BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Bruner beranggapan bahwa belajar dengan menggunakan metode penemuan (discovery) memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk berusaha sendiri mencari
pemecahan
masalah
serta
pengetahuan
yang
menyertainya.
Anak yang belajar dengan metode penemuan, selalu memulai dengan memusatkan pada manipulasi material, kemudian anak menemukan keteraturan-keteraturan, selanjutnya anak mengaitkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Dan akhirnya anak dapat menemukan penyelesaian dari masalah yang diberikan dengan melakukan sendiri. Menurut Dienes (dalam Siti Hawa, 2011: 2-8), konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Menurut Gagne (dalam Siti Hawa, 2011: 3-3) tingkah laku manusia yang sangat berpariasi dan berbeda dihasilkan dari belajar. Kita dapat mengklasifikasikan tingkah laku sedemikian rupa sehingga dapat diambil implikasinya yang bermanfaat dalam proses belajar. Gagne mengemukakan bahwa ketrampilan-ketrampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan atau disebut juga kapabilitas. Menurut Van Hiele (dalam Siti Hawa, 2011: 4-9), kenaikan dari tingkat yang satu ketingkat berikutnya tergantung sedikit pada kedewasaan biologis atau perkembangannya, dan tergantung lebih banyak kepada akibat pembelajarannya. Guru memegang peranan penting dan istimewa untuk memperlancar kemajuan, terutama untuk memberi bimbingan mengenai pengharapan. Menurut Slameto (dalam Joko Sumarno, 2011: 46), perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dalam pengertian merupakan hasil belajar memiliki cirriciri : 1) perubahan terjadi secara sadar; 2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional; 3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; 4) perubahan dalam
6
7
belajar bukan bersifat sementara; 5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; dan 6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Menurut ( Slavin,1994) menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kolompoknya. 2.1.2 Hasil Belajar Matematika Secara garis besar pembelajaran Matematika harus mengacu pada standar kompetensi maupun kompetensi dasar Matematika. Standar kompetensi Matematika merupakan kompetensi Matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan siswa pada hasil belajarnya dalam pelajaran Matematika. (Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika buku 3, 2005:7). Dengan demikian hasil belajar matematika adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang siswa dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dasar matematika dari masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB. 2.1.3 Kelipatan Persekutuan Trekecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB). Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) syarat melakukan kegiatan permainan untuk topik kelipatan persekutuan terkecil (KPK) adalah anak harus sudah menguasai kelipatan bilangan. Contoh kegiatan untuk menentukan KPK dari bilangan 3 dan 4. Siapkan perangkat permainan dakon dengan dua warna manik-manik, misalnya warna merah untuk kelipatan 3, dan hijau untuk kelipatan 4. Anak diminta untuk memasukkan manik-manik merah kesetiap lubangan bilangan kelipatan 3 (yaitu 3,6,9,12,...), serta manik-manik hijau kesetiap lubangan bilangan kelipatan 4 (yaitu 4, 8, 12, 16, 20,...). Akan terlihat ada lubangan bilangan yang mendapat 2 manik-manik (yaitu 12, 24, 36,...). dengan tanya jawab, berikan informasi bahwa bilangan yang mendapat 2 manikmanik merupakan kelipatan persekutuan dari 3 dan 4, karena merupakan kelipatan 3 sekaligus kelipatan 4. Selanjutnya anak diminta untuk menutup lubang dakon bilangan yang merupakan kelipatan persekutuan tersebut dengan tutp yang sesuai. Akan terlihat bahwa 12 merupakan kelipatan persekutuan yang terkecil, sehingga dikatakan bahwa KPK dari 3 dan 4 adalah 12.
8
Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) Untuk melakukan kegiatan bagi topik faktor persekutuan terbesar (FPB), anak harus sudah menguasai faktor bilangan. Contoh kegiatan untuk menentukan FPB bilangan 8 dan 12. Siapkan perangkat permainan dakon dengan dua warna manik-manik. Buatlah kesepakatan dengan anak, misalnya hijau untuk faktor 8, dan merah untuk faktor 12. Seperti pada kegiatan menentukan faktor-faktor pembagi bilangan, mintalah anak untuk memasukkan manik-manik hijau ke lubang dakon bilangan yang merupakan faktor dari 8 (1, 2, 4, dan 8), dan memasukkan manik-manik coklat ke lubang dakon bilangan yang merupakan faktor 12 (yaitu 1, 2, 3, 4, 6, dan 12). Akan terlihat ada lubang dakon yang mendapat dua manik-manik (yaitu 1, 2, dan 4). Anak diberi informasi bahwa bilangan yang mendapat dua manik-manik disebut faktor p[ersekutuan 8 dan 12, karena merupakan faktor 8 sekaligus faktor 12. Mintalah anak menutup lubang yang merupakan faktor persekutuan tersebut dengan tutup yang sesuai. Tampak bahwa bilangan 4 merupakan faktor persekutuan terbesar, sehingga dapat diambil simpulan bahwa FPB dari 8 dan 12 adalah 4. 2.1.4 Strategi Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievmen Divisions (STAD) Strategi belajar kooperatif Student Teams Achievment Divisions (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin di Universitas John Hopkin (Slavin, 1995a) merupakan produk dari psikologi behavioristik. Lebih lanjut Slavin menyampaikan bahwa dalam menerapkan tehnik kooperatif Student Teams Achievment Divisions (STAD) aktivitas gurusiswa dalam pembelajaran meliputi 5 (lima) komponen utama, yaitu: (1) Presentasi kelas, (2) Pembentukan kelompok, (3) Pelaksanaan kuis, (4) Penentuan peningkatan skor individual, dan (5) Pemberian pengakuan atau penghargaan kepada kelompok. 2.1.5 Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievment Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif menggunakan sistem pengelompokan yang terdiri empat sampai enam orang yang mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, suku yang heterogen Wina Sanjaya (Ftriakha, 2011: 5). Pada proses pembelajarannya siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan dan memecahkan
9
masalah. Tugas kelompok dapat memacu para siswa untuk bekerja sama dalam mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Depdiknas (2005:14), model pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri antara lain: a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif. b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda. Maka diupayakan agar dalam tipa kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula. d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada peroranagan. Untuk penguasaan materi pelajaran setiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab secara bersama dengan cara berdiskusi, saling tukar pendapat, pengetahuan dan pengalaman. Kemampuan atau prestasi setiap anggota kelompok sangat menentukan hasil pencapaian belajar kelompok, untuk itu penguasaan materi pelajaran setiap siswa ditekankan dalam strategi pembelajaran kooperatif. Dengan model pembelajaran koopertif diharapkan siswa dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berfikir aktif selama proses belajar berlangsung. Menurut Depdiknas (2005:15) pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, paling tidak ada tiga tujuan yang hendak dicapai yaitu: a. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. b. Pengakuan adanya keragaman Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan susku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. c. Pengembangan ketrampilan sosial
10
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan siswa. Ketrampilan
sosial
yang
dimaksud
antara
lain:
berbagi
tugas,
aktif
bertanya,menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah pembelajaran
(Ismail
2003:21) yaitu: a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. b. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan. c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas e. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. f.
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya ayau hasil individu maupun kelompok. Bila diperhatikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif di atas
maka tampak bahwa proses demokratis dan peran aktif siswa di kelas lebih banyak selama pembelajaranya. Kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah siswa yang pandai merasa terbebani oleh temannya yang kurang pandai. Siswa yang pandai ini merasa memberikan kontribusi lebih banyak dalam nilai kelompok. Hal ini dapat diatasi dengan menginformasikan sistem penilaian kepada siswa lebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai.
11
Menurut Slavin (Ftriakha,2011:7) salah satu cara perhitungan dalam penerusan nilai perkembangan sebagai berikut: Langkah 1
: Menetapkan skor dasar Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor kuis sebelumnya
Langkah 2
: Menentukan skor kuis terkini Siswa memperoleh skor dari kuis yang berkaitan dengan materi terkini
Langkah 3
: Menghitung skor perkembangan Setiap siswa memperoleh poin peningkatan individu yang besarnya dihitung dari selisih skor sekarang dan skor
dasar poin
tersebut ditentukan dengan menggunakan skala berikut: Tabel 1 Kriteria Poin Perkembangan Kriteria Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar
Nilai Perkembangan 5 poin
10 poin hingga 1 poin dibawah skor dasar
10 poin
Skor dasar hingga 10 poin di atas skor dasar
20 poin
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar
30 poin
Pekerjaan sempurna tanpa memperhatikan skor dasar
30 poin
Sumber: (slavin, 1995:80) Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievmens Divisions (STAD) Sebuah tim dalam STAD merupakan sebuah kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja, suku, dan jenis kelamin Mohamad Nur (dalam Fitriakha, 2011:7), Menurut Nur (2005:20) STAD terdiri dari lima komponrn utama yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individu dan penghargaan tim.
12
a. Presentasi Kelas Presentasi ini paling sering menggunakan pengajara langsung atau ceramah yang dilakukan oleh guru namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau penemuan kelompok (Mohamad Nur, 2005:20). Pada kegiatan ini siswa harus sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas karena dengan begitu akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik. Dan skor kuis ysng mereka peroleh akan menentukan skor tim nya. b. Kerja Tim Dalam setiap kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang heterogen berdasarkan prestasi belajar, jenis kelamin dan suku. Setelah guru mempresentasikan materi, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari materi yang sudah diberikan dengan menggunakan lembar kerja. Pada tahap kerja kelompok ini siswa secara bersama mendiskusikan masalah dan membantu antar anggota dalam kelompoknya. Kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat kesalahan. c. Kuis Sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar dapat diketahui dengan diadakannya kuis oleh guru mengenai materi yang dibahas. Dalam mengerjakan kuis ini siswa harus bekerja secara individu sekalipun skor yang ia peroleh nanti dapat digunakan untuk menentukan skor bersama bagi tiap kelompok. d. Skor Perbaikan Individu Skor yang diperoleh setiap anggota dalam kuis akan berkontribusi pada kelompok mereka, dan didasarkan pada sejauh mana skor mereka telah meningkat dibandingkan dengan skor rata-rata awal yang telah mereka capai sebelumnya Isjoni dkk (dalam Fitriakha 2011:9). Berdasarkan skor awal setiap individu ditentukan skor peningkatan atau perkembangan. Rata-rata skor peningkatan dari tiap individu suatu kelompok akan digunakan untuk menentukan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi.
13
e. Penghargaan Tim Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata yang didapat melampaui kriteria tertentu. Penghargaan yang diperoleh menunjukkan keberhasilan setiap kelompok dalam menjalin kerjasama antar anggota kelompok. Penghargaan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan lain atas usaha dan kerja keras yang dilakukan kelompok. Menurut Mohamad Nur (dalam Fitriakha 2011:9) ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat adalah sebagai berikut: Tabel 2 Krtiteria Penghargaan Kelompok Kriteria( rata-rata tim)
Penghargaan
15
TIM BAIK
20
TIM HEBAT
25
TIM SUPER Sumber: (Mohamad Nur, 2005:36)
2.1.5.1 Penerapan
Student Teams Achievment Divisions (STAD) dalam
pembelajaran Matematika Penerapan model Student Teams Achievment Divisions (STAD) terdiri atas siklus pembelajaran yang membawa siswa pada suasana kerja sama yang diharapkan. Siklus kegiatan pembelajaran tersebut adalah: 1. Mengajar: menyajikan pembelajaran, 2. Belajar dalam tim: siswa bekerja dalam tim dengan dipandu oleh lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pelajaran, 3. Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individu (misalnya tes esai atau kinerja),
14
4. Penghargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, laporan berkala kelas. Papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasilmencetak skor tinggi. Untuk memudahkan penerapannya, guru perlu membaca tugas-tugas yang harus dikerjakan tim, antara lain: (1) Meminta anggota tim bekerja sama mengatur meja dan kursi, serta memberikan siswa kesempatan sekitar 10 menit untuk memilih nama tim mereka atau ditentukan menurut kesesuaian, (2) Membagikan lembar kerja siswa, (3) Menganjurkan kepada siswa pada tiap-tiap tim bekerja berpasangan (dua atau tiga pasangan dalam satu kelompok), (4) Memberikan penekanan kepada siswa bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk sekadar diisi dan dikumpulkan. Karena itu penting bagi siswa diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka pada saat mereka belajar, (5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka, tidak hanya mencocokkan jawaban mereka dengan lembar kunci jawaban tersebut, (6) Apabila siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman atau satu timnya sebelum menanyakan kepada guru, (7) Pada saat siswa bekerja dalam tim, guru berkeliling dalam kelas sambil memberikan pujian kepada tim yang bekerja baik dan secara bergantian guru duduk bersama tim untuk memperhatikan bagaimana anggota-anggota tim itu bekerja, (8) Memberikan penekanan kepada siswa bahwa mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan belajar sampai dapat menjawab dengan benar soal-soal kuis yang ditanyakan. Dengan memahami dan mengetahui model pembelajaran cooperative learning model Student Teams Achievment Divisions (STAD) ini, maka guru akan dapat merubah paradigma mengajar dari konvensional kepada model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
15
2.2 Kajian hasil-hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Tintin Prihatiningsih pada tahun 2006 (dalam Fitriakha, 2011:13) tentang “ Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran kooperative tipe STAD pada pokok bahasan Bilangan Bulat Kelas VII SMPN 5 Depok Jogyakarta”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Student Teams Achievment Divisions (STAD) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sony Irianto (2006) tentang” Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievment Division) dan TGT (Teams Game Tournaments) Terhadap Prestasi Belajar Matematik Ditinjau dari Kreativitas Siswa SMP di Purwokerto”. Analisis data menunjukkan hasil: 1) tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan pembelajaran konvensional, 2) tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kreatifitas, 3) tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, pembelajaran konvensional, dantingkat kreatifitas. Berdasarkan hasil dua penelitian ini mendukung penelitian yang akan dilakukan tentang peningkatan hasil belajar Matematika KPK dan FPB melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievment Divisions (STAD) bagi siswa kelas IV SDN Puri 01 Pati tahun 2011-2012, karena Pembelajaran dengan mengunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen yang diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin (dalam nur,2000:26) menyatakan bahwa STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu
16
Dari tinjauan pembelajaran model Student Teams Achievment Divisions (STAD) menunjukan bahwa pembelajaran model Student Teams Achievment Divisions (STAD) merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase-fase pembelajaran model Student Teams Achievment Divisions (STAD), yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok. 2.3 Kerangka Pikir upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar dikelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama proses pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa masih rendah dalam mempelajari materi KPK dan FPB. Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari materi KPK dan FPB dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penerapan model pembelajaran Student Teams Achievment Divisions (STAD) lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievment Divisions (STAD) ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi KPK dan FPB Kelas IV SDN Puri 01 Pati. Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka penelitian tindakan Kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:
17
Kadaan Awal
Tindakan
●Model Pembelajaran masih berorientasi pada guru sehingga siswa kurang aktif selama kegiatan pembelajaran akibatnya prestasi belajar siswa masih rendah
Evaluasi Awal
●Penjelasan tentang penerapan model pembelajaran tipe STAD ●Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ●Refleksi dari hasil siklus mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Evaluasi Efek
Hasil Akhir
●Peningkatan keak fan belajar siswa dilihat dari aktivitas belajar selama kegiatan belajar mengajar berlangsung (proses belajar) ●Peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari hasil belejar siswa.
Evaluasi Akhir
Gambar 1. Kerangka penelitian tindakan kelas 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, dan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan. Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah: Melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievment Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang KPK dan FPB bagi siswa kelas IV SD Puri 01 Kecamatan Pati Kabupaten Pati semester I / 2011-2012.