BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai bukti bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berhubungan dengan orang lain yang akan selalu menghasilkan hubungan timbal balik antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak mengganggu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat dan melaksanakan hak dan kewajiban yang harus ditunaikan. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku sosial seseorang tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku tersebut ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain.Ruang lingkup sosial tidak hanya berlaku kepada hubungan timbal balik manusia melainkan lingkungan atau tempat tinggal manusia juga merupakan bagian dari kehidupan sosial, maka kepedulian terhadap lingkungan juga merupakan prilaku sosial. Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relative untuk menanggapi orang lain dengan cara yang berbeda-beda. Sebagai contoh, dalam melakukan kerjasama, ada orang yang melakukannya diatas kepentingan pribadinya, ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabar dan hanya ingin mencari untung sendiri.
8 Universitas Sumatera Utara
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk social (W.A. Gerungan, 1978:28). Sejak dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya termasuk didalamnya kenyamanan ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan. Pada perkembangan menjuju kedewasaan, interaksi social diantara manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual.Hal ini dikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi social, maka manusia tidak dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai sosok individu yang utuh sebagai hasil interaksi sosial.Potensi-potensi yang dimiliki seseorang dapat diketahui dari perilaku kesehariannya.Pada saat bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku social.Pembentukan perilaku social seseorang dipengaruhi oleh berbagai factor, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal situasi social memegang pernanan yang cukup penting.Situasi sosial diartikan sebagai setiap situasi dimana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain (W.A. Gerungan, 1978:77). Dengan kata lain setiap situasi yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial bisa dikatakan sebagai situasi social. Contoh situasi sosial misalnya di lingkungan pembelajaran seperti kampus, sekolah akademi ataupun pasar dankegiatan saat rapat. 2.2Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial Bentuk dan perilaku social seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”. Sedangkan sikap social dinyatakan oleh cara kegiatan yang sama dan berulang terhadap obyek social yang menyebabkan terjadinya cara tingkah laku yang dinyatakan berulang terhadap salah satu obyek social (W.A. Gerungan, 1978:151-152). Berbagi bentuk dan jenis perilaku social seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau cirri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain maupun dengan 9 Universitas Sumatera Utara
lingkungan. Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku social seseorang yang menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas diantara anggota kelompok lainnya. Perilaku social dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu : 1.
Kecenderungan Perilaku Peran a) Sifat pemberani dan pengecut secara social. Orang yang memiliki sifat pemberani, biasanya akan suka mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya. b) Sifat berkuasa dan sifat patuh, orang yang memiliki sifat berkuasa dalam perilaku social, biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka member perintah dan memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku social yang sebaliknya. c) Sifat inisiatif secara social dan pasif. Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka member masukan atau saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara social ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif. d) Sifat mandiri dan tergantung. Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan oleh diri sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan cara sendiri, tidak suka berusaha mencari nasihat atau
10 Universitas Sumatera Utara
dukungan dari orang lain, dan secara emosional cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku social sebaliknya. 2.
Kecenderungan Perilaku dalam Hubungan Sosial a) Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain. Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suka mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain. b) Suka bergaul dan tidak suka bergaul.Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan social yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang tidak suka bergaul menunjukkan sifat dan perilaku sebaliknya. c) Sifat ramah dan tidak ramah.Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang, dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya. d) Simpatik dan tidak simpatik.Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.
3.
Kecenderungan Perilaku Ekspresif a) Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerja sama).Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan social sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang tidak suka bersain menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya. 11 Universitas Sumatera Utara
b) Sifat agresif dan tidak agresif.Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku sebaliknya. c) Sifat kalem atau tenang secara social.Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditonton orang. d) Sifat suka pamer atau menonjolkan diri.Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.
2.3 Paradigma Defenisi Sisoal Paradigma definisi sosial dalam sosiologi yang telah dipelopori oleh Max Weber merupakan suatu pendekatan terhadap individu.Tanpa melepaskan dari pencarian untuk penjelasan kausal Max Weber (1864-1920) menempatkan konsep tindakan individu yang bermakna pada pusat teorinya tentang masyarakat.
Bagi Weber ciri yang mencolok dari hubungan-hubungan sosial adalah kenyataan bahwa hubungan-hubungan
tersebut
bermakna
bagi
mereka
yang
mengambil
bagian
didalamnya.Melalui analisis kenyataan tindakan manusialah kita memperoleh pengetahuan mengenai ciri dan keanekaragaman masyarakat manusia.Perfektif kontruktifisme beranggapan bahwa perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam.Manusia selalu bertindak sebagai agen dengan bertindak mengkonstruksi realitas sosial.
12 Universitas Sumatera Utara
Sosiologi bagi Weber adalah ilmu tentang perilaku sosial, perilaku sosial terjadi dikarenakan pergeseran kearah kenyakinan, motivasi dan tujuan dari anggota masyarakat, yang semuanya memberi isi dan bentuk kepada kelakuannya. Pada halaman pertama bukunya Wirtschaft und Gesellschaft (Economy and society),ia menuliskan bahwa sosiologi; “eine wissenchaft, welche soziales handeln deutend versthen und dadurch in seinen wirkungen ursachlich arklaren will”. Artinya ilmu yang bertujuan untuk memahami perilaku sosial melalui penafsirannya, dan dengan itu menerangkan jalan perkembangannya dan akibat-akibatnya menurut sebab-sebabnya. Sedangkan tujuan interpretatif dari tindakan sosial adalah untuk sampai pada penjelasan kausal mengenai berbagai peristiwa beserta akibatnya.
Menurut Weber bahwa tindakan sosial serta antar hubungan sosial merupakan yang dikaji oleh sosiologi. Bahwa yang dimaksudkan tindakan sosial menurut Weber tindakan individu yang sepanjang tindakannya itu memiliki makna atau arti subjektif bagi diri dan diarahkan bagi orang lain. Sebaliknya jika tindakan tersebut diarahkan dengan objeknya benda mati, tanpa dihubungkannya dengan tindakan orang lain maka, bukan termasuk tindakan sosial.
Pola perilaku khusus yang sama mungkin bisa sesuai dengan kategori-kategori tindakan sosial yang berbeda dalam situasi yang berbeda, tergantung pada orientasi subjektif dari individu yang terlibat. Jabatan tangan mungkin suatu ungkapan persahabatan yang spontan, mungkin mencerminkan kebiasaan, atau menunjukan persetujuan usaha dagang antara orang yang tidak memiliki hubungan sosial yang lain. Tindakan sosial hanya dapat dimengerti menurut arti subjek dan pola-pola motivasional yang berkaitan dengan itu.
Weber menganjurkan melalui penafsiran dan pemahaman (interpretave understhanding) atau dengan terminologi vestehen dan harus memahami motif tindakan aktor.Tekanan vestehen untuk 13 Universitas Sumatera Utara
memperoleh data yang valid tentang arti-arti subjektif tindakan sosial. Bagi Weber, istilah ini, tidak sekedar introspeksi. Introspeksi memberikan pemahaman atau motif sendiri atau arti subjektif, tidak cukup memahami arti-arti subjek tindakan orang lain. Sebaliknya apa yang diminta adalah empati kemampuan untuk menempatkan kerangka diri untuk berfikir kerangka orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi-situasi dan tujuannya mau dilihat dalam perfektif itu. Sosiologi sebagai cara pandang dengan metode vestehen menjadikan sosiologi menjadi cara pandang yang melakukan pembongkaran terhadap yang terkandung dari tindakan. 2.4 Kepedulian Lingkungan 2.4.1 Prilaku Peduli
Pembahasan mengenai perilaku peduli mengambil beberapadefinisi yang disadur dari beberapa sumber, sehingga penggunaan kataperilaku peduli atau kepedulian sedikit berbeda satu sama lainnya namuntetap memiliki arti yang sama. Gea, dkk (2002) menggunakan isitilahkepedulian sosial, sedangkan Baswardono (2010) dan Schiller, dkk (2002)menggunakan istilah kepedulian.Definisi pertama dari perilaku peduli atau kepedulian sosial adalahsuatu bentuk keterlibatan antara satu pihak ke pihak lainnya dalammerasakan apa yang sedang dirasakan atau dialami oleh orang lain, baiksuka maupun duka. Kepedulian sosial tidak hanya sebatas pada hubungan timbal balik antar manusia melainkan juga kepada lingkungan sosial agar tercipta kenyamanan dan ketentraman dalam lingkungan masyarakat.
2.4.2 Kepedulian Lingkungan
Lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhiperkembangan dan tingkah laku makhluk hidup (KBBI 2005:877).Segala sesuatuyang ada di sekitar manusia yang 14 Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi perkembangankehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung jugamerupakan pengertian lingkungan.Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai: 1) daerahtempat suatu makhluk hidup berada; 2) keadaan atau kondisiyang melingkupi suatu makhluk hidup; 3) keseluruhan keadaanyang meliputi suatu makhluk hidup atau sekumpulan makhlukhidup (Bahrudin, 2009:11). Menurut Undang Undang RI No. 4 tahun 1982, tentangKententuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup danUndang-Undang RI No. 32 Tahun 2009, tentang PengelolaanLingkungan Hidup, dikatakan bahwa: Lingkungan hidup adalahkesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, danmakhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yangmempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dankesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Otto Soemarno, seorang pakar lingkungan mendefinisikanlingkungan hidup sebagai berikut: lingkungan adalah jumlahsemua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempatiyang mempengaruhi kehidupan kita (Harum, 1993:6) .Pengertian lingkunganhidup menurut S. J. McNaughton dan Larry L. Wolf adalahsemua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi manusia.
Menurut Emil Salim (1985) dalam bukunya: LingkunganHidup dan Pembangunan, menyatakan bahwa lingkungan hidupadalah segala benda, daya, kondisi, keadaan dan pengaruh yangterdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempunyai hal-halyang hidup termasuk kehidupan manusia (Amos, 2008:27). Lingkungan hidupmenurut Mohamad Soerjani dan Surna T. Djajadiningrat (1985)dikaji oleh ilmu lingkungan yang landasan pokoknya adalahekologi, serta dengan mempertimbangkan disiplin lain, terutamaekonomi dan geografi.Berdasarkan pendapat tokohtokoh diatas, maka harus adanya pemahaman yang seimbang tentangprinsip dan konsep dasar,
15 Universitas Sumatera Utara
serta saling keterkaitan antara ekologi,ekonomi dan geografiuntuk mewujudkan lingkungan hidupyang selaras.
Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh beberapa faktor.Pertama, jenis dan masingmasing jenis unsur lingkungan hiduptersebut.Kedua, hubungan atau interaksi antar unsur dalamlingkungan hidup itu.Ketiga, kelakuan atau kondisi unsurlingkungan hidup.Keempat, faktor non-materiil suhu, cahaya dankebisingan (Otto, 1994:53). Faktor-faktor inilah yang menentukan lingkunganhidup akan menjadi lebih baik atau akan menjadi lebih buruk.Untuk menciptakan lingkungan yang harmonis, antara faktorlingkungan dan lingkungannya haruslah seimbang. Dengan pekaatau sadar terhadap lingkungan, maka lingkungan akan menjadilebih baik serta dapat memberikan sesuatu yang positif yangdapat kita manfaatkan dengan baik.
Dari berbagai pengertian lingkungan yang sama itu perludisadari bahwa pengelolaan oleh manusia sampai saat ini tidaksesuai dengan etika lingkungan. Etika lingkungan sangatdibutuhkan untuk menyeimbangkan alam semesta, sementara itumanusia beranggapan bahwa manusia bukan bagian dari alamsemesta sehingga manusia secara bebas mengelolanya bahkansampai merusak lingkungan hidup.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikanilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika adalahsebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan normadalam menentukan perilaku manusia(Najmuddin, 2005:22). Etika lingkunganmerupakan kebijakan moral manusia dalam berhubungan denganlingkungannya.Etika lingkungan sangat diperlukan agar setiapkegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secaracermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.Di dalam etika lingkungan terdapat prinsip-
16 Universitas Sumatera Utara
prinsip yangdigunakan. Adapun prinsip-prisip etika lingkungan menurut SonyKeraf antara lain(Prabang, 2011:8) :
a. Sikap hormat terhadap alam b. Prinsip tanggung jawab c. Solidaritas kosmis d. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam e. Tidak merugikan f. Hidup sederhana dan serasi dengan alam g. Keadilan h. Demokrasi i. Integritas moral Hakikat Kepedulian terhadap
lingkungan adalah prilaku sangat
peduli
atau sikap
mengindahkan.Makadapat disimpulkan bahwa kepedulian lingkungan adalah peka danpeduli terhadap hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekitardan senantiasa memperbaiki bila terjadi pencemaran atauketidakseimbangan.Kepedulian terhadap lingkungan hidup dapat ditinjaudengan dua tujuan utama: pertama, dalam hal tersedianyasumber daya alam, sampai sejauhmana sumber-sumbertersebut secara ekonomik menguntungkan untuk digali dankemudian dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan gunamembiayai kegiatan pembagunan. Kedua, jika kekayaanyang dimiliki memang terbatas dan secara ekonomik tidakmenguntungkan untuk digali dan diolah, maka untukselanjutnya strategi apa yang perlu ditempuh untukmemenuhi kebutuhan dan tuntutan pembagunan bangsayang bersangkutan (Najmuddin, 2005:28).
17 Universitas Sumatera Utara