BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Matematika dalam KTSP Karso (2004: 1.4) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya. Senada dengan pendapat tersebut, Hudoyo (1988: 3) dalam Aisyah (2007) menyatakan bahwa “matematika berkenan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak”. Senada dengan pendapat tersebut, matematika menurut Suminarsih (2007: 1) menyatakan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berpikir logis. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang berkenaan dengan ideide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang sistematis menurut urutan yang logis, berpola deduktif dan berupa bahasa yang dilambangkan dengan simbol. Definisi di atas, sesuai dengan karakteristik matematika. Adapun karakteristik matematika menurut Soedjadi (2000: 13) yaitu: 1) memiliki objek abstrak; 2) bertumpu pada kesepakatan; 3) berpola pikir deduktif; 4) memiliki simbol yang kosong dari arti; 5) memperhatikan semesta pembicaraan; dan 6) konsisten dalam sistemnya. Berbeda dengan karakteristik siswa yang masih tahap operasional konkret (7 – 12 tahun). Karakteristik yang ada dalam matematika maupun siswa harus dipahami oleh guru agar tidak terjadi penyimpangan tranformasi ilmu. Oleh sebab itu pembelajaran matematika sebisa mungkin harus di konkretkan melalui pembelajaran matematika yang nyata berdasarkan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat menangkap apa yang dijelaskan oleh guru. Pembelajaran matematika yang baik yaitu berpusat pada siswa (student center). Untuk mencapai kompetensi pembelajaran matematika SD dengan baik dapat di dukung oleh lima unsur yaitu, tujuan yang jelas, bahan pelajaran serta media yang sesuai dengan kebutuhan siswa, model/metode inovatif, alat dan penilaian yang 9
10
menarik. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, logis dan sistematis. Selain itu matematika diberikan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram atau media lain. Pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih siswa dalam menggunakan penalaran pada pola dan sifat. Tujuan matematika sekolah di SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang di tetapkan dalam Permendiknas Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yaitu: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 2.1.2 PAIKEM GEMBROT 2.1.2.1 Hakikat PAIKEM GEMBROT Pembelajaran PAIKEM GEMBROT yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot (Iif dan Sofan, 2011: 1). Secara garis besar ketujuh kriteria pembelajaran dalam PAIKEM GEMBROT adalah sebagai berikut ini. Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukaan gagasan.
11
Pembelajaran aktif tidak hanya aktif secara fisik saja melainkan keterlibatan mental, khususnya keterlibatan intelektual, emosional. Keterlibatan intelektual dapat berbentuk mendengarkan ceramah, berdiskusi, melakukan pengamatan, memecahkan masalah, dan menyatakan gagasan. Pembelajaran inovatif yaitu proses pembelajaran yang memunculkan ide-ide baru (inovasi) positif yang lebih baik dari siswa sehingga memunculkan kreatifitas dan mendorong siswa agar lebih berparsitipatif dalam pembelajaran. Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik mengenai pengembangan kemampuan imajenasi dan daya cipta. Pembelajaran ini dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik mempunyai kreatifitas. Selain guru kreatif dalam variasi metode mengajar dan membuat alatperaga, siswa juga diajak dan diberi kesempatan untuk merancang/membuat sesuatu serta menuliskan ide atau gagasannya sendiri. Pembelajaran efektif artinya berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Efektif dapat dilihat dari segi materi, waktu, metode, dan penilaian. Keefektifan dalam pembelajaran sangat diperlukan agar mencapai kompetensi yang akan dicapai. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajran tidak efektif. Maksudnya, tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajarnya yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain dan tanpa ada hasil yang optimal. Pembelajaran menyenangkan adalah suatu pembelajaran yang mempunyai suasana yang mengasikkan sehingga perhatian peserta didik terpusat secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Pembelajran gembira yaitu menimbulkan rasa gembira yang bisa diluapkan sehingga siswa lebih termotivasi dan merindukan untuk belajar kembali. Pembelajaran yang berbobot yaitu memenuhi semua materi yang terdapat dalam pokok bahasan matematika, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
12
PAIKEM GEMBROT menurut Iif dan Amri (2011: 20), adalah sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik antara lain: PAIKEM GEMBROT lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yag dipelajarinya. Senada dengan teori tersebut definisi PAIKEM GEMBROT adalah sebuah pembelajaran yang menerapkan metodemetode tertentu dalam berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar dalam pembealjaaran siswa termotivasi untuk belajar dan menjadi partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot (Muhibin Syah, 2009). Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Penyajian dalam pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat dilakukan dengan banyak menggunakan metode (multimetode) sesuai dengan konteks pembelajaran. Metode-metode yang terdapat dalam PAIKEM GEMBROT ini antara lain, curah pendapat, ceramah variasi, tanya jawab, diskusi kelompok, kerja kelompok, bermain peran, dan demonstrasi (Ahmadi dan Amri, 2011: 5). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PAIKEM GEMBROT adalah yaitu Pembelajaran multimetode sebagai upaya menciptakan sistem lingkungan belajar yang memberi peluang siswa terlibat secara aktif (fisik, intelektual, dan emosional), mengembangkan dengan ide-ide yang inovatif dan kreativitas dalam suasana menyenangkan, serta dapat mewujudkan tujuan pembelajaran secara optimal. 2.1.2.2 Teori Belajar yang Melandasi PAIKEM GEMBROT Teori belajar yang menjadi landasan model PAIKEM GEMBROT diantaranya adalah Teori Jean Piaget dan Teori Bruner. Berikut akan dijelaskan beberapa teori yang melandasi model pembelajaran ini. Menurut Jean Piaget dalam Iif Khoiru dan Sofan (2011: 47), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu : tahap sensorimotor, pra operasional, operasi konkret, dan operasi formal.
13
Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak dan orang dewasa dalam menangani objek-objek di dunia disebut skemata. Selanjutnya menurut Piaget bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswanya (Hadisubroto dalam Iif Khoiru dan Sofan, 2011: 49). Jelas teori piaget tersebut menegaskan bahwa guru harus mampu menciptakan keadaan pembelajar yang mampu belajar mandiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar, tetapi guru dapat membangun pembelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar. Teori lain yang melandasi PAIKEM GEMBROT yaitu teori Bruner. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi Havard adalah salah satu seorang pelopor pengembangan kurikulum terutama dengan teori yang dikenal dengan pembelajaran penemuan (Inquiri). Aplikasi ide-ide Bruner dalam pembelajaran menurut Woolfolk, dalam Iif Khoiru & Sofan (2011: 57) digambarkan sebagai berikut: memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari, membantu siswa mencari hubungan antar konsep, mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan sendiri jawabannya, dan mendorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif. Adapun tahapan-tahapan dengan berdasarkan teori Bruner yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Tahap enaktif yaitu dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi objek-objek secara langsung, tahap ikonik; pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung objek-objek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari objek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004: 37), tahap simbolik; tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel.
14
2.1.2.3 Sintak PAIKEM GEMBROT Sintak PAIKEM GEMBROT ini dikembangkan dengan mengdopsi sintak model pembelajaran langsung yang diintegrasikan dengan model pembelajaran kooperatif. Berikut tabel sintak PAIKEM GEMBROT menurut Trianto (2005:122) dalam Ahmadi dan Amri (2011: 38) dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Sintak Pembelajaran PAIKEM GEMBROT Tahap Fase 1 Pendahuluan
Fase 2 Presentasi Materi
Fase 3 Membimbing pelatihan
Fase 4 Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik. Fase 5 Mengembangk an dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Fase 6 Menganalisis dan mengevaluasi
Tindakan 1. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya 2. Memotivasi siswa 3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsepkonsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa. 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar dan Indikator) 1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai siswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan. 2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan 3. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui bagan. 4. Memodelkan penggunaan peralatan melalui bagan 1. Menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. 2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok. 3. Membagi buku siswa dan LKS 4. Mengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan 5. Memberikan bimbingan seperlunya. Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan. 1. Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas. 2. Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengna LKS yang telah dikerjakan 3. Meminta anggota kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi 4. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi. 1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan 2. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang baru saja dipelajari. 3. Memberikan tugas rumah
1. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka
15
Suciati dan Irawan (1993) dalam Iif Khoiru dan Sofan Amri (2011: 138) menyatakan ada sembilan peristiwa pembelajaran untuk membantu proses belajar dalam peserta didik, sebagai berikut: 1) Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau komplek. 2) Menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa dapat memahami apa yang diharapkan dari dirinya. 3) Mengingatkan kembali konsep/prinsip atau informasi yang sebelumnya telah dipelajari untuk dapat mempelajari materi baru dengan baik. 4) Menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan contoh, penekanan, untuk menunjukkan perbedaan atau bagian yang penting, baik secara verbal maupun non verbal. 5) Memberikan
bimbingan
belajar
melalui
pertanyaan-pertanyaan
yang
membimbing proses atau berfikir siswa. 6) Memperoleh unjuk kerja siswa terhadap apa yang telah dipelajari. 7) Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas. 8) Mengukur/mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian tes atau melakukan suatu tugas. 9) Memperkuat retensi dengan berkali-kali berlatih menggunakan prinsip yang dipelajari dalam konteks yang berbeda, dan transfer belajar dengan meningkatkan perbedaan antara situasi waktu belajar dengan situasi transfer. Secara garis besar PAIKEM GEMBROT (Iif Khoiru & Sofan, 2011: 2) dapat digambarkan sebagai berikut : 1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
16
4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat diperinci langkah-langkah Pembelajaran PAIKEM GEMBROT sebagai berikut ini. 1) Tahap Pendahuluan i)
Menumbuhkan kesiapan belajar siswa
ii) Menjelaskan apersepsi dengan memberikan pertanyaan, cerita, terkait dengan konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa sebelumnya. iii) Memberikan motivasi-motivasi kepada siswa iv) Menjelaskan tujuan pembelajaran. 2) Tahap Penjelasan Materi i) Menjelaskan konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui metode yang bervariatif, menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa. ii) Menggunakan contoh-contoh konkret, bahan-bahan yang relevan serta alat peraga yang menarik untuk memotivasi siswa belajar. iii) Melibatkan
siswa
dalam
berbagai
kegiatan
yang
mengembangkan
pemahaman dan kemampuan dengan menekankan pada belajar melalui berbuat. iv) Menggunakan metode-metode yang variatif. 3) Membimbing Pelatihan i) Membagi siswa dalam kelompok belajar. ii) Menjelaskan langkah-langkah kegiatan sebelum dimualai. iii) Mengamati dan membimbing setiap kelompok belajar siswa. iv) Membimbing siswa dalam menulis laporan/hasil karya. v) Meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kegiatan kelompoknya setelah batas waktu yang ditentukan.
17
4) Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik i) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerja dan diskusi kelompok. ii) Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi. iii) Membahas bersama hasil kerja dan diskusi kelompok. iv) Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. v) Memberikan umpan balik terhadap kinerja yang sudah dilaksanakan. 5) Mengembangkan
dengan
memberikan
kesempatan
untuk
pelatihan
lanjutan dan penerapan i) Mengukur/mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian tes atau melakukan suatu tugas. ii) Memberikan tugas rumah. 6) Menganalisis dan mengevaluasi i) Membantu siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. ii) Memberikan pesan-pesan terkait dengan manfaat belajar bangun datar dengan kehidupan sehari-hari. 2.1.3 Motivasi Belajar 2.1.3.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi
belajar
adalah
dorongan
mental
yang
menggerakkan
dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar manusia tersebut Dimyati (2002: 80). Menurut Azwar (2000: 15), motivasi belajar adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekolompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Senada dengan pendapat di atas, Hilgard dalam Wina (2008: 250) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan belajar tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
18
Berbeda dari pengertian di atas, menurut Mc.Donald dalam Martinis (2008: 157), motivasi belajar adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi belajar untuk mencapai tujuan. Motivasi yang dikemukakan oleh Martinis Yamin (2008: 160) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas tertentu dengan usaha maksimal. Berdasarkan uraian di atas menyatakan bahwa motivasi belajar dapat timbul dari dalam dan luar diri seseorang. Motivasi dapat diukur dengan melihat perilaku individu tersebut. Oleh sebab itu motivasi yang timbul dari dalam diri individu sulit di ukur, karena membutuhkan waktu yang lama. Menumbuhkan seseorang untuk langsung terdorong melakukan sesuatu membutuhkan waktu yang relatif lama. Berdasarkan uraian dan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah perilaku positif yang ditunjukkan oleh siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Perilaku positif tersebut dapat dilihat pada ciri-ciri siswa yaitu rajin, tanggung jawab, mengikuti pembelajaran tepat waktu, tidak suka menunda pekerjaan, gemar membaca, senantiasa melibatkan diri dalam kelas, senantiasa bertanya kepada guru, menyukai tantangan atau sesuatu yang baru, dan mudah beradaptasi terhadap sesuatu atau lingkungan yang baru. Motivasi belajar siswa siswa menurut Sutrisno Hadi (2000: 40) dalam Arif Wahyudi (2010) dikategorikan menjadi tiga yaitu motivasi tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung menunjukkan sikap positif saat pembelajaran berlangsung baik di lingkungan kelas maupun di luar kelas. Adapun cirri-ciri siswa yang memiliki motivasi tinggi menurut Sutrisno Hadi (2000: 40) dalam Arif Wahyudi (2010) antara lain: rajin, tanggung jawab, suka membaca, tepat waktu, suka bertanya, aktif di dalam kelas, suka menerima tantangan dan bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Senada dengan pendapat tersebut Mc. Clelland dalam Efrida (2004) mengemukakan bahwa siswa dianggap mempunyai motivasi belajar yang tinggi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya yang prestasinya lebih baik daripada prestasi karya orang lain. Adapun karakteristik siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi antara lain yaitu 1) Aktif dalam kehadiran di sekolah; 2) Memiliki keaktifan dalam KBM; 3) Adanya
19
kesediaan belajar di luar sekolah. Berbeda dengan motivasi rendah adapun kecenderuangan sikap yang ditunjukkan yaitu jarang mengerjakan tugas, mudah putus asa, harus memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi (kurang ada dorongan dari dalam diri sendiri), cepat puas dengan prestasinya, kurang semangat belajar, tidak mempunyai semangat untuk mengejar cita-cita, tidak senang mencari dan memecahkan soal-soal (Suhaimin, 2008). Elliot (1999: 27) dalam Siswandi Adinugroho (2009) menyatakan bahwa motivasi belajar terdiri dari tiga aspek yaitu: kesungguhan untuk belajar, adanya konsistensi dalam belajar, dan adanya arah dalam belajar. Dengan demikian ciri-ciri siswa memiliki motivasi tinggi yaitu: 1) siap mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal dan aturan yang telah diberikan; 2) aktif dalam proses kegiatan belajar: 3) bertanggung jawab atas segala kegiatan yang telah dilaksanakan; 4) gemar membaca; 5) menyukai tantangan. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi belajar sedang rendah cenderung menampakkan sikap yang tidak positif saat pembelajaran. Ciri-cirinya yaitu 1) tidak siap mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal dan aturan yang telah diberikan; 2) pasif; 3) suka bercerita dengan teman dari pada diberikan tugas; 4) tidak suka membaca; 5) tidak tepat waktu; 6) mengumpulkan tugas apabila diingatkan oleh guru; 7) dan tidak suka menerima tantangan. Berdasarkan definisi dan indikator motivasi yang dijelaskan di atas, motivsi belajar dikukur menggunakan angket. Angket yang digunakan berupa angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih salah satu pilihan yang sesuai dengan kondisi yang dialami siswa dengan cara memberikan tanda centang pada pilihan yang telah tersedia. 2.1.3.2 Pentingnya Motivasi dalam Belajar Sesuai dengan pengertian motivasi belajar, maka tidak perlu dipertanyakan lagi betapa pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar. Pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Sebagian siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, tetapi sebagian lain motivasinya rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Pandangan modern tentang proses pembelajaran menempatkan motivasi sebagai salah satu aspek penting.
20
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 84) menyatakan bahwa motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir; 2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya; 3) mengarahkan kegiatan belajar; 4) membesarkan semangat belajar; 5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja, siswa dilatih untuk menggunakan kekuatannya (disela-selanya adalah istirahat atau bermain). Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bemanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut: 1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa; 2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa; 3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, pemberi hadiah, dan penyemangat; 4) memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Motivasi belajar yang tinggi akan berdampak pada hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung hasil belajarnya akan meningkat, sebaliknya dengan siswa yang memiliki motivasi rendah akan rendah pula hasil belajarnya. Oleh sebab itu guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa yang tinggi, agar siswa dapat berupaya mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya dalam prses belajar. Sehingga kompetensi yang hendak dicapainya akan terwujud. 2.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Di dalam kehidupan sehari-hari motivasi banyak dipelajari, termasuk motivasi dalam belajar. Oleh karena itu motivasi belajar dapat timbul tenggelam atau berubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Disamping faktor-faktor di atas, beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 97) adalah sebagai berikut: 1) Cita-cita atau Aspirasi Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang.
21
2) Kemampuan Belajar Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi. 3) Kondisi Siswa Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin disebabkan waktu berangkat sekolah tidak sarapan, mungkin karena malam harinya begadang atau mungkin sedang sakit. 4) Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur dari luar diri siswa yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bagi guru hal ini penting, karena guru terlibat langsung dalam pembelajaran siswa. Guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan untuk memotivasi belajar siswa. 5) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam belajar, dan lainlain. 6) Upaya Guru Membelajarkan Siswa Upaya yang dimaksud di sini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi belajar siswa, dan lain-lain. Dari berbagai pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi
belajar antara lain faktor nilai/angka, pujian/hukuman, fisik dan psikis, dan kondisi lingkungan sekitar. Siswa yang mendapatkan nilai tinggi akan lebih termotivasi
22
untuk belajar dan sebaliknya. Pujian atau hukuman penting diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal itu menunjukkan adanya kedekatan antara guru, dan siswa dalam partisipasi saat belajar. Siswa yang dianggap belum mencapai kompetensi yang akan dicapai, guru harus tetap memberikan motivasi agar siswa tersebut tidak merasa terkucilkan, dan seakan-akan guru hanya memperhatikan siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih. Sedangkan hukuman yang diberikan kepada siswa yang melanggar sebuah aturan yang ditetapkan maka guru boleh memberikan hukuman positif dan membangun. Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikis. Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin disebabkan waktu berangkat sekolah tidak sarapan, mungkin karena malam harinya begadang atau mungkin sedang sakit. Kondisi psikis dapat diketahui melalui pendekatan kepada siswa. Hal ini tidak bisa dilakukan dalam waktu yang pendek, oleh sebab itu sebagai guru harus mempunyai kemampuan mengenal karakteristik siswanya. Kondisi lingkungan sekitar juga berpengaruh pada siswa. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa, siswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan, umpan balik dari guru, penciptaan lingkungan yang menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting. Beberapa faktor untuk membangkitkan motivasi belajar siswa teori tersebut diperkuat oleh Wina Sanjaya (2010: 261) bahwa ada tujuh upaya untuk membangkitkan motivasi belajar siswa yaitu: memperjelas tujuan yang ingin dicapaiakan, membangkitkan minat siswa, menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, memberikan pujian secara wajar terhadap keberhasilan siswa, memberikan penilaian, menciptakan persaingan dan kerja sama. Berdasarkan kedua pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat dibangkitkan dengan cara-cara yang bersifat positif dan negatif. Cara membangkitkan motivasi yang bersifat positif antara lain menyampaiakan tujuan terlebih dahulu, memberikan pujian, menciptakan suasana yang menyenangkan dan memberikan penilaian kepada siswa terhadap karya yang sudah dihasilkannya
23
memberikan umpan balik terhadap hasil kinerja siswa dan menciptakan tantangan dan kerja sama agar siswa lebih termotivasi untuk belajar. Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai yang bagus. Bagi sebagian siswa nilai dapat memotivasi mereka untuk giat belajar. Oleh karena itu penilaian harus segera dilakukan oleh guru agar siswa mengetahui hasil karyanya. Disamping cara-cara yang bersifat positif untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru menggunakan cara yang bersifat negatif seperti memberikan hukuman, teguran, dan memberikan tugas-tugas yang menantang. Teknik semacam ini hanya dapat digunakan dalam kondisi-kondisi tertentu. Ada sisi baik memberikan cara yang bersifat negatif, akan tetapi cara seperti ini banyak merugikan siswa misalnya menimbulkan efek jera yang mendalam sehingga siswa akan semakin terpuruk. Oleh sebab itu seandainya masih bisa dilakukan dengan cara-cara yang positif, sebaiknya cara yang negatif itu dihindari. Dengan berbagai cara pemberian motivasi tersebut diharapkan siswa termotivasi untuk meningkatkan kompetensi belajar dan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif dan menyenangkan. 2.1.4 Hasil Belajar 2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya Sudjana (2004: 22). Sejalan dengan pendapat Syamsudin (2002: 156) yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang diharapkan terjadi pada perilaku dan pribadi siswa setalah mengalami dan melalui proses belajar. Nana Sudjana (dalam techonly13, 2009) menyatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Menurut Nana (2006: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berbeda dengan Nasution (2006: 36), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Senada dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar adalah hasil
24
yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberi tes hasil belajar pada setiap akhir pelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai definisi hasil belajar dan matematika maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan kognitif dari proses belajar mengajar siswa setelah diberikan evaluasi yang ditunjukakan dalam bentuk angka pada setiap kompetensi yang akan dicapai pada mata pelajaran matematika. Hasil belajar matematika siswa diukur menggunakan tes. Dimana Tes adalah merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran (Sudjana, 2011: 35). 2.1.4.2 Pentingnya Hasil Belajar Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam hasil belajarnya. Namun dalam upaya meraih hasil belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai hasil belajar. Melalui hasil belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar sehingga peranan hasil belajar sangat penting. 2.1.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep,
25
keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Darsono (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut: 1) Kesiapan Belajar Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip kesiapan ini. 2) Perhatian Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek. Pehatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. 3) Motivasi Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang melakukan kegitan tertentu yang mencpai tujuan. 4) Aktivitas Siswa Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berperan. 5) Mengalami sendiri Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih mendalam. 6) Pengulangan Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan dan pemahaman materi. 7) Balikan dan Penguatan Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. 8) Perbedaan individual Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
26
Pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa berasal dari dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu atau siswa itu sendiri yang meliputi kecerdasan/intelegensi dan motivasi. Sedangkan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau siswa itu sendiri yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, kesiapan mengikuti pelajaran, aktifitas pembelajaran, dan evaluasi . 2.1.5 Hubungan Pembelajaran PAIKEM GEMROT terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Matematika Pembelajaran dengan menggunakan PAIKEM GEMBROT adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari (Sugandi, 2006: 9). Pembelajaran merupakan usaha guru menciptakan kondisi yang memudahkan siswa untuk belajar dan memperdayakan potensinya sehingga menguasai kompetensi secara optimal. Dalam pembelajaran matematika guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang menarik, menyenangkan, bermakna guna mempermudah siswa dalam mengajarkan matematika. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru harus berperan dalam kegiatan proses belajar mengajar sebagai pembimbing daripada sebagai pemberi informasi saja. PAIKEM GEMBROT Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Evektif Menyenangkan Gembira dan Berbobot memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh. Penyajian dalam pembelajaran PAIKEM GEMBROT ini dapat dilakukan dengan pemecahan masalah, curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, penugasan, kerja kelompok. Dengan kondisi belajar yang menyenangkan, konkret dan bermakna siswa tertarik untuk belajar, sehingga tujuan yang akan dicapai terpenuhi. Motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penciptaan lingkungan belajar yang berbeda dengan biasanya, sesuai dengan kebutuhan siswa. Semakin kondusif lingkungan pembelajaran yang diciptaan semakin besar dampak positif pada kegiatan pembelajaran.
27
Maka dapat disimpulkan ada hubungan pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika, karena di dalam pembelajarannya siswa diberikan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran tanpa ada rasa takut. Siswa lebih mudah memahami materi karena dalam penyampaiannya siswa diberikan contoh-contoh konkret. Siswa juga bias berinteraksi dengan teman sekelasnya, tidak ada siswa yang kesulitan belajar. Siswa yang kesulitan dalam belajar dapat bekerja sama dan bertanya dengan teman atau guru ataupun memanfaatkan pojok baca yang sudah disiapkan guru. Peran guru juga tidak terlepas untuk membimbing setiap kelompok agar kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif. 2.2
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andris Prasetyo (2011) dengan
judul “Peningkatan Aktifitas belajar siswa dan Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran PAIKEM GEMBROT Di Kelas IV SDN Tanggung 1 Kota Blitar”, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil tes tertulis dan lembar aktifitas siswa pada setiap siklus. Hasil tes Siklus I mencapai 92,05% dan siklus II 97,02%. Hal itu juga diikuti dengan adanya peningkatan aktifitas siswa pada Siklus I sebesar 87,5% dan Siklus II sebesar 97,8%. Hal ini sama dengan Penelitian yang dilakukan oleh Reni Uba Permatasari (2009) dengan judul Penggunaan Pendekatan PAIKEM pada Pembelajaran PKn dapat Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V di SDN Tlumpu Kota Blitar. Hasil penelitian menunujukkna bahwa kondisi awal motivasi kategori tinggi 35,97%; siklus I= 74,55%; siklus II= 82,73%, maka dari kondisi awal dibandingkan sikus II meningkat 46,76%. Kondisi ini membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran PAIKEM dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Andris dan Reni maka dapat dijadikan bukti bahwa melalui Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 .
28
2.3 Kerangka Berfikir Pada dasarnya matematika sama dengan mata pelajaran lainnya. Pelajaran matematika sangat memungkinkan untuk mencapai nilai yang tinggi seperti pada mata pelajaran lain. Akan tetapi pembelajaran pada kondisi awal yang dilaksanakan oleh guru pada pelajaran matematika kelas 5 SDN 1 Ledok masih menerapkan pembelajaran yang konvensional. Guru lebih banyak memberikan latihan soal, mencongak, hafalan rumus dan pekerjaan rumah. Siswa disini hanya sebagai pendengar saat guru menjelaskan dan mengerjakan soal latihan ketika selesai membahas materi. Kondisi seperti ini membuat siswa merasa bosan, jenuh dan akhirnya siswa merasa kesulitan untuk belajar matematika. Sehingga motivasi belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN 1 Ledok rendah. Kemudian guru bekerjasama untuk mencari solusi dan alternatif tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah terkait rendahnya motivasi dan hasil belajar matematika siswa. Untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika siswa, maka guru
harus
menciptakan
suatu
lingkungan
pembelajaran
yang
menarik,
menyenangkan dengan menerapkan pembelajaran yang bervariatif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa. Tahap perkembangan siswa pada usia SD masuk kedalam operasional konkret. Oleh sebab itu guru dalam mengajarkan sebuah pokok bahasan hendaknya di dukung dengan media-media dan sumber yang relevan dan menarik perhatian siswa. Hal ini dilakukan oleh guru karena melihat karakter siswa yang satu dengan yang lainnya berbeda. Ada siswa yang memiliki daya serap cepat tanpa disertai dengan benda-benda yang konkret tetapi ada pula siswa yang daya serapnya lama sehingga memerlukan media media pendukung tersebut. Menyikapi kondisi yang terjadi pada siswa kelas 5 SDN 1 Ledok, maka alternatif tindakan yang diambil penulis yaitu penerapan pembelajaran PAIKEM GEMBROT untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika siswa. Guru merancang pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot. Kondisi seperti ini memungkinkan siswa terlibat dalam pembelajaran dalam kondisi yang menyenangkan.
29
Adanya interaksi dan kerjasama antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa menambah pengalaman siswa untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa. Setiap siswa dengan bebas berpendapat dan tidak ada rasa takut untuk menyatakan pendapat maupun menanggapi sebuah pernyataa. Dengan dibantu sumber-sumber, media dan alat peraga yang relevan membantu siswa keluar dari kesuliatan belajar pada mata pelajaran matematika. Dalam pembelajaran PAIKEM GEMBROT siswa dikondisikan dalam kelompok-kelompok belajar. Kelompok belajar dibagi secara heterogen supaya ada komunikasi dan pengalaman belajar bagi siswa yang cepat menangkap pelajaran, sedang maupun lambat. Kemudian siswa dibimbing dan diarahkan guru setiap kegiatan belajar mengajar. Guru memfasilitasi siswa dengan pojok baca yang menarik supaya siswa tidak semata-mata memperoleh pengetahuan dari buku yang dimilikinya. Adanya kerja sama siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa memungkinkan pembelajaran menjadi menarik dan tidak tampak siswa yang unggul karena terjadi pembauran dalam satu kelompok dan bertanggung jawab terhadap kelompok masing-masing. Kemudian siswa bersama dengan membahas bersamasama dan siswa dibimbing untuk menyimpulkan setiap pembelajaran yang telah dlakukannya. Setelah itu guru memberikan evaluasi guna mengukur hasil pembelajaran yang telah diikutinya. Tidak lupa guru juga memberika pesan-pesan, motivasi serta penghargaan kepada siswa untuk tetap belajar matematika dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Perubahan
yang
terjadi
setelah
menerapkan
pembelajaran
PAIKEM
GEMBROT yaitu siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran, siswa lebih aktif, dan tidak merasa kesulitan dalam belajar matematika. Dengan kondisi seperti ini motivasi belajar dan hasil belajar mateamtika siswa meningkat. Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dilaksanakan dalam beberapa siklus sampai mencapai keberhasilan belajar yaitu meningkatnya motivasi belajar dan hasil belajar matematika siswa.
30
2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah yang telah ada maka dapat dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas berikut ini. 1) Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. 2) Pembelajaran
PAIKEM
GEMBROT
dapat
meningkatkan
hasil
belajar
matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/ 2013. 3) Penerapan Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan langkahlangkah sebagai berikut: memperjelas tujuan yang ingin dicapai kepada siswa, menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar dengan menggunakan media-media yang menarik dan relevan dengan kebutuhan belajar siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar yang lebih kooperatif dan interaktif, menciptakan persaingan dan kerja sama. memberikan pujian secara wajar terhadap keberhasilan siswa, memberikan penilaian. 4) Penerapan Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 Di SD Negeri 1 Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan langkahlangkah sebagai berikut: membuka pelajaran dengan disertai apersepsi dan tujuan yang jelas, menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang lebih kooperatif dan interaktif, melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat baik di dalam kelas dan di luar kelas, menggunakan berbagai media dan sumber belajar berupa pojok baca yang telah disediakan guru sehingga menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa, membimbing dan mengarahkan setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa, dan melakukan evaluasi berupa tes dan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan.