BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Wina-putra, 1992: 122). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006: 150). Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (Agus. S. 2003: 11). Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Pengertian IPA, IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat 6
7
yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun deduktif. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.
8
Mata pelajaran IPA di SD/MI yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia (DIKNAS) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan ebagai berikut.1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran TuhanYang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki lam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) perlu diberikan kepada sesamua peserta didik mulai dari dasar untuk membekali siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebagai dasar, siswa SD diberikan pembelajaran yang bersifat konkret dengan cara mengajaknya langsung menenukan masalah-masalah yang terdapat pada mata pelajaran IPA. Dengan pengamatan langsung dan pengalaman sendiri, siswa dapat lebih memahami dan mengingatnya dalam waktu yang lebih lama. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dapat disusun sebagai landasan pembelajaranuntuk menembangkan kemampuan tersebut. Selain itu dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan IPA.
9
Berikut ini tabel Standar Kompetensi dan kompetensi dasar IPA pokok bahasan bumi dan alam semesta pada kelas 4 semester 2. Tabel 2 Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
8. Memahami berbagai
8.1 Mendeskripsikan energi panas
bentuk energi dan cara
dan bunyi yang terdapat di
penggunaannya dalam
lingkungan sekitar serta sifat-
kehidupan sehari-hari.
sifatnya.
2.1.2 Metode Pembelajaran Aktif Rusman (2012:324) berpendapat bahwa dengan pembelajaran aktif siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensi siswa. Sejalan dengan pendapat tersebut Rosyada (dalam Nurhayati, 2008) juga menyatakan pembelajaran aktif adalah belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis. Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran, baik interaksinya dengan pendidik, sesama peserta didik atau media yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk dapat berpikir tingkat tinggi dan memperbanyak aktivitas guna memperoleh pengalaman dan pemahaman terhadap pengetahuan. Pembelajaran aktif bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat mencapai hasil belajar
10
yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang dimiliki. Pembelajaran aktif juga bertujuan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian peserta didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi ini sering terjadi pada lingkungan sekolah. Hal inilah yang menyebabkan sering terjadinya kegagalan dalam dunia pendidikan karena peserta didik lebih banyak menggunakan indera pendengaran di dalam kelas dibandingkan visual sehingga apa yang dipelajari cepat untuk dilupakan. pembelajaran aktif memiliki kesamaan
dengan
model
pembelajaran
self
discovery
learning,
yakni
pembelajaran yang dilakukan siswa untuk menemukan kesimpulan sendiri. Dalam pembelajaran aktif, guru berperan sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan dalam belajar (to facilitate of learning) kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal hingga akhir pembelajaran melalui aktivitas-aktivitas yang membangun dalam kerja kelompok dalam waktu singkat sehingga mereka berfikir tentang materi pelajaran (Silberman, 2007:1). Dalam pembelajaran aktif materi pelajaran dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang sebelumnya yang dimiliki siswa. Cara pembelajaran inilah yang ditunggu-tunggu peserta didik karena mereka dapat terlibat langsung dalam pembelajaran tidak hanya mendengarkan penjelasan guru (ceramah) yang membuat siswa merasa jenuh dan bosan. Berikut ini perbedaan antara pembelajaran aktif dengan pembelajaran konvensional menurut Handayani (2012) .
11
Tabel 3 Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan Pembelajaran Aktif Pembelajaran Aktif Berpusat pada peserta didik Penekanan pada menemukan Sangat menyenangkan Memberdayakan semua Menggunakan banyak metode Menggunakan banyak media Mengaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada
Pembelajaran Konvensional Berpusat pada guru Penekanan pada penerima pengetahuan Kurang menyenangkan Kurang memberdayakan semua Menggunakan metode yang monoton Kurang banyak media yang digunakan Tidak mengaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu metode pembelajaran dimana peserta didik tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran sejak awal hingga akhir pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk belajar mandiri guna mendapatkan pengetahuan ataupun informasi sebagai pengalaman yang bermakna. 2.1.3 Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team 2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Aktif Tipe Quiz team Salah satu model pembelajaran aktif yang mampu membangkitkan siswa belajar aktif pada mata pelajaran IPA yaitu dengan menggunakan pembelajaran aktif tipe Quiz team. Tipe Quis team merupakan model pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam tipe quiz team ini siswa di bagi menjadi tiga tim. Sedangkan menurut Nurhayati (2007) “ team quiz merupakan metode pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam tipe team quiz ini siswa dibagi menjadi tiga tim, setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe quiz team adalah model pembelajaran aktif yang mana siswa dibagi menjadi tiga kelompok besar dan
12
semua anggota bersama-sama mempelajari materi tersebut, mendiskusikan materi, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban, setelah materi selesai diadakan suatu pertandingan akademis. Model pembelajaran aktif tipe Quiz team setiap tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa jawaban. Metode quiz team diawali dengan menerangkan materi pelajaran secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut dengan lembaran kerja. Mereka mendiskusikan materi, saling memberi arahan, saling memberi pertanyaan dan jawaban untuk memahami materi yang disampaikan. Setelah selesai materinya akan diadakan pertandingan akademis, sehingga peserta didik akan termotivasi untuk belajar. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan. Menurut Dalvi (2006:53) menyatakan bahwa model pembelajaran aktif tipe quiz team dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa untuk bertanya ataupun menjawab. Kemudian untuk memperkuat pendapatnya lagi Dalvi (2006:68) juga mengemukakan bahwa “Model pembelajaran aktif tipe quiz team merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar”. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan hal penting dan mendasar yang harus dipahami dan dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan demikian keaktifan siswa perlu digali dari potensi-potensinya yang dapat diaktualisasikan melalui aktifitas-aktifitas dalam proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2007:101106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Berdasarkan
uraian
diatas
sangatlah
tepat
apabila
guru
dalam
membelajarkan siswa mampu mendesaian pembelajaran dengan model-model pembelajaran aktif
yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
dengan melakukan aktifitas-aktifitas belajar sebagai bukti keaktifannya dalam
13
menggali potensi-potensi yang dimiliki peserta didik. Apabila dalam proses pembelajaran IPA guru mengunakan metode yang tepat maka proses pembelajaran yang dilaksanakan secara langsung dapat memperbaiki hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. 2.1.3.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team Agus Suprijono dan Silberman (2009:114) mengungkapkan prosedur pembelajaran aktif menggunakan tipe Quiz Team adalah sebagai berikut: 1.
Guru memilih topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian
2.
Membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B, dan C
3.
Guru menyampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran kemudian
mulai
menyampaikan
materi.
Guru
membatasi
waktu
penyampaian materi maksimal 10 menit. 4.
Setelah penyampaian materi, guru meminta kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
materi yang telah
disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu yang telah ditentukan untuk memeriksa catatan mereka. 5.
Guru meminta kelompok A untuk bertanya kepada kelompok B, jika kelompok B tidak dapat menjawab maka pertanyaan dilempar kepada kelompok C.
6.
Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, maka pertanyaan dilempar kepada kelompok B.
7.
Jika tanya jawab selesai, lanjut pada pembelajaran kedua dan tunjuk kelompok B sebagai penanya seperti proses untuk kelompok A.
8.
Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaan, lanjutkan penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai penanya.
9.
Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan menjelaskan pemahaman siswa yang keliru.
2.1.4 Metode Eksperimen Menurut KBBI eksperimen adalah percobaan yang bersistem dan berencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori dsb). Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
14
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000). Menurut Roestiyah (2001:80), metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang dalam pembahasan dan penyajian materinya dilakukan melalui percobaan. Melalui metode ini guru atau siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil proses itu dengan menggunakan alat-alat praktikum agar siswa mendapat kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri. Setiap kegiatan eksperimen harus dilakukan secara sistemik dan sistematis dimulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, kajian hasil, dan laporan. Metode eksperimen dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok di dalam kelas, di luar kelas, atau di laboratorium. 2.1.4.1 Karakteristik Metode Eksperimen a. Menuntut adanya peralatan/alat bantu percobaan. b. Mengutamakan aktivitas siswa. c. Guru cenderung lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilisator. d. Siswa memperoleh kemampuan sikap ilmiah. 2.1.4.2 Langkah-Langkah Metode Eksperimen 1. Guru mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam eksperimen. 2. Guru memberi penjelasan tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen. 3. Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa dalam eksperimen. 4. Siswa melakukan eksperimen. 5. Siswa menulis laporan hasil eksperimen
15
2.1.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team dengan Menggunakan Metode Eksperimen 1. Guru memilih topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian. 2. Membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B, dan C. 3. Guru mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam eksperimen. 4. Guru memberi penjelasan tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen. 5. Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa dalam eksperimen. 6. Siswa melakukan eksperimen. 7. Siswa menulis laporan hasil eksperimen 8. Guru meminta kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu yang telah ditentukan untuk memeriksa catatan mereka. 9. Guru meminta kelompok A untuk bertanya kepada kelompok B, jika kelompok B tidak dapat menjawab maka pertanyaan dilempar kepada kelompok C. 10. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, maka pertanyaan dilempar kepada kelompok B. 11. Jika tanya jawab selesai, lanjut pada pembelajaran kedua dan tunjuk kelompok B sebagai penanya seperti proses untuk kelompok A. 12. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaan, lanjutkan penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai penanya. 13. Akhiri pembelajaran
dengan
menyimpulkan
tanya jawab dan
menjelaskan pemahaman siswa yang keliru. 2.1.6
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Aktif
Tipe Quiz
Team dengan Menggunakan Metode Eksperimen Setiap model pembelajaran terdapat kelebihan dan kelemahan, adapun kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran aktif tipe quiz team dengan menggunakan metode eksperimen sebagai berikut.
16
1. Kelebihan a. Dapat meningkatkan keseriusan b. Dapat menghilangkan kebosanan dalam lingkungan belajar c. Mengajak siswa untuk terlibat penuh d. Meningkat proses belajar e. Membangun kreatifitas diri f. Meraih makna belajar melalui pengalaman g. Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar h. Menambah semangat dan minat belajar siswa i. Mendorong rasa keingintahuan siswa. j. Siswa terbiasa bekerja secara mandiri atau kelompok. k. Siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. l. Membina
siswa
untuk
membuat
terobosan-terobosan
dengan
penemuan baru. m. Melatih siswa bekerja ilmiah. 2. Kelemahan a.
Memerlukan kendali yang ketat dalam mengkondisikan kelas saat keributan terjadi.
b.
Hanya siswa tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok tersebut, yakni yang bisa menjawab soal quiz. Karena permainan yang dituntut cepat dan memberikan kesempatan diskusi yang singkat.
c. Waktu yang diberikan sangat terbatas jika quiz dilaksanakan oleh seluruh tim dalam satu pertemuan. d.
Hanya sesuai untuk mata pelajaran sains.
e.
Memerlukan peralatan/bahan dan biaya.
f.
Menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
g.
Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.
h.
Memerlukan waktu yang relatif lama.
i.
Banyak guru dan siswa yang belum terbiasa dengan metode ini.
17
2.2 Hasil belajar Dimyati dan Mudjiono (1999: 34) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenisjenis ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Agus Suprijono (2012:5), mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Hasil belajar merupakan kemampuan siswa dari proses belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi saja. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik: a) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, sistesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan uraian di atas dapat dikaji bahwa hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku oleh siswa yang didapat setelah ia mengalami serangkaian pengalaman belajar dimana mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dan seberapa besar pengetahuan yang diperoleh siswa. Akan tetapi dalam penelitian akan lebih ditekankan pada ranah kognitif yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran IPA yaitu pengetahuan dan pemahaman siswa yang dapat diukur menggunakan evaluasi berupa tes. Dengan tes dapat diketahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam menerima pembelajaran sesuai dengan tujuan
18
pembelajaran IPA yang ingin dicapai. Tes tersebut dilaksanakan pada akhir siklus, yang berfungsi untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan pembelajaran. 2.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Slameto (2010:51) menjelaskan pentingnya hasil belajar dalam proses belajar adalah: “Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar, maka harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan sukses, ditambah oleh evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengena pada semua aspek belajar.” Dari uraian penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar, hasil belajar memang sangat penting. Hasil belajar penting untuk mengetahui seberapa tingkat keberhasilan yang dapat dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu rangkaian proses pembelajaran. 2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu pengaruh dari faktor eksternal yaitu penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Menurut Slameto (2010:54), faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja. Adapun kedua faktor tersebut meliputi: 1. Faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar disebut faktor intern yang meliputi: a. Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan, cacat tubuh. b. Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. c. Faktor kelelahan baik itu kelelahan jasmani maupun rohani. 2. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut faktor ekstern, yang meliputi: a. Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan, gedung, metode belajar, tugas rumah.
19
c.
Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal (berasal dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (berasal dari luar diri siswa). Kedua faktor ini akan saling mendukung sehingga membuahkan sebuah hasil belajar. Guru sebagai salah satu faktor eksternal yang menentukan hasil belajar siswa diharapkan dapat mendukung dalam pembelajaran salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai contohnya dengan menggunakan media pembelajaran audiovisual. 2.2.3 Pengukuran Hasil Belajar Hasil belajar dapat diketahui dengan melihat hasil dari penilaian evaluasi belajar. Evaluasi hasil belajar menurut Oemar Hamalik (2008: 159) adalah keseluruhan kegiatan pengukuran pengumpulan dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan Nana Sudjana (2005:2) menjelaskan tentang kegiatan penilaian yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar). Melihat lebih dalam lagi dari pendapat ahli diatas, pengukuran hasil belajar dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar apakah siswa-siswa sudah dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Menurut Nana Sudjana (2005:6) cara mengukur hasil belajar dapat dilakukan. “.....Sedangkan dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (nontes) seperti dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai atau uraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.”
20
Dari segi alat yang dapat digunakan, tes tertulis dirasa efektif untuk dapat mengukur hasil belajar dalam penelitan ini. Karena dengan tes tertulis ada bukti tertulis jawaban siswa yang dapat langsung dilihat oleh guru. Adapun bentuk tes tertulis dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis pilihan ganda. 2.3 Hubungan Model Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team dengan Metode Eksperimen Meningkatkan Hasil Belajar IPA Model Pembelajaran aktif tipe quiz team dengan metode eksperimen adalah pembelajaran yang menggunakan pertandingan quiz antar kelompok serta melakukan eksperimen untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam melakukan pembelajaran. Penerapannya dalam pembelajaran, siswa dibagi menjadi 3 kelompok kemudian melalui petunjuk guru siswa melakukan eksperimen tentang energi panas dan kegunaanya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu masingmasing kelompok membuat pertanyaan quiz yang akan dijawab oleh kelompok lain secara bergantian. Pembelajaran ini mengandung unsur bermain serta unsur operasional konkrit sesuai dengan karakter siswa kelas 4 SD. Penggunaan model dan metode ini adalah agar siswa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran karena diselingi dengan unsur bermain. Terdapat beberapa alasan mengapa yaitu, akan sangat membantu siswa dalam memahami materi dan mengurangi kebosanan siswa yang biasanya hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Ketika guru hanya berceramah, banyak siswa yang mengantuk karena mereka tidak melakukan aktivitas. Namun berbeda ketika sebelum pembelajaran guru menyampaikan kepada siswa bahwa akan ada permainan menarik serta siswa melakukan eksperimen. Siswa akan lebih aktif karena siswa merasa tertarik dengan hal tersbut. 2.4 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan referensi dari laporan penelitian tindakan kelas oleh Angreini, Tutik, pada tahun 2011 dengan judul : “Penerapan Metode Team Quiz Dalam Proses Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas 4 di SD Negeri Begalon 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran aktif tipe quiz team dapat meningkatakan hasil
21
belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas 4 semester 2 SDN Begalon 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar siswa terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan ketuntasan belajar sebesar 51,11%, siklus 1 mengalami peningkatan hasil belajar sebesar 84,44%, siklus 2 dengan presentase ketuntasan sebesar 93,33%. Wijayanti, pada tahun 2012 judul : “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Quiz Team Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Kartasura 6 Tahun Pelajaran 2011/2013”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran aktif tipe quiz team dapat meningkatakan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas 5 SD Negeri Kartasura 6 Tahun Pelajaran 2011/2013. Peningkatan hasil belajar terbukti pada siklus 1 dari 24 siswa terdapat 79,17% yang mendapat nilai KKM ≥ 65. Pada siklus 2 dari 24 siswa yang hadir terdapat 87,5% yang mendapat nilai KKM≥ 65. Mulyanto, Tri, pada tahun 2011 judul : ”Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Pembelajaran Team Quiz Dengan Alat Peraga Mozaik Matematika Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Mantingan 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran aktif tipe quiz team dapat meningkatakan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas 5 SD Negeri Mantingan 2 tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar terbukti pada siklus 1 dari 34 siswa terdapat 79% yang mendapat nilai KKM ≥ 65. Pada siklus 2 dari 24 siswa yang hadir terdapat 97% yang mendapat nilai KKM≥ 65. 2.5
Kerangka Berfikir Untuk memperoleh keterampilan dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana pembelajaran
dapat
diartikan
sebagai
kegiatan
yang
ditunjuk
untuk
membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Untuk memperoleh hasil belajar maksimal diperoleh berbagai faktor pendukung. diantaranya kurikulum, metode mengajar, strategi mengajar, serta sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah.
22
Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran IPA di kelas 4 SD Kanisius Jimbaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional yaitu hanya menggunakan ceramah dan sedikit tanya jawab (teacher centered). Guru jarang menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa kurang terlibatkan secara langsung dalam belajar. Kurang terlibatnya siswa secara aktif dalam pembelajaran sangat bertentangan dalam hakekat belajar yaitu perubahan perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Upaya untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan tindakan yaitu menggunakan pembelajaran aktif tipe quiz team dengan berbantuan alat praktikum. Perbaikan pembelajaran ini diharapkan pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran serta siswa dapat bekerja sama dalam kelompok untuk berkompetisi akademis dengan kelompoknya. Dalam model ini siswa akan belajar keras untuk memperebutkan pemenang dalam pertandingan akademis sehingga siswa akan bersemangat mengikuti pelajaran. Selain penggunaan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, guru juga menggunakan alat praktikum IPA sehingga siswa akan lebih dalam memahami konsep tentang memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga hasil belajar dapat tercapai secara optimal. Dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan maka diharapkan tujuan yang telah ditentukan peneliti akan tercapai yaitu meningkatkan hasil belajar IPA. 2.6
Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah diungkapkan
dikajian teori, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “ Model pembelajaran aktif tipe quiz team dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Memahami berbagai bentuk energi dan cara menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari pada siswa kelas 4 SD Kanisius Jimbaran, Kecamatan Bandungan, Kabupaten semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”.