BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teori
2.1.1
Pembelajaran IPA Di SD Belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang belajar karena
pengalaman (Darsono, dkk, 2000:4). Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, dkk, 2000:24). Menurut Slameto (2010) berpendapat bahwa “ belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya “. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang (2003:3). Pendapat lain Winkel dalam Purwanto (2009) “ belajar adalah aktifitas mental/phikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap “.Sedangkan menurut Morgan dalam Suprijono (2009:3) mengemukakan “ learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience ( belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanent sebagai hasil dari pengalaman “. Berdasarkan pengertian di muka, belajar adalah kegiatan/proses manusia untuk berubah menjadi lebih baik, dari tidak tahu menjadi tahu. Kegiatan belajar terjadi terus menerus atau belajar sepanjang hayat. Memahami keadaan lingkungan itu juga merupakan kegiatan belajar. Lingkungan belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi.
6
2.1.2
Pengertian Hasil Belajar Pengertian hasil belajar menurut Winkel dalam Sunarto (2009) “ Menyatakan bahwa
prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya”. Menurut Anni (2004 : 4) “ Merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar “. Menurut Sudjana (1990:22) “ Kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya “. Menurut Sukmadinata (2005) “ Prestasi belajar atau hasil belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang, penguasaan belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motoric. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah ditempuh nya. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi belajar atau achievement tes yang disusun oleh guru atau dosen yang mengajar mata kuliah yang bersangkutan “. Menurut Arikunto (2010), “Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui siswa-siswa mana yang berhak melanjutkan pelajaran karena sudah berhasil menguasai materi dan siswa-siswa mana yang belum berhasil menguasai materi serta mengetahui apakah metode mengajar yang digunakan tepat atau belum“. Sedangkan menurut Sudjana (2002) menyatakan bahwa “Tujuan penilaian adalah untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan instruksional oleh siswa”. Apabila siswa mengetahui hasil belajarnya maka diharapkan agar siswa dapat termotivasi untuk lebih giat lagi dalam belajar.Tujuan instruksional ditentukan oleh kurikulum yang berlaku. Dalam proses belajar mengajar, siswa mengalami pengalaman belajar. Kemampuankemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar tersebut merupakan hasil belajar. Menurut Arikunto (2010) ”Hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses pengajaran yang dilakukan oleh guru”. Sehingga hasil belajar merupakan gambaran umum mengenai besarnya tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dapat diukur dengan menggunakan tes. Mulyasa (2003) menyatakan bahwa, “Evaluasi hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi”. Hasil belajar ditunjukkan dengan prestasi belajar yang merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku 7
siswa. Hasil belajar siswa berkaitan dengan prestasi siswa. Jika siswa memiliki prestasi tinggi, maka siswa tersebut memiliki hasil belajar yang tinggi dan begitupun sebaliknya. Sedangkan sasaran evaluasi belajar yaitu segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada segi kognitif, hasil belajar pada aspek ini merupakan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis. Segi afektif merupakan sebuah sikap yang diharapkan dari siswa terhadap hasil belajarnya selama dan setelah melakukan proses pembelajaran. Segi psikomotor berupa keterampilan siswa yang dapat diterapkan selama melakukan proses pembelajaran, biasanya dapat dilihat dalam melakukan kegiatan praktikum.
2.1.3
Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam
yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejalagejala alam. Sebagai ilmu pengetahuan, IPA juga mempunyai ciri khusus sebagaimanan ilmu pengetahuan yang lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini. 1.
IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh
semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. 2.
IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes) (Depdiknas, 2006). Belajar dan pembelajaran menurut paradigma behavioristik adalah merupakan perubahan tingkah laku yang sifatnya permanen. Pembelajaran behavioristik ditekankan pada penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar (biasanya berupa pemberian penguatan), adanya stimuli4, 8
respons siswa merupakan bentuk hasil belajar, materi ajar disusun secara hirarkis. Dari uraian tersebut dapat dikatakan belajar melibatkan terbentuknya hubungan-hubungan tertentu antara satu seri stimulus (serangkaian stimulus) dengan respon-respon. Para penganut teori perilaku (behaviourist) berpendapat, bahwa sudah cukup bagi siswa untuk megasosiasikan stimulus-stimulus dan respon-respon, dan diberi penguatan bila mereka memberikan respon yang benar. Para penganut teori ini tidak mempersoalkan apa yang terjadi dalam pikiran siswa sebelum dan sesudah respon dibuat. Salah satu bentuk realisasi pembelajaran behavioristik adalah seperti yang dikemukakan oleh Gagne yang dikenal dengan sebutan teori Hierarki Belajar Gagne. Prosedur yang ditempuh adalah yang dimulai dari (a) menetapkan secara verbal deskripsi operasional sejumlah variabel kemampuan yang diharapkan (sekarang disebut tujuan pembelajaran/sasaran belajar), (b) membuat hipotesis hubungan hirarki antar variabel, (c) menetapkan model hirarki belajar untuk mewujudkan hubungan antar variabel yang dihipotesiskan, serta (d) menetapkan sejumlah tata cara untuk memvalidasi hirarki. Belajar menurut paradigma kontruktivistik adalah merupakan proses membangun pengetahuan yang bermakna melalui pencarian hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan yang sedang dipelajari, siswa berinteraksi multi arah dengan memanipulasi alat dan bahan di lingkungan sekitar sebagai wahana proses belajarnya yang dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh guru. Empat (4) ciri utama belajar dan pembelajaran konstruktiivistik adalah: (a) pengetahuan awal siswa menjadi bagian penting dalam pembelajaran; (b) siswa aktif belajar dan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan yang sedang dipelajari; (c) siswa membangun pengetahuan sendiri sehingga pengetahuan tersebut bermakna bagi dirinya; dan (d) selalu beriteraksi multi arah (guru-siswa, siswa-siswa) Dampak pengertian belajar dan pembelajaran konstruktivistik terhadap pembelajaran IPA SD/MI adalah seperti bagan alur pembelajaran berikut ini. Menggali pengetahuan awal siswa yang terkait dengan materi baru yang akan dipelajari, melakukan investigasi/penyelidikan, memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengumpulkan bukti-bukti/fakta-fakta sebagai bahan untuk mengkonstruksi pengetahuannya atas bantuan guru (atau melalui kerja sama dengan teman) (http:pjjpgsd.unesa.ac.id/mod/page/view.php?id=13)
9
2.1.4
Pembelajaran IPA Di SD Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat kita ketahui bahwa IPA merupakan ilmu
yang mempelajari tentang alam semesta beserta isi-isinya dan kejadian-kejadian yang dapat diperoleh dan dikembangkan baik secara induktif atau deduktif.Ada dua hal yang berkaitan dengan IPA yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses.IPA sebagai produk yaitu pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan factual, konseptual, procedural dan metakognitif. IPA sebagai proses yaitu kerja ilmiah. Baik produk atau proses IPA merupakan subjek kajian IPA. Dengan belajar IPA,belajar produk dan bagaimana proses IPA dapat kita peroleh. Dalam kehidupan kita sehari-hari banyak pengetahuan yang kita dapat. Cara berpikir IPA meliputi : • Keterampilan mengklarifikasi ( memperjelas data ). • Mengajukan dugaan ( hipotesis ). • Menentukan yang harus diamati. • Mengurutkan objek ( benda, zat, makhluk hidup, atau orang ). • Menyusun format pencatatan data. • Mencari persamaan dan perbedaan. • Menafsirkan. • Menyusun pembahasan. • Menyimpulkan. (http://www.slideshare.net/NASuprawoto/berpikir-sederhana-ipa)
2.1.5
Pengertian Model Pembelajaran Example Non Example Merupakan
model
pembelajaran
yang
menggunakan
gambar
sebagai
media
pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti ; kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan 10
analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas. (Suyatno:2009). Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Langkah-langkah model pembelajaran examples non examples menurut (Agus Suprijono, 2009:125) diantaranya: Langkah-langkah : i.
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
ii.
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus.
iii.
Guru
memberi
petunjuk
dan
memberi
kesempatan
pada
siswa
untuk
memperhatikan/menganalisa gambar. iv.
Melalui diskusi kelompok 3-4 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
v.
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
vi.
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
vii.
Kesimpulan.
2.2
Hasil Penelitian yang Relevan Berikut ini disajikan beberapa kajian hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
Kajian hasil penelitian yang dimaksud adalah mengkaji hasil penelitian penerapan pembelajaran examples non examples pada pembelajaran IPA dan Biologi. 11
I.
Penelitian oleh Anggita Prian Irawanti dalam penelitiannya dengan judul “Keefektifan
Model Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Materi Pengelolaan Sumber Daya Alam Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negri 1 Toyareka Purbalingga ” kesimpulannya adalah sebagai berikut : Berdasar hasil penelitian yang dilakukan terhadap 21 orang siswa, rata-rata mengalami ketuntasan belajar. Presentase ketuntasan belajar siswa pada pratindakan adalah 38 %, pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 57 %, siklus 2 pertemuan 2 sebesar 81 %. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan pembelajaran matematikan dalam mencapai ketuntasan belajar. II.
Penelitian oleh Abdul Akbar Kurniawan dalam penelitiannya dengan judul “ Penerapan Metode Pembelajaran Examples Non Examples Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas IV Semester II SDN Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010/2011” kesimpulannya sebagai berikut : Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Penggunaan metode ini dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran yang sebelumnya hanya 38,916 % menjadi 73,833 %. Semua indicator dalam pembelajaran dapat dicapai. Hasil dari pembelajaran yang lalu, skor rata-rata hanya 57,759 sampai 77,155 pada kegiatan pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran meningkat 33,581 %. Jadi kesimpulannya adalah berdasarkan data yang diperoleh penerapan model pembelajaran kooperatif model examples non examples dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA dan mencapai ketuntasan belajar.
2.3
Kerangka Berpikir Dalam PBM IPA di SDN Mangunsari 03 Salatiga mengalami kegagalan, yaitu nilai
ulangan harian IPA dari 32 siswa yang mendapat nilai > 70 ada sebanyak 15 siswa atau sekitar 46 %, sedangkan yang mendapat nilai <70 sebanyak 17 siswa atau sekitar 54 % dan kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran sekitar 60 %. Kurang berhasilnya siswa karena guru menggunakan model pembelajaran yang monoton dan media pembelajaran yang kurang dimanfaatkan. Penggunaan model Examples Non Examples ini diharapkan dapat membantu 12
siswa dalam memahami penjelasan dari guru, sehingga hasil belajar siswa yang semula rendah dapat meningkat. Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian yaitu dengan kondisi awal siswa merasa jenuh dengan pembelajaran IPA di kelas dan hasil belajar siswa masih kurang. Melihat kenyataan tersebut guru akan memberikan tindakan dengan melakukan pembelajaran yang memakai alat peraga berupa gambar-gambar. Sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat. Penerapan pembelajaran pada penelitian ini berdasarkan skema kerangka berpikir. Adapun skema itu adalah sebagai berikut:
13
Kondisi awal (siswa SD
Tindakan
Pembelajaran konvesional
Hasil belajar IPA rendah
(ceramah)
(dibawah KKM)
Model examples non examples
- Guru mempersiapkan
gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. - Guru menempelkan
gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
Kondisi akhir
Hasl belajar IPA ada peningkatan yang signifikan >70
- Guru memberi petunjuk
dan memberi kesempatan siswa untuk menganalisa. - Melalui diskusi kelompok
3-4 orang siswa. - Tiap kelompok diberi
kesempatan membacakan hasil diskusi. - Guru menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai. - Kesimpulan. -
Tabel 2 Skema Kerangka Berpikir
14
2.4
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dari kerangka berpikir maka hipotesisnya dapat dirumuskan
sebagai berikut : Menggunakan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Mangunsari 03 tahun 2013/2014.
15