6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar adalah sikap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai akibat suatu hasil dari latihan atau pengalaman Morgan dalam (Purwanto, 1997: 84). Muhibbin (dalam Suhartinah, 2007) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut. Slameto (dalam Kurnia, 2007: 1-3) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengamatan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (dalam Kurnia, 2007: 1-30) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsng dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Dari pengertian-pengertian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif. 2.1.2 Hasil belajar Kata hasil belajar sering disebut prestasi belajar. Kata prestasi berasal dari Belanda yaitu
“ prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia disebut prestasi yang
artinya hasil usaha. Kata prestasi juga bararti kemampuan ketrampilan, sikap seseorang dalma menyelesaikan sesuatu (Arifin 1 ,1999 : 78). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktifitas belajar (Tri Anni, 2004: 4). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni et al. 2005). Perolehan aspek-aspek perubahan perilku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasil belajar yang dicapai oleh
7
siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya. Berkenaan dengan tujuan ini, Bloom dalam Anni et al. (2005) mengemukakan taksonomi yang mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran ranah kognitif berkaitan dengan hasil pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup beberapa kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Krathwohl dalam Anni et al. (2005) menyatakan pembelajaran ranah afektif merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif yaitu: penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup. Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syarat, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Menurut Elizabeth Simpson dalam Anni et al. (2005) kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas. Beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan. Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
8
Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, Guru harus memiliki kompetensi dibidangnya, selain itu agar pembelajaran tidak monoton maka guru sebaiknya mampu memvariasikan metode pembelajaran misalkan diskusi inkuiri, praktikum, game dan jigsaw. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi juga dapat mempengaruhi hasil belajar karena siswa merasa senang dalam belajar, motivasi tinggi dan hasil belajarnya dapat maksimal. Sadiman et al. (2007) menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan dan sikap. Ada 3 aspek atau ranah belajar yang dinilai dalam kegiatan belajar mengajar (Anni et al. 2006) yaitu a. Ranah kognitif Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemahiran intelektual. Beberapa kategori yang mencakup yaitu pengetahuan (knowlegde), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis) dan penilaian (evaluation). b. Ranah afektif Ranah afektif terkait dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori dalam ranah afektif yaitu penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup. d. Ranah psikomotorik Ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori dalam ranah psikomotorik yaitu persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided respons), penyesuaian (adaption), dan kreativitas. Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas. Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan
9
dan penggunaan informasi untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Bentuk penilaian kelas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes tertulis (paper and pen), dan penilaian sikap. Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut Darsono (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut : a. Kesiapan Belajar Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip kesiapan ini. b. Perhatian Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek. Pehatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. c. Motivasi Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang melakukan kegitan tertentu yang mencpai tujuan. d. Aktivitas Siswa Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berpean. e. Mengalami sendiri Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih mendalam. f.
Pengulangan Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan dan pemahaman materi.
g. Balikan dan Penguatan
10
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. h. Perbedaan individual Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. 2.1.3 IPS 2.1.3.1 Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmuilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresiekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitasaktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmuilmu sosial dan studi-studi sosial. Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS bahwa IPS sebagai pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dart berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya,
11
psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996: 4), bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau basil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Jadi alasan mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut: a. Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki menjadi lebih bermakna. b. Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab. c. Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antarmanusia. Jadi IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Sementara itu seperti telah menjadi kenyataan, dikatakan lebih lanjut bahwa : “ sekarang kita hidup dalam dunia yang saling berhubungan secara global, dimana fenomena biologis, fisik, sosial maupun lingkungan saling ketergantungan. Unutk menjelaskan dunia ini secara memadai kita memerlukan sebuah perspektif ekologis, yang tidak ditemukan dalam pandangan dunia Cartesian “. Oleh karena itu belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kedua kegiatan tersebut terpadu dalam satu kegiatan yang disebut interaksi belajar mengajar. 2.1.3.2. Tujuan IPS Mata pelajaran IPS memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan
lingkungannya b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
12
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998). a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, b. Mengetahui dan memahami konsep dasar yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. 2.1.3.3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. a. Manusia, Tempat,Lingkungan
c. Sistem Sosial Budaya
b.Waktu Keberlanjutan
d.Ekonomi
2.1.3.4. Arah Pengembangan pelajaran IPS Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian. 2.1.3.5. Strategi Membelajarkan IPS Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini: (1) Pemetaan Kompetensi Dasar, (2) Penentuan Topik/tema, (3) Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator sesuai topik/tema, (4)
13
Penyusunan Bahan Ajar, (5) Pengembangan Silabus, (6) Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Sejarah
Ilmu Politik
Geografi
Sosiologi
Ekonomi IPS
Antropologi
Psikologi Sosial Filsafat
Gambar 1. Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.3.6 Karakteristik Mata Pelajaran IPS Karateristik mata pelajaran IPS antara lain sebagai berikut. a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001). b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS
14
menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia. 2.1.4 Metode Mengajar Guru yang profesional tidak hanya menguasai sejumlah materi pembelajaran, tetapi juga terampil dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran serta situasi pada saat materi tersebut harus disajiakan. Selain itu, guru juga harus memilih metode yang tepat agar pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau metode pembelajaran dapat dikatakan sebagai cara menyajikan isi pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi. Metode mengajar merupakan prosedur/cara yang harus dilakukan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga proses belajar berjalan baik dalam arti kompetensi atau tujuan pembelajaran dapat tercapai. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui,dan mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Dalam proses belajar mengajar (PBM) peranan metode dalam strategi pembelajaran sangat menentukan berhasil atau tidaknya seorang guru menyampaikan pesan kepada peserta didiknya. Memilih metode yang tepat untuk menciptakan suasana proses belajar mengajar yang menarik. Penilaian metode dari segi penerapannya sangat tergantung kepada jumlah peserta didik yang besar atau kecil. Beberapa metode mengajar yang dapat divariasikan oleh pendidik diantaranya. Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran IPS diantaranya: (1) ceramah; eksperimen (4) diskusi (5) bermain peran, (6) simulasi dan
(2) demonstrasi; (3) (7) bermain peran.
Pada pelaksanaannya metode ini dapat dipilih guru sesuai dengan topik-topik dalam pembelajaran PSI di SD. Metode yang dipilih harus mempermudah para peserta didik menyerap materi ajar dan mempermudah guru menyajikan bahan ajar tersebut. Masingmasing metode mempunyai ciri, keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan.
15
2.1.5 Metode Role Playing Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambar-an keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi. Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk memerankan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap pemeran. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam „pertunjukan‟, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
metode
tokoh
tujuan
Role
Fannie
Didesain untuk mengajak peserta didik dalam
playing
Shaftel
menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui
(Bermain
George
tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang
peran)
Shafted
menjadi sumber dari penyelidikan itu
Metode pembelajaran yang termasuk dalam rumpun sosial ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Metode ini memfokuskan pada proses negosiasi sosial. Metode pembelajaran dalam kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dalam upaya peningkatan proses demokratis dalam bermasyarakat secara produktif.Didesain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penyelidikan itu, tokoh teori social Fannie Shaftel George Shafted.
16
Ini yang merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru, Melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk memahami nilai sosiodrama adalah mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti penuturan terjadinya sosiodrama dan mengikuti langkah-langkah guru pada saat memimpin sosiodrama. Langkah-langkah pembelajaran role playing pada pembelajaran IPS a) Siswa dibentuk kelompok untuk melakukan role playing. Satu kelas dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 anak. b) Guru memberikan lembar kerja yang berisi langkah-langkah role playing c) Guru menjelaskan cara melakukan role playing d) Tiap kelompok melakukan role playing e) Guru membimbing siswa dalam kegiatan role playing f)
Siswa melaporkan hasil kegiatan role playing
g) Kelompok yang lain memberikan tanggapan hasil role playing kelompok lain. h) Menyimpulkan hasil role playing Guru memberi kesempatan kepada para pendengar (siswa lain) untuk memberikan pendapat .atau mencari pemecahan dengan cara-cara lain, kemudian diambil kesimpulan. Dalam diskusi kemungkinan terjadi diskusi yang seru karena adanya perbedaan pendapat. Timbul pertanyaan, apakah dalam keadaan yang sebenamya mereka juga berani berkata demikian? Sampai dimanakah manusia dapat mengambil kesimpulan atau keputusan yang sama apabila dalam situasi yang menekan. Permainan peranan ini menimbulkan sejumlah masalah yang perlu dicamkan oleh para siswa. Perasaan mereka dapat diperkuat oleh pengalaman yang realistis itu. Bila metode inl dikendalikan dengan cekatan oleh guru, banyak manfaat yang dapat dipetik, sebagai metode cara ini : (1) Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adeganadegan, sehingga dapat mempertajam imajinasi, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi. (2) Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan
17
sesama manusia, seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya. (3) Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain. Sebaliknya betapapun besar nilai metode ini ditangan yang kurang bijaksana akan menjadi nihil. Pada umumnya karena guru sendiri tidak paham akan tujuan yang dicapai, atau guru memilih metode ini walaupun sebenarnya kurang tepat untuk tujuan tertentu. Dapat terjadi guru tidak menyadari pentingnya langkah langkah dalam metode ini. 1. Kelebihan dan Kelemahan Role Playing Kelebihan: a) Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat berfantasi) b) Memupuk kerjasama antara siswa. c) Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama. d) Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri. e) Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas. f) Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalarn waktu singkat. Kelemahan: a) Adanya kurang kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tak tercapai. b) Pendengar (siswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah laku pemain
sehingga
merusak
suasana.
(Dikutip
dari
http://pakguruonline.pendidikan.net/, 2011) 2.1.6. Globalisasi 2.1.6.1. Pengertian Globalisasi Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini. Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama
18
komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan. 2.1.6.2. Jenis-jenis Globalisasi Globalisasi Ekonomi Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik. a. Globalisasi produksi, Globalisasi di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menajdi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global. b. Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama mitra usaha dari manca negara. c. Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah
19
memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas. d. Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa- menuju pada selera global. e. Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair. Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia. 2.1.6.3. Faktor Pendorong dan Penghambat Globalisasi a.
Faktor Pendorong Globalisasi 1) Inkeles dan Smith dalam Budiman ( 1995 : 35 – 36 ) menjelaskan faktor pendorong globalisasi yaitu : (a). Faktor pendidikan adalah yang paling efektif untuk mengubah manusia. (b) . Pengalaman kerja yang handal. (c). Pengenalan terhadap media massa. 2)
Hanurita dan Nugroho ( 2005 : 46 – 48 ) mengemukakan pendapat beberapa tokoh yaitu : a. Theodore Leavitt ( 1983 ) yang menyatakan globalisasi dihela oleh tiga variabel yaitu : komunikasi, transportasi dan travel. b. Dorodjatun Kuntjoro Jakti ( 1996 ) menyatakan bahwa globalisasi digerakan oleh revolusi 3-T : telekomunikasi, transportasi dan tourisme. c. Kenichi Ohmae ( 1995 ) melihat dari sisi yang lebih bisnis – ekonomi . Menurutnya globalisasi dhela oleh 4-I : Lebih lanjut Hanurita dan Nugroho ( 2005 : 62 – 68 ) menyebutkan : Revitalisasi globalisasi digerakan oleh
20
kombinasi kapitalisme klasik ( fondamentalis pasar ) , teknologi dan demokrasi ( yang bermakna kebebasan ). 3) Effeny ( 2005 : 121 - 124 ) mengemukakan globalisasi adalah sikap dan nilai yang dimiliki oleh seseorang dengan ciri –ciri sebagai berikut : a. Sikap mental untuk siap dalam menghadapi pengalaman baru dan terbuka terhadap inovasi dan perubahan. b. Mempunyai disposisi untuk membentuk atau memiliki opini mengenai sejumlah besar problema dan persoalan yang tidak saja muncul dalam lingkungan sendiri tetapi juga di luar lingkunganya. c. Mempunyai orientasi waktu dalam arti memandang sesuatu lebih berorientasi sekarang dan ke depan dari pada tempo dulu. d. Mempunyai perencanaan dan pengorganisasian serta kepercayaan dalam hidup. e. Mempunyai daya mampu ( efficacy ) yang percaya bahwa manusia itu dapat mempelajari derajat substansial untuk menguasai lingkunganya guna mencapai tujuan yang diinginkanya. f. Mempunyai perhitungan bahwa orang lain dan lembaga – lembaga sekitarnya dapat menjadi sandaran untuk memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya, dan tidak setuju bahwa hidupnya ditentukan oleh nasib maupun oleh kualitas watak manusia.. g. Tanggap terhadap harga diri seseorang dan lebih siap untuk menunjukan rasa hormat kepada orang lain. h. Percaya terhadap sains dan teknologi . i. Mempercayai keadilan yang merata dalam arti ganjaran harus sesuai kontribusi yang diberikan oleh sesorang. b.
Usman ( 2004 : 5 ) menjelaskan globalisasi akan berlangsung dengan baik dalam suatu negara apabila negara dapat berperan dalam kegiatan perencanaan dan implementasi program – program pembangunan. Setidaknya gerak lokalisasi
( gerak negara )
berkembang secara berdampingan dengan internasionalisasi atau globalisasi. Untuk itu pemerintah yang demikian dapat terjadi apabila menempatkan posisinya sebagai berikut : a. Sebagai pelaksana kebijakan ekonomi. b. Sebagai konsumen, produsen sekaligus investor. c. Sebagai pengelola perusahaan ( negara ). d. Sebagai pengatur masyarakat ( regulator ). Faktor Penghambat Globalisasi 1) Merujuk pada pendapat Inkeles dan Smith tentang faktor pendorong globalisasi yang meliputi pendidikan, pengalaman kerja dan media massa maka faktor penghambat globalisasi adalah : a. Tingkat pendidikan dan
21
kualitas pendidikan yang rendah. b. Pengalaman tenaga kerja yang rendah c. Pengenalan media massa yang minim. 2) Sedangkan faktor pendorong yang disampaikan oleh Hanurita dan Nugroho, faktor penghambatnya adalah tidak mempunyai keunggulan industri manufaktur atau teknologi dan lemahnya daya saing Sumber Daya Manusia, dan kondisi demikian ada pada negara – negara berkembang. 3) Effendi
menyatakan ditinjau dari sikap mental dan nilai – nilai yang
menghambat globalisasi antara lain : a. Sulit menerima pengalaman baru dan upaya inovasi . b. Tidak peduli terhadap lingkugan sekitar beserta problemanya sehingga tidak pernah mempunyai opini untuk persoalan yang ada disekelingnya. c. Tidak berorientasi waktu dalam arti berorientasi waktu sekarang dan ke depan, bahkan tidak peduli berlalunya waktu tanpa tujuan hidup yang jelas. d. Tidak mempunyai perencanaan hidup. e. Tidak berfikir bahwa manusia harus dapat menguasai lingkngan utuk mencapai tujuan hidupnya. f. Mempunyai pandangan bahwa hidup telah ditentukan berdasarkan nasib atau garis hidupnya, sehingga tidak mau memahami bahwa kehidupan yang diatur dengan hukum secara baik, lembaga – lembaga yang ada disekelilingnya dapat menjadikan keberadaan manusia dapat diatur dan memenuhi tujuan yang dicita – citakan. g. Kurang apresiasi terutama terhadap hasil karya orang lain sehingga tidak Kurang faham terhadap sains dan teknolofi. i. Tidak percaya terhadap keadilan yang merata karena hanya mempercayai garis hidup dan nasib. 4) Sedangkan faktor penghambat apabila menujuk pendapat Usman tentang faktor pendorong modernisasi dan globalisasi , maka negara yang tidak dapat membuat kebijakan seiring dengan lajunya globalisasi akan menjadi hambatan laten yang merugikan warganya.Pemerintah yang tidak dapat berperan sebagai konsumen, produsen, investor sekaligus regulator akan menghambat globalisasi di negaranya. Faktor penghambat lainya yang perlu diperhatikan adalah bergaining ( tawar menawar dalam posisi yang kalah yang sering dialami negara – negara berkembang.
22
2.1.6.4. Dampak Globalisasi 1) Dampak Positif. 1) Sikap dan pemahaman untuk dapat hidup antar suku bangsa, antar bangsa-bangsa di dunia secara damai sehingga tumbuh rasa pemahaman dan toleran terhadap orang lain dan bangsa salin. 2) Fasilitas hidup yang terpenuhi baik dari segi transportasi, komunikasi, ekonomi, teknologi, pendidikan, sosial dan budaya. 3) Tersedianya lapangan pekerjaan bagi tenaga profesional. Pertumbuhan pasar global menuntut pekerja – pekerja profesional, sehingga bagi sumber daya manusia yang mempunyai keahlian terutama dalam penggunaan teknologi akan mudah mendapatkan pekerjaan tidak hanya dari negara sendiri, dapat juga menjadi pekerja di negara lain. Untuk kasus Sumber Daya Manusia di Indonesia memang sudah banyak yang dikirim ke luar negeri, tetapi kapasitasnya baru sebagai Pembantu Rumah Tangga ( PRT ), atau tenaga kasar lainya seperti perawat, penjahit, pelayan toko dan sedikit sekali tenaga ahli yang bekerja di luar negeri. 4) Perkembangan teknologi memudahkan dan membantu untuk industrialisasi, termasuk untuk komunikasi, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, kebersihan, penerangan, bahkan pertahanan dan keamanan. Teknologi yang dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat dunia menjadi dampak positif yang besar 5) Kemudahan arus informasi internasional sehingga setiap saat dapat mengadakan komunikasi tanpa dibatasi jarak dan waktu. Dengan komunikasi yang bebas hambatan maka untuk lelancaran perdagangan intarnasinal dan hubungan politik antar negara menjadi semakin lancar. 6) Negara yang dapat menyejajarkan diri dengan kondisi global akan membuat regularisasi di bidang ekonomi dengan berbagai kemudahan – kemudahan untuk pelaku ekonomi yang sangat bermanfaat bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kemudahan yang dilakukan oleh negara tidak sekedar terbukanya peluang bisnis, tetapi regularisasi di bidang pendidikan, politik, pertahanan dan keamanan juga menjadi perhatian negara yang menyejajarkan diri dengan arus globalisasi.
23
7) Pembanguan yang lebih terencana dan berorientasi pada kebutuhan hidup warga dunia. Dengan globalisasi ada komitmen internasional untuk melestarikan dunia, hal ini dapat dilihat dari perhatian negara – negara maju terhadap penggundulan hutan tropis. Dilain fihak perhatian perhadap pelanggarn Hak Asasi Manusia ( HAM ) menjadi perhatian internasional juga. 8) Tumbuhnya budaya global seperti penggunaan internet, budaya orientasi waktu sekarang dan yang akan datang, mudah menerima pembaharuan dan suatu inovasi, managemen waktu, bekerja secara profesional, bekerja berorientasi pada tujuan, pendidikan merupakan investasi masa depan , menabung untuk investasi hari tua dan seterusnya. Contoh nyata macdonalisasi dunia. 9) Penanaman modal asing memacu pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Seperti diketahui bahwa globalisasi ditandai juga mengalirnya modal negara – negara maju ke negara berkembang. Modal tersebut sangat diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Tetapi yang perlu diwaspadai modal asing tersebut janganlah menjadi candu atau ketidak berdayaan negara berkembang untuk semakin bergantung kepada negara maju. 10) Terjadi migrasi yang tinggi baik dari satu daerah ke daerah lain dalam satu negara maupun dari negara satu ke negara yang lain. Migrasi yang terjadi biasanya kerumunan orang menuju ke daerah kota dimana industri dan pasar modal berada. Sehingga dikota akan tumbuh berbagai fasilitas umum yang memudahkan kehidupan warganya 11) Bercampurnya berbagai kebudayaan dari berbagai daerah dan negara. Mudahnya arus informasi, berkembangnya teknologi komunikasi dan mudahnya mobilitas sosial menjadikan mudahnya percampuran berbagai kebudayaan. Contoh budaya musik gamelan dari Indonesia telah diminati oleh warga negara Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Australian dan lainya. 12) Traveling yang mudah dan murah. Dengan perkembangan teknologi transportasi dan persaingan perusahaan di bidang transprotasi menjadikan perjalanan mudah, cepat dan murah. Sehingga masing – masing jasa transportasi berusaha untuk memberikan pelayanan yang nyaman dengan berbagai fasilitas menarik lainya.
24
2) Dampak Negatif. 1) George Simmel dalam Widyanta ( 2002 : 141 – 154 ) menyampaikan tiga problem modernisasi : a. Malaise Kebudayaan : individualisasi.Disebut sebagai a general kulturnot, yang oleh PA Lawrence diterjemahkan sebagai a cultural malaise. Meskipun tidak sepenuhnya tepat, pengertian itu dapat ditranslasikan sebagai kebangkrutan kebudayaan. Malaise Kebudayaan digambarkan sebagai suatu keterputusan antara daya kebudayaan dan sistem/ institusi kebudayaan yang disebabkan oleh individualisasi kreativitas kebudayaan. Proses ini menunjuk pada ideosinkratis ( eksklusivitas ) individu – individu yang mengakibatkan pembentukan sistem kebudayaan menjadi terabaikan, terhenti, terpuruk, tak terperperdayakan hingga mengalami kebangkrutan. Proses pengukuhan individualisme atau otonomi individu tidak dapat dipisahkan dari modernisasi. Keduanya mempunyai kaitan intrinsik berikut representasi nilai kebebasan maupun keterpencilan / keterasingan individu dari ikatan komunalnya. b. Subyektivisme dan Obyektivisme yang berlebihan. Pendekatan ambivalensi kebudayaan, melalui perspektif fungsionalistik berusaha melukiskan bahwa meskipun bidang estetika masyarakat modern semakin terdeferensiasi yang dimsnifestikan dalam seni dan gaya, namun secara khusus keduanya berfungsi sebagai ruang aktualisasi individualitas. Kulturmensch perlu mengintegrasikan kedua tipe objek estetis itu dalam bidang estetis individualitasnya untuk penyelamatan dan pelestarian tatanan dunia dalam dari kepungan komuditas yang teramat masif dari dunia luar. Sedangkan dalam memnahas subyektivisme yang berlebihan, dijelaskan kegagalan subyek dalam berstrategi mengintegrasikan cultural things. Orientasi yang berlebihan ( over – emphasizing ) dari individu pada individualitasnya ( referensialitas diri berlebihan ) menyebabkan pencampuradukan prinsip estetis dan pemutar balikan makna fungsional dari dua tipe obyek estetis yang kesemuanya berguna untuk pengembangan kepribadian. Mengagumi kursi, gelas atau barang – barang perhiasan layaknya karya seni dan merasakan karya seni layaknya obyek keahlian merupaan estetisasi obyek keahlian dan stilisasi seni. Keduanya menunjuk pada tindak peniadaan – pembedaan ( de-differentiating ) antara bidang material keahlian
dan material seni. Dengan estetisasi obyek keahlian, mengabaikan
25
kaidah – kaidah umum dari gaya dan bentuk dari gaya dan bentuk ( sebagai hukum entetis umum ) serta menodai fugsi obyek keahlian yang sesungguhnya berguna bagi pengembangan aspekepribadian. Akhirnya , gaya ( style ) dalam ketidak bergayaan ( stylessness ) menjadi sifat modernitas yang tipikal. Ini muncul dari motivasi spontan, idiosinkratis semata-mata, dan kurangnya basis sosial untuk standar normatif dan perasaan estetis yang diterima secara umum. c. Tragedi Kebudayaan. Rasionalitas budaya dan peningkatan tekanan ekonomi uang ke dalam kehidupan sosial mengesankan mempunyai kaitan yang erat antara pengalaman hidup sehari – hari yang berlalu cepat dan terfragmentasi serta kegagalan kebudayaan untuk memberikan suatu tujuan pntangenyatuan yang lebih tinggi; pemekaran subyek ( subyek yang terolah ). Sekalipun berperan sebagai pencipta kebudayaan, dalam peranya sebagai resipien kebudayaan, subyek tetap menjadi sasaran dari pengaruh budaya obyektif yang destruktif. 2) Hanurita dan Nugroho ( 2005 : 48 – 49 ) menyebutkan globalisasi adalah sebuah fakta bahwa tragedi nuklir di suatu Chernbyl, kebakaran hutan di Kalimantan, dan pemanasan di kutub merupakan bencana bagi umat manusia. Tragedi AIDS, SARS dan Flu burung ancaman bagi daratan Cina yang berarti juga mengancam peradaban manusia diseluruh muka bumi. Termasuk Ebola hingga sapi gila. Virus – virus baru muncul dan menguasai dunia melewati batas. Termasuk virus yang menjadi ujung tombak peradaban umat manusia yaitu virus komputer 3) Dampak negatif lainya adalah : a. Bergesernya nilai – nilai dan sikap seseorang karena pengaruh negatif dari teknologi komputerisasi, media massa dan alat komunikasi . Contoh mudahnya mengakses film, gambar atau informasi yang mengeksploitasi pornografi dan pornoaksi. b. Tumbuhnya mental frustasi, minder, stres dan tertekan karena tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi. c. Posisi tawar yang selalu kalah bagi negara berkembang yang dikalahkan oleh negara maju membuat negara berkembang semakin terpuruk dan tidak dapat berkompetisi dengan negara maju. d. Hilangnya budaya asli daerah tertentu akibat tidak dipatenkan. e. Orientasi hidup hanya pada nilai ekonomi mejadikan bergesernya nilai – nilai kemanusiaa, keharmonisan hidup dengan linglungan dan kehangatan persahabatan.nkan. Contoh hak cipta tempe
26
dan tahu yang asli produk buatan Indonesia , telah dipatenkan oleh Negara Jepang. Batik dipatenkan oleh Malaysia. f. Makin merajalelanya kaum kapitalis atau pemilik modal yang dengan leluasa mennamkan modalnya disegala penjuru dunia dengan berbagai cabang perusahaan yang sesuai kebutuhan pasar. g. Kemajuan teknologi yang dimanfaatkan untuk merusak dunia menjadi ketakutan semua fihak. Contoh pengembangan nuklir
atau senjata bio kimia untuk perang. h.
Pengembangan dunia kesehatan berupa kloning genetika dianggap tidak bermanfaat dalam kehidupan manusia. 2.1.6.5. Cara Menghadapi Dampak Negatif Globalisasi a. Memperkuat Nilai-nilai diri, masyarakat dan bangsa Indonesia Dengan adangan pendidikan nilai di keluarga, sekolah dan masyarakat, akan kuatlah nilai-nilai diri, masyarakat dan bangsa Indonesia. Kekuatan nilai-nilai kebangsaan yang dimiliki seseorang akan membentuk kepribadian bangsa Indonesia yang tangguh sehingga dapat bersanding dan bertanding (berkompetisi) dengan bangsa lain dalam era global. b. Menyeleksi nilai-nilai dan budaya dunia berdasarkan budaya bangsa Indonesia. Pesatnya arus informasi dalan globalisasi, maka peristiwa, perkembangan apapun baik yang positif maupun negative bagi kehidupan manusia akan dapat diakses dari seluruh penjuru dunia melalui teknologi, informasi dan komunikasi. Tidak terbatasnya dunia oleh ruang dan waktu di era global, menjadikan kehidupan manusia dikuasai oleh pengaruh positif atau negatif peristiwa atau apapun yang terjadi di dunia ini. Karenanya diperlukan sensitivitas seseorang, masyarakat dan bangsa Indonesia untuk dapat memilah, memilih, nilai-nilai yang berkembang secara bebas dalam budaya dunia ini sesuai dengan
nilai-nilai dan budaya bangsa Indonesia. Contohnya :
mengembangkan budaya demokrasi akan menolak budaya main hakim sendiri atau bahkan anarkhis. c. Membangun budaya bangsa Indonesia Budaya bangsa Indonesia dikembangkan seiring dengan perkembangan budaya daerah., sehingga budaya daerah merupakan mozaik yang indah, pelangi yang berseri dalam upaya pembangunan budaya bangsa Indonesia. Contoh budaya Indonesia secara nasional ada pakaian nasional, kekayaan pakaian nasional adalah aneka ragam
27
baju daerah. Budaya
kekeluargaan yang dikembangkan secara nasional, dalam
budaya daerah juga dapat diidentifikasi seperti budaya gotong royong. d. Mengkomunikasikan perkembangan budaya bangsa Indonesia Semua budaya bangsa Indonesia seluas mungkin untuk dikomunikasiksikan , disosialisasikan ke seluruh penjuru dunia agar dapat berdampingan dan bahkan mempengaruhi secara positif terhadap perkembangan budaya dunia. 2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan oleh Sri Harini dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka tahun 2009 dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan alat Peraga IPS untuk meningkatkan hasil belajar IPS di SD Cepagan Kecamatan Warungasem Semester 1 Tahun Pelajaran 2008/2009”, maka pembelajaran IPS jika disajikan memakai media peraga maka dapat meningkatkan prestasi belajar. Berdasarkan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan oleh Sugiarti C. dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga tahun 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan hasil belajar Bahasa Idonesia dengan metode Bermain Peran di SD Sawahjoho 02”, maka pembelajaran Bahasa jika disajikan memakai metode bermain peran maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan pelajaran akan lebih terasa bermakna. Berdasarkan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan oleh Sugiarti C. dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga tahun 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan hasil belajar Bahasa Idonesia dengan metode Bermain Peran di SD Sawahjoho 02”, maka pembelajaran Bahasa jika disajikan memakai metode bermain peran maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan pelajaran akan lebih terasa bermakna. 2.3 Kerangka Berpikir Banyak permasalahan dalam pembelajaran yang dihadapi guru di SD karena guru memilih model pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran. Topik model-model pembelajaran sangat penting dikuasai guru, karena setiap sajian pembelajaran harus jelas arahnya sehingga materi ajar mudah dipahami peserta didik dan mudah disajikan guru. Hal itu dapat diperlihatkan jika guru
28
menggunakan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan sintak-sintak model tersebut. Dengan menguasai model-model pembelajaran guru dapat melakukan inovasi dalam penyajian materi pembelajaran dan dapat
memotivasi peserta didik untuk
mengeksplorasi materi yang dipelajari. Guru dapat mengaitkan materi yang terdapat dalam kurikulum dengan kondisi lingkungan atau sesuai dengan dunia nyata sehingga siswa merasa pembelajaran menjadi lebih bermakna atau memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari.Dengan menerapkan model role playing, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat mengatasi masalah dalam pembelajaran IPS di kelas 4 SD Negeri Pesaren 01, karena siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan diharapkan pula terjadi peningkatan hasil belajar. Kerangka berpikir yang dipakai seperti yang terpapar dalam diagram alur berikut:
Kondisi awal
GURU/PENELITI
SISWA YANG DITELITI
Belum memanfaatkan metode role playing
Hasil belajar siswa rendah
SIKLUS I Menggunakan metode role playing
tindakan
Pembelajaran dengan menggunakan metode role playing SIKLUS II Menggunakan metode role playing
kondisi akhir
Dengan menggunakan metode role playing belajar siswa kelas 4 SD Pesaren 01 meningkat
29
2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan kajian pustaka, serta kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis (kesimpulan sementara) yaitu sebagai berikut : “Bahwa dengan metode role playing maka hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Pesaren 01 Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan.”