pada siklus III. Nilai rata-rata kerja sama siswa dalam kelompok juga meningkat dari nilai siklus I yang sebesar 52, 47 menjadi 63, 13 pada siklus II dan 75 pada siklus III. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis ringkasan ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil ringkasan siswa. Nilai rata-rata hasil ringkasan siswa juga meningkat dari nilai siklus I yang sebesar 58 menjadi 67, 6 pada siklus II dan 78, 27 pada siklus III dan
28
telah mencapai batas nilai ketuntasan yang ditetapkan,
yaitu
65.Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dalam penelitian tindakan kelas,
dapat
disimpulkan bahwa
dengan diterapkannya
model
pembelajaran CIRC oleh peneliti dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia dalam kompetensi dasar meringkas isi buku yang dipilih sendiri dengan memperhatikan penggunaan ejaan pada siswa kelas V SD Negeri Dawungan I SragenTahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmatyas Reana Mardiningsih (2012) dengan judul”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Kemampuan Menemukan Kalimat Utama Dalam Paragraf” memperlihatkan hasil pada siklus I kemampuan siswa dalam menemukan kalimat utama paragraf sudah meningkat hal ini ditunjukkan pada peningkatan nilai yang diperoleh siswa ≥ 70 sebanyak 12 siswa atau 71% dengan nilai rata-rata 75, 53 dan nilai yang terendah adalah 60 sedangkan nilai tertingginya adalah 87, 5. Dengan demikian keberhasilan sesuai yang tertera dalam indi-kator kinerja pada rencana sebelumnya yaitu 80% siswa memperoleh nilai di atas KKM belum tercapai, sehingga pembelajaran akan dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II diketahui bahwa siswa yang mencapai nilai ≥70 meningkat sebanyak 17 siswa atau 100% dengan nilai rata-rata 85. Nilai terendah adalah 70 sedangkan nilai tertingginya adalah 97, 5. Disimpulkan bahwa penerapan model belajar CIRC pada pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan prestasi belajar siswakelas kelas IV SD Negeri 02 Paseban, beralamat di Desa Seban Lor,
semester genap yang
Kecamatan Jumapolo,
Kabupaten
Karanganyar. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan pembelajaran yang sangat cocok untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, dikarenakan pada pembelajaran CIRC ruang lingkup bahasa Indonesia dapat dipenuhi, misalnya pada poin membaca,
dalam pembelajarannya salah seorang
29
siswa dalam kelompok harus membacakan sebuah teks yang disediakan oleh guru kelas, pada poin mendengarkan selain siswa yang membacakan teks anggota kelompok tersebut mendengarkan teks yang telah dibacakan oleh temannya. Poin yang selanjutnya yaitu menulis, pada poin ini seluruh siswa dalam kelompok menuliskan pendapat mereka mengenai teks yang telah dibacakan tersebut, dan poin yang terakhir berbicara salah seorang kelompok
maju
kedepan
kelas
untuk
mengkomunikasikan
atau
mempresentasikan hasil kelompoknya. Dengan cara berkelompok ini, siswa yang tadinya tidak berani berpendapat manjadi berani berpendapat karena pendapatnya ditampung dalam kelompok dan akan disimpulkan dalam kelompok tersebut. Beberapa penelitian yang menggunakan model pembelajaran CIRC di sekolah terbukti menunjukkan hasil yang signifikan dalam pemerolehan hasil belajar siswa. Dengan temuan tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe CIRC pada pelajaran bahasa Indonesia untuk membuktikan bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.2
Kerangka Berpikir Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model CIRC pada mata pelajaran Bahasa Indonesia diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
karena dalam pembelajarannya siswa dapat belajar secara
kelompok dan saling berdiskusi dan menanggapi sebuah wacana/kliping yang diberikan oleh guru untuk dapat dikerjakan secara bersama-sama dan siswa juga dapat menyatukan pendapat mereka yang berupa tanggapan mengenai wacana yang telah disediakan oleh guru.Penjelasan mengenai materi yang merupakan ceramah dari guru hanya dapat didengarkan siswa saja dan tidak ada tanggapan darisiswa. Siswa cenderung monoton dalam kegiatan pembelajaran tersebut, karena bagi siswa tidak ada kegiatan yang menarik dari penjelasan dari guru yang berupa ceramah. Hal ini berakibat hasil belajar siswa akan rendah dan kurang optimal.
30
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model CIRC sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan
metode
CIRC
ini,
siswa
dapat
meningkatkan
keterampilannya dalam soal pemecahan masalah secara berkelompok yang nantinya mereka akan termotivasi pada hasil yang akan diperoleh.Siswa juga dapat memahami makna soal dengan mudah dan saling mengecek pekerjaan antara siswa yang satu dengan yang lain, dalam hal ini model pembelajaran CIRC membuat siswa menumbuhkan ketelitiannya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Peran guru dalam model CIRC tidak terlalu banyak,
karena siswa dapat belajar melalui
kelompoknya namun, bila mereka mengalami kesulitan maka guru dapat membantu dalam penyelesaian soal. Pembelajaran dengan menggunakan model ini, akan menjamin keterlibatan oleh seluruh siswa, karena mereka bisa mengungkapkan idenya,
mengembangkan pemikirannya untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan nantinya akan ditemukan sebuah solusi dari masalah tersebut dengan cara menyimpulkan pendapat dari masing-masing anggota kelompok. Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran yang menggunakan model CIRC ini diukur melalui tes (obyektif) dan non tes (unjuk kerja dalam hasil diskusi kelompok). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat digambarkan dalam kerangka berpikir seperti dibawah ini:
31
Siswa mengikuti pembelajaran dengan berkelompok secara heterogen
Penggunaan Model pembelajaran CIRC
Siswa lebih aktif karena mendapatkan tugas yang sama dalam kelompok dan saling mengutarakan pendapat
Siswa dapat lebih memahami materi karena belajar bersama teman sekelompok
Hasil belajar siswa meningkat
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir menggunakan Model CIRC
32
2.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1.
Diduga melalui Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 5 SD Kanisius Cungkup Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
2.
Diduga dengan penerapan Model pembelajaran tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 5 SD Kanisius Cungkup Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
2.5
Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan adalah tolak ukur keberhasilan dalam tindakan perbaikan yang telah ditetapkan,
sehingga akan memudahkan dalam
pengukuran tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Penelitian ini akan dikatatakan berhasil jika indikator keberhasilan dapat tercapai dengan patokan sebagai berikut: 1. Penelitian berhasil apabila pembelajaran tipe CIRC 80% telah di terapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas 5 SD Kanisius Cungkup Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Penelitian berhasil bila hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas 5 SD Kanisius Cungkup Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 memperoleh rata-rata nilai hasil sesuai dengan KKM yaitu 72 dan presentase siswa tuntas sebanyak 80%.