5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi,Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Tujuan Pembelajaran IPS Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakatdan lingkungannya b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 5
6
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.(KTSP: 2006) Ruang Lingkup Pembelajaran IPS Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Manusia, Tempat, dan Lingkungan b) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c) Sistem Sosial dan Budaya d) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas IV Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minium yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPS yang diitujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel berikut ini. Tabel 2.1 SK dan KD mata pelajaran IPS Kelas IV Semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber dayaalam,
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang
kegiatan ekonomi,dan
berkaitandengan sumber daya alam dan
kemajuan teknologidi lingkun
potensi lain didaerahnya
gankabupaten/kota danprovinsi
2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi,komunikasi, dan transportasi serta
7
pengalaman menggunakannya 2.4 Mengenal permasalahan sosial didaerahnya (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) 2.1.2. Hasil belajar Gagne dalam Rifai (2009:82) belajar merupakan perubahan kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Menurut Morgan dalam Suprijono (2009:2) belajar merupakan perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. (Hamalik, 2008 :27) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep. Maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi. ( gerlach dan Ely, 1980 dalam Ani 2007: 5 - 6). Hasil belajar menurut Anni (2007: 4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pebelajar. Dimyati dan Mudjiono hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian para ahli yang tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu
8
tahapan pencapaian pengalaman belajar kompetensi dasar, baik berupa pengetahuan, sikap , perilaku maupun tindakan. Pengukuran Hasil Belajar Besarnya pencapaian suatu indicator untuk mengetahui besarnya hasil belajar kompetensi Evaluasi merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Hasil Belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dimana tingkat keberhasilan siswa ditandai selalu dengan skor, angka, kata atau huruf. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk diagnosis dan pengembangan, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas dan untuk penempatan. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana, pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Allen dan Yen, 1979). Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.
9
Tes adalah salah satu contoh instrumen atau alat pengukuran yang paling banyak dipergunakan untuk mengetahui kemampuan intelektual seseorang. Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Suryanto Adi, dkk., 2009). Penetapan angka kemampuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara atau teknik yang sistematis, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik penetapan angka tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor (Balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum teknik penilaian dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan nontes. a. Tes Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk (a) objektif, ada juga yang disusun dalam bentuk (b) esai atau uraian. b. Bukan tes (nontes). Bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi atau pengamatan, angket, kuesioner, interviews (wawancara), skala penilaian, sosiometri, studi kasus, work sample analysis (analisa sampel kerja), task analysis (analisis tugas), checklists dan rating scales dan portofolio Teknik penilaian juga dapat dibedakan menjadi: a. Tes tertulis Tes tertulis adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa tes objektif dan uraian pada peserta didik di lembaga penyelenggara pendidikan keterampilan. Ujian tertulis, untuk memperoleh
10
informasi tentang pengetahuan peserta didik berkenaan dengan tugas/pekerjaan dengan cara merespon secara tertulis tentang aspek-aspek yang diujikan. b. Tes kinerja/tindakan Tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan tertentu, misalnya kemahiran mengidentifikasi kerusakan pada alat-alat yang diperlukan untuk melakukan kinerja tertentu, bersimulasi, ataupun melakukan pekerjaan yang sesungguhnya. Tes kinerja dapat dilakukan untuk menilai proses, produk, serta proses dan produk. Tes kinerja, untuk memperoleh data tentang kinerja atas bidang keterampilan tertentu yang dipertunjukkan oleh seseorang peserta didik. Penilai mengajukan sejumlah tugas atau pekerjaan untuk dilakukan oleh peserta didik dengan cara memperagakan secara psikomotor. Misal seorang peserta didik disuruh memperagakan cara perambatan panas melalui zat padat. c. Tes lisan Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik denganseorangatau beberapa penguji. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan dan spontan. Ujian lisan, untuk memperoleh data tentang performansi tertentu, dengan cara berkomunikasi dua arah antara penilai atau guru dengan peserta didik melalui tanya jawab atau wawancara langsung, berkenaan dengan pemahaman, perilaku, kinerja, dan tugas tertentu yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah dipelajari. d. Observasi Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat hasil pengamatan terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis perilaku yang akan diamati dan situasi yang akan diobservasi, misalnya dalam kelas, waktu bekerja dalam bengkel/laboratorium. Metode pencatatan, berapa lama dan berapa kali observasi dilakukan disesuaikan dengan tujuan observasi. Metode ini digunakan juga untuk memeriksa proses melalui analisis tugas tentang beroperasinya suatu kegiatan/pekerjaan tertentu maupun produk yang dihasilkannya. Penilaian atau guru dapat secara langsung mengamati
11
dan mencatat perilaku yang muncul, dan dapat juga menggunakan lembar observasi atau daftar ceklis mengenai aspek-aspek tugas atau pekerjaan tertentu yang akan diamati. e. Penugasan Penugasan adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik menyelesaikan tugas di luar kegiatan pembelajaran di kelas, laboratorium atau bengkel. Penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok dan dapat berupa tugas rumah atau projek. Tugas rumah adalah tugas yang harus diselesaikan peserta didik di luar kegiatan kelas. Tugas projek adalah tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Proyek, untuk memperoleh data tentang kinerja atas suatu tugas/pekerjaan tertentu yang dikerjakan dalam jangka waktu tertentu, baik melalui pengawasan maupun tanpa pengawasan. Misalnya penilai mempersiapkan dan merancang suatu tugas/pekerjaan tertentu untuk dikerjakaan peserta didik kemudian hasil dari pekerjaannya dinilai. f. Penilaian portofolio Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai hasil karya peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik. Portofolio, untuk memperoleh data dengan cara mengumpulan bukti-bukti fisik yang bersifat pribadi, atau hasil karya dan pencapaian dijadikan sebagai dasar untuk menilai kinerja seseorang sebelum, dan setelah mengikuti pendidikan. g. Penilaian diri Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya. Penilaian diri untuk memperoleh data tentang kelebihan dan kekurangan yang dimiliki peserta didik dan bersumber dari peserta didik sendiri. Dalam penilaian diri peserta didik menyampaikan sendiri secara jujur apa yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai setelah atau sebelum mengikuti pembelajaran. Bentuk penilaian diri adalah laporan tentang keadaan diri peserta didik yang disusun sendiri oleh
12
peserta didik. Misal laporan tentang keterampilan yang telah dikuasai dan yang belum dalam membuat tusuk rantai pada pelajaran keterampilan. h. Penilaian antar teman Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya. Teknik penilaian antar teman dilakukan dengan melalukan observasi terhadap temannya sendiri. Instrumen observasi, skala penilaian, dan daftar ceklist yang digunakan berisikan aspek-aspek kemampuan atau kelebihan dan kesulitan atau kekurangan temannya dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Misal peserta didik diberikan tugas untuk menilai kinerja temannya dalam merawat tanaman hias dengan menyiraminya mempergunakan skala penilaian. Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau penilaian portofolio. Dengan demikian, Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor siswa yang diperoleh dari skor tes, pengamatan, diskusi, dan laporan. 2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran model Jigsaw berorientasi pada keberhasilan kelompok, sehingga setiap peserta didik dapat termotivasi untuk meningkatkan aktivitas. Peserta didik yang menjadi ketua kelompok akan bertanggungjawab untuk membawa kelompoknya menjadi terbaik. Sejalan dengan itu Mahmud (1989) menyatakan bahwa “ Dalam teknik kooperatif tipe Jigsaw, peserta didik dimasukkan ke dalam tim-tim kecil yang bersifat heterogen. Bahan belajar dibagikan kepada anggota-anggota tim. Kemudian masing-masing mempelajari bagian tugasnya dengan cara bergabung dengan anggota dari tim lain yang memiliki bahan tugas yang sama. Setelah itu mereka kembali ke dalam kelompoknya semula mengajarkan bahan belajar yang telah dipelajarinya bersama anggota tim lain kepada anggota-anggota timnya sendiri. Akhirnya seluruh anggota tim dites mengenai seluruh bahan yang sudah dipelajarinya”.
13
Dari uraian teori diatas maka pembelajaran tipe Jigsaw dapat dijadikan alternatif terbaik untuk meningkatkan aktivitas peserta didik Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli. Rencana pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat diatur sebagai berikut. a. Membaca: peserta didik memperoleh materi dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi. b. Diskusi kelompok ahli: peserta didik dengan materi yang sama bertemu untuk mendiskusikan materi tersebut. c. Diskusi kelompok asal: kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan materi tersebut pada kelompoknya. d. Kuis: peserta didik memperoleh kuis individu yang mencangkup semua materi. e. Penghargaan kelompok: perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, diakhir pembelajaran, peserta didik diberi tes/ kuis secara individu yang mencakup materi yang telah dibahas. Selanjutnya, hasil tes peserta didik tersebut diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor terdahulu (skor dasar dengan skor akhir). Model pembelajaran Jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa (student centered) dengan membentuk kelompokkelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. (Tim Peneliti SMPN 4 Malang). Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk berdiskusi (antar ahli), saling membantu satu dengan yang lainnya untuk mempelajari topik yang diberikan (ditugaskan pada mereka). Siswa tersebut kemudian kembali pada kelompok masing-masing (kelompok asal) untuk menjelaskan kepada teman-teman satu kelompok tentang apa yang telah dipelajarinya. Guru mengawasi pekerjaan masing-masing kelompok dan jika
14
diperlukan membantu kelompok yang mengalami kesulitan dan memberikan penekanan terhadap topik yang sedang dibahas. Pada akhir pembelajaran diberikan kuis dengan materi yang telah dibahas. (Tim Peneliti SMPN 4 Malang). Langkah-langkah pembelajaran dalam model ini dapat dilaksanakan dalam dua tahap yaitu a. Kegiatan awal pembelajaran 1) Melakukan Pembelajaran Pendahuluan 2) Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut. 3) Materi Materi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa. 4) Membagi Siswa ke dalam kelompok Asal dan Ahli Kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin maupun latar belakang sosialnya. 5) Menentukan Skor Awal Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya. b. Rencana Kegiatan/Tindakan 1) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli 2) Anggota
ahli
dari
masing-masing
kelompok
berkumpul
dan
mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok 3) Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya
15
4) Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok. ( Materi Workshop PLPG 2011 ) 2.2. Kajian Hasil-hasil penelitian yang relevan Penelitian yang dilakukan oleh Imron Fauzi dengan judul “Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV MIM Miftahul Huda Puger Jember yang dilakukan pada tahun 2008. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa : penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV MIM Miftahul Huda Puger Jember yang ditunjukkan dengan skenario pembelajaran Tipe Jigsaw pada siklus sebelum menggunakan model pembelajaran Tipe Jigsaw anak yang tuntas KKM 7 anak ( 27% ) dari 25 siswa, setelah menggunakan pembelajaran Tipe Jigsaw, hasil belajar anak yang tuntas KKM menjadi 23 anak ( 92%) dari 25 siswa. Kelebihan penelitihan ini adalah kesuksesan menggunakan Pembelajaran Tipe Jigsaw, sedang kelemahannya dalam kegiatannya perlu banyak waktu
Penelitian Susilo, dalam penelitiannya yang berjudu “Penerapan Model Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester 1 Pada Pokokm Bahasan Sifat dan Perubahan Wujud Benda di SDN Banjarwungu Tarik Sidoarjo Tahun 2008”. Menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan terjadinya
peningkatan
prestasi belajaja siswa dalam pembelajaran IPA. http.//susilofy.wordprees.com /2010/10/05/ptk-jigsaw/ 2.3. Kerangka Berpikir Uraian tentang belajar dari pendapat para ahli dapat melandasi pemikiran peneliti untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian. Belajar yang diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dilakukan secara sadar oleh tiap individu. Dalam perjalanan proses belajar akan didapat sebuah hasil belajar, yaitu hasil belajar itu sendiri akhirnya menjadi sebuah hasil yang menjadi tujuan akhir dari proses belajar. Di kelas IV pada semester 2 SD N Menguneng 01 terjadi pembelajaran yang dengan menggunakan metode, model dan pendekatan pembelajaran konvensional. Dimana dalam pembelajaran tersebut, guru dalam menyampaikan materi sangat monoton. Guru hanya memakai metode ceramah dalam pembelajaran, sehingga tidak ada interaksi antara guru dengan murid. Kondisi kelas sangat tidak kondusif. Hasil belajar rendah dan
16
tidak mencapai KKM yang ditetapkan. Untuk mengatasi hal tersebut di atas guru mencoba menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw. Pembelajaran dengan model jigsaw dianggap akan menjadi bentuk pembelajaran yang efisien dan efektif jika dikelola dengan sistematis. Siswa yang cenderung lebih memahami hal – hal yang nyata untuk mendukung tercapainya peningkatan hasil belajar. Pembelajaran melalui model jigsaw membawa siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. Siswa menjadi lebih aktif menentukan model-model simbolik terhadap permasalahan yang diajukan. Siswa juga berani mempresentasikan apa yang mereka peroleh dari model-model simbolik tersebut juga mau mengomentari dari presentasi yang lain. Sehingga siswa mampu menyelesaikan permasalahan IPS yang dihadapi. Siswa juga melakukan refleksi terhadap apa yang sudah dipelajari dan apa yang sudah dihasilkan. Dengan demikian hasil belajar yang diharapkan akan lebih meningkat dan optimal. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1 tentang hubungan antara pembelajaran dan model jigsaw.
.
17
Alur berfikir pembelajaran konvensional ke pembelajaran dengan model Jigsaw Pembelajaran IPS
Guru Menyajikan materi
Guru Fasilitator Pendamping
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran dengan Model Jigsaw
Siswa mendengarkan mengantuk
Proses berfikir abstrak ke kongkrit
Hasil belajar IPS < KKM
Penilaian Proses
(Pengamatan)
Menyimak dan mendiskusikan dengan kelompok ahli
Anggota kelompok ahli menjelaskan ke kelompok asal
Siswa membuat kesimpulan
Interpretasi dari masing-masing kelompok ahli Tes Formatif
HASIL BELAJAR IPS MENINGKAT
Gambar 1. Alur Berfikir pembelajaran Konvensional ke Model Pembelajaran Jigsaw
18
2.4 Hipotesis Tindakan Hasil refleksi landasan teori dan kerangka pemikiran masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang Perkembangan Teknologi Komunikasi siswa kelas IV SD Negeri Menguneng 01 Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012