BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Matematika Menurut Nasution (1992 : 3 ) hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan dalam menguasai pelajaran matematika setelah memperoleh pengalaman atu proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu yang akan di perlihatkan melalui skor yang di peroleh dalam tes hasil belajar. Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan kecakapannyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar matematika. Kecakapan tersebut menyatakan seberapa jauh atau seberapa besar tujuan pembelajaran atau indicator yang telah dicapai oleh anak didik dalam belajar matematika. Ada dua macam hasil belajar yang harus dikuasai anak didik yaitu perhitungan matematika dan penalaran matematika, karena kedua hal tersebut yang akan ditermukan dalam kehidupan sehari – hari. Hal ini yang menjadi alas an perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada anak didiknya. Hasil belajar pada penelitian ini dititik beratkan pada hasil belajar anak didik yang telah di capai pada mata pelajaran matematika setelah mengalami proses pembelajaran dan dapat dilihat pada skor hasil evaluasi anak didik setelah mengikuti proses pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran matematika dengan standar ketuntasan yang telah ditentukan. 2.2 Hasil Belajar Matematika Menurut Muh. Suryo ( 1997 ) belajar matematika adalah proses yang dirancan atau di sengaja untuk menguasai konsep. Penghitungan dan penalaran matematika. Belajar matematika merupakan proses aktivitas manusia yang dapat menimbulkan prubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang tidak bias terlepas dari pengalaman atau pengaruh lingkungan yang dialami. Perubahan yang ditimbulkan merupakan perubahan yang bermakna dan cenderung permanen. Hasil belajar matematika mengarahkan anak didik berpikir dalam menyelesaikan masalah dengan benar yang menggunakan penalarannya. Hasil belajar matematika menempatkan anak didik mengenai ide – ide dan struktur yang diatur menurut urutan yang logis. Hasil belajar matematika akan bermakna jika anak didik mampu mengaitkan gagasn baru yang sudah dimiliki. Dengan menguasai hasill belajar matematika akan menempatkan anak didik mampu menyampaikan informasi idea tau gagasannya. Dalam menyampaikan idea tau gagasannya disampaikan secara kreatif dan inovatif untuk menghasilkan gagasan yang kretif dan inovatif pula. 2.3 Cara Peningkatan Hasil Belajar Matematika Guru dan anak didik merupakan subyek dalam pembelajaran maka dalam pembelajaran matematika hendaknya memilih dan menggunakan strategi belajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Anak didik tidak hanya dituntut hafalan tetapi anak didik harus dapat menggunakan penlarannya dalam proses terbentuknya suatu konsep matematika sehingga anak mempermudah dalam penerapan konsep tersebut. Dengan demikian guru harus dapat mengajar secara
bermakna. Untuk dapat menerapkan cara mengajar matematika yang bermakna guru harus mengetahui car peningkatan hasil belajar matematika diantaranya : a. Tujuan Tujuan adalah pedoman skaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Kepastian dari proses pembelajaran berpangkal dari perumusan tujuan. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan proses pembelajaran. Rumusan tujuan merupakan cerminan dari hasil belajar. Keberhasilan belajar dapt diketahui setelah dilakukan tes diakhir pengajaran. Dalam kata lain tes akhir pengajran adalah alat yang digunakan untuk mengukur kebarhasilan tujuan pembelajaran. Apabila menghendaki peningkatan hasil belajar maka yang dilihat adalah tujuan pembelajaran itu sendiri karena tujuan adalah salah satu factor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. b. Guru Guru adalah jabatan professional yang dalam melaksanakan tugasnya menuntut keahlian, menggunakan tehnik ilmiah dan mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya. Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda sesuai dengan latar belakang kehidupan pribadinya. Kepribadian guru salah satu aspe dari ketangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan anak didik untuk menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkpribadian yang mantap serta berkarakter. Dari keperibadian itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang terlihat melaksanakan tugas mengajar di kelas. Pandangan guru terhadap anak didik juga memepengaruhi kegiatan pembelajaran di kelas. Perbedaan pandangan terhadap anak didik akan berpengaruh pada pendekatan yang di gunakan dalam pembelajaran. Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah aspek yan mempengaruhi kompetensi guru di bidang pendidikan dan pengajran. Guru yang mempunyai kompetensi yang beragam akan menghasilkan pembelajaran yang bervariasi. c. Anak Didik Anak didik adalah orang yang sengaja datang ke sekolah untuk belajar. Anak didik dengan latar belakang keluarga yang berbeda akan mempunyai karakteristik yang berbeda pula. Anak didik adalah unsure mahasiswi yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. d. Kurikulum Kurikulum adalah pedoman yang harus dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu aspek yang ada dalam kurikulum adalah Evaluasi. Evaluasi inilah yang digunakan pedoman untuk peningkatan hasil belajar. Selain Evaluasi banyak unsure kurikulum yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar. 2.4 Model Pembelajaran snowball throwing. 2.4.1 Pengertian model pembelajaran snowball throwing Selama ini pembelajran di kelas didominasi oleh pemahaman strukturalis /objektivisme /ehaviorisme yang bertujuan siswa mengingat informasi, lalu terjadi memoris. Pembelajaran dengan metode snowball throwing tidak demikian, dalam hal ini peserta didik diberikan kebebasan untuk membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba member arti pada
pengetahuan yang dialaminya. Siswa diberi pemahaman bahwa ilmu pengetahua adalah suatu yang tidak stabil dan hanya berupa rekaman. Ilmu pengetahuan adalah konstuksi manusia mengalami pengalam – pengalaman baru yang menyebabkan pengetahuan terus berkembang sesuai perkembangan zaman. Prinsip pembelajaran dengan metode snowball throwing termuat di dalam prinsip pendekatan kooperatif yang didasarkan pada ilmu prinsip, yaitu prinsip belajar siswa aktif (student active learning), belajar kerjasama (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif (reactive teaching), dan pembelajaran yang menyenangkan ( joyfull learning). Pengetahuan tumbuhan dan berkembang melalui pengalaman. Pengalaman semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu dijui dengan pengalaman baru. Menurutp piget manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, yang masing-masing individu memiliki kemampuan yang berbeda – beda. Setiap pengalaman baru ( struktur pengetahuan ) dihubungkan dan di simpan di dalam otak manusia. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak mansia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah struktur pengetahuan di buat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi adalah struktur pengetahuan yang sudah ada dikodirikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan pengalaman baru yang diperoleh. Pembelajaran dengan metode snowball therowing, menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain : pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang berbasa melalui pengalaman nyata ( constuctivism), pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta – fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “ bertanya “ (questioning) dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam metode pembelajaran snowball throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut. 2.5 Hakekat Modal Pembelajaran Snowball Throwing Model pembelajaran snowball throwing merupakan model pembelajaran kooperatif yang member kesempatan pesrta didik untuk bekerja sama dengan sesame peserta didik. Hubungan kerjasama itu menimbulkan persepsi positif tentang apa yang dilakukan peserta didik untuk mencapai keberhasilan belajar. Model pembelajaran snowball threowing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan melaksanakn pesan tersebut (Widodo, 2009 :1 ). Model pembelajaran snowball therowing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertnya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola kertas yang berisi pertanyaan kemudian mejawab pertanyaan yang ada dalam bola kertas tersebut ( Tunggal, 2011 : 17 ).
2.6 Karakteristik Model Pembelajaran Model Snowball Throwing Menutut (Widodo: 2009) Model pembelajaran snowball throwing menggunakan prinsip pembelajaran kooperatif yang mempunyai lima prinsip : a. b. c. d. e.
Prinsip belajar siswa aktif (student active learning ) Prinsip belajar kerja sama ( cooperative learning ) Prinsip belajar partisipatorik Prinsip belajar reaktif (reactive teaching ) Pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning )
2.7 Penerapan model pembelajaran snowball throwing. Model pembelajaran snowball throwing menggunakan tiga penerapan pembelajaran yaitu : a. Penerapan pembelajaran conturcitivism: pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas dengan konten yang terbatas melalui pengalan nyata. b. Pembelajaran inqury : pengetahuan dan ketermpilan yang diperoleh bukan mengingat seperangakt fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. c. Penerapan pembelajaran questioning : dari bertanya anak didik bias menggali informasi dan mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahui. 2.8 Modal Pembelajaran Snowball Throwing dalam Pembelajaran Matematika a. Penerapan Invetigation dan inquiry anak didik mengidentivikasi materi yang diberikanbaik langsung dari guru atau lewat ketua kelompok. b. Penerapan Questioning anak didik menyusun pertanyaan berdasrkan materi yang dijelaskan oleh guru atau dari ketua kelompok. c. Penerapan Conturcitivism Anak didik melempar kertas yang sudah menyerupai bola atau lipatan pertanyaan yand sudah diselipkan ke dalam bola ke arah temannya kalu sudah mendapatkan satu pertanyaan anak didik menjawab atau mengerjakan soal tersebut.
2.9 Langkah – langkah Pembelajaran Menurut (Kisworo, dalam buku Mukhtari, 2010 : 6) langkah model pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut : a. Guru menyampaika materi yang akan disajikan ; b. Menjelaskan materi; c. Siswa berdiskusi tentang materi yang sudha dijelaskan guru; Masing masing sisawa diberikan satu lembar kertas kerja . untuk menuliskan satu pertanyaan saja yang menyankut materi yang sudah dijelaskan guru da didiskusikan dengan temannya dalam kelompok. d. Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain. e. Setelah siswa dapat satu bola / satu pertanyaan diberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang ditulis dalam kertas berbentuk bola tersebut; f. Secara nergantian siswa membacakan pertanyaan dan jawabannya; g. Evaluasi; h. Penutup. Sedangkan menurut ( syairullah, dalam Adin, 2010 : 1 ) langkah – langkah model pembelajaran snowball sthrowing pada pembelajaran Matematika sebagai berikut; a. Guru menyampaikan materi matematika yang akan disajikan. 2.9.2.Guru memanggil ketua kelompok utntuk di beri penjelasan tentang materi matematika. 2.9.3.Ketua kelompok kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi yang dijelaskan guru kepada temannya; b. Kemudian masing- masing siswa diberikan satu lembarkerja untuk menuliskan pertanyaan yang menyangkut materi matematika; c.
Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari satu siswa kesiswa lainnya;
d.
Setelah satu siswa mendapatkan satu bola atau satu pertanyaan diberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian;
f. Guru memberikan simpuan; g. Evaluasi; h. Penutup. 2.10 Kelebihan model pembelajaran snowball throwing. Menurut ( Tanggal, 2011 : 17 ) kelebihan model pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut : a. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dan bersumber pada materi yang diajarkan, serta memberikan pengetahuan;
b. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari; c. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam menggunakan pertanyaan; d. Melatih siswa menjawab pertanyaan; e. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topic yang sedang dibicarakan; f. Dapat mengurangi rasa takut dalam bertanya; g. Siswa lebih mengerti makna kerja saman; h. Siswa akan memahami makna tanggung jawab 2.11 Kelemahan model pembelajran Snowbal Throwing : a. tercipta kelas yang kurang kondusif b. adanya siswa yang bergantung pada siswa lain c. dimungkinkan timbul salah persepsi pada materi yang dijelaskan oleh guru kepada ketua kelompok 2.12 Cara mengatasi kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran snowball throwing, untuk menghindari salah persepsi pada materi yang diterangkan guru kepada ketua kelompok adalah dengan cara merubah sebagain langkah pembelajaran. Langkah pembelajaran yang dirubah adalah yang semula meteri pembelajaran dijelaskan oleh guru kepad aketua kelompok, dan ketua kelompok menjelaskan kepada anggotanya, diubah menjadi metaeri pembelajaran dijelaskan oleh guru kepada semua siswa secara klasikal. Untuk lebih jelasnya perubahan ini dapat dilihat pada langkah pembelajaran pada RPP. 2.13 Kajian Hasil – hasil Penelitian yang Relevan a. Asmuni ( 2009 ) dalam penelitain yang berjudul penggunaan model pembelajaran snowball throwing untuk meningkatakan pemahaman dan pengurangan bilangan bulat bagi siswa kelas IV SD Cepagan, Warungasem, Batang. ( “E-TA” Universitas Negeri Semarang. Pendidikan Guru Sekolah Dasar ). Hasilnya tingkat pemahman penjumlahan dan penguruangan bilangan bulat meningkat. b. Tumitah ( 2011 ) dalam penelitian yang berjudul Metode Pembelajaran Snowball Throwing untuk meningkatakan hasil belajar Matematika ( PTK Universitas Terbuka ). Hasilnya hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD Tosaran, kedungwuni, pekalongan meningkat. c. Sutrisno ( 2011 ) dalam penelitian yang berjudul Perbaikan Pembelajaran melalui Penlelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan metode pembelajaran koopertif tipe Snowball Throwing pada mata pelajaran PKn kelas V SD Kandang Panjan 02 Pekalongan utara, kota pekalongan.
2.14 Kerangka Pikir Matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan yang selalu berubah. Untuk menguasai kehidupan yang selalu berubah dengan cepat diperlukan penguasaan tekhnologi komunikasi dan informasi yan cepat pula. Matematika salah satu ilmuyang melandasi tehnologi komunikasi informasi. Akan tetapi pada kenyataannya banyak anak didik yang menganggap bahwa matematika sulit dan membosankan. Hal ini juga terjadi pada siswa kelas IV Mojotengah 01. Dengan menggap matematika sulit dan membosankan. Akan mengurangi minta belajar matematika. Karena minat belajar terhadap pelajaran matematika jadi rendah. Salah satu upaya untuk menggairahkan minat belajar matematika pada siswa kelas IV SD Mojotengah 01 adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan. Model pembelajaran Snowball throwing yang mempunyai karekteristik model pembelajaran permainan adalah yang dipih penelitian untuk menggairahkan minat belajar matematika pada anak didiknya. Dengan meningkatakan gairah minat belajar matematika diharapkan meningkat pula hasil belajarnya. Sehingga dapat digambarakan dengan pola sebagai berikut : Matematika Sulit dan Membosankan
Hasil Belajar Rendah
Model Pembelajaran Snowball Throeing
Siswa Bergairah dalam Belajar
Hasil yang Dicapai
2.15 Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jadi untuk membuktikan kebenaran dari dugaan tersebut perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan kajian teori hasil – hasil pneleitian yang relevan dan kerangka piker pada penelitian ini, diduga penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing dapat menginkgatakan hasil belajar matematika materi bangun ruang sederhana pada siswa kelas IV SDN Mojotengah 01 Semester 2 Tahun pelajaran 2011/2012.