BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Penelitian Sebelumnya (State of Art) State of art membahas mengenai persamaan dan perbedaan yang ada dalam penelitian
sebelumnya. Di mana persamaan dan perbedaan akan dilihat dari objek yang diteliti, serta metode penelitiannya. Dalam state of art ini, peneliti menyediakan lima jurnal yang terdiri dari empat jurnal kualitatif dan satu jurnal kuantitatif. Dua diantaranya merupakan jurnal nasional ditambah tiga jurnal internasional.
No
1.
Nama
Sumber &
Judul
Metodologi
Hasil Penelitian
Peneliti
Tahun
Puspokumo,
Binus
Peranan
Kualitatif
Hasil penelitian
Aryanti.
Business
Management
ini adalah
(2011)
Review
Public
menjelaskan
Vol.2 No.1
Relations
tentang
Mei 2011 :
Dalam
bagaimana peran
202-205
Mempertahan
public relations
kan Citra
dalam
Perusahaan
mempertahankan
Jasa
citra perusahaan
Perhotelan :
melalui jasa
Studi
perhotelan yang
Kualitatif
dikelola oleh
Pada Re-
Hotel Mandarin
opening Hotel
Oriental Jakarta.
Mandarin Oriental Jakarta
1
2.
Meyliana;
ComTech
Pengaruh I-
Kuantitatif
Antonius
Vol.4 No. 2
Branding
bahwa promosi
E.W, Henry; Desember
Pada Website
melalui internet
W. Santoso,
2013: 1320-
Binus
mempunyai
Stephen
1330
University
pengaruh penting
(2013)
Bahan referensi
dalam membentuk loyalitas pelanggan.
3.
Nahla
Journal Of
Motivations
Kualitatif
Hasil penelitian
Osama
Tourism:
Of Young
ini adalah acara
Nassar dan
Vol. 4(1),
Volunteers In
khusus yang telah
Nashwa
Spring
Special Events
terbukti
Mohamed
2009, 145-
(Tourismos:
memberikan
Talaat
152).
An
manfaat bagi
International
masyarakat dan
Mulidisciplina
relawan muda.ini
ry
adalah yang memotivasi generasi muda menjadi relawan dalam acara-acara khusus, sebabnya mereka lebih suka berada dalam kontak langsung dengan orangorang selama acara dan tidak hanya berpartisipasi 2
dalam pekerjaan manajerial. Perbedaan jurnal penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu jurnal penelitian tersebut lebih membahas tentang motivasi dari para relawan muda dalam event dan di dalam event tersebut relawan muda mempelajari fakta-fakta baru tentang kehidupan, dan belajar dalam membantu orang lain dan membentuk jiwa sosial di diri masing-masing. Sedangkan penelitian ini membahas tentang bagaimana kinerja strategi PR dalam event 3
management perusahaan, bagaimana kontribusi PR dan tugas PR untuk publikasi dan kesuksesan terlaksananya event tersebut
4.
Yorgo
by Journal
Public
Kualitatif
Jurnal ini
Pasadeos
of Public
Relations as a
menyajikan
Relations
Maturing
penelitian yang
Research
Discipline: An
membangun teori
Update on
PR dengan
Research
memeriksa
Networks
pemahaman kita tentang mengapa organisasi berlatih PR seperti yang mereka lakukan dan dengan mempelajari caracara untuk melakukan hubungan masyarakat secara lebih efektif. Hal
4
ini juga memberikan kritik ilmiah dari praktik public relations, dan membantu untuk mengembangkan sejarah, etika, dan filsafat PR. Yang membedakan dengan penelitian ini adalah di penelitian ini membahas lingkup strategi PR dalam suatu program yaitu dalam program event managementdi perusahaan, sedangkan jurnal ini membahas tentang lingkup PR secara detil dan menyeluruh mulai dari teori, praktik, peran, dan sebagainya.
5
5.
Tariszka-
(European
Organizationa Kualitatif
Perwakilan dari
Semegine,
Scientific
l Internal
teori organisasi
Eva
Journal,
Communicati
sudah berurusan
Vol.8, No
on As A
dengan
15,
Means Of
pertanyaan
November
Improving
tentang organisasi
2010)
Efficiency
komunikasi. Namun ada belum ada perbedaan dari fitur lain dari organisasi (ukuran, struktur, pembagian kerja, fungsi efisien, teori kepemimpinan). Saat itu adalah prasyarat menuju staf bahkan dalam posisi yang paling sederhana untuk memiliki tingkat tertentu keterampilan komunikasi. Hal ini dianggap sebagai lebih penting dengan para manajer. organisasi telah mengakui 6
bahwa tingkat komunikasi dalam organisasi menentukan efisiensi
2.2
organisasi. Perhatian telah berubah ke arah studi berbagai bidang
Landa san Konse ptual
komunikasi organisasi.
2.2.1
Sebagian besar studi berurusan
Komu
dengan efek pada
nikasi
kinerja ditentukan oleh seberapa baik staf disediakan dengan informasi, dan tingkat kepuasan dengan arah komunikasi (horisontal, vertikal).
K ata komun ikasi atau comm unicati on dalam bahasa
Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common) (Mulyana, 2007). Harold Lasswell dalam buku Deddy Mulyana yang berjudul “Ilmu Komunikasi”, dengan cara yang baik menggambarkan komunikasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut” “Who Says What In Wich Channel To Whom With What Effect?” (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?). Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat 7
diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantungan satu sama lain, yaitu: sumber (source), pesan (message), saluran atau media (channel), penerima (receiver), dan efek (effect) (Mulyana, 2007). David K. Berlo dalam buku Deddy Mulyana yang berjudul “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” menjelaskan komunikasi dengan menggunakan model SMRC, yaitu (source), pesan (message), saluran atau media (channel), penerima (receiver). Sumber adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat. Saluran adalah medium yang membawa pesan. Penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi (Mulyana, 2007). Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana, dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan. (Hermawan, 2012). Komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk memahami satu sama lain. Walupun komunikasi kita dapat menjadi ambigu satu tujuan utamanya adalah pemahaman. Kegiatan sehari-hari kita diselubungi oleh percakapan-percakapan kita dengan orang lain. Oleh karena itu komunukasi efektif sering kali dikorbankan Selama bertahun-tahun buku-buku panduan menyatakan bahwa komunikasi adalah obat mujarab bagi semua permasalahan sosial. Memang benar, bahwa kemampuan sosial berkomunikasi dengan efektif sangat dihargai di Amerika Serikat. Bahkan, banyak perusahaan telah menyadari pentingnya komunikasi. Industri kesehatan, misalnya semakin menyadari pentingnya komunikasi dalam bidang tersebut. Dalam hubungan dokter dengan pasien contohnya. Athena du Pre (2005) mengamati bahwa komunikasi sangatlah penting dalam proses penyembuhan pasien, dalam kemampuan untuk menahan rasa sakit, dalam pengelolaan stres, dan dalam memastikan bahwa para pasien benar-benar mengikuti nasihat-nasihat medis yang diberikan. Kegagalan dalam komunikasi dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi sebuah organisasi. The National Safety Management Society melaporkan bahwa keamanan kerja 8
bergantung pada kemampuan para karyawan dan pihak manajemen untuk berkomunikasi dengan jelas dan menghindari jargon apabila dimungkinkan. Setiap manusia di dalam melakukan segala aktifitas, membutuhkan adanya tindakan komunikasi agar dapat saling berinteraksi antar manusia satu dengan manusia yang lainnya. (Morissan, 2010) Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting, namun juga kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lainnya, baik yang sudah dikenal maupun tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu para praktisi humas harus memberikan perhatian yang seksama terhadap komunikasi, khususnya teori komunikasi. Kata komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin commuis yang berarti “sama”. Communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama communis paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “kita berbagi pikiran,” “kita mendiskusikan makna,” dan “kita mengirimkan pesan” (Mulyana, 2008) Sebagai siswa ilmu komunikasi, anda diposisikan untuk menentukan potensi diri dalam melakukan komunikasi efektif. Untuk dapat melakukannya, anda tentu saja harus memiliki pemahaman dasar akan proses komunikasi dan bagaimana teori komunikasi berfungsi dalam hidup anda. Kita biasanya dituntut untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan banyak orang yang berbeda-beda dalam sehari-hari: guru, pemuka agama, orang-orang penjualan anggota keluarga, teman, montir, dan dokter. Kesempatan-kesempatan untuk berkomunikasi mengisi hidup kita setiap harinya. Tetapi, kita perlu memahami mengapa dan bagaimana percakapan-percakapan kita dengan orang lain dapat terjadi. Misalnya, mengapa dua orang yang sedang menjalin hubungan merasakan kebutuhan yang terus-menerus akan kebersamaan dan kebebasan? Mengapa beberapa wanita merasa tidak diindahkan atau direndahkan dalam percakapan mereka dengan pria? Mengapa bahasa sering kali memengaruhi pemikiran orang lain? Bagaimana media memengaruhi perilaku orang? Pertanyaan-pertanyaan ini masih banyak
9
lagi, adalah merupakan akar dari alasan mengapa teori komunikasi sangat penting dalam masyarakat kita, dan sangat penting untuk dipahami.
2.2.2
Mendefinisikan Komunikasi Komunikasi dalam organisasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat dan
pemahaman atas informasi dari suatu unit (pengirim) ke unit yang lain (penerima) tidak hanya vital dalam perumusan tujuan organisasi, tetapi juga merupakan peralatan dan sarana penting melalui kegiatan organisasi. Komunikasi adalah satu usaha praktek dalam mempersatukan pendapat-pendapat, ide-ide, persamaan pengertian dan persatuan kelompok. Aktifitas komunikasi memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Apabila kajian komunikasi dihubungkan dengan organisasi timbul suatu kajian tentang komunikasi organisasi. Organisasi merupakan salah konteks penting dalam komunikasi. Schramm menguraikannya sebagai berikut: “Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006).
Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm tampak lebih cenderung mengarah pada sejauhmana keefektifan proses berbagi antarpelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audience)nya. Menurutnya, sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai. Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komponen10
komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain (Suprapto, 2006). Sebelum melangkah lebih jauh kedalam diskusi mengnai proses komunikasi, kita perlu mendefinisikan apa yang kita sebut sebagai komunikasi. Mendefinisikan komunikasi merupakan hal yang menantang. Katherine Miller (2005) menggaris bawahi hal ini dengan menyatakan bahwa “terdapat begitu banyak konseptualisasi mengenai komunikasi, dan konseptualisasi ini telah mengalami banyak perubahan dalam tahun-tahun terakhir ini”. Komunikasi merupakan proses penyampaian simbol-simbol yang diartikan sama antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan massa. (Kennedy & Soemanagara, 2006) 2.2.3
Jenis Komunikasi Terdapat banyak pendapat dari berbagai ahli mengenai jenis komunikasi. Jenis
komunikasi yang paling dasar terbagi menjadi 2 yaitu (Hardjana, 2007) :
a. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tertulis. Komunikasi ini paling banyak digunakan dalam hubungan antar manusia.
b. Komunikasi Non-Verbal Jenis komunikasi ini merupakan komunikasi yang tidak menggunakan tulisan ataupun lisan melainkan menggunakan bahasa tubuh atau gerakan-gerakan tubuh. Seperti menggelengkan kepala untuk menunjukkan ketidak setujuan, menganggukan kepala untuk menunjukan rasa setuju.
2.2.4
Tujuan Komunikasi Menurut (Rosmawaty, 2010) yang mengatakan ada empat tujuan komunikasi, yaitu: 11
1. Menginformasikan (To Inform) Melalui komunikasi verbal ataupun non verbal seseorang dapat menginformasikan sebuah informasi penting yang bertujuan diketahui oleh si penerima pesan. 2.
Membujuk (Persuasive) Komunikasi memiliki kekuatan unutk membujuk, menarik, mengajak si penerima pesan untuk masuk berada dalam lingkaran komunikasi tersebut.
3.
Argumentatif Didalam komunikasi antar pribadi memiliki tujuan lain, yaitu untuk dapat berargumentasi terhadap sesuatu. Misalnya memberikan sebuah pendapat mengenai sesuatu hal.
4. Menghibur (To Entertain) Komunikasi memiliki tujuan sebagai penghibur dalam menyampaikan sebuah informasi sehingga sipenerima pesan dapat merasa terhibur.
Kita harus menyadari bahwa terdapat berlusin-lusin definisi komunikasi akibat dari komplek dan kayanya disiplin ilmu komunikasi. Mari kita bayangkan bahwa kita mengambil kelas mengenai komunikasi dari dua profesor yang berbeda. Masing-masing profesor akan memiliki gaya mereka sendiri dalam menyampaikan materi, dan siswa dalam kelas-kelas tersebut masing-masing akan memiliki pendekatan yang unik terhadap teori komunikasi. Hasilnya adalah pendekatan-pendekatan yang mengesankan dan unik dalam pembelajaran mengenai satu topik yang sama. Keunikan ini memegang peranan penting dalam mendefinisikan komunikasi. Para ahli cenderung melihat fenomena manusia melalui sudut pandang mereka sendiri. Bahkan, terkadang mereka menciptakan batasan-batasan ketika berusaha menjelaskan suatu fenomena kepada orang lain. Ahli dalam bidang komunikasi akan menggunakan pendekatan yang berbeda dalam menginterpretasikan komunikasi karena nilai-nilai yang mereka miliki juga berbeda. Ketika anda membaca buku ini, cobalah untuk menyusun sendiri definisi komunikasi berikut ini agar kita memiliki pandangan yang sama: Komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu 12
menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Sebelum kita mendiskusikan definisi ini lebih lanjut kita perlu memperjelas bahwa pandangan kita akan komunikasi juga mencakup komunikasi tatap muka maupun komunikasi dengan menggunakan media. Dengan demikian mari kita mendefinisikan lima istilah kunci dalam perspektif kita ini: sosial, proses, simbol, makna dan lingkungan. Pertama-tama sepenuhnya diyakini bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial. Ketika menginterpretasikan komunikasi secara sosial, maksud yang disampaikan adalah komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Keduanya memainkan peranan yang penting dalam proses komunikasi. Ketika komunikasi dipandang secara sosial, komunikasi selalu melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan berbagai niat, motivasi, dan kemampuan. Kemudian, ketika membicarakan komunikasi sebagai proses, hal ini berarti komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah. Melalui pandangan mengenai komunikasi ini, kami ingin menekankan bahwa menciptakan suatu makna adalah sesuatu yang dinamis. Oleh karena itu, komunikasi tidak memiliki awal dan akhir yang jelas. Selain itu, karena komunikasi merupakan proses, banyak sekali yang dapat terjadi dari awal hingga akhir dari sebuah pembicaraan. Orang-orang dapat memiliki sikap yang sama sekali berbeda ketika sebuah diskusi dimulai. Hal ini dapat menjelaskan konflik sering terjadi di antara teman sekamar, pasangan suami istri, dan saudara. Walaupun suaru percakapan dimulai dengan bahasa yang kaku dan tidak fleksibel, konflik tersebut dapat saja diselesaikan melalui kompromi. Semua hal terjadi dalam hitungan menit saja. 2.2.5
Model Proses Komunikasi Ada dua model dalam proses komunikasi : 1. Model Makro Proses Komunikasi
Model makro komunikasi dengan 9 elemen. Dua elemen merepresentasikan pihak utama dalam komunikasi pengirim (sender) dan penerima (reciever). Dua elemen lainnya merepresentasikan alat komunikasi utama pesan (message) dan media. Empat elemen merepresentasikan fungsi 13
utama komunikasi utama penyandian (encoding), pengartian (decoding), respon (response), dan umpan balik (feed back). Elemen terakhir dalam sistem adalah gangguan (noise).
Gambar 2.1 Model Makro Proses Komunikasi Sumber : (Kotler & Keller, Manajemen Pemasaran, 2013) 2. Model Mikro Proses Komunikasi Model mikro komunikasi pemasaran berkonsentrasi pada respons spesifik konsumen terhadap komunikasi.ada 4 model hierarki respons klasik. Semua model ini mengasumsikan bahwa pembeli melewati tahap kognitif, afekif, dan perilaku.
Gambar 2.2 Model Mikro Proses Komunikasi Sumber : (Kotler & Keller, Manajemen Pemasaran, 2013) Dari definisi-definisi di atas peneliti menyimpulkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau ide dari komunikator ke komunikan maupun ke kelompok tertentu secara verbal maupun non verbal yang bertujuan untuk menginformasikan, mengajak, menghibur dan penyampaian pendapat/gagasan. Dalam melakukan komunikasi ada 4 hambatan yang terjadi hambatan dalam proses penyampaian, hambatan secara fisik, hambatan semantik dan hambatan psiko-sosial. 14
Satu elemen yang penting bagi model komunikasi interkasional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan. Umpan balik dapat berupa verbal atau nonverbal, sengaja maupun tidak sengaja. Umpan balik juga membantu para komunikator untuk mengetahui apakah pesan mereka telah tersampaikan atau tidak dan sejauh mana pencapaian makna terjadi. Dalam model interaksional, umpan balik terjadi setelah pesan diterima, tidak pada saat pesan sedang dikirim.
2.2.6
Hambatan Komunikasi Dalam komunikasi, pada saat penyampaian pesan dari komunikator ke
komunikan sering terjadi tidak terjadi penyampaian pesan yang dikehendaki, malah yang timbul adalah kesalahpahaman atau sering disebut dengan miscommunication.
R. Kreitner, seorang pakar manajemen Amerika Serikat, dalam bukunya berjudul management, dalam buku (Ruslan, 2014) menerangkan ada empat macam hambatan yang dapat menganggu dalam sistem komunikasi, yakni : 1. Hambatan dalam Proses Penyampaian (Process Barriers) Hambatan di sini bisa datang dari pihak komunikatornya (send barrier) yang mendapat kesulitan dalam menyampaikan pesan-pesannya, tidak menguasai materi pesan dan belum memiliki kemampuan sebagai komunikator yang handal. Hambatan juga berasal dari penerima pesan (receiver barrier) karena sulitnya komunikan dalam memahami pesan itu dengan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat penguasaan bahasa, pendidikan, intelektual dan sebagainya yang terdapat pada diri komunikan. Kegagalan komunikasi dapat pula terjadi dikarenakan faktor-faktor feed back-nya (hasil tidak tercapai), medium barrier (media atau alat dipergunakan kurang tepat) dan decoding barrier (hambatan untuk memahami pesan secara tepat). 2. Hambatan Secara Fisik (Physical Barries) Sarana fisik dapat menghambat komunikasi yang efektif, misalnya pendengaran kurang tajam dan gangguan pada sistem pengeras suara (sound system) yang sering terjadi dalam suatu ruangan kuliah/seminar/pertemuan. Hal ini dapat 15
membuat pesan-pesan itu tidak efektif sampai dengan tepat kepada komunikannya. 3. Hambatan Semantik (Semantik Barriers) Hambatan segi semantik, yaitu adanya perbedaan pengertian dan pemahaman antara pemberi pesan dan penerima tentang satu bahasa atau lambang. Mungkin saja bahasa yang disampaikan terlaluui teknis dan formal, sehingga menyulitkan pihak komunikan yang tingkat pengetahuan dan pemahaman bahasa teknisnya kurang atau sebaliknya, tingkat pengetahuan dan pemahaman bahasa teknis komunikator yang kurang. 4. Hambatan Psiko-Sosial ( Psyhosocial Barriers) Hambatan adanya perbedaan yang cukup lebar dalam aspek kebudayaan, adat istiadat,
kebiasaan,
persepsi
dan
nilai-nilai
yang
dianut
sehingga
kecenderungan, kebutuhan serta harapan-harapan kedua belah pihak yang berkomunikasi juga berbeda.
2.2.7
Model Komunikasi A. Model Linear Menurut Carl I. Hovland dalam buku Pengantar Public Relations (2011) oleh Keith Butterick, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi ini menunjukan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat dan sikap publik yang dalam kehidupan sosial memainkan peranan yang amat penting. Bahkan, dalam definisi khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Menurut Hovland, komunikasi untuk mengubah perilaku itulah yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi. Yakni masalah bagaimana caranya seseorang atau sejumlah orang berperilaku tertentu, melakukan kegiatan-kegiatan tertentu atau melakukan tindakan tertentu. Kemudian, untuk memahami pengertian komunikasi yang lain, Harold D. Lasswell dalam karyanya The Structure and Function of Communication Society
16
mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab Who, Says What, In Which Channel, Whom dan What Effect. Paradigma Lasswell diatas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan, yakni : a) Who : communication, source, sender b) Says What : message c) In Which Channel : channel. Media d) To whom : communication, communicate, receiver, recipient) e) Effect : effect, impact, influence
Kelima
unsur
komunikasi
yang
dikemukakan
oleh
Lasswell
tersebut
direpresentasikan dalam bentuk model komunikasi linier seperti gambar berikut :
Gambar 2.3 Model Komunikasi Lasswel
Komponen komunikasi yang berkolerasi secara fungsional pada paradigma Lasswell itu merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan paradigma Lasswel tersebut, komunikasi didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui suatu media yang menimbulkan efek. Model Lasswel bersifat linear (satu arah) karena lebih menekankan efek dan tidak ada Feedback (umpan balik). Efek menurut Donal K. Chaffe mengatakan bahwa ada tiga efek yang terjadi setelah individu diterpa suatu pesan, yaitu : 17
1
Efek kognitif terjadi perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan.
2
Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak.
3
Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku setelah diterpa pesan.
2.3 Public Relations Menurut Danny Griswold, pubic relations adalah suatu fungsi manajemen yang menilai sikap publik, menunjukkan kebijaksanaan dan prosedur dari seorang individu atau sebuah lebaga atas dasar kepentingan publik, merencanakan, dan menjalankan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan dapat diterima dengan baik oleh publik (Daanadjaja, 2011). Sementara menurut Scott M, Cutlip, Aleen H, Center dan Glen M. Broom dalam bukunya “Effective Public Relations” definisi public relations, yaitu fungsi manajemen yang menilai sikap-sikap publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan publik (Adrianto, 2006). Public relations atau biasa disebut PR sebagai suatu bidang pekerjaan yang berkembang tanpa batasan. Dan dihargai selama lebih dari tiga dekade. Kini public relations menjadi salah satu industri yang berkembang pesat yang ditandai dengan kenyataan-kenyataan berikut: 1. Amerika Serikat, berdasarkan Bureau of Labor Statistic (Kantor Statistik Buruh AS), Public Relations merupakan bisnis bernilai multimiliar-dolar yang dilakukan oleh hampir 200.000 profesional. Lebih lanjut, kantor tersebut menempatkan
Public
Relation
sebagai
salah
satu
industri
yang
perkembangannya paling cepat, dengan peningkatan hampir 47% di tahun 2005.
18
2. Pada tahun 1999, Council of Public Relations Firm melakukan studi untuk Memperkirakan biaya aktivitas komunikasi di lebih dari 500 perusahaan. Hubungan langsung ditemukan antara biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk Public Relations dan banyaknya informasi yang diterima masyarakat. 3. Hampir 200 lembaga pendidikan di Amerika Serikat dan banyak lagi di dunia Menawarkan mata kuliah Public Relations untuk program sarjana. Banyak juga lembaga pendidikan yang menawarkan kursus Public Relations.
MarcomX sendiri adalah sebuah perusahaan PR Consultant yang dimana filosofi nama MarcomX sendiri adalah diambil dari nama MalcomX yang merupakan suatu gerakan pembebasan buruh-buruh di Amerika untuk dapat hidup layak. Dalam setiap pengerjaannya MarcomX memiliki hubungan yang sangat baik dengan media dibanding PR Consultant lainnya, hal tersebut didasari oleh keramah-tamahannya serta hubungan yang baik yang sudah tercipta sejak dulu. Selain itu, perusahaan juga harus memilki kemampuan komunikasi yang baik dalam setiap kegiatan pada perusahaannya. Semakin baik kemampuan perusahaan tersebut dalam berkomunikasi maka semakin mudah juga nantinya perusahaan tersebut mencitrakan perusahaannya sehingga apa yang dimaksudkan akan mudah dipahami oleh masyarakat. Pada buku Sistem Komunikasi Indonesia, komunikasi sendiri dijelaskan sebagai “proses hal dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah perilaku” (Everett M.Rogers, 2012) . Dari sekian tugas yang diemban oleh seorang public relations, tujuan yang ingin dicapai dalam bidang public relations adalah komunikasi internal dan eksternal. 1) Komunikasi internal (personil/anggota institusi) a. Memberikan informasi sebanyak dan sejelas mungkin mengenai institusi. b. Menciptakan kesadaran anggota/personil mengenai peran institusi dalam Masyarakat. c. Menyediakan sarana untuk memperoleh umpan balik dari anggotanya.
19
2) Komunikasi eksternal (masyarakat) a. Informasi yang benar dan wajar mengenai institusi. b. Kesadaran mengenai peran institusi dalam tata kehidupan umumnya. c. Motivasi untuk menyampaikan citra baik.
Teori PENCILS atau yang biasa disebut juga dengan public relations mix adalah sebuah strategi public relations dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan sesuai pada jalurnya dan didalam konsep ini memiliki komponenkomponen yang saling berhubungan dalam praktek kerja public relations. komponen utama dari peran public relations adalah sebagai berikut:
1) Publications Setiap fungsi dan tugas public relations adalah menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk diketahui oleh publik. Dalam hal ini, tugas PR adalah menciptakan berita untuk mencari publisitas melalui
kerjasama
dengan
pihak
pers/wartawan
dengan
tujuan
menguntungkan citra lembaga atau organisasi yang diwakilinya. 2) Event Merancang sebuah event yang bertujuan untuk memperkenalkan produk dan layanan perusahaan, mendekatkan diri ke public dan lebih jauh lagi dapat memengaruhi opini publik. 3) News (menciptakan berita) Berupaya menciptakan berita melalui press release, news letter, bulletin, dan lain-lain. Untuk itulah seorang PR harus mempunyai kemampuan-kemampuan menulis untuk menciptakan publisitas. 4) Community Involvement Keterlibatan tugas sehari-hari seorang Public Relaions adalah mengadakan kontak sosial dengan kelompok masyarakat tertentu guna menjaga hubungan baik (community relations and humanity relations) dengan pihak organisasi atau lembaga yang diwakilinya. 20
5) Inform or image Ada dua fungsi utama dari Public Relations, yaitu memberikan informasi kepada publik atau menarik perhatian, sehingga diharapkan dapat memperoleh tanggapan berupa citra positif. 6) Lobbying and negotiation Keterampilan untuk melobi melalui pendekatan pribadi dan kemampuan bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang PR. Tujuan lobi adalah untuk mencapai kesepakatan (deal) atau memperoleh dukungan dari individu dan lembaga yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. 7) Social Responsibility (tanggung jawab sosial) Memiliki tanggung jawab sosial dalam aktivitas Public Relations terhadap masyarakat. Hal ini akan meningkatkan citra perusahaan di mata publik. Saat ini banyak perusahaan menjadikan kegiatan sosial sebagai aktivitas yang harus dilakukan. Bentuknya beragam seperti peduli banjir, memberikan beasiswa, santunan anak yatim, pengobatan gratis, dan masih banyak kegiatan lainnya.
Menurut H. Fayol (2010) beberapa sasaran kegiatan public relations adalah sebagai berikut. 1) Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity and image). a. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif b. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak. 2) Menghadapi krisis (facing of crisis).
21
Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis dan public relations recovery of image yang bertugas memperbaiki lost of image and damage. 3) Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes) a. Mempromosikan hal-hal yang menyangkut kepentingan publik. 2.4
Event Event adalah sebuah tipe lain dalam promosi yang dalam tahun-tahun belakangan ini
sering digunakan dalam pemasaran. Event adalah tipe promosi yang sering digunakan perusahaan atau menghubungkan sebuah merek pada suatu acara atau sebuah pesta yang tematik yang mana dikembangkan dengan tujuan untuk menciptakan suatu pengalaman bagi konsumen dan mempromosikan suatu produk atau jasa tersebut. (Beleh, Advertising and Promotion, 2009). Event yang biasa kita tahu dengan sebutan acara, adalah sebuah kegiatan yang dilakukan sebuah perusahaan, lembaga, atau organisasi diluar dari waktu yang ditentukan. Biasanya event dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Event yang diadakan tidak hanya berupa event yang kaku dan membosankan. Jaman sekarang banyak event yang dilakukan dengan berbagai konsep dan juga tujuan. Berikut beberapa jenis event berdasarkan tujuannya (McCartney, 2010) : a.
Sports: 1. Kompetisi antar partisipan baik dalam organisasi maupun luar. Dan bisa dilakukan dimana saja 2. Partisipannya bisa amatir ataupun professional 3. Tingginya keterlibatan stakeholder seperti, partisipan, penonton, sponsor, media dan pemerintahan
b. Cultural 1. Berbagai festival yang berkaitan dengan agama budaya dan tradisi local 2. Diselenggarakan di tempat-tempat yang bersejarah seperti museum, kota, desa, dan sebagainya c.
Arts 1. Konser dan performa yang biasanya untuk menampilkan lukisan internasional, kerajinan, gambar, patung, tarian, music, lagu. 2. Celebration events semacam ajang penghargaan dengan berfokus pada kesenian 22
d. Political 1. Acara diselenggarakan oleh Negara dan badan pemerintahan 2. Mempertunjukkan kekuatan militer Negara tersebut e.
MICE: Meetings, incentive travel, conventions and exhibitions
f.
Recreational 1. Acara olahraga yang berlangsung saat tamasya 2. Aktifitas sosial
g. Special 1. Product launching 2. Upacara pembukaan dan penutupan 3. Kontes kecantikan 4. Penggalangan dana dan acara kemanusiaan h. Private 1. Ulang tahun, pernikahan, perayaan, pesta dan berbagai macam acara operkumpulan social 2. Pemakaman dan acara berkabung nasional atau mengenang yang sudah tidak ada
2.5
Event Sebagai Media Komunikasi Johnny Allen (Abdullah, 2009) mendefinisikan event sebagai ritual istimewa,
pertunjukkan, penampilan, perayaan, yang pasti direncanakan dan dapat dibuat untuk acara khusus, atau untuk mencapai tujuan sosial, budaya atau tujuan bersama. (Noor, 2009) mendefinisikan event sebagai suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati hal-hal penting, baik secara individu atau kelompok. Berpijak pada kedua definisi diatas, peneliti mengartikan bahwa event merupakan sebuah kegiatan bisa berjuwud atraksi ritual keagamaan, tradisi, budaya, olahraga, dan lain sebagainya yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu dengan mendatangkan orang-orang ke suatu tempat agar mereka memperoleh informasi atau pengalaman penting serta tujuan lain yang diharapkan oleh penyelenggara. Banyak ahli yang menempatkan event sebagai media komunikasi. Pendapat ini misalnya merujuk pada Schmitt (2010) yang menempatkan event sebagai media komunikasi pemasaran 23
yang fokus pada pengalaman konsumen yang memberikan kesempatan kepada konsumen untuk berinteraksi secara langsung dengan perusahaan, merek, dan komunitas. (Sulaksana, 2007) yang menjelaskan bahwa event merupakan salah satu instrumen komunikasi below the line yang banyak digunakan perusahaan untuk memperkenalkan produk kepada khalayaknya. (Ruslan, 2007) menjelaskan bahwa event merupakan pengembangan aktivitas Public Relation sebagai salah satu media komunikasi untuk menarik perhatian dan liputan media pers dan umum terhadap lembaga atau produk tertentu yang ditampilkan. Event sebagai media komunikasi bagi sebuah kota dijelaskan oleh Getz (2008). Menurut Getz, melalui penyelenggaraan suatu event sebuah kota dapat mengkomunikasikan keunikan atau kekhasan yang dimiliki. Getz menjelaskan sebagai berikut: a. Event sebagai atraksi (attraction), sangat jelas dapat diungkapkan dimana kegiatan event merupakan atraksi/daya tarik tersendiri bagi seluruh destinasi. Atraksi adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat/dinikmati. b. Event sebagai pemberi citra destinasi (image maker); melalui kegiatan event sebuah destinasi dapat memasarkan dirinya untuk memberikan kesan dan pandangan terhadap destinasi yang ditawarkan. c. Event sebagai pendorong tumbuhnya atraksi wisata (animators of static attractions). Melalui kegiatan event dapat ditunjukkan segala bentuk straksi yang merupakan ajang krativitas dan kreativitas pelaku event. d. Event sebagai penggerak tumbuhnya pembangunan sektor lain (catalyst for other development). Melalui event, pertumbuhan sektor lain secara tidak langsung tumbuh untuk melengkapi kegiatan event yang dilaksanakan.
2.6
Perencanaan Event Event sebagai media ataupun kegiatan komunikasi tentu juga memerlukan sebuah
perencanaan yang nantinya akan mengarahkan demi tercapainya tujuan. Sebuah teori terkemuka tentang perencanaan dalam bidang komunikasi dikemukakan oleh Charles Berger. Berger menyebutkan bahwa, “Rencana-rencana dari perilaku komunikasi adalah representasi kognitif yang memberikan penduan untuk mencapai tujuan” (dalam Littlejohn & Foss, 2008) 24
Perencanaan sebuah kegiatan hendaknya perlu diketahui terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai. Ada beragam tipe perencanaan, Cangara (2013) membagi tipe perencanaan kegiatan komunikasi ke dalam dua tipe, yakni perencanaan strategi dan perencanaan operasional. Perencanaan strategis merupakan sebuah alat manajemen sebagai sebuah petunjuk yang dapat digunakan oleh organisasi dari kondisi saat ini untuk bekerja menuju lima samapai sepuluh tahun ke depan. Adapun perencanaan operasional ialah perencanaan yang memerlukan tindakan dalam bentuk aktivitas yang dirancang untuk mencapai tujuan. Terkait dengan perencanaan event management adalah proses dimana sebuah event direncanakan, disiapkan, dan diproduksi. Seperti bentuk manajemen lainnya, event management juga meliputi penilaian, pembatasan, perolehan, alokasi, pengarahan, pengendalian, dan analisis waktu, finansial, sumber daya manusia, produk, pelayanan, dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan. Pekerjaan event manager adalah mengawasi dan menyiapkan setiap aspek event, termasuk penelitian, perencanaan, organisasi, implementasi, pengendalian, dan mengevaluasi desain, tugas, dan produksi. Sebuah event memiliki beberapa konsep dasar yang harus diterapkan, konsep tersebut adalah 5 C Event Operation (Pudjiastuti, 2010), isi dari 5 C tersebut adalah a. Context Dalam pembuatan suatu event diperlukan sebuah maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena itu suatu event memerlukan isi dari event tersebut. Bukannya sembarangan membuat event, tetapi juga harus ada isinya, agar khalayak yang mengikuti event kita tahu tujuannya mereka ikut event. b. Content Pada bagian konten ini, sebuah event harus mempunyai design yang baik agar dapat menarik perhatian para khalayaknya. Bagaimana konten dari event mempengaruhi minat dari khalayak kita. c. Connection Di bagian ini, adalah hubungan dengan orang lain melalui event kita. Biasanya yang berhubungan dengan event itu antara lain adalah BUMN/BUMD, travel agent, corporate to corporate, dan sponsor.
25
d. Capital Dalam melaksanakan suatu event tentu saja perusahaan membutuhkan modal untuk menyukseskan event ini, karena jika tanpa modal event yang akan kita buat tidak akan berjalan dengan baik, karena untuk melaksanakan sebuah event diperlukan modal yang besar. Akan tetapi pada nantinya setelah event itu sukses, kita akan memperoleh keuntungan kita kembali. e.
Commitment Dalam melaksanakan sebuah event diperlukan komitmen dari masingmasing orang yang terlibat. Komitmen merupakan sikap dimana para orang yang terlibat ini bertanggung jawab terhadap pekerjaannya hingga event berakhir. Biasanya orang yang harus berkomitmen dalam pelaksanaan event adalah steering committee and organizing committee, event organizer/management, tim tetap maupun temporer, vendor and venue, pengisi acara, pihak investor event.
Proses dalam Event Management: 1. Research/Determine Expectation Menentukan harapan, yaitu dimana dalam melakukan sebuah event harus ada sesuatu yang diharapkan sebuah kegiatan yang akan dijalankan. 2. Design/Desing the Concept Dalam membuat kegiatan atau acra tertentu harus ada tema dan konsep yang akan membuat kegiatan tersebut menjadi diminati dan menarik bagi pengunjung atau undangan yang hadir. 3. Planning/Develop the Experience Mengembangkan pengalaman dalam membuat kegiatan atau acara selanjutnya. 4. Coordination/ Deliver the Dream Dalam membuat sebuah kegiatan, didalam kegiatan tersebut harus dapat memberikan mimpi yang akan dapat diwujudkan. 5. Evaluation: Describe the Result Memberikan kesimpulan akhir setelah dilaksanakannya sebuah kegiatan acata, untuk dimaksukan dalam kegiatan atau rencana acara yang berikutnya akan datang.
26
Hal yang tidak begitu berbeda juga dijelaskan oleh Christie & McAteer (2006) yang membagi perencanaan event ke dalam dua kategori, yakni “Event Business Plan” dan “Event Action Plan”. Christie & McAteer menyatakan bahwa setiap event yang diselenggarakan tidak untuk sekali penyelenggaraan semestinya memiliki “Business Plan” yang berisikan rencana strategis untuk proyeksi tida atau lima tahun kedepan. Sedangkan, “Event Action Plan” adalah sebuah perencanaan operasional atau “a live management tool” yang menjelaskan tentang detaildetai kegiatan. Setelah penetapan jangka waktu perencanaan strategis, selanjutnya pengkajian ulang atas visi dan misi organisasi dan analisis perkembangan dan kecenderungan faktor-faktor eksternal dan internal, serta peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi. Tahapan selanjutnya adalah merumuskan indikator keberhasilan. Setelah itu, organisasi dapat menetapkan sasaran jangka panjang, serta strategi dan program kerja jangka panjang. Program kerja ini nantinya dijabarkan lebih lanjut menjadi rencana kerja tahunan. Kerangka kerja ini bukan sesuatu yang linier melainkan sesuatu yang lebih bersifat analitis dan pembelajaran bersama. Perencanaan strategi ini kemudian menjadi dasar pijakan dalam membuat perencanaan operasional penyelenggaraan event. Abdullah (2009) menyatakan bahwa dalam perencanaan event, hal yang penting dan paling mendasar adalah harus mengandung unsur “5W+1H” (what, when, where, why, who, dan how) yakni apa nama dan maksud diadakan event, kapan dan dimana akan diadakan, mengapa diadakan, siapa yang terlibat dan dituju, dan bagaimana menyelenggarakannya. Terkait dengan percakapan penyelenggaraan event, Noor (2009) menyatakan bahwa langkah paling awal dalam perencanaan adalah membuat daftar draft rencana event, yaitu mengumpulkan sebanyak mungkin ide yang yang masuk dan mengidentifikasi isu utamanya. Selanjutnya ide ini didiskusikan dan disusun secara sistematis oleh panitia penyelenggara event untuk mendapat masukan dari beberapa penasihat. Setelah mendapatkan sebuah ide untuk dikembangkan dan dilaksanakan, tahap awal perencanaan adalah melakukan riset, yaitu pendekatan terhadap lingkungan penyelenggara kegiatan dan pencarian informasi. Dalam penyelenggaraan sebuah event perlu dipertimbangkan tentang kelayakan dari penyelenggaraan event tersebut. Sehingga untuk menghindari kerugian sekecil mungkin bagi pihak yang terkait.
27
Jika memang terdapat kerugain atupun kesalahan, itu akan menjadi bahan evaluasi dalam menyelenggarakan event berikutnya.
Model perencanaan event yang lain adalah model event management “Event-E” yang diajukan oleh Olivier Thomas, dkk. (2008). Model Event-E ini terdiri dari 4 tahap, yakni: 1) Event Strategy Beberapa kegiatan dalam fase ini antara lain: evaluasi event sebelumnya analisa situasi, penentuan tujuan utama dan sasaran. Tujuan dan sasaran yang telah disepakati selanjutnya menjadi dasar menentukan strategi dan target audiencenya. 2) Event Planning Fase ini berhubungan dengan penyusunan konsep event, periode kegiatan, mengecek budget yang tersedia, aktivitas pembukaan tim, di mana lokasi diselenggarakan, siapa yang akan menjadi pengisi acara, monitoring kinerja, dan sebagainya. 3) Event Realization Melaksanakan rencana-rencana yang dibuat dalam praktik penyelenggaraan event. Koordinasi dengan partisipan dan menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi di lapangan. 4) Event Controlling Kontrol dilakukan di setiap fase dan setiap saat, dari saat perencanaan hingga saat berlangsungnya event. Termasuk dalam hal ini adalah monitoring perkembangan di setiap progres yang di lakukan. Selain itu, juga kontrol terhadap pemakaian keuangan.
Mengacu pada kedua model perencanaan event management tersebut, peneliti melihat bahwa secara substansial kedua model event management tersebut tidak begitu berbeda. Apa yang disebut sebagai event strategy dalam model perencanaan event Thomas masuk ke dalam fase research dalam model perencanaan event Goldbatt. Fase event planning pada model 28
perencaan event Thomas sejalan dengan fase design dan planning pada perencaan Goldbatt, event realizations sejurus dengan coordinations, serta event controlling kongruen dengan fase evaluations. Berpijak pada kondisi tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa setiap penyelenggaraan event – sebagai kegiatan komunikasi – umumnya melalui proses riset dan analisa situasi, merumuskan desain acara, perumusan rencana strategi dan operasional, pelaksanaan, dan di akhiri dengan proses evaluasi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan model perencanaan event Goldbatt sebagai pisau analisis utama untuk membedah bagaimana perencanaan penyelenggaraan event “Potret Mahakarya Indonesia Dji Sam Soe”.
2.7
Citra
Definisi citra dalam konteks humas citra diartikan sebagai "kesan, gambaran, atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan) atas sosok keberadaan berbagai kebijakan personil personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi atau perusaahaan.”
Menurut Frank Jefkins dalam buku Komunikasi dan Public Relations (Nurjaman dan Umam, 2012) terdapat beberapa jenis citra (image), diantaranya yaitu: 1. Mirror Image (Citra Bayangan). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggotaanggota organisasi – biasanya adalah pemimpinnya – mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar. Dalam situasi yang biasa, sering muncul fantasi semua orang menyukai kita. 2. Current Image (Citra yang Berlaku). Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya.
29
3. Multiple Image (Citra Majemuk). Yaitu adanyaimage yang bermacam-macam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita. 4. Corporate Image (Citra Perusahaan). Apa yang dimaksud dengan citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. 5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan). Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya. 2.7.1
Jenis-Jenis citra (Image) Dari pengertian Image di atas, dapat diuraikan lebih detail mengenai jenis-jenis Image.
Menurut Frank Jefkins (Soemirat dan Ardianto, 2008) dalam bukunya Public Relations Technique mengemukakan jenis-jenis Image sebagai berikut : 1. The Mirror Image (cerminan citra) yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya. 2. The Current Image (citra masih hangat) yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut informasi dan pemahaman publik eksternal. 3. The Wish Image (citra yang diinginkan) yaitu manajemen menginginkan pencapaian prestasi tetentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh informasi secara lengkap. 4. The Multiple Image (citra yang berlapis) yaitu sejumlah individu atau perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan.
30
Dari uraian di atas, penulis dapat menjelaskan bahwa ada 4 jenis Imageyaitu mirror image, current image, wish image, dan multiple image. Mirror image adalah suatu citra yang terbentuk berasal dari dugaan dan juga merupakan suatu keyakinan yang diterapkan sebuah perusahaan.Current Image adalah citra yang timbul berdasarkan pengalaman yang dirasakan publik. Wish Image adalah harapan yang diinginkan perusahaan terhadap citra yang ditimbulkan perusahaan. Multiple Image adalah citra yang dibentuk perusahaan namun belum tentu sesuai dengan keadaan sebenarnya. Proses ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus atau rangsangan yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsangan ditolak, maka proses selanjutnya tidak akan berjalan. Hal ini menunjukan bahwa rangsangan tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak adanya perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsangan itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan. Begitu pula dengan Public Relations dalam hubungannya dengan publik, haruslah senantiasa mengorganisasi pesan agar stimulus yang ada pada pubilk akan diterima dengan baik dalam hal ini mencapai citra yang baik.
31
2.8 Kerangka Pemikiran
Komunikasi
Citra
Public Relations
Event
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibuat oleh penulis dengan judul Analisa penelitian “Strategi PR PT MarcomX dalam melakukan branding. (studi kasus: event “Potret Mahakarya” 234 Dji Sam Soe)” ini merujuk kepada suatu strategi PR yang telah lama dan terus dikembangkan oleh MarcomX sehingga strategi tersebut dapat dengan mudah diterima oleh klien. Adapun Landasan konseptual yang penulis gunakan untuk meneiliti skripsi ini adalah Komunikasi, public relations, event, dan citra untuk metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penulis menggunakan dua cara dalam memperoleh data yaitu data primer yang dimana hal tersebut melakukan observasi, wawancara pada narasumber, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder penulis menggunakannya melalui literatur, buku, dan data perusahaan. Untuk pembahasan penulis membahas strategi PR melalui Event (research, design, planning, coordination, evaluation).
32