BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan kepribadian erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku yang telah dihasilkan dan ingin mengetahui hasil perolehannya dalam suatu pendidikan dikenal dengan istilah hasil belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Nana Sudjana (1990:22) mengartikan hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Ada tiga hasil belajar yaitu ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita- cita Beberapa uraian tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya. 2.1.2 Belajar Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya R. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Syaiful B. Djamarah (2002) mengungkapkan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku, yang pada prinsipnya individu yang belajar atau mengikuti pembelajaran memperoleh sesuatu yang baru. 5
6
2.1.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka diperlukan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, antara lain: 1. Faktor intern Faktor intern adalah faktor faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan a. Faktor jasmaniah yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologis meliputi tujuh faktor yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan c. Faktor kelelahan yang terdiri dari kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 2. Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya dari luar diri siswa, yaitu pengalaman- pengalaman, keadaan sekolah, dan lingkungan sekitar. Menurut Slameto (1995:60) Faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat. a. Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga. b. Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relsi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c. Faktor masyarakat Masyarakat merupkan faktor yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadan siswa dalam masyarakat. Faktor tersebut meliputi kegitan siswa dalam masyarakat, mass medi, teman bergaul, dn bentuk kehidupan msyarakat. Faktor-faktor
yang
NanaSudjana(1989) dalam:
mempengaruhi
hasil
belajar
siswa
menurut
7
a. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara lain ialah kemampuan yang dimilikinya, minat, motivasi serta faktor-faktor lainnya. b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berada di luar individu diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah faktor yang terdapat dalam diri individu siswa tersebut (minat, motivasi, strategi belajar) dan faktor yang terdapat di luar individu (lingkungan keluarga, kualitas pembelajaran dari sekolah, serta perilaku sosial di masyarakat). Hasil belajar adalah Hasil belajar yang diperoleh siswa dari usaha semaksimal mungkin.(Sastrapraja 1978: 390). Hasil belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes hasil belajar. Soetjepto (2004: 8) mengemukakan tentang tes hasil belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkapkan keberhasilan seseorang dalam belajar. Benjamin S Bloom (2003) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu: 1. Ranah Kognitif yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual. 2. Ranah Efektif yang berkaitan dengan sikap. 3. Ranahpsikomotorik yang berkenaan dengan ketrampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh atau dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengaja dalam kurun waktu tertentu yang bentuk kongkritnya adala skor atau nilai. 2.2
Hakekat IPA. Beberapa konsep dalam IPA datang dari pengalaman atau pengamatan langsung;
hal ini sering disebut sebagai konsep konkrit. Sebagai contoh, seorang anak dapat secara langsung mengamati siklus hidup kupu-kupu. Tidak ada urutan logika atau langkah pengetahuan yang dalam dibutuhkan untuk mengerti perubahan siklus kupu-kupu yang menarik tersebut dari telur hingga menjadi dewasa. Anak juga dapat melihat bahwa kumbang juga memiliki perubahan siklus kehidupan yang serupa. Dalam hal ini anak dapat menyimpulkan bahwa semua insekta memiliki tahap larva dan pupa. Konsep sains yang lain di samping melakukan pengalaman langsung juga membutuhkan pemikiran yang abstrak. Sebagai contoh adalah peristiwa tenggelam / terapung. Seseorang dapat mengamati bahwa beberapa benda terapung dan yang lainnya
8
tenggelam ketika dimasukkan ke dalam air. Kesimpulan yang pasti tentang tenggelam dan terapung dapat dituliskan pada tingkat yang konkrit. Sebagai contoh, logam tenggelam, kayu terapung. Tetapi kesimpulan ini jelas dapat membuat pemahaman anak keliru. Sebagai contoh, beberapa jenis kayu tenggelam, cangkir logam terapung, kapal terapung. Konsep tenggelam/terapung membutuhkan pemikiran abstrak yang membahas tentang kerapatan (berat per satuan volume) dari objek terhadap kerapatan cairan. Tidak semua anak Sekolah Dasar mampu memahami tenggelam/terapung dengan cara ini. Ilmu Pengetahuan Alam pada hakikatnya adalah untuk menjawab pertanyaan “apakah sebenarnya sains itu?” Sains merupakan pengetahuan yang telah diuji kebenarannya secara empiris melalui metode ilmiah. Proses menyelidiki pengetahuan dengan metode ini menentukan apakah pengetahuan itu ilmiah atau tidak. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan ciri khusus yang dapat dijadikan identitas dari sains (Agus Suyudi, 2003: 28).IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakekat IPA. Secara rinci hakekat IPA menurut Bridgman (Lestari 2002; 7) adalah sebagai berikut: a.
Kualitas ; pada dasarnya konsep konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka angka.
b.
Observasi dan eksperimen ; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep konsep IPA secara tepat dan dapat diuli kebenarannya.
c.
Prediksi (ramalan ) merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA, bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan.
d.
Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
e.
Progersif dan komunikatif, artinya IPA itu selalu berkembang kea rah yang lebih sempurna dan penemuan penemuan yang ada merupakan kelaanjutan dari penemuan sebelumnya.
f.
Universal; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
9
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA merupakan bagian dari IPA, dimana konsep konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil ( produk ). 2.2.1 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk siswa sekolah dasar adalah (Howe & Jones, 1993: 17): a.
Mengembangkan dan mempertahankan keingintahuan tentang dunia/alam di sekitar mereka
b.
Observasi dan eksplorasi lingkungan di sekitar mereka dan mengorganisir pengalaman mereka
c.
Mengembangkan keterampilan teknik dan intelektual yang dibutuhkan untuk belajar lebih jauh lagi tentang sains.
d.
Membangun dasar pengalaman untuk memahami konsep penting dalam sains.
e.
Menghubungkan apa yang mereka pelajari di sekolah dengan kehidupan mereka sendiri. Sedangkan menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya b.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
c.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
d.
Mengembangkan
keterampilan
proses
untuk
menyelidiki
alam
sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan e.
Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
f.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
10
g.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.3 Pendekatan Kontekstual. Dewasa ini telah berkembang berbagai macam pendekatan dalam pembelajaran. Guru diharapkan memiliki wawasan yang luas tentang berbagai macam pendekatan pembelajaran serta bias menggunakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan akan dicapai dan karakteristik bahan pembelajaran yang dipelajari salah satunya adalah pembelajaran kontekstual. Menurut Yasa,Doantara (2008) Pembelajaran kontekstual adalah konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari hari dengan melibatkan komponen utama pembelajaran efektif. Menurut Ahbad Azhar ( 2009 ) peranan pendekatan kontekstual pada IPA adalah : 1. Pendekatan Kontekstual adalah pendekatan yang digunakan pada proses belajar mengajar dimana materi kegiatannya berhubungan erat dengan pengalaman nyata siswa di luar sekolah. 2. Peranan pendekatan kontekstual pada dasarnya perpaduan antara berbagai macam pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA yang telah ada sebelumnya; yaitu meningkatkan motivasi siswa dan membantu guru dalam mengaitkan isi atau meteri pelajaran IPA dengan keadaan dunia nyata pada proses pembelajaran. 3. Pendekatan kontekstual adalah pengembangan dari cara atau metode pembelajaran yang telah ada. 2.3.1 Langkah langkah Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Langkah-lamgkah Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual menurut Yasadoantara yang dikutip oleh Friendly ( 2008 ) yaitu: 1. Pemilihan pendahuluan terhadap prinsip dan pengertian konsep yang akan dipelajari. 2. Pemilihan bahan dari masalah atau tugas yang akan dipeljari. 3. Mempersiapkan alat alat peraga yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
11
4. Memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan dan pengumpulan data dan pengolahan data yang diperoleh. 5. Membantu siswa dengan informasi yang diperlukan untuk kelangsungan kegiatan siswa dalam pembelajaran. 6. Membimbing siswa menganalisis sendiri dengan pertanyaan, pengarahan. 7. Memberihadiah atau pujian pada siswa yang telah ikut aktif dalam proses pembelajaran. 2.4 Kajian Hasil Hasil Penelitian yang Relevan. Berdasarkan dari hasil analisis terhadap nilai ulangan harian dan nilai ulangan semester gasal (I) tahun 2011, siswa kelas V SD Negeri Sidorejo 01 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang pada mata pelajaran IPA belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 63. Pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diperoleh nilai terendah 45 dan tertinggi 80 serta nilai rata rata 58. Dari uraian tersebut penulis ingin melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) semester genap dengan judul:” Upaya meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas V SD Negeri Sidorejo 01 Kecamatan Gringsing dengan pendekatan kontekstual. 2.5
Kerangka Pikir Keberhasilan proses pembelajaran juga didukung oleh proses pembelajaran yang
tepat, sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi siswa secara keseluruhan, selain didukung oleh kemampuan siswa itu sendiri. Berdasarkan teori tahap perkembangan berpikir manusia yang disampaikan oleh Piaget, anak usia SD berada di tahap operasional konkret sehingga berdampak terhadap cara penyampaian secara kontektual untuk mempermudah anak dalam memahami suatu materi tertentu. Proses pembelajaran yang baik dapat membuat pengajaran lebih menarik sehingga menumbuhkan pemahaman dan prestasi belajar siswa yang pada giliranya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontektual merupakan salah satu cara agar siswa lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran. Sehingga setelah selesai penelitian ini dapat diduga hasil belajar peserta didik akan lebih meningkat dibanding dengan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan konvesional, pada pembelajaran sebelumnya. Berikut gambar kerangka
12
berpikir dengan menggunakan pendekatan kontektual dala penelitian PTK serta diduga dapat tercapai tujuan yang diinginkan. Kondisi awal
Guru dalam pembelajaran belum menggunakan pendekatan kontekstual
Tindakan
Guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
Kondisi Akhir
Penggunaan pendekatan konseptual dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang cahaya dan penglihatan saling berhubungan bagi siswa kelas V
Hasil belajar IPA siswa kelas V rendah
Siklus I dalam pembelajaran guru menggunakan pendekatan kontekstual hasil belajar meningkat
Siklus II dalam pembelajaran guru menggunakan pen dekatan kontekstual hasil belajar lebih meningkat.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesa Tindakan. Berdasarkan kajian teori dan kerangka piker,maka peneliti mangharapkan hipotesa tindakan sebagai berikut: “Melalui pendekatan kontesktual dapat meningkatkan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajara IPA kelas V SD Negeri Sidorejo 01”