6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menulis “Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya” (Suparno,2008:3). Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan gagasan atau pesan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia. Menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, sdb), anak-anak sedang belajar melahirkan pikiran atau perasaan. “Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan” (Santosa,2009:6.14). Melalui pengajaran keterampilan menulis, siswa diharapkan memiliki kegemaran menulis dan meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya. Dengan bekal yang cukup kuat menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk karya tulis seperti menulis karangan. Dalam menulis karangan berbagai macam bentuk yakni:1). Karangan Narasi, 2). Karangan Deskripsi, 3). Karangan Ekposisi, 4). Karangan Argumentasi, dan 5). Karangan Persuasi Dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan menyampaikan pesan kepada orang lain dengan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Dengan adanya keterampilan menulis siswa diharapkan dapat mengembangkan ide atau gagasannya dan meningkatkan daya imajinasinya agar menghasilkan karya tulis yang diminati pembaca. Karya tulis yang dihasilkan berupa karangan yang terdiri dari lima karangan (Narasi, Deskripsi, Argumentasi, Persuasi, Eksposisi). Akan tetapi dalam penelitian ini hanya membahas menulis karangan deskripsi.
7
2.1.1 Tujuan menulis Adapun tujuan Menulis Sebagai berikut: 1) Tujuan penugasan, sebenarnya tidak memiliki tujan karena orang yang menulis melakukannya karena tugas yang diberikan kepadanya. 2) Tujuan altruistik, penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedudukan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. 3) Tujuan persuasif bertujuan meyangkinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. 4) Tujuan informasional penulis bertujuan memberi informasi atau keteangan kepada para pembaca 5) Tujuan pernyataan diri penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada pembaca. 6) Tujuan kreatif penulis bertujuan melibatkan diirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, nilai-nilai kesenian. 7) Tujuan pemecahan masalah penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. http:// respository. upiedu.com/. 2.1.2 Fungsi menulis Tarigan (1992:22) dalam http://pembelajaranmenulis.blogspot.com/ mengemukakan bahwa menulis sesungguhnya memiliki banyak fungsi, pada prinsipnya Fungsi utama dari menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Dengan menulis memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi
8
pengalaman, dapat menyumbangkan kecerdasan. Percy secara rinci mengemukakan fungsi menulis adalah sebagai beikut
:
1) Sarana untuk mengungkapkan diri yaitu untuk mengungkapkan perasaan hati seperti kegelisahan, keinginan amarah. 2) Menulis sebagi sarana pemahaman artinya dengan menulis seseorang bisa mengikat kuat suatu ilmu pengetahuan (menancapkan pemahaman) kedalam otaknya. 3) Menulis dapat membantu mengembangkan kepuasan, pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri artinya dengan menulis bisa melejitkan perasaan harga diri yang semula rendah dengan menulis dapat meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan artinya orang yang menulis selalu dituntut untuk terus menerus belajar sehingga pengetahuannya menjadi luas. 4) Menulis dapat meningkatkan keterlibatan secara bersemangat bukanya penerimaan yang pasrah, artinya denga menulis seorang akan menjadi peka terhadap apa yang tidak benar disekitarnya sehingga ia menjadi seorang yang kreatif. 5) Menulis mampu mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa artinya dengan menulis seorang akan selalu berusaha memilih bentuk bahasa yang tepat dan menggunakannnya dengan tepat pula. Penulis dapat mengambil kesimpulaan bahwa Fungsi menulis sebagai alat menuangkan perasaan (sedih, senang, takut, gelisah dsb) sehingga ia bisa menjadi seorang yang kreatif dan bisa memperdalam ilmu pengetahuan kedalam otaknya. 2.1.3 Tahap – Tahap Menulis Suparno (2008:1.15-1.24) mengemukakan bahwa tahap-tahap menulis sebagai berikut :
9
a) Tahap prapenulisan, tahap ini merupakan fase persiapan menulis. pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta pengorganisasian ide atau gagasan dalam bentuk karangan. Proett dan Gill (1999), tahap ini merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik. b) Tahap penulisan, pada tahap prapenulisan kita telah menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat kerangka karangan. dengan selesainya itu semua, berarti kita telah siap untuk menulis. Kita mengembangkan buti demi butir yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah kita pilih dan kumpulkan. c) Tahap Pascapenulisan, fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan. kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi) kegiatan ini bisa terjadi beberapa kali. Tompkins dan Hosskisson (1995), membedakan pengertian penyuntingan (editing) dan perbaikan (revision). Menurut mereka, penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya. Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah pada pemeriksaan perbaikan isi karangan. 2.1.4 Pengertian Karangan Deskripsi Nadjua (2009:133) mengemukakan bahwa “Karangan merupakan sebentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh, Mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan gagasan dengan bahasa tulis”. Karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat dan
10
alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu (Finoza, 2009:192). Dapat dikemukakan bahwa kemampuan mengarang adalah kemampuan untuk menuangkan gagasannya dalam karangan (Suparno, 2008:3.1). Berdasarkan jenisnya karangan dibagi menjadi lima jenis salah satunya yaitu karangan deskripsi. Kata Deskripsi berasal dari kata Describere yang berarti menggambarkan atau memberikan sesuatu hal. dari segi istilah deskripsi adalah seatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (mendengar, melihat, mencium dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai citra penulisnya. (Soeparno,2004:4.5). Maksudnya, penulis ingin menyampaikan kesan–kesan tentang sesuatu dengan sifat dan gerak geriknya atau sesuatu kepada pembaca, misalnya, suasana kampung yang begitu damai, tentram, dan masyarakatnya yang saling menolong, atau suasana di jalan raya, tentang hiruk-pikuknya lalu lintas dapat dilukiskan dalam karangan deskripsi. Karangan Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata tentang suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Dapat dikatakan pula bahwa deskripsi merupakan hasil observasi melalui panca indra, yang disampaikan dengan kata-kata, http:// respository.upiedu.com/. Untuk menulis sebuah karangan deskripsi kita harus memanfaatkan semua panca indera kita dengan tajam. Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat memberi kesimpulan bahwa karangan deskripsi adalah karya tulis yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu sesuai objek yang dilihatnya seolah-olah pembaca bisa merasakan dan melihat apa yang dirasakan oleh penulis. Dengan demikian, dalam menulis deskripsi yang baik dituntut tiga hal. Pertama, kesanggupan berbahasa kita yang memiliki kekayaan nuansa dan bentuk. Kedua, kecermatan pengamatan dan keluasaan pengetahuan kita tentang sifat, ciri dan wujud objek yang
11
dideskripsikan. Ketiga, kemampuan kita memilih detail khusus yang dapat menunjuang ketepatan dan keterhidupan deskripsi (Akhadiah, 1997). Contoh kutipan karangan Deskripsi
Di
setiap
sisi lapangan terdapat teman-teman kecil dengan aneka bunga dan tumbuhan lainnya. lapangan tersebut berukuran setengah 100 x 120 meter. Lumanyan luas, buka? selain untuk upacara penaikan bendera, kadang kami menggunakan lapangan tersebut untuk bermain basket atau sepak bola. Disebelah utara, tepatnya di dekat kelas kami, terdapat tiang bendera. Adapun disebelah timur dan barat terdapat ring basket. Di bagian-bagian tertentu ada lubang yang beguna sebagai pancang tiang untuk net voli atau net sepak takraw. (Somad, 2007). 2.1.5 Ciri – ciri Karangan Deskripsi 1. Menggambarkan atau melukiskan suatu objek 2. Berisi rincian objek 3. Gambaran tersebut dilukiskan sejelas-jelasnya dengan melibatkan panca indera sesuai ciri, dan sifat objek sebenarnya 4. Hasil penyerapan panca indera. http:// respository. upiedu.com/. 2.1.6 Macam – macam Karangan Deskripsi Berdasarkan kategori yang lazim, ada dua objek yang diungkapkan dalam deskripsi (Suparno,2008:4.14) yakni sebagai berikut : 1. Deskripsi Orang Jika menulis karangan deskripsi orang, tentukan hal-hal yang menarik dari orang yang akan dideskripsikan. Setelah itu, kemukakan informasi tentang orang itu dengan retorika pengungkapan yang memungkinkan pembaca seolah-olah mengenalinya sendiri.
12
Beberapa aspek yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam mendeskripsikan seseorang, sebagai berikut : A. Deskripsi keadaan fisik Deskripsi fisik bertujuan memberi gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seorang tokoh. Contoh 1 Lasi selesai mengisis kain basahan. Ketika hendak masuk kedalam
matanya
bersitatap dengan suaminya. Entah mengapa Lasi terkejut meski ia tidak merasa asing dengan cara Darsa menatap dirinya. Ia pun kadang-kadang mencuri pandang, memperhatikan tubuh suaminya dari belakang; tubu seorang penyadap yang setiap hari dua kali naik turun belasan atau bahkan puluhan kali pohon kelapa. dalam gerakan naik turun pada tatar-tatar batang kelapa, seluruh perototan seorang panyadap digiatkan, terutama otot-otot tungkai, tangan, dan punggung. Hasilnya adalah sebentuk tubuh ramping dengan tubuh seorang penyadap, itu adalah pundaknya yang agak melengkung kedepan karena ia harus selalu memeluk batang kelapa ketika memanjat maupun turun. (Ahmad Tohari, Bekisar Merah, 1993) Pada contoh di atas pengarang berusaha menampilkan ciri-ciri fisik sang tokoh. ciriciri fisik ini diganbarkan dengan cermat. Melalui gambaran visual ini pengarang mencoba menampilkan bentuk tubuh sang tokoh agar dapat dibayangkan kehadirannya oleh pembaca. B. Deskripsi keadaan sekitar Deskripsi keadaan sekitar, yaitu gambaran keadaan yang mengelilingi sang tokoh, misalnya penggambaran tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan, pekerjaan atau jabatan, pakaian, tempa kediaman, dan kenderaan, yang ikut menggambarkan watak seseorang.
13
Contoh 2 Kuiringkan Rini memasuki halaman luas rumah itu. pintu pagar besi berderit, dan seketika terdengar salak anjing riuh-rendah. Rini ragu-ragu dan agak takut. seorang laki-laki keluar dari samping rumah dan menuju pagar. agaknya laki-laki itu sedang membersihkan mobil yayng berderet di sebelah kiri halaman dari segala macam merek terbar. begitu lakilaki itu mengangguk ragu, tetapi Rini cepat memperkenalkan diri. Laki-laki itu mempersilahkan mereka masuk. Halaman yang luas dan di tata rapi itu kami lalui. Ruangan pun tersusun rapi, mewaah, dan intelek. Sanyup-sayup terdengar bunyi piano menambah kelengkapan ruangan itu. Rini dipersilahkan duduk. Aku dan Rini dengan ragu-ragu duduk di atas kursi yang dialas karpet berbulu tebal yang warnanya sangat serasi dengan kursi tersebut. C. Deskripsi watak atau tingkah perbuatan Mendeskrpsikan watak seseorang ini memang sulit dilakukan. Kita harus mampu menafsirkan tabir yang terkandung di balik fisik manusia. Dengan kecermatan dan keahlian kita, kita harus mampu mengidentifikasikan unsur-unsur dan kepribadian seorang tokoh. Kemudian, menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat memperlihatkan karakter yang digambarkan. Contoh 3 Nenek meluruskan letak kacamatanya yang berbingkai emas, tetapi segera melorot lagi sampai keujung hidungnya, sehingga kacanya memperjelas tentang pipinya yang kisut. Dengan tawakal terpaksa ia menengadahkan kepalanya sedikit supaya matanya bisa memandang lewat kaca yang ada dibawanya. Dengan sama sekali tak tergesa-gesa
ia
mengambil tabung yang lebih panjang daripada tempat kapur dan mulai memasukkan daun sirih dan gambir di dalamnya, setelah dipotong-potongnya dengan semacam gunting yang berbentuk kakatua. Tambah kapur sedikit, kemudian ia mulai menumbuk campuran itu
14
dengan perkakas mirip obeng. Dalam pada itu mulutnya tak berhenti bercakap-cakap; menanyakan sanak saudara jauh. kalau sudah dijawab, berita tentang mereka ketika masih bayi atau masih kanak-kanak. Kalau ternyata cucunya tak mengetahui siapa-siapa mereka itu, maka nenek menerangkan dengan panjang lebar dan kejelasan yang patutu dicontoh oleh guru besar kalau memberi kuliah. Si anu itu yang kawin dengan adik Si anu. Si anu ini anak daripada kakak nenek dari ibu ketiga. Jadi masih permil dan sang cucu mendengarkan dengan khidmat dan sabar. (Nugroho Notosusantaso, “Tayuban” dalam tiga kota) Dari kutipan Cerpen di atas dapat ditafsirkan bahwa tokoh nenek adalah wanita tua yang gemar berbicara dan sang cucu penyabar. D. Deskripsi gagasan-gagasan tokoh Hal ini tidak dapat diserap oleh panca indera manusia. Namun antara perasan dan unsur fisik mempunyai hubungan yang erat. Pancaran wajah, pandangan mata, gerak bibir, dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan seseorang pada waktu itu. Contoh 4 Kau harus pulang, Yati,. Kau sudah cukup meremukkan hati ibu. Sekali kau harus benar-benar mengerti, bahwa kau sudah besar, sudah tak patut lagi untuk tiap kali membantah kata orang yang lebih tua darimu. Kalau dulu kau selalu sudah cukup tahu bagaimana hati ibu karena kelakuanmu dan dia terus mendesakku dengan kata-katanya yang dianggapnya menasihatiku. Aku hanya diam. diam saja sambil memandang keluar pintu. Dalam hati Aku tersenyum, senyum besar menyenyumi segala bicara orang yang ada dimukaku ini.
15
(N.H. Dini, Pendurhaka) Dari kutipan di atas kita menafsirkan bahwa tokoh Yati memiliki tabiat yang keras dari ucapan lawan bicara. lebih dikuatkan lagi dengan pelukisan reaksinya terhadap ucapan itu. Semuanya itu secara lengkap mengungkapkan bagaimana sikap dan pandangan hidup Yati. 2. Deskripsi Tempat Tempat memang peranan yang sangat penting dalam setiap peristiwa. Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkuagan dan tempat. Jalannya sebuah peristiwa akan lebih menarik jika dikaitkan dengan tempat terjadinya peristiwa (Akhadiah, 1997). Tulisan Deskripsi dimaksudkan untuk menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca, dan memberikan identitas atau informasi mengenai objek tertentu sehingga pembaca dapat mengenalinya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tadi. Supaya sesuai dengan tujuan penulisannya, diperlukan suatu pendekatan. Pendekatan adalah cara penulisan peneropong atau melihat sesuatu yang akan dituliskan. Penulis perlu mengambil sikap tertentu untuk dapat memperoleh gambaran tentang suatu objek penulisan. 2.1.6
Pendekatan Karangan Deskripsi Suparno (2008:4.8) menegemukakan bahwa pendekatan dalam pendeskripsian dapat
dibedakan atas pendekatan eksposotori, pendekatan impresionistik, dan pendekatan menurut sikap pengarang.
1) Pendekatan Ekspositori Pendekatan ekspositori adalah karangan yang sangat logis, biasanya merupakan daftar rincian atau hal yang penting-penting saja yang disusun secara sistem dan urutan logis objek yang diamati. Dalam pendekatan ini kita berusaha agar deskripsi yang kita buat
16
dapat memberi keterangan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat seolah-olah ikut melihat atau merasakan objek yang kita deskripsikan. 2) Pendekatan Impresionistik Pendekatan
Impresionistik
adalah
karangan
yang
menggambarkan
impresi
penulisannya, atau untuk mestimulir pembacanya. Deskripsi impresionistis ini lebih menekankan pada impres atau kesan penulisannya ketika melakukan observasi atau ketika melakukan impresi tersebut. Tujuan pendekatan ini untuk mendapatkan tanggapan emosional pembaca ataupun kesan pembaca. Corak deskipsi ini di antaranya juga ditentukan oleh macam kesan apa yang diinginkan penulisnya. Misalnya, kita membuat deskripsi Impresionistik tentang sebuah restoran, yang penting adalah kesan kita tentang restoran itu. apakah rumah makan itu menyenangkan? jika kita kesan buruk, maka yang kita daftar adalah hal-hal yang menimbulkan kesna tersebuut, misalnya, meja makan yang kotor, pelayan yang tengik dan sebagainya. 3) Pendekatan Menurut Sikap Pengarang Pendekatan ini sangat bergantung kepada tujuan yang ingin dicapai, sifat objek, seta pembaca deskripsinya. Dalam menguraikan sebuah gagasan, penulis mungkin mengharapkan agar pembaca merasa tidak puas terhadap suatu tindakan atau keadaan, atau penulis mengingikan agar pembaca juga harus merasakan bahwa persoalan yang tengah
dihadapi
merupakan
masalah
yang
gawat.
Penulis
juaga
dapat
membaayangkan bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, sehingga pembaca dari mula sudah disiapkan dengan sebuah perasaan yang kurang enak, serem, takut, dan sebagainya (Akhadiah, 1997).
17
2.1.7 Langkah - langkah Menulis Karangan Deskripsi Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menulis karangan deskripsi (Suparno,2008:4.22) yaitu sebagi berikut : -
Menentukan apa yang akan dideskripsikan: apakah akan mendeskripsikan orang atau tempat.
-
merumuskan tujuan pendeskripsian: apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi.
-
menetapkan bagian yang akan dideskripsikan: kalau yang dideskripsikan orang, apakah yang akan dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya, atau bendabenda disekitar tokoh? kalau dideskripsikan tempat apakah yang akan dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagian-bagian tertentu saja yang menarik?
-
merinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan: hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang dideskripsikan? pendekatan apa yang dilakukan penulis?
2.1.8 Kerangka Karangan Nadjua (2009:137) Mengemukakan bahwa “Kerangka karangan adalah rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari sebuah karangan, kerangka karangan juga bisa disebut sistematika karangan”. Kerangka karangan mempunyai manfaat yang besar
dalam
penyusunan karangan ilmiah. Diantara manfaat tersebut adalah:
1. Memudahkan penulis untuk menyusun karangan sehingga menjadi karangan yang lebih sistematis dan terarah.
18
2. Memudahkan penulis untuk memilih dan menempatkan bab-bab tertentu yang dianggap penting dan yang tidak dianggap penting. 3. Menghindari pengulangan pembahasan 4. Membantu pencairan data yang dibutuhkan.
Menurut bahasa kerangka karangan itu sendiri merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang mengandung ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu (Aliyah,2007). Kerangka karangan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran bagi target pembacanya. Selain itu kerangka karangan akan akan dapat menghindarkan kemungkinan kesalahan terutama dalam mengembangkan detail-detailnya.
Aliyah (2007) mengemukakan fungsi kerangka karangan sebagai berikut
:
1). Memudahkan pengendalian variabel, 2). Memperlihatkan pokok pembahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis menciptakan suasana kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan, 3). Mencegah pembahasan keluar dari sasarann yang sudah dirumuskan dalam topik, judul, tujuan dan kalimat. 4). Memudahkan penulis menyusun kerangka secara menyeluruh, 5). Mencegah ketidak lengkapan bahasan 6). Mencegah pengulangan pembahasan ide, 7). Memperlihatkan kekurangan atau kelebihan materi pembahasan Contoh Kerangka karangan Tema : Liburan Kepantai
19
I. Merencanakan Liburan A. Berdiskusi dengan Ayah dan Ibu 1). menentukan tempat 2). menentukan waktu 3). menentukan biaya yang diperlukan B. Melakukan persiapan 1). Ayah mengecek kenderaan yang akan digunakan 2). Ibu mempersiapkan makanan dan pakaian yang perlu dibawa 3). Saya dan kakak memeriksa perlengkapan laiannya. II. Selama Liburan A. Di perjalanan 1). menyaksikan lalu lalang kenderaan dan keindahan pemandangan 2). Ibu hampir mabuk B. Di tempat wisata 1). beristrahat sebentar di tempat penginapan 2). Kakak memaksa Ibu untuk segera menuju tempat yang disukai 3). Kakak bermain pasir dan ombak 4). Ayah dan Ibu berdua menyusuri pantai III. Perjalanan pulang A. Persiapan dan belanja oleh-oleh 1). Ibu mengemasi barang-barang 2). Kakak berdiam diri karena kelelahan B. Tiba di rumah
20
2.1.9 Pengertian Model Pembelajaran Nanang (2009:41) Mengemukakan bahwa “Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaktif maupun generatif”. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang keduannya disingkat menjadi SOLAT (style of earning and teaching). (School of Education, PU: 2011). Pendapat yang lebih sederhana menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah standar tingkah laku dalam mengajar yang teridentifikasi agar dapat mencapai situasi mengajar tertentu. (www.education.com). (Suprijono,2010 : 58) dalam
http:// respositori.upiedu.com. Mengatakan bahwa
untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah : a)
Positive interdependence (saling ketergantungan positif). Unsur ini menunjukan bahwa
dalam pembelajaran koopertaif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelomok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut; b)
Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). Pertanggungjawaban ini muncul
jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok; c)
Face to face promotive interaction (interaksi promotif). Unsur ini penting karena dapat
menghasilkan saling ketergantungan positif; d)
Interpersonal sekill (komunikasi antar anggota). Untuk mengoordinasikan kegiatan
peserta didik harus saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif; dan
21
e)
Group processing (pemrosesan kelompok). Melalui pemerosesan kelompok dapat
diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Arends (1997) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai, setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yakni : (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap perbedaan individu, (3) pengembangan keterampilan sosial. Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran
adalah model
pembelajaran Example non example yang didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu menciptakan suatu makna dari apa yang di pelajari atau bersifat menerangkan dengan kaidah berupa pemberian struktur kalimat. Model pembelajaran example non example merupakan model pembelajaran kooperatif yakni suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Davison dan Kroll (1991:262) mendefinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka. Model pembelajaran example non example bukanlah suatu model pembelajaran baru bagi dunia pendidikan akan tetapi merupakan pembinaan atau melatih pengalaman demi pengalaman. Hal ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan penalaran yang lebih dinamis. http://ebookbrowse.com/. Model pembelajaran example non example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut
22
menjadi sebuah bentuk deskriptif singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Hayardin (2009:1) bahwa model pembelajaran example non example adalah suatu tipe model pembelajaran berbasis masalah. Melalui model ini membelajarkan siswa terhadap masalah yang ada di sekitar mereka melalui menganalisis contoh gambar-gambar/ foto/ kasus yang memuat masalah. Siswa dilatih menganalisis, mengidentifikasi masalah, serta mencari alternatif solusi dari setiap masalah yang dihadapi secara efektif. Wikipedia (2011:1) mengemukakan bahwa model example non example mempunyai beberapa konsep umum seperti
:
-
pelajar aktif membina pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah ada
-
dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
-
pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru
-
unsur terpenting dalam teori ini ialah seorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
-
ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
-
bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran example non example adalah model pembelajaran yang mengutamakan kelompok-kelompok kecil yang saling berbagi pendapat antara satu dan lainnya, dalam pembelajaran menggunakan contoh-contoh gambar sebagai
23
media pemebelajaran yang terdapat dilingkungan siswa yang nantinya akan menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada dalam gambar. 2.1.10 Kelebihan dan Kekurangan Model Example non Example Kelebihan -
siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar
-
siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar
-
siswa diberi kesepatan untuk mengemukakan pendapatnya
Kekurangan -
Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar
-
memakan waktu yang lama. http://ebookbrowse.com/.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran example non example merupakan model pembelajaan yang menekankan pemahaman siswa dalam menganalisis contoh-contoh gambar/ foto yang memuat kasus yang ada di sekitar mereka dengan pengetahuan dan pengalaman yang pernah dimilikinya, sehingga siswa memahami materi yang dipelajari dan keterkaitannya dengan lingkungan. 2.1.11 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Example non Example Nanang (2009:41) mengemukakan bahwa langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran ini sebagai berikut: a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Guru menempelkan gambar di papan tulis, ditayangkan melalui OHP atau in fokus. c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada peseta didik untuk memerhatikan dan menganalisa gambar.
24
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik dan hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat. e. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. f. Mulai dari komentar hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. g. Kesimpulan. Langkah-langkah model pembelajaran example non example di atas dapat dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam menulis karangan deskripsi dan memperluas imajinasi siswa. 2.1.12 Penerapan Model Pembelajaran Example non Example dalam
Menulis
Karangan Deskripsi di SD Dalam kegiatan proses belajar mengajar model pembelajaran example non example diwujudkan
dalam
bentuk
kegiatan
seperti
memahami,
menganalisis,
berdiskusi,
mengedentifikasi, memecahkan masalah dan sebagainya. Kegiatan keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diamati secara langsung yakni cara siswa mengerjakan tugas, berdiskusi, mengidentifikasi masalah dan menulis karangan deskripsi. Kita tidak bisa memastikan bahwa siswa yang diam mendengarkan penjelasan guru tidak paham terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi yang diajarkan, demikian sebaliknya belum tentu siswa yang aktif secara fisik paham terhadap keterampilan menulis karangan deskriptif yang diajarkan. Oleh sebab itu, paham tidaknya siswa dalam pembelajaran hanya siswa yang bisa mengetahuinya. Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mengetahui siswa paham tidaknya siswa dalam pembelajaran yakni dapat kita lihat dari kriteria model pembelajaran yang dilaksanan dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran maupun
25
dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Dari langkah awal model pembelajaran siswa memperhatikan penjelasan materi, kemudian dari contoh gambar yang diperlihatkan guru siswa dilatih menganalisis gambar tersebut dan berdiskusi. Dari diskusi siwa mencari solusi yang tepat dari masalah yang dihadapi, setelah semua masalah teratasi dengan baik, berdasarkan gambar yang ada siswa dituntut menulis sebuah karangan deskripsi berdasarkan pengalaman yang pernah dialami. 2.2 Kajian yang relevan Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini
:
Penelitian pertama Asma U Menu tahun 2013 dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Model Example non Example dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN 18 Pulubala. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka penulis menyimpulkan beberapa hal sehubungan dengan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Ipa meteri sumber daya alam kelas IV SDN 18 Pulubala sbb: 1. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model koperatif tipa example non example. 2. Model koperatif tipe example non example dapat dijadikan alternatif bagi guru Ipa untuk lebih mengektifkan siswa, dan untuk mengungkapkan segala potensi yanng dimiliki oleh siswa melalui kegiatan mengemukakan pertanyaan dan mengeksplorasi pertanyaan dari guru atau dari sesama siswa. Penelitian kedua Sumantri A. Karim dalam skripsinya yang berjudul “Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui penggunaan media gambar seri di kelas IV SDN I Mananggu Kabupaten Boalemo” yang menunjukan bahwa kemampuan
26
siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui penggunaan media gambar seri menunjukan hasil yang cukup baik. pada siklus I (satu) 48% dari 25 orang siswa dan siklus II (dua) 80%. berdasarkan hasil penelitian ini kemampuan siswa dapat ditingkatkan.