BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1
Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry”, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget (Mulyasa, 2007:108) mengemukakan bahwa inkuiri merupakan model pembelajaran yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas, agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
dan
menghubungkan
penemuan
satu
mencari
jawabannya
dengan
sendiri,
penemuan
yang
serta lain,
membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan peserta didik lain. Sclenker (Yudi, 2008:76) mengungkapkan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat menghasilkan peningkatan pemahaman sains, produktivitas, berpikir kreatif, serta siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Menurut Joyce dan Weil (Wena, 2009:76), model inkuiri adalah sebuah model yang intinya melibatkan siswa kedalam masalah asli dan menghadapkan
mereka
dengan
sebuah
penyelidikan,
membantu
mengidentifikasikan konseptual atau metode pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Sanjaya (2008:196), mendefinisikan model inkuiri adalah serangakaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Model pembelajaran inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang mampu menciptakan peserta didik yang cerdas dan berwawasan. Dengan
9
10
model pembelajaran ini, siswa dilatih selalu berpikir kritis, karena membiasakan
siswa
memecahkan
suatu
masalah
sendiri.
Model
pembelajaran ini bertujuan untuk melatih kemampuan peserta didik dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Pada proses inkuiri, guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Inkuiri merupakan model yang bersifat yang bersifat student center, dan guru disini berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan pengarah kerja siswa. Pada pelaksanaannya, model pembelajaran inkuiri tidak semata mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan pengembangan ketrampilan. Pada hakikatnya, model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari rumusan masalah, mengembangkan hipotesis,
mengumpulkan
bukti,
menguji
hipotesis
dan
menarik
kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini siswa yang bersangkutan. Semua tahap dalam proses inkuiri tersebut di atas, merupakan kegiatan belajar dari siswa (Gulo, 2002:92). Dari seluruh pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan sebuah model pembelajaran yang mencoba memberikan pengalaman langsung kepada siswa, untuk merasakan secara nyata proses pembelajaran dengan melibatkan seluruh aspek kemampuan siswa. Dengan merasakan langsung keterlibatannya pada saat kegiatan pembelajaran, siswa menjadi semakin yakin dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga proses belajar benar-benar terjadi, dan akhirnya terjadilah perubahan pada diri siswa yaitu perubahan pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta tingkah laku.
11
2.1.2 Peranan Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) Dalam perkembangannya, ternyata model pembelajaran inkuiri mempunyai peranan yang penting terhadap pendidikan di sekolah. Pelaksanaan penggunaan model pembelajaran inkuiri mempunyai peranan penting, baik bagi guru maupun para siswa. Peranannya antara lain sebagai berikut: (1) Menekankan kepada proses perolehan informasi oleh siswa; (2) Membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya; (3) Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif para siswa; (4) Penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya; (5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar (Sumantri, 1999:166).
2.1.3
Kondisi - Kondisi Umum Sebagai Syarat Timbulnya Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) Joyce (Gulo, 2002:85) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya pembelajaran inkuiri
bagi siswa.
Kondisi tersebut antara lain: a. Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi: hal ini menuntut adanya suasana bebas di dalam kelas, dimana siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. b. Inkuiri berfokus pada hipotesis: siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada kebenaran yang kebenaran yang bersifat mutlak. Kebenaran selalu bersifat sementara. c. Penggunaan fakta sebagai evidensi: dalam kelas, dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya.
12
Dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri, ada kondisi umum yang perlu diperhatikan agar model pembelajaran inkuiri dapat tercipta di dalam proses pembelajaran di sekolah.
2.1.4 Prinsip-Prinsip Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengembangan intelektual anak. Dalam menggunakan model pembelajaran inkuiri, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap guru, agar model pembelaajaran ini benar-benar mencapai suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007:199-201) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri: a. Berorientasi pada pengembangan intelektual; maksudnya adalah model pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria leberhasilan dari proses pembelajaran dengan mengguanakn model inkuiri, bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, namun pada sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. b. Prinsip interaksi; proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi siswa maupun interaksi antara siswa dengan guru; bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing), agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. c. Prinsip bertanya; peran guru yang harus dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan, pada dasarnya
13
sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah pertanyaan itu hanya sekedar meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji. d. Prinsip belajar untuk berpikir; belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kanan, baik otak reptile, otak limbik maupun otak neokorteks. Pembelajaran berpikir merupakan pemanfaatan dan pengguanaan otak secara maksimal. e. Prinsip keterbukaan; dalam pembelajaran, siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika
dan
nalarnya.
Pembelajaran
yang
bermakna
adalah
pembelajaran yang menyediakan kemungkinan sebagai hipotesis, yang
harus
dibuktikan
kebenarannya.
Tugas
guru
adalah
menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis, dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
2.1.5
Jenis-Jenis Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) Sund dan Trowbridge (Mulyasa, 2007:109) mengemukakan ada tiga macam jenis pembelajaran inkuiri, sebagai berikut: a. Inkuiri terbimbing (guided inquiry): siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan yang membimbing. Pembelajaran inkuiri jenis ini digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman, guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar perencanaan dibuat guru, dan siswa tidak merumuskan permasalahan.
14
b. Inkuiri bebas (free inquiry): pada jenis ini, siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Siswa harus dapat mengidentifikasi dan menemukan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry): pada jenis ini, guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
2.1.6
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) Menurut Trianto (2007:23-24), setiap model pembelajaran dipastikan memiliki
kelebihan
dan
kekurangannya
sendiri-sendiri.
Model
pembelajaran ini juga memiliki hal-hal tersebut, yaitu: 2.1.6.1 Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) ; a. Model pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi menjadi pengolahan informasi b. Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru lebih banyak bersifat membimbing c. Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa d. Dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari, sehingga tahan lama dalam ingatan e. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar, yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satusatunya sumber belajar f. Menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal) 2.1.6.2 Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) ; a. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya, menjadi belajar mandiri dan kelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun
15
b. Guru dituntut mengubah kemasan mengajar yang umumnya sebagai penyaji informasi, menjadi fasilitator dan motivator. Hal ini merupakan pekerjaan yang tidak gampang, karena umumnya guru merasa belum mengajar dan belum puas apabila tidak menyampaikan informasi (ceramah) c. Model ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan sumber belajar dan fasilitas yang memadai, yang tidak selalu tersedia d. Model ini tidak efisien, khususnya untuk mengajar siswa dalam jumlah besar, sedangkan jumlah guru terbatas. Mengatasi kekurangan-kekurangan dari penerapan model inkuiri terbimbing, maka hal-hal yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut: 1. Memupuk kebiasaan pada siswa untuk membentuk cara belajar mandiri, dan memberikan pemahaman bahwa sumber-sumber belajar tidak saja harus berpusat pada guru semata 2. Guru perlu berlatih untuk mendengarkan dan memposisikan diri menjadi fasilitator bagi siswa selama pembelajaran 3. Mengatasi kelas yang besar, maka sebaiknya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok.
2.1.7
Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) Menurut Dahlan (Trianto, 2007:18-19) bahwa tahapan atau langkahlangkah pembelajaran inkuiri terdiri dari lima tahap atau lima langkah, yaitu sebagai berikut: a. Penyajian Masalah Pada tahap ini, guru menjelaskan prosedur inkuiri kepada siswa, setelah itu guru menyajikan permasalahan yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa mulai bertanya tanya baik kepada dirinya sendiri maupun kepada guru. Dalam tahap ini, dialog atau kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa harus diatur sedemikian rupa, sehingga jawaban guru terhadap pertanyaan siswa terbatas pada jawaban “ya” atau “tidak”. Pertanyaan terbuka harus dihindarkan dan
16
siswa tidak boleh meminta guru menjelaskan tentan permasalahan yang dihadapi. Jadi, apabila siswa mengajukan pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak”, maka siswa harus menyusun kembali pertanyaannya. Siswa harus mencari sendiri fakta-fakta untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. b. Pengumpulan dan Verifikasi Data Dalam tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan data (informasi) sebanyak-banyaknya mengenai masalah
yang
disajikan, sehingga diharapkan ada kegiatan diskusi kelompok untuk merumuskan suatu hipotesis sebagai jawaban sementara dari permasalahan tersebut. Data-data tersebut dapat diperoleh melalui telaah buku, atau dapat juga melalui peristiwa yang mereka lihat, atau mereka alami (belum sampai melakukan kegiatan eksperimen). c. Eksperimen Dalam tahap ini, siswa melakukan kegiatan eksperimen yang prosedurnya telah disediakan oleh guru, serta jelas melalui lembar kerja siswa. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan pada tahap sebelumnya. Adapun peran guru dalam tahapan ini ialah membimbing, mengarahkan, serta mengendalikan kegiatan eksperimen. d. Merumuskan Penjelasan Dalam tahap ini, siswa mengkoordinasikan dan menganalisis data untuk membuat kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang telah disajikan. Guru mengajak siswa untuk merumuskan penjelasan mengenai permasalahan yang sedang dihadapi, yaitu dengan cara mengarahkan siswa mengemukakan informasi-informasi yang mereka dapatkan melalui eksperimen. Kegiatan perumusan penjelasan ini bertujuan untuk membimbing siswa kepada pemecahan masalah yang terarah. Apabila terdapat siswa yang menemui kesulitan dalam mengemukakan informasi, dalam bentuk uraian yang jelas (penjelasan
17
yang rinci), maka siswa didorong serta diarahkan untuk memberikan penjelasan yang sederhana saja, dan tidak begitu mendetail. e. Analisis Proses Inkuiri Pada tahap ini, siswa diminta untuk menganalisis pola-pola inkuiri yang telah mereka jalani. Dengan demikian, siswa akan memperoleh tipe-tipe informasi yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Hal ini penting bagi siswa, sebab hal tersebut dapat melengkapi dan memperbanyak data yang relevan, serta menunjang untuk menemukan pemecahan masalah. Tahapan ini penting untuk memperbaiki proses inkuiri itu sendiri.
2.1.8 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Model pembelajaran inkuiri terbimbing digunakan apabila dalam kegiatan pembelajaran, guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Pada umumnya, model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri atas: (1) penyajian masalah; (2) kelas semester; (3) prinsip atau konsep yang ditemukan; (4) alat/bahan; (5) diskusi pengarahan; (6) kegiatan penemuan siswa; (7) proses berpikir kritis dan ilmiah; (8) pertanyaan yang bersifat open ended; (9) catatan guru. Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, guru memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa seperlunya. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa, agar mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Pengerjaannya dapat dilakukan sendiri atau dapat diatur secara berkelompok. Bimbingan yang diberikan kepada siswa dikurangi sedikit demi sedikit, seiring bertambahnya pengalaman siswa dengan pembelajaran secara inkuiri.
18
2.1.9 Langkah-Langkah
Pembelajaran
Model
Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiry) Langkah pembelajaran model inkuiri yang diterapkan dalam penelitian ini, diadopsi dari Eggen dan Kauchak (Trianto, 2007:69), meliputi menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisiss data, serta membuat kesimpulan. Sintaks pembelajaran disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Fase 1
Indikator
Peran Guru
Menyajikan pertanyaan -
Guru membimbing siswa mengidentifikasi
atau masalah
masalah dan dituliskan di papan tulis -
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
2
Membuat hipotesis
-
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis
-
Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan digunakan
untuk
hipotesis
yang
dijadikan
akan
prioritas
penyelidikan 3
Merancang percobaan
-
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan
-
Guru membimbing siswa dalam menentukan langkah-langkah percobaan
19
4
5
Melakukan
percobaan -
Guru membimbing siswa mendapatkan data
untuk memperoleh data
melalui percobaan
Mengumpulkan
Guru memberikan kesempatan kepada tiap
dan -
menganalisis data
kelompok
untuk
menyampaikan
hasil
pengolahan data yang terkumpul 6
Membuat kesimpulan
-
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh
2.1.10 Motivasi Belajar 2.1.10.1
Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni “movere” yang
berarti “menggerakkan” (Winardi, 2007:41). Menurut James O Whittaker (Wasty Soemanto, 2003:205) motivasi adalah kondisikondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Jadi motif dan motivasi memiliki pengertian yang sama yaitu menunjukkan suatu dorongan yang timbul baik dari dalam maupun luar diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Menurut Suprijono (2009:162) motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud adalah perubahan dimana siswa dari tidak mau menjadi mau bertindak belajar untuk mencapai hasil yang diinginkan. Hasil yang dimaksud disini adalah hasil belajar. Menurut Sadirman AM (2003:33) mengatakan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan
20
kegiatan belajar siswa dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar tercapai. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan yang timbul baik dari dalam diri maupun dari luar diri siswa untuk melakukan sesuatu tindakan belajar, demi mencapai hasil belajar yang lebih baik dari pada hasil sebelumnya, menyeleksi dan menentukan arah suatu perbuatan serta memelihara semangat belajar yang tinggi.
2.1.10.2
Teori Tentang Motivasi
Terdapat 3 teori motivasi yang terkenal menurut para pakar motivasi, yaitu: a. Teori Kebutuhan / Keperluan Menurut teori ini, manusia termotivasi untuk bertindak kalau dia ingin memenuhi kebutuhannya. Terdapat tiga jenis kebutuhan yang umum, yaitu: 1) Kebutuhan fisik, yaitu makan, kesehatan, keselamatan. 2) Kebutuhan emosional, yaitu prestasi dan harga diri. 3) Kebutuhan kognitif, yaitu berhasil untuk mencipta,
memecahkan
suasana
konflik,
untuk
mendapat
rangsangan. b. Teori Humanistik Para pakar teori Humanistik percaya bahwa hanya ada satu motivasi, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri masingmasing individu dan motivasi ini dimiliki oleh individu sepanjang waktu dan dimanapun ia berada. Motivasi tampil dalam bentuk perilaku. Motivasi dalam diri ini merupakan keinginan dasar yang mendorong individu mencapai berbagai pemenuhan
segala
keperluan/kebutuhan
dirinya
sendiri.
Keinginan dasar yang dimiliki oleh masing-masing siswa dibawa oleh siswa tersebut kesekolah. Guru hanya tinggal ingin memanfaatkan dorongan ingin tahu siswa yang bersifat sudah
21
ada dari dalam diri siswa dengan cara menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dan berguna bagi siswa. c. Teori Behavioristik Para
pakar
Behavioristik
mengatakan
motivasi
dikontrol/dikendalikan oleh lingkungan sekitar. Suatu perilaku yang bermotivasi terjadi apabila akibat dari perilaku itu dapat menggetarkan emosi individu, yaitu menjadi suka atau tidak suka. Kaum Behavioristik berpandangan bahwa manusia berperilaku jika ada rangsangan dari luar. Perilaku menjadi kuat atau lemah dipengaruhi oleh peristiwa sebagai akibat dari perilaku tersebut yang dapat menggugah emosi orang yang berperilaku. Apabila akibat perilaku itu menimbulkan rasa suka, maka
perilaku
menjadi
kuat;
tetapi
jika
perilaku
itu
menimbulkan rasa tidak suka, maka perilaku itu akan ditinggalkan. Guru hendaknya dapat mengendalikan emosi siswa untuk menjadi suka dan ingin belajar.
2.1.10.3
Jenis-jenis Motivasi Belajar Dalam membicarakan macam-macam motivasi belajar, hanya
dibahas dari sudut pandang yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang disebut “motivasi ekstrinsik”. a. Motivasi Intrinsik Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang memiliki motif intrinsik dalam dirinya, maka ia sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak menimbulkan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik diperlukan terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus
22
menerus. Sedangkan seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan ini dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sangat dibutuhkan dan sangat berguna kini dan mendatang. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas atau kegiatan. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi seseorang yang terdidik, berpengetahuan yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Untuk mendapatkan semuanya itu perlu belajar. Belajar adalah suatu cara untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan kesadaran atribut dan seremonial. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar. Guru harus dapat membangkitkan minat siswa dengan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya. Kesalahan dalam menggunakan motif-motif ekstrinsik bukan menjadi pendorong, tetapi menjadikan siswa malas belajar. Untuk itu guru harus tepat dan benar dalam memotivasi siswa dalam rangka proses interaksi belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahawa guru dalam membangkitkan gairah belajar siswa dengan motivasi ekstrinsik dalam proses interaksi belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik adalah suatu alat yang
cukup
ampuh
yang
senantiasa
guru
gunakan
untuk
membangkitkan gairah belajar siswa. Kadangkala ada guru yang keliru dalam menggunakan motivasi ekstrinsik, sehingga siswa tidak berminat untuk belajar, dan bahkan guru tersebut dibenci oleh siswa. Guru yang
23
memaksa siswa dengan kekerasan, tidak akan berhasil dalam memotivasi siswa, malah guru yang merusak jati dirinya itu akan kehilangan wibawanya didepan siswanya. Oleh sebab itu, pengguanaan motivasi ekstrinsik terkadang menjadi momok bagi setiap siswa. Untuk itulah seluruh aspek dari kehidupan guru merupakan cermin dari kepribadian guru sebagai idola anak didik, yang secara keseluruhan dari kepribadian guru adalah suri tauladan bagi setiap siswa baik di sekolah maupun di masyarakat. Terkait dengan proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik diperlukan untuk mendorong siswa agar tekun melakukan aktivitas belajar. Motif ekstrinsik sangat diperlukan bila ada siswa yang kurang berminat mengikuti pelajaran dalan jangka tertentu.
2.1.10.4
Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Hanafiah (2011:27) motivasi memiliki fungsi sebagai berikut : a. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar siswa, b. Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar siswa, c. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, d. Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna.
2.1.10.5
Indikator Motivasi Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia indikator adalah sesuatu
yang dapat memberikan petunjuk/keterangan (Depdiknas, 2001:430). Kaitannya dengan motivasi maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah motivasi. Motivasi seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan melalui kegiatan atau
24
aktivitas yang berkaitan dengan motivasinya. Untuk mengetahui indikator motivasi dapat dilihat dengan cara menganalisis kegiatankegiatan yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Dengan demikian untuk menganalisis motivasi belajar siswa dapat digunakan beberapa indikator motivasi sebagai berikut: Menurut Hamzah B. Uno (Agus Suprijono, 2011:163) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil Manusia tentu mempunyai suatu tujuan di dalam melakukan sesuatu. Rasa keinginan yang kuat akan memicu manusia untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam mencapai tujuan tersebut, manusia senantiasa secara maksimal untuk mencapai keberhasilan. b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar Untuk mencapai keberhasilan belajar, manusia akan tertantang dalam proses belajar. Akan timbul suatu dorongan untuk mencapai keberhasilan belajar, dan manusia merasa butuh untuk belajar sebagai sarana untuk mencapai keberhasilan. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan Masa depan yang didambakan setiap manusia tentu akan tercapai jika manusia itu senantiasa berusaha dalam menjalankan aktivitas belajarnya. Suatu cita-cita dan harapan akan senantiasa membayangi manusia dalam belajar sehingga manusia akan semangat belajar. d. Adanya penghargaan dalam belajar Sesuatu yang tak terduga dan membuat diri seseorang merasa senang adalah ketika seseorang mendapat suatu penghargaan. Penghargaan itu biasanya bersifat positif yang akan menambah semangat seseorang dalam belajar. e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar Dalam proses belajar, tentu seseorang tidak selamanya melakukan kegiatan yang sama. Terdapat inovasi-inovasi dalam belajar sehingga
25
seseorang akan tertarik untuk belajar. Ketertarikan seseorang dalam belajar akan menghilangkan sifat malas dan bosan pada pelajaran. f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik Suasana yang nyaman dalam belajar akan mempengaruhi motivasi seseorang dalam pembelajaran, tentunya dibutuhkan situasi yang bisa mendorong seseorang untuk belajar. Selain itu lingkungan yang mendukung juga akan memaksimalkan daya tarik atau motivasi seseorang dalam melakukan belajar, sehingga materi pelajaran akan diserap dengan baik. Motivasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA khususnya pada materi perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.
2.1.11 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 2.1.11.1
Pengertian Belajar Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2010:3-4) yaitu: a. Perubahan terjadi secara sadar Seseorang
yang
belajar
akan
menyadari
terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi suatu perubahan dalam dirinya. b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.
26
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam
perbuatan
belajar,
perubahan-perubahan
itu
senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami peruabahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Robbins (Trianto, 2009:15) mendefinisikan “belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara suatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru”. Jadi dalam makna belajar, disini merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Menurut Hamalik (2002:2) “belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian seorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri oraang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman
27
melalui olah informasi, respon positif yang semula belum tahu menjadi lebih tahu supaya mendapat suatu kepribadian baru yang lebih baik. Dari definisi diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses interaksi manusia baik secara langsung (dengan contoh) ataupun tidak langsung (dengan kata-kata) dengan lingkungan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang berupa perbuatan, pemahaman, keterampilan dan sifat yang positif sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bermakna.
2.1.11.2
Pengertian Hasil Belajar Menurut Abdullah, Ilyas (2008:98) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah hasil maksimun yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan
belajar
yang diberikan berdasarkan
atas
pengukuran tertentu. Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimum. Seseorang yang dapat memperoleh hasil maksimum dari kegiatan belajarnya maka sebuah prestasi belajar akan didapatkan. Sanjaya (2005:90) juga menjelaskan bahwa, belajar bukan hanya sebagai hasil, akan tetapi juga sebagai proses. Belajar mengembangkan dua sisi yang sama pentingnya yaitu sisi hasil dan proses. Oleh karena itu, keberhasilan belajar tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana proses penguasaan itu terjadi. Hal ini terutama diajukan untuk menentukan perubahan perilaku yang non kognitif. Menurut Oemar Hamalik (2008:36) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Perubahan
yang
dimaksud
tidak
hanya
perubahan
pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian dan penghargaan diri pada individu tersebut.
28
Menurut Bloom (Suprijono, 2012:6-7) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: a. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yaitu pegetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), menguraikan (analysis), mengorganisasikan (synthesis), dan penialaian (evaluation). b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap menerima (receiving), memberikan respon (responding) dan nilai (valuing). Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuannya itu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. c. Ranah Psikomotor Meliputi
keterampilan
motorik,
manipulasi
benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan dan mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor, karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penialaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang tampak dalam perbuatan yang dapat diukur dengan kemampuan atau keterampilan hasil akhir yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti dan menerima pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas-tugas siswa yang diberikan.
2.1.11.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Slameto (2003:56-72) “faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern”.
29
a. Faktor Intern (faktor dalam) Faktor intern inilah yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi: 1. Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Seorang siswa dalam keadaan segar jasmaninya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya, sebaliknya siswa yang fisiknya lelah juga akan mempengaruhi haisl belajarnya. Di samping kondisi tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera, terutama penglihatan dan pendengaran. Sebagian besar yang dipelajari manusia adalah dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah keterangan orang lain. Jadi jelaslah di antara seluruh panca indera mata dan telinga mempunyai peranan sangat penting. Seperti yang dipaparkan oleh Edgar Dale (dalam Tu‟u 2004:40), bahwa pengalaman belajar manusia itu 75% diperoleh melalui indera lihat, 13% melalui indera dengar, dan 12% melalui indera lainnya. 2. Kondisi Psikologis Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang juga bersifat psikologis. Beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap proses dari hasil belajar yaitu: a. Kecerdasan Seorang siswa yang cerdas umumnya akan lebih cepat mampu belajar jika dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu yang diperlukan untuk mempelajari materi atau bahan pelajaran sama. Hasil pengukuran kecerdasannya biasa dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang dikenal dengan istilah
IQ
(Intelligence
Quotion).
Berbagai
hasil
penelitian
30
menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan hasil belajar di sekolah. Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasinya lain sesuai macam-macam kecerdasan yang menonjol yang ada pada dirinya. Hal itu dapat kita ketahui umumnya tingkat kecerdasan yang baik dan sangat baik cenderung lebih baik angka nilai yang dicapai siswa. b. Bakat Di samping Intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisan dari orang tua. Bagi seorang siswa bakat bisa berbeda dengan siswa lain. Ada siswa yang berbakat dalam bidang ilmu sosial, dan ada yang di ilmu pasti. Karena itu, seorang siswa yang berbakat di bidang ilmu sosial akan sukar berprestasi tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya. Bakat-bakat yang dimiliki siswa tersebut apabila diberi kesempatan dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya, seorang siswa ketika akan memilih bidang pendidikannya, sebaiknya memperhatikan aspek bakat yang ada padanya. Untuk itu, sebaiknya bersama orang tuanya meminta jasa layanan psikotes untuk melihat dan mengetahui bakatnya. Sesudah ada kejelasan, baru menentukan pilihan. c. Minat dan Perhatian Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seorang siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu, biasanya cenderung memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang siswa harus menaruh
31
minat dan perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaranpembelajaran di sekolah. Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan keberhasilan dalam pembelajaran. d. Motivasi Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesutau. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar, kalau siswa mempunyai motivasi yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi prestasi belajarnya. e. Emosi Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses belajar seorang siswa akan terbentuk suatu kepribadian tertentu, atau tipe tertentu, misalnya siswa yang emosional dalam belajar, akan mudah putus asa. Hal ini mau tidak mau akan mempengaruhi bagaimana siswa menerima, menghayati pengalaman yang didapatnya dalam suatu pembelajaran. f. Kemampuan Kognitif Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif yaitu kemampuan berpikir, menalar yang dimiliki siswa. Jadi kemampuan kognitif berkaitan erat dengan ingatan dan berpikir seorang siswa.
b. Faktor Ekstern (faktor luar) Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor tersebut adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Lingkungan alami, yaitu kondisi alami yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, termasuk dalam lingkungan
32
alami yaitu suhu, cuaca, udara, pada waktu itu dan kejadiankejadian yang sedang berlangsung. 2. Lingkungan sosial, dapat berwujud manusia, wujud lain yang berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar. Misalnya hubungan murid dengan guru, orang tua dengan anak, dan lingkungan masyarakat di luar sosial yang baik, mesra dapat membantu terciptanya prestasi belajar siswa.
2.1.12 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Trianto (2010:136),
Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA)
merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari Bahasa Inggris „science‟. Kata „science‟ itu sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientia‟ yang berarti saya tahu. „Science‟ terdiri dari social science (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Menurut Slameto, dkk (2009:1), IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam yang disusun melalui tahapan-tahapan metode ilmiah yang bersifat khas-khusus, penarikan kesimpulan, dan seterusnya. Fenomena-fenomena alam yang diungkap biasanya dapat dirumuskan dalam besaran-besaran fisika. Menurut Samatowa (2010:2) “pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui oleh manusia”. Sedangkan pengetahuan alam merupakan pengetahuan tentang alam semesta dan isinnya. Menurut Samatowa (2010:3) “IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan manusia”. Selanjutnya Samatowa (2010:3) “menyimpulkan bahwa IPA adalah pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah”. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan Ilmu Pengetahuan Alam yaitu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Mata pelajaran IPA merupakan ilmu yang nyata dimana yang setiap
33
harinya berkaitan dengan kehidupan manusia dan lingkungan. IPA selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan juga melatih siswa untuk menemukan hal-hal yang baru. Kegiatan tersebut akan menunjang siswa untuk aktif dalam pembelajaran, karena siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran.
2.1.13 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Fokus progam pengajaran IPA di SD bertujuan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan kedalam kurikulum suatu sekolah. Alasan mengapa IPA diajarkan di SD menurut Samatowa (2010:4) adalah : 1. Bahwa IPA berfaedah
bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materiil
suatu bangsa banyak sekali bergantung pada kemampuan bangsa dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi. Sedangkan teknologi
sering
disebut-sebut
sebagai
tulang
punggung
pembangunan. Suatu teknologi tidak akan berkembang pesat bila tidak didasari pengetahuan dasar yang memadai. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA. 2. Bila diajarkan menurut cara yang tepat, IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan untuk berfikir kritis. Misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan metode ini anak akan dihadapkan pada suatu masalah. Anak diminta untuk menyelidiki masalah tersebut. Dari berbagai saran dikemukakan anak mereka dituntun merancang
34
percobaan.
Akibatnya
anak
mengamati
percobaan
sampai
memperoleh suatu kesimpulan. 3. Pelajaran IPA modern lebih mementingkan kemampuan berfikir dari pada menghafal. Disamping itu dipentingkan juga kemampuan mengadakan
pengamatan
secara
teliti,
menggunakan
prinsip
memecahkan percobaan sederhana, menyusun data, mengemukakan dugaan dan lain-lainnya. 4. Mata pelajaran ini memiliki nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Samatowa (2010:5), Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Plato dan Marten yang terdapat dalam Carin (1993:5) yaitu: (1) Mengamati apa yang terjadi, (2) Mencoba memahami apa yang diamati, (3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, (4) Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.
2.1.14 Tujuan Pembelajaran IPA Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006:1) secara terperinci adalah : 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
35
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan 6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. Menurut Hardini dan Puspitasari (2012:151), menuliskan bahwa mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan keyakinan terhadpa kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, daan masyarakat, 4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam, 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
2.1.15 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD Berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP), ruang lingkup bahan kajian IPA meliputi beberapa aspek kajian pokok IPA yang diajarkan di SD, yaitu: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. 2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya.
36
3) Energi dan perubahannya, meliputi: magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.
2.1.16 Silabus IPA Kelas IV Dalam penelitian ini, mata pelajaran yang digunakan adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan materi perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan pada semester II kelas IV. Berikut silabus yang dipakai dalam penelitian: Tabel 2.2 Standar Kompetensi : 10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan INDIKATO
Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Penilaian
R Pengalaman
PENCAPAI
Belajar
AN
Alok Jenis
KOMPETEN Tagihan
Bentuk Instrum en
SI 10.1 Mendeskrips ikan
Perubahan Lingkungan
berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut).
A. Pengaruh Angin (hlm.192) B. Pengarug Hujan (hlm.195) C. Pengaruh Matahari (hlm.198) D. Pengaruh Gelomban
o Memahami
o Mengident
Conto
asi
h
Wak
Instru
tu
Sumber/ Bahan/ Alat
men
Lapora
Kegi
8x3
Sumber:
proses
ifikasi
Tugas
n dan
atan
5
Buku
terjadinya angin
berbagai
Individu
unjuk
10.1
me
SAINS SD
darat dan angin
faktor
laut . o Memahami
penyebab perubahan
bahwa pengaruh
lingkungan
angin, hujan,
fisik.
matahari,
o Menjelaska
nit
kerja dan
Hlm.
kelomp
196
ok
Uraian Objektif
(@
Kelas IV
2x3 5
Alat :
me
- Gambar-
nit)
gambar
gelombang laut
n pengaruh
contoh
dapat
factor
perubaha
menghasilkan
penyebab
n
perubahan yang
perubahan
lingkung
menguntungkan
lingkungan
an fisik
37
g Laut
dan merugikan
(hlm.200) 10.2 Menjelaskan pengaruh
o Mencari nama
perubahan
angin yang
lingkungan
merugikan
fisik terhadap daratan
terhadapda
terhadap
ratan
daratan
(angin, hujan, cahaya matahari dan
o Melakukan kegiatan 10.1
(erosi,
gelombang laut).
abrasi, banjir, dan
o Memahami cara
longsor)
mencegah erosi
o Mendemon strasikan
o Memahami
proses
pentingnya
terjadinya
menanam pohon
erosi pada
bakau.
permukaan tanah.
Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun (
diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ) Dan Ketelitian ( carefulness)
38
2.2
Kajian Hasil Penelitian yang relevan
a. Penelitian ini dilakukan oleh Mardyah Hayu Erawati (2012) dengan judul: “Peningkatan hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV SD Negeri 11 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2011/2012”. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas. Latar belakang penelitian ini adalah seringnya guru menyampaikan materi pembelajaran IPA hanya dengan ceramah dan cenderung siswa tidak dilibatkan aktif dalam pembelajaran yang mengakibatkan siswa kurang tertarik untuk belajar sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA rendah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 11 Purwodadi semester II tahun pelajaran 2011/2012? Hasil belajar siswa yang rendah dapat dilihat dari banyaknya siswa yang memeperoleh nilai tidak tuntas pada kondisi awal siswa yang tuntas belajar hanya 10 siswa yaitu dengan prosentase sebesar 40%. Hasil belajar pada siklus I diperoleh dari tes yang dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I dengan ketuntasan klasikal 72% atau 18 siswa yang tuntas, meningkat pada siklus II yaitu ketuntasan klasikal belajar siswa mencapai 96% atau 24 siswa tuntas dari 25 siswa. Hal itu terbukti bahwa dengan menerapkan pendekatan inkuiri dapat membuat siswa tertarik dan mudah memahami materi pelajaran sehingga hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 11 Purwodadi pada mata pelajaran IPA meningkat. b. Penelitian yang dilakukan oleh Sihastuti Dwi Maryati (2011) dengan judul “Upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas IV SDN 01 Werdoyo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan semester II tahun 2010/2011”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa kelas IV semester II tahun ajaran 2010/2011 SDN 01 Werdoyo Kecamatan
39
Godong Kabupaten Grobogan? Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui dua siklus. Siklus I direncanakan 2 kali pertemuan dan siklus II dua kali pertemuan. Latar belakang masalah penelitian ini adalah rendahnya penguasaan kompetensi siswa mata pelajaran IPA dengan kompetensi dasar energi gerak menjadi bunyi. Rendahnya penguasaan kompetensi siswa disebabkan siswa kurang mendapat metode atau strategi yang bervariasi terhadap pelajaran IPA sehingga perlu ditunjang dengan pemberian penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadipeningkatan
pencapaian
kompetensi
nilai
rata-rata
siswa.
Peningkatan ketuntasan prestasi belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, pada kondisi awal hanya terdapat 17 siswa (42,5%) yang telah tuntas dalam belajarnya, pada siklus I melalui 2 pertemuan terdapat 25 siswa (55,5%) yang tuntas dan siklus II 2 pertemuan ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 40 siswa (100%) dengan nilai rata-rata 75 dan 86,25. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar tentang energi gerak menjadi bunyi pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 01 Werdoyo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2010/2011. c. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfi Sindu Nugroho (2012) dengan judul penelitian: “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Dengan Menemukan Sendiri Peserta Didik Kelas IV SD Negeri Salatiga 12 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Pada Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Latar belakang masalah dalam penelitian ini di dasarkan adanya tujuan pembelajaran IPA yang menuntut keterlibatan peserta didik untuk aktif dan mengaktualisasikan konsep materi yang sudah dipelajari. Salah satu cara untuk mengaktifkan peserta didik yakni dengan menggunakan pendekatan CTL dengan menemukan sendiri konsep yang telah dipelajari. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan 2 siklus, masing-masing
40
siklus terdiri dari 3 tahap yakni perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, refleksi. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV SD Negeri Salatiga 12 sebanyak 37 peserta didik. Dalam penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA, adapun ketuntasan belajar klasikal pada kondisi awal hanya 67,57%, siklus I naik menjadi 78,38% dan pada siklus II naik menjadi 100%. Hasil penelitian ini di sarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA SD dengan menyesuaikan kompetnsi yang akan dicapai dan hasil penelitian ini dapat dikembangkan
dalam
penelitian
yang
terkait
dengan
pendekatan
pembelajaran dan penilaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan
kajian
penelitian
diatas,
penggunaan
metode
pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Model ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena dalam model ini menenkankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan sendiri konsep materi yang diajarkan sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang sama dengan judul: “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gendongan 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.” Meskipun menggunakan subyek yang sama, namun lokasi penelitian terdahulu dengan penelitian ini berbeda.
2.3
Kerangka Berpikir Dalam mengajarkan pelajaran IPA terutama materi Perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan, dibutuhkan konsep dasar teori yang tepat dalam menyampaikan pelajaran tersebut. Konsep dasar teori yang dipilih harus sesuai dan cocok serta harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, terutama dalam penyampaian materi IPA. Sebab
41
dalam pelajaran IPA siswa diberi kesempatan untuk berfikir kritis serta menemukan sendiri, mengadakan pengamatan secara teliti, menggunakan prinsip memecahkan percobaan sederhana, menyusun data, mengemukakan dugaan dan menjelaskan gagasan dan pernyataan IPA serta memiliki sikap menghargai kegunaan IPA dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari IPA, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry)
didalam
proses
pembelajaran
akan
mempunyai
keunggulan dan dipastikan dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar, keunggulannya; guru dengan metode inovatif ini akan dapat dengan mudah mengetahui kemampuan masing-masing siswa, melatih siswa berfikir logis dan sistematis, dapat mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran, guru hanya sebagai pendamping dalam proses belajar, proses belajar akan diikuti oleh siswa. Konsep-konsep yang diajarkan, sepatutnya diperlakukan sebagai hipotesis yan perlu dipertemukan dengan fakta, lewat pengujian-pengujian ataupun eksperimen. Belajar dengan cara ini, membawa siswa lebih mudah memahami sebuah konsep dan pelajaran yang diajarkan sehingga pada akhirnya pelajaran lebih tersimpan lama dalam ingatan siswa. Dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) siswa sangat dilibatkan dalam proses pembelajaran, siswa lebih mudah menemukan dan memahami materi-materi yang dianggap sulit karena setiap pembahasan ada gambar-gambarnya dan dalam kelompok mereka saling bekerjasama dengan temannya untuk menyelesaikan masalah. Melalui kerjasama akan terjalin rasa kebersamaan, komunikasi, mereka saling berbagi pengetahuan yang dimiliki mereka masing-masing sehingga terjadi pemahaman yang sama dalam persoalan-persoalan yang mereka diskusikan. Ini akan membawa dampak pada peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar.
42
KONDISI AWAL
Guru : Dalam pembelajaran IPA masih menggunakan metode konvensional (ceramah).
Siklus I dan Siklus II : TINDAKAN
Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing : KONDISI AKHIR
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menyajikan pertanyaan/masalah Membuat hipotesis Merancang percobaan Melakukan percobaan Mengumpulkan dan menganalisis data Membuat kesimpulan
Siswa : Motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA rendah dan dibawah KKM (70)
Hasil Siklus I : Motivasi belajar dan hasil belajar meningkat, namun motivasi belum mencapai indikator dan hasil belajar belum mencapai KKM.
Hasil Siklus II : Motivasi belajar dan hasil belajar meningkat, motivasi belajar sudah mencapai indikator, hasil belajar mencapai KKM.
Siswa : Motivasi belajar dan hasil belajar meningkat, motivasi belajar sudah mencapai indikator, hasil belajarmencapai KKM (70).
Skema Kerangka Berpikir
Berdasarkan bagan diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi awal pembelajaran masih menggunakan metode konvensional (ceramah) pada pelajaran IPA, motivasi dan hasil belajar siswa masih rendah. Kemudian setelah menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada siklus I dan II diduga dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA.
43
2.4
Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dapat meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Gendongan 01 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga semester II tahun pelajaran 2013/2014. b. Penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Gendongan 01 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga semester II tahun pelajaran 2013/2014.