BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut science. Telah mempengaruhi sebagian besar kehidupan manusia. Setiap warga masyarakat baik langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan masalah science. Berkaitan
hal tersebut di atas maka IPA dapat didefinisikan
1) Sekumpulan
pengetahuan yang telah disusun. 2) Ilmu pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan , yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan induksi. 3) IPA adalah pengetahuan tentang fakta-fakta dan hukumhukum yang didasarkan atsa pengamatan dan disusun dalam suatu sistem yang teratur. 4) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun seccara sistematik yang didalam penggunaannya secara umum terlintas pada gejala-gejala alam. Sesuai yang dikatakan depdiknas (Depdiknas, 2006:47), bahwa: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. 2.1.1.2 Tujuan IPA IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat
6
7 SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.( depdiknas, 2006 ). Sehingga Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip
dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan
masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. 2.1.1.3 Ruang Lingkup IPA Ruang Lingkup bahan pembelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Sehingga pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
8 mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sehingga Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. 2.1.2. Metode Demonstrasi 2.1.2.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode Demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau nara sumber lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode Demonstrasi berkaitan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang harus dilakukan
diantaranya : a) Proses mengatur sesuatu, b) Proses mengerjakan dan
menggunakannya, c) Membandingkan suatu cara dengan cara lain untuk mendapatkan kebenaran. 2.1.2.2 Karakteristik Metode Demonstrasi Metode Demonstrasi adalah metode yang memiliki kekhasan tersendiri yaitu . Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki atau dikuasai peserta didik. Mengkonkritkan informasi atau penjelasan. Mengembangkan kemampuan pengamatan dan penglihatan peserta didik secara bersama-sama. Karakteristik metode Demonstrasi adalah: a) Mempertunjukkan objek yang sebenarnya, b) Ada proses peniruan, c) Ada alat bantu yang digunakan, d) Memerlukan tempat strategis yang memungkinkan seluruh siswa aktif, e) Dapat guru atau siswa yang melakukannya 2.1.2.3 Keunggulan Metode Demonstrasi Beberapa alasan misalnya suatu pelajaran yang menuntut diperagakan,kemudian tipe-tipe peserta didik visual, auditif dan motorik, memudahkan mengajarkan suatu cara atau prosedur, sebagai kelanjutan / pelengkap dari metode ceramah dan diskusi menjadi keunggulan Metode Demonstrasi. Sehingga kelebihan metode Demonstrasi yaitu :
9 1) Membuat pelajaran menjadi lebih jelas, konkrit, tidak verbalisme, sehingga mudah dipahami peserta didik. 2) Proses pengajaran akan lebih menarik 3) Memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dan mencoba sendiri . 2.1.2.4 Kelemahan Metode Demonstrasi Walaupun banyak keunggulan, namun Metode Demonstrasi juga punya keterbatasan- keterbatasan tertentu yang menjadi kelemahan Metode Demonstrasi diantaranya : 1. Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu. 2. Memerlukan keterampilan guru secara khusus 3. Memerlukan waktu yang banyak. 4. Memerlukan perancangan atau persiapan yang matang. 2.1.2.5 Langkah-langkah Metode Demonstrasi Rustiyah N.K (2008:3) mengemukakan, langkah-langkah pembelajaran Metode Demonstrasi adalah : 1. Menyusun rumusan tujuan instruksional 2. Mempersiapkan teknik dengan tepat sesuai dengan tujuan yang dirumuskan 3. Mempersiapkan bahan-bahan dan alat yang akan digunakan 4. Mempersiapkan garis besar langkah –langkah yang akan dilakukan 5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya selama demonstrasi berlangsung 6. Mengevaluasi hasil demonstrasi Sejalan dengan langkah-langkah di atas, prosedur pelaksanaan metode demonstrasi adalah: 1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran 2. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan 3. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa 4. Penguatan (diskusi,tanya jawab dan atau latihan ) terhadap hasil demonstrasi 5. Kesimpulan. (H.Udin S. Winata Putra dkk,2008)
10 Dari beberapa pendapat para pakar pendidikan dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah salah satu metode mengajar dengan mempertunjukan secara langsung kegiatan dan cara melakukan suatu proses dengan prosedur yang telah dirancang sedemikian rupa dengan harapan mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan peserta didik serta mengkonkritkan informasi sehingga pembelajaran lebih jelas, nyata,bermakna dan terhindar dari verbalisme. 2.1.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa ( LKS ) merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat (Azhar, 1993 : 78). Lembar kerja siswa ( LKS ) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar. Dalam lembar kerja siswa (LKS) siswa akan mendapatkan uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan Dengan menggunakan LKS dalam pengajaran akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung jawab penuh dalam memantau siswa dalam proses belajar mengajar. Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Tim Instruktur Pemantapan Kerja Guru (PKG), menyatakan secara tegas salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan LKS. 2.1.3.1 Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut tim instruktur PKG , tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain: 1.Sebagai alternatif guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu. 2.Dapat mempercepat proses belajar mengajar dan hemat waktu mengajar. 3.Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas karena siswa dapat menggunakan alat bantu secara bergantian.
11 2.1.3.2 Tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Azhar mengatakan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat bertujuan untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses berpikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa (1993 : 78). Lembar Kerja Siswa (LKS) mempunyai fungsi sebagai urutan kerja yang diberikan dalam kegiatan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler terhadap pemahaman materi yang telah diberikan. Menurut tim instruktur PKG , tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain: 1. Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari Lembar Kerja Siswa (LKS) tersebut. 2.1.4 Hasil Belajar 2.1.4.1 Pengertian Belajar Gagne dalam Dimiyati dan Mudjiono (2006:10) mengemukakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Menurut Sunaryo Kartadinata, dkk (2002:47) belajar merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar yang sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan. Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:13) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai latihan dan pengalaman. Pengertian ini memuat unsur penting dalam belajar yaitu belajar sebagai perubahan tingkah laku dan perubahan yang terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Sedangkan Hintzman dalam Muhibbin Syah (2001:90) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam organism (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah laku organism tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat pakar yang berkait dengan pendidikan , dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu yang relatif tetap sebagai hasil latihan dan pengalaman yang dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan. 2.1.4.2 Prinsip Belajar
12 Prinsip belajar merupakan ketentuan yang harus dijadikan pegangan dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006:42), prinsip-prinsip belajar
meliputi:
1)
perhatian
dan
motivasi,
2)
keaktifan,
3)
keterlibatan
langsung/pengalaman, 4) pengulangan, 5) tantangan, 6) balikan dan penguatan, 7) perbedaan individual. Menurut Slameto (2003: 27-28), ada empat prinsip dalam belajar yaitu: (1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, (2) Sesuai hakikat belajar, (3) Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari, (4) Syarat keberhasilan belajar. Sedangkan menurut Paul Suparno dalam Sardiman (2007:38) mengemukakan ada lima prinsip belajar. Kelima prinsip tersebut adalah: (1)Belajar berarti mencari makna, (2) kontruksi makna adalah proses yang terus menerus, (3) belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru, (4) hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya, dan (5) hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar yaitu: 1) motivasi yang berkaitan dengan suatu tujuan, 2) perhatian dalam menghadapi situasi problematik, 3) keaktifan yang meliputi aktivitas mental dan emosional, 4) umpan balik dan penguatan pada proses pembelajaran, dan 5) perbedaan individual, meliputi: pengalaman, minat, bakat, kebiasaan belajar, tipe belajar, dan sebagainya. 2.1.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Belajar sebagai suatu proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak faktor. Slameto (2004: 54) faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor internal terdiri dari (1) faktor jasmani, (2) faktor psikologis, (3) faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari faktor keluarga, (2) faktor sekolah, dan (3) faktor masyarakat. 2.1.4.4 Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku baik berupa pengetahuan keterampilan atau sikap sebagai hasil dari proses belajar. Dalam pedoman pelaksanaan kurikulum sekolah dasar disebutkan bahwa pencapaian hasil belajar adalah informasi tentang
13 pengetahuan sikap dan perilaku serta ketrampilan yang dicapai oleh siswa setelah berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar selama kurun waktu tertentu. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas tentang belajar dapat disimpulkan sebagai berikut: Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan untuk mengadakan perubahan perilaku berupa nilai sikap, pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan yang relatif menetap dan membekas sebagai hasil pengalaman atau latihan. Pengalaman atau latihan dapat berupa mendengar, melihat, dan berbuat atau melakukan sesuatu 2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain yang releven dengan penelitian tindakan kelas ini diantaranya sebagai berikut : Laporan Penelitian oleh Sugeno dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Konsep Listrik Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi Siswa Kelas VI SD Negeri Surodadi Gringsing Kabupaten Batang Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012 .Hasil penelitian membuktikan bahwa upaya penggunaan metode demonstrasi terbukti dapat meningkatkan hasil belajar konsep listrik. Hal ini ditunjukkan oleh kenaikan perbandingan antar siklus. Siklus 1 dapat diketahui ketuntasan klasikal hasil belajar siswa adalah 62%, sedangkan pada siklus kedua 92% dengan rata-rata nilai pra siklus 65,63 kemudian siklus 1 adalah 76,25; kemudian siklus 2 yakni 81.25. Peningkatan sangat signifikan dibandingkan antara siklus 1dan siklus 2. Penelitian oleh Wulandari di SD Negeri Kopeng 01 Kec. Getasan Kab. Semarang dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode Demonstrasi di SD Negeri Kopeng 01 Kec. Getasan Kab. Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi pada siklus I, hasil belajar siswa yang tuntas adalah 21 siswa dari 22 siswa dengan persentase tuntas 95,45% dan tidak tuntas 4,55%. Pada siklus II hasil belajar siswa tuntas 22 siswa dari 22 siswa, dengan persentase tuntas 100% dan tidak tuntas 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Kopeng 01 semester II tahun pelajaran 2011/2012 Jurnal yang dikeluarkan dari PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak
14 (jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article) oleh Adi Dermawan, Rustiyarso dan Rosnita dengan judul PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI. Penelitian ini dilakukan dikelas VI SDN No. 05 Sungai Mali, Kabupaten Sintang. Masalah dalam penelitian ini “Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa dengan digunakannya metode demontrasi dalam pembelajaran IPA di kelas VI SDN Nomor 05 Sungai Mali, Kabupaten Sintang”. Penelitian ini dilakukan dengan Penelitian Tindakan Kelas dengan dua tahapan (2 siklus) dan setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan tatap muka dengan harapan mendapat gambaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui metode demontrasi dalam pembelajaran IPA. Pada Siklus I pertemuan 1 dan 2 diperoleh Rerata hasil aktivitas guru dalam pembelajaran IPA, yaitu 82,15%, Sedangkan aktivitas siswa rerata hasil aktivitas fisik 60,00%, aktivitas mental, 63,22% dan aktivitas emosional 57,76% terjadi peningkatan persentase dengan katagori sedang. Pada Siklus II pertemuan 1 dan 2 diperoleh rerata hasil aktivitas guru pada pembelajaran dengan metode demonstrasi 95,35%, sedang rerata hasil aktivitas siswa pada aktivitas fisik 70,35%, aktivitas mental, 75,29% dan aktivitas emosional 70,69% terjadi peningkatan persentase dengan katagori sedang. Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi pada pembelajaran IPA di kelas VI mencapai standar kriteria ketuntasan minimal yaitu 60,0, karena terbukti dari persentase rata-rata pada siklus I 65,51% pada siklus II .menjadi 78,09 %,yaitu terjadi peningkatan denga kategori sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode demontrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN NO. 05 Sungai Mali Kabupaten Sintang. 2.3. Kerangka Pikir Dalam kegiatan belajar mengajar keahlian guru dalam memilih media dan metode pembelajaran adalah hal yang sangat penting. Sebagai implementasinya, seorang guru hendaknya selalu mengupayakan agar materi pelajaran yang disampaikan menarik dan menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa sehingga dengan pemahaman yang baik, diharapkan hasil belajar dapat meningkat dan tujuan pembelajaranpun dapat tercapai. Untuk itulah dipilih
metode demostrasi berbantuan lembar kerja siswa dalam
pembelajaran IPA yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia SD, agar tujuan
15 di atas dapat dicapai. Yaitu meningkatkan minat, pemahaman dan hasil belajar terhadap pelajaran IPA tentang gerhana siswa
kelas 6A SD Negeri Clapar Kecamatan
Karanggayam Kabupaten Kebumen Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 . Hubungan Penggunaan Metode Demonstrasi berbantuan LKS tentang gerhana siswa kelas 6A SD Negeri Clapar Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen dapat digambarkan sebagai berikut : Guru menggunakan metode yang tidak sesuai
PPBBM M
HHaassilil bbeelalajajarr rreennddaahh
Perbaikan menggunakan Metode Demonstrasi berbantuan LKS
Hasil Belajar Semakin Meningkat
Pemantapan penggunaan Metode Demonstrasi
Hasil Belajar Menigkat
Gambar 1. Kerangka pikir Penggunaan Metode Demonstrasi Berbantuan LKS 2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka hipotesa penelitian ini yaitu: a) penggunaan Metode Demonstrasi Berbantuan Lembar Kerja Siswa diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang Gerhana siswa kelas 6 A SD Negeri Clapar Kecamatan Karanggayam Kabupaten
Kebumen Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. b) Langkah-langkah
penggunaan metode demonstrasi berbantuan lembar kerja siswa yang diterapkan sesuai sintaks, diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang Gerhana siswa kelas 6A SD Negeri Clapar Kecamatan Karanggayam Kabupaten Pelajaran 2012/2013.
Kebumen Semester 2 Tahun