BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan. Karakteristik model Think Pair Share siswa dibimbing secara mandiri,
berpasangan,
dan
saling
berbagi
untuk
menyelesaikan
permasalahan. Model ini selain diharapkan dapat menjebatani dan mengarahkan proses belajar mengajar siswa juga mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah siswa dapat berkomunikasi secara langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan. Metode Think Pairs Share dikembangkan untuk meningkatkan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini seperti dinyatakan oleh Richard I. Arends (1997:122) bahwa "Think-pairshare and Numbered heads together, described here, are two examples of structures teachers can use to teach academic content or to check on student understanding of particular content ”. Peningkatan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu melalui proses thinking (berpikir) siswa diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak untuk bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk bersama-
7
8
sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Terakhir melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak untuk mampu membagi hasil diskusi kepada teman dalam satu kelas. Jadi melalui metode Think Pair Share ini penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2.1.2. Model Pembelajaran Think Pair Share TPS singkatan dari Think Pair Share atau berpikir, berpasangan, berbagi, merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. (Direktorat PLP modul SN-38 2004:17).TPS Think-Pair-Share atau Berfikir, Berpasangan, Berbagi merupakan
jenis
pembelajaran
kooperatif
yang
dirancang
untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual (Ibrahim dkk : 2000 ). 2.1.3. Sejarah Model Pembelajaran Think Pair Share Think-Pair-Share pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran Think Pair Share relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. Think Pair Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota). Metode pengajaran tipe Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan di Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam metode Think-Pair-Share dapat memberi siswa lebih
9
banyak waktu untuk berpikir dan merespons serta saling membantu yang lain. Guru hanya memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pairs Share untuk membandingkan Tanya jawab kelompok keseluruhan. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca tugas. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai yang telah dijelaskan oleh guru atau yang telah dibaca. Guru lebih memilih metode Think-Pair-Share dari pada metode tanya jawab untuk kelompok secara keseluruhan (whole-group question and answer). 2.1.4. Cara Pelaksanaan Model Pembelajaran Think Pair Share Think Pair Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Misalkan seorang guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas dan guru menginginkan siswa memikirkan lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Untuk itu guru dapat menerapkan langkah-langkah sebagai berikut : a. Tahap I : Thinking ( Berpikir ). Guru mengajukan pertanyaan atau soal yang berhubungan dengan pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan atau soal tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. b. Tahap II : Pairing ( Berpasangan ). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi
10
jawaban atau berbagi ide. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. c. Tahap III : Sharing ( Berbagi ). Pada tahap akhir ini, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan kelompoknya tentang apa yang telah mereka bicarakan. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung kelompoknya.
jawab
membantu
Dengan
temannya
demikian,
siswa
yang
lemah
dalam
yang
pandai
dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang
lemah
terbantu
dalam
memahami
permasalahan
yang
diselesaikan dalam kelompok tersebut. 2.1.5. Cara Pembelajaran Menggunakan Metode Think Pair Share Think Pair Share memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Namun, tahapan Think Pair Share dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim. Adapaun siklus regular pembelajaran yang dimaksud adalah: a. Tahapan pengajaran b. Tahapan belajar tim c. Tahapan Think Pair Share d. Tahapan penilaian e. Tahapan rekognisi/penghargaan. Dalam Think Pair Share, guru menantang dengan pertanyaan terbuka dan memberi siswa setengah sampai satu menit untuk memikirkan pertanyaan itu. Hal ini penting karena memberikan kesempatan siswa untuk mulai merumuskan jawaban dengan mengambil informasi dari memori jangka panjang. Siswa kemudian berpasangan dengan satu anggota
11
kelompok kolaboratif atau tetangga yang duduk di dekatnya dan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan selama beberapa menit. Guru dalam hal ini dapat mengatur pasangan yang tidak sekelompok untuk menciptakan variasi gaya gaya belajar bagi siswa. Struktur Think Pair Share memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa untuk mendiskusikan ide-ide mereka. Hal ini penting karena siswa mulai untuk membangun pengetahuan mereka dalam diskusi ini, di samping untuk mengetahui apa yang mereka dapat lakukan dan belum ketahui. Proses aktif ini biasanya tidak tersedia bagi siswa dalam pembelajaran tradisional. Setelah beberapa menit guru dapat memilih secara acak pasangan yang ingin berbagi di hadapan kelas. Proses ini dapat dilakukan dengan meminta inisiatif siswa. Siswa biasanya lebih rela untuk merespon setelah mereka memiliki kesempatan untuk mendiskusikan ide-ide mereka dengan teman sekelas karena jika jawabannya salah, rasa malu dapat dirasakan bersama. Selain itu, tanggapan yang diterima sering lebih intelektual sehingga melalui proses ini siswa dapat mengubah atau merefleksi ide-ide mereka. Struktur
Think
Pair
Share
juga
meningkatkan
keterampilan
komunikasi lisan siswa ketika mereka mendiskusikan ide-ide mereka dengan satu sama lain. “Intermezzo” singkat ini juga dapat dijadikan kesempatan yang tepat bagi guru untuk membahas konsep yang akan didiskusikan atau dipelajari siswa pada periode berikutnya. Salah satu variasi dari struktur Think Pair Share ini adalah siswa dapat menuliskan pikiran mereka di sebuah kartu dan mengumpulkannya. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk melihat apakah ada masalah dalam pemahaman mereka. Dalam Implementasinya secara teknis Howard (2006) mengemukakan lima langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik Think Pair Share, sebagai berikut:
12
-
Step 1 : Guru memberitahukan sebuah topik dan menyatakan berapa lama setiap siswa akan berbagi informasi dengan pasangan mereka.
-
Step 2 : Guru akan menetapkan waktu berpikir secara individual.
-
Step 3 : Dalam pasangan, pasangan A akan berbagi; pasangan B akan mendengar.
-
Step 4 : Pasangan B kemudian akan merespon pasangan A.
-
Step 5 : Pasangan berganti peran.
Howard (2006), memberikan stressing terhadap sebuah pilihan yang dapat diperhatikan pada struktur Think Pair Share ini, yaitu guru dapat menetapkan respon awal sebelum step 4. Misalnya, terima kasih atas sharingnya, satu hal saya telah pelajari dengan mendengarkan kamu …, saya senang mendengarkan kamu sebab…. Pembelajaran
kooperatif
besar
karena
otak
yang
berbeda
memungkinkan untuk berkonsentrasi pada ide-ide yang sama. Semua siswa berasal dari orang tua yang berbeda dan karena itu mereka memiliki kekuatan dalam bidang yang berbeda, sehingga hal ini cocok untuk pembelajaran kooperatif. Dalam Pembelajaran Think Pair Share, jika siswa tidak kuat dalam sebuah topik, atau tidak sepenuhnya memahami konsep ide, pasangan mereka dapat membantu memahami dan menjelaskannya kepada mereka. Jika siswa masih tidak mengerti mereka bisa mencoba untuk memberi pemahaman secara sederhana dan akrab. Biasanya dua otak bekerja lebih baik dari pada satu. Pembelajaran Think Pair Share dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.
13
Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang. Pembelajaran Think Pair Share juga mengembangkan keterampilan, yang sangat penting dalam perkembangan dunia saat ini. Pembelajaran Think Pair Share bisa mengajarkan orang untuk bekerja bersama-sama dan lebih efisien, biasanya kegiatan praktik perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan bekerja sama, dua orang dapat menyelesaikan sesuatu lebih cepat. 2.1.6. Model Pembelajaran Think Pairs Share Think pair share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985 sebagai salah satu struktur kegiatan cooperative learning. Think pair share memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Think pair share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Fogarty dan Robin (1996) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar Think Pair Share mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut: Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar, Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran, Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan.
14
Dengan teknik belajar mengajar think pair share yang disebutkan Fogarty dan Robin siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siawa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi. 2.1.7. Karakteristik Model pembelajaran Think Pairs Share Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah tiga langkah
utamanya
yang dilaksanakan
dalam proses
pembelajaran. Yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas). 1. Think (berpikir secara individual) Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban
yang
harus
diperbaiki
atau
diluruskan
di
akhir
pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah
15
dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri. 2. Pair (berpasangan dengan teman sebangku). Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain. 3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas). Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasanganpasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.
16
2.1.8. Kelebihan Metode Pembelajaran Think Pair Share 1.
Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
2.
Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
3.
Angka putus sekolah berkurang. Model
pembelajaran
Think
Pair
Share
diharapkan
dapat
memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik dari pada pembelajaran dengan model konvensional. 4.
Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran Think Pair Share akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
5.
Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa
17
lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran Think Pair Share hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru. 6.
Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran Think Pair Share perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
7.
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran Think Pair Share menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
2.1.9. Kelemahan Model Pembelajaran Think Pairs Share Kelemahan model pembelajaran Think Pairs Share Menurut Lie (2005:46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah: 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, 2) lebih sedikit ide yang muncul, dan 3) tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok. Beberapa kelemahan model pembelajaran Think Pairs Share sebagai berikut : a.
Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik.
b.
Lebih sedikit ide yang masuk.
c.
Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.
18
2.1.10. Langkah-langkah model pembelajaran Think Pairs Share Langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran tipe think pair share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu tahap pendahuluan think, pair, dan share, penghargaan. Penjelasan dari setiap langkah-langkah adalah sebagai berikut: a.
Tahap Pendahuluan Awal
pembelajaran
dimulai
dengan
penggalian
apersepsi
sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada
tahap
ini,
guru
juga
menjelaskan
aturan
main
serta
menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan. b.
Tahap Think (berpikir secara individual) Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
c.
Tahap Pairs (berpasangan dengan teman sebangku) Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian,
siswa
mulai
bekerja
dengan
pasangannya
untuk
mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama. d.
Tahap Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
19
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka. e.
Tahap Penghargaan Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.
2.2. Pengertian Minat Belajar Minat belajar menurut (Drs. Slameto 2010:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakian besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu akativitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipengaruhi dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi peneriman minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal hakiki untuk dapat mempelajari hal terseut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya.
20
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk mempelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhankebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupaka suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk mempelajarinya. Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Atas dasar tersebut minat dianggap sebagai respon yang sadar dari diri individu. Yang dimaksud kognisi adalah minat tersebut didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju, kemudian menimbulkan emosi (perasaan) tertentu, dan akan menuju pada konasi (kehendak) untuk mencapainya, seperti adanya keinginan dan kemauan dari diri individu tersebut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah rasa suka atau ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sehingga mendorong peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan pengalaman, hal tersebut dapat ditunjukkan melalui partisipasi dan keaktifan dalam mencari pengetahuan dan pengalaman tersebut.
21
2.2.1. Meningkat Minat Siswa Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa menaruh minat pada olahraga balap mobil. Sebelum mengajarkan percepatan gerak, pengajar dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan sedikit mengenai balap mobil yang baru saja berlangsung, kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran yang sesungguhnya. Disamping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner dan Tanner (1975) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan imformasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang diberikan dengan bahan pengajaan yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa dimasa akan datang. Rooijakers (1980) berpendapat hal ini dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensional yang sudah diketahui kebanyakan siswa. Siswa, misalnya, akan menaruh perhatian pada pelajaran IPA tentang materi gaya berat, bila hal itu dikaitkan dengan peristiwa mendaratnya manusia pertama di bulan. Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melalukan sesuatu yang tidak mau melalukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan memberikan insentif akan membangkitka motivasi siswa, dan mungkin minat terhadap bahan yang akan diajarkan akan muncul. Studi-studi eksperimental menunjukan bahwa siswa- siswa yang secara teratur dan sistematis diberikan hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjannya, cenderung bekerja lebih baik daripada
22
siswa –siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau karena tidak adanya kemajuan. Menghukum siswa karena hasil kerja yang buruk tidak terbukti efektif, bahkan hukuman yag terlalu kuat dan sering lebih menghambat belajar. Tetapi hukuman yang ringan masih lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali. Hendaknya pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan insentif. Insentif apa pun yang dipakai perlu disesuikan dengan diri siswa masing-masing. 2.2.2. Manfaat Minat Belajar Sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi. Dengan memiliki minat belajar, peserta didik lebih memperkuat ingatan tentang pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Dengan ingatan yang kuat, peserta didik berhasil memahami materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Sehingga, tidak sulit bagi peserta didik dalam mengerjakan soal atau pertanyaan dari peserta didik. Hal tersebut menghasilkan nilai yang bagus dan meningkatkan prestasi peserta didik. Selain itu, Minat belajar menciptakan dan menimbulkan konsentrasi dalam belajar. Peserta didik akan memiliki konsentrasi yang baik apabila dalam dirinya terdapat minat untuk mempelajari hal yang ingin mereka ketahui. Konsentrasi yang terbentuk inilah, yang mempermudah peserta didik memahami materi yang dipelajari. Seperti yang dijelaskan diatas, minat merupakan pendorong bagi peserta didik dalam belajar. Dengan minat tersebut, belajar bukan lagi sebagai beban bagi peserta didik. Belajar menjadi hal yang menggembirakan bahkan peserta didik dapat belajar dengan perasaan senang karena mengetahui hal-hal yang baru. Dengan kata lain, memperkecil kebosanan peserta didik terhadap pelajaran. Hal ini, menunjukkan bahwa minat sangat erat hubungannya dengan belajar.
23
Persoalannya saat ini adalah minat peserta didik yang berbeda atau bahkan tidak adanya minat pada diri peserta didik. Minat tersebut ada yang berasal dari diri peserta didik yang disebut bakat. Tapi, ada kalanya minat tersebut perlu mendapatkan pengaruh dari lingkungan. Minat dari lingkungan tersebut, karena adanya pengaruh dari guru yang menggunakan variasi gaya belajar. Pendidik harus memiliki perhatian khusus terhadap peserta didiknya, sehingga pendidik dapat mengetahui peserta didik yang memiliki minat dalam belajar dan peserta didik yang harus dibantu dalam menciptakan minat belajar tersebut. Guru dapat memperhatikan hal-hal kecil yang menunjukkan bahwa peserta didik memiliki minat yang cukup terhadap pelajaran, antara lain ialah: 1.
Melalui pekerjaan rumah Secara sekilas, pendidik dapat menilai minat peserta didik melalui pekerjaan rumah. Peserta didik yang memiliki minat terhadap pelajaran tersebut, akan mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan kepadanya dengan baik.
2.
Diskusi Diskusi yang diciptakan dalam ruang kelas dengan teman sebaya, dapat memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuat minat tersebut. Jadi, dalam berdiskusi peserta didik tersebut akan antusias dan berprestasi.
3.
Memberi Pertanyaan Apabila proses belajar mengajar berlangsung dengan aktif, artinya peserta didik aktif bertanya dan pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang diterangkan oleh pendidik. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik memiliki minat terhadap pelajaran tersebut. Membangkitkan minat dalam diri peserta didik merupakan kewajiban dari pendidik, orang tua, dan masyarakat.
24
Sekolah merupakan salah satu badan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peserta didik. Di dalam sekolah, pendidik harus mempunyai strategi-srategi untuk membangkitkan minat peserta didik untuk belajar. Misalnya, pendidik bercerita tentang hal yang dapat menarik yang berhubungan denga materi, sehingga menimbulkan minat terhadap pelajaran tersebut. Selain itu, pendidik dapat memotivasi peserta didik dengan cara memberikan hadiah bagi peserta didik yang mendapat nilai seratus. Serta masih banyak hal-hal lain yang dapat dikembangkan oleh pendidik untuk menumbuhkan keaktifan pserta didik dalam belajar. Selain sekolah bertanggung jawab untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan serta menantang, diperlukan peran orang tua yang besar. Pendidik hanya dapat mengawasi dalam lingkungan sekolah. Diluar sekolah, orang tua perlu menumbuhkan minat belajar anak. Hal tersebut, salah satunya ialah dengan memenuhi fasilitas belajar anak. Dengan demikian akan tidak kesulitan dalam belajar sebab semua fasilitas telah terpenuhi. Pada dasarnya, peran pendidik dan orang tua berpengaruh penting dalam keberhasilan belajar peserta didik. Berhasil atau tidak peserta didik dalam belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor tersebut dapat berupa faktor dari dalam individu (faktor internal) seperti faktor kesehatan, bakat dan perhatian, dan faktor dari luar individu (faktor eksternal) seperti keadaan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. 1. Faktor internal Merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik yang berasal dari peserta didik sendiri. a. Kesehatan Peserta didik yang sehat jasmani dan rohani akan terdorong untuk belajar dan sebaliknya. Kesehatan jasmani yang terganggu misalnya pilek dan deman, menjadikan peserta didik tidak cepat
25
lelah dalam belajar dan tidak memiliki semangat untuk belajar. Begitu pula dengan kesehatan rohani, peserta didik yang memiliki rasa kecewa terhadap teman atau orang tua, menimbulkan rasa malas untuk belajar dan tidak adanya konsentrasi terhadap pelajaran tersebut. b. Bakat dan intelegensi Bakat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut, begitu juga intelegensi, orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang “IQ” nya rendah akan mengalami kesukaran dalam belajar. c. Perhatian Untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Hal tersebut akan menimbulkan minat dalam diri peserta didik dan memiliki semangat dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang bagus. 2. Faktor eksternal Merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik yang berasal luar. a. Keluarga Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat belajar bagi anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama bagi anak Cara orang tua dalam mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus selalu siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap materi pelajaran yang sulit ditangkap oleh anak.
26
Peralatan belajar yang dibutuhkan anak, juga perlu diperhatikan oleh orang tua. Dengan kata lain, oran tua harus terus mengetahui perkembangan belajar anak pada setiap hari. Suasana rumah juga harus mendukung anak dalam belajar. kerapian dan ketenangan perlu dijaga. Hal tersebut bertujuan agar anak merasa nyaman dan mudah membentuk konsentrasinya terhadapa materi yang dihadapi. b. Sekolah Pengetahuan dan pengalam yang diberikan melalui sekolah harus dilakukan dengan proses mengajar yang baik. Pendidik menyelenggarakan pendidikan dengan tetap memperhatikan kondisi anak didiknya. Dengan demikian, anak tercipta situasi yang menyenangkan
dan
tidak
membosankan
dalam
proses
pembelajaran. Minat belajar peserta didik, dapat tumbuh dalam lingkungan sekolah dengan baik, apabila guru memegang perannya sesuai ketentuan. Guru dapat menimbulkan minat belajar dengan memotivasi mereka, seperti memberikan hadiah pada anak yang mendapat nilai seratus. Guru juga harus pandai dalam memilki pekerjaan rumah yang akan diberikan pada peserta didik. Pekerjaan rumah tersebut jangan sampai membuat peserta didik merasa bosan didepan soal-soal tersebut. c. Masyarakat Kegiatan akademik, akan lebih baik apabila diimbangi dengan kegiatan di luar sekolah. Banyak kegiatan di dalam masyarakat yang dapat menumbuhkan minat belajar anak. Seperti kegiatan karang taruna. Anak dapat belajar berorganisasi di dalamnya. Tapi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anaknya di luar rumah dan sekolah.
Sebab
kegiatan
yang
berlebih
akan
semangatnya dalam mengikuti pelajaran di sekolah.
menurunkan
27
2.3. Pengertian Komunikasi Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward (1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals - in relationships, group, organizations and societies- respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy (1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu: 1. Komunikator (siapa yang mengatakan?) 2. Pesan (mengatakan apa?) 3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?) 4. Komunikan (kepada siapa?)
28
5. Efek (dengan dampak/efek apa?). Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu. Dan definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan sikap, pendapat, atau prilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media) yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Setiap pelakuk komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Ke-empat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru. Demikianlah ke empat tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulangulang. Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang menjalankan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bisa berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, di antara beberapa orang atau banyak orang. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya.
29
2.3.1. Jenis Komunikasi Pada dasarnya komunikasi digolongkan dalam dua jenis yaitu : komunikasi verbal (komunikasi dengan kata-kata) dan komunikasi nonverbal (komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh). Dalam proses komunikasi yang bersifat langsung, yaitu terjadi kontak langsung antara pengirim dengan peneriman pesan, kedua jenis komunikasi tersebut biasanya digunakan secara bersama-sama. Dalam zaman teknologi komunikasi dan informasi yang semakin maju seperti sekarang ini, pengertian kontak langsung dapat berarti
penggunaan alat
multimedia seperti televisi, video, call, dan video conferensi yang tidak mensyaratkan kontak langsug fisik. 1. Aspek-Aspek Komunikasi Verbal Komunikasi verbal sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek sebagai berikut: a.
Perbedaharan kata (Vocabulary) Kemampuan mengelola kata dan perbendaharaan kata sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi karena komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang baik dimengerti.
b.
Kecepatan (Racing) Pengaturan kecepatan berbicara yang baik (tidak terlalu cepat atau lamba) akan menyebabkan komunikasi lebih efektif.
c.
Intonasi (Tekanan suara) Kemampuan memberikan intonasi/tekanan suara yang tepat secara
proporsional
pada
kata-kata
yang
dipilih
akan
mempengaruhi arti pesan. Pesan akan menjadi berarti lain bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. d.
Humor Kemampuan
menyampaikan
humor
dapat
mengurangi
kelelahan menerima pesan dan akan menyebabkan suasana santai
30
sehingga isi pesan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Humor agar dapat menghilangkan ketegangan dapat disampaikan ketika penerima pesan sudah terlihat lelah dan tegang. e.
Singkat dan Jelas Kemampuan menyampaikan isi pesan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok masalah sehinggaa mudah dimengerti akan menyebabkan komunikasi efektif.
f.
Waktu Yang Tepat ( Timing) Kemampuan mengelola waktu secara tepat akan membuat penerima pesan tidak merasa membuang waktunya dalam mendengarkan pesan dari pengirim pesan sehingga proses komunikasi akan menjadi menyenagkan.
2. Aspek-Aspek Komunikasi Nonverbal Aspek-aspek komunikasi nonverbal dan pengaruhnya meliputi hal-hal sebagai berikut. a. Ekspresi Wajah Kemampuan
mengendalikan
ekspresi
wajah
dapat
menyebabkan komunikasi menjadi efektif atau sebaliknya karena wajah sendiri merupakan sumber yang kaya akan komunikasi dan mencerminkan suasana hati emosi pemiliknya. b. Kontak Mata Kemampuan untuk melakukan kontak mata dengan menerima pesan diperlukan agar penerima pesan merasa dihargai dan dapat dijadikan kedua belah pihak melakuakan observasi terhadap lawan bicaranya. Kontak mata memberikan pengaruh baik dalam proses komunikasi itu sendiri.
31
c. Sentuhan Proses komunikasi akan berjalan lebih baik dengan sesekali memberikan sentuhan kepada lawan bicara karena dirasakan lebih bersifat spontan pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukunagn emosional, kasih sayang atau simpati dapat diwujudkan melalui sentuhan. d. Postur tubuh dan gaya berjalan Postur tubuh dan cara berjalan harus diperhatikan karena cara seseorang berjalan, duduk, berdiri, bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksiakn emosi, konsep, diri, dan tingkat kesehatannya. e. Sound ( Suara) Berbagai suara yang dikeluarkan dalam proses komunikasi dapat memberikan pesan yang sangat jelas dan mudah dimengerti. Suara merupaka salah satu bentuk ungkapan perasaan, pikiran seseorang yang dapat dijadikan sebagai alat berkomunikasi. f. Gerak isyarat Isyarat seperti mengetuk-ngetukan kaki atau menggerakan tangan selam berbicar, sebagai bagia total dari komunikasi erupakn ekspres keadaan seseorang. Dengan demikian, berbagai aspek serta peranan dan pengaruhnya dalam berkomunikasi merupakan hal penting bila kita ingin proses komunikasi berjalan dengan baik, efektif, dan mencapai tujuan.
32
2.3.2. Unsur - Unsur Komunikasi Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsurunsur komunikasi, antara lain: 1. Komunikator ( pengirim) Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi. 2. Komunikan (penerima) Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon. 3. Media. (saluran) Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya. 4. Pesan. Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi. 5. Tanggapan. Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
33
2.3.3. Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana seorang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan. Pada penjelasan ini, akan dijelaskan berbagai proses komunikasi melalui model-model komunikasi itu sendiri, Dalam model komunikasi menurut (David K.Berlo,) diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4 Proses Utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 Proses sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan. 1. Source (Sumber) Sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau dalam komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumberjuga melibatkan banyak individu. Misalnya, dalam organisasi, Partai, atau lembaga tertentu. Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder. 2. Message (Pesan), Pesan adalah isi dari komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat menghibur, informatif, edukatif, persuasif, dan juga bisa bersifat propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai Message, Content, atau Information.
34
3. Channel (Media dan saluran komunikasi). Sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3 bagian. Lisan, Tertulis, dan Elektronik. Media disini adalah sebuah alat untuk mengirimkan pesan tersebut. Misalnya secara personal (komunikasi interpersonal), maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media telepon,
telegram,
handphone,
yang
bersifat
pribadi.
Sedangkan
komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran, suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik (TV, Radio). Untuk Internet, termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat massa. Berangkat
dari
paradigma
Lasswell,
Effendy
(1994:11-19)
membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu: 1. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan
35
dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah
komunikator
dapat
menyandi
dan
komunikan
dapat
menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna). Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan. 2. Proses komunikasi sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
36
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb).
2.3.4. Fungsi dan Manfaat Komunikasi Dengan berkomunikasi dapat menjalin saling pengertian dengan orang lain karena komunikasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, di antaranya adalah: 1. Mengungkapkan buah pikiran seseorang, misalnya: pendapat, argumentasi. 2. Membangkitkan minat mendengar dan membaca, misalnya: seorang guru memberi tugas kepada siswanya, maka siswa mencari dan mengerjakan tugas tersebut. 3. Alat hubungan kemanusiaan (human relation) yang baik, misalnya : dengan komunikasi orang dapat menceritakan keinginannya atau kebutuhannya. 4. Mempelajari sifat-sifat manusia, misalnya : dengan berkomunikasi Anda dapat mengetahui budaya, adat istiadat, bahasa maupun agama. 5. Memperlancar kerja sama antar manusia dan lingkungannya, misalnya: dengan komunikasi Anda dapat saling tolong menolong dan sebagainya. 6. Mempermudah memahami berita atau informasi, misalnya : dengan komunikasi orang mudah mengerti dan mau menerima segala persoalan yang sedang dihadapi.
37
7. Fungsi informasi. Untuk memberitahukan sesuatu (pesan) kepada pihak tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya. 8. Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan. 9. Fungsi kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan memberi pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain sebagainya. 10. Fungsi sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator dan komunikan. 11. Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan finansial, barang dan jasa. 12. Fungsi da’wah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan perjuangan bersama. Banyak manfaat yang dapat peroleh dengan berkomunikasi secara baik dan efektif, di antaranya adalah: 1.
Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan.
2.
Adanya saling kesefamanan antara komunikator dan komunikan dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.
3.
Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu persahabatan, komunitas atau jama’ah.
4.
Aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar di antara sesama umat manusia dapat diwujudkan dengan lebih persuasif dan penuh kedamaian.
38
2.3.5. Kajian Teori Menurut Peneliti Dari beberapa pendapat ahli diatas mengatakan, maka saya mengaris kesimpulan dan merangkum inti dari bermacam pendapat. 1. Model pembelajaran Think Pair Share ini adalah merupakan suatu model pembelajaran dengan hasil gabungan kreatifitas berpikir, interaksi, kemampuan presentasi siswa dengan objek yang dihadapinya hingga dapat menemukan cara memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi atau yang diberikan oleh guru. 2. Minat belajar adalah merupakan semangat belajar yang ditimbulkan oleh keinginan sendiri terhadap sesuatu yang diinginkan, sehingga mendorong
peserta
didik
untuk
menguasai
pengetahuan
dan
pengalaman. 3. Kemampuan komunikasi menurut saya adalah merupakan proses kemampuan mengungkapkan buah pikiran seseorang melalui pendapat, dan argumentasi yang dialaminya secara langsung untuk memperoleh atau memahami berita dan informasi yang di terimanya.
2.4. Pengertian IPA Alam Ilmu Pengetahuan Alam berarti ”Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Sedangkan
obyektif
artinya
sesuai
dengan
objeknya,
sesuai
dengan
kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra. Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun “pengetahuan” itu sendiri artinya segala seauatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan
39
objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Kaligis dan Hendro, 1991: 3). Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan diatas merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life science meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi. IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan " Sains hari ini adalah teknologi hari esok" merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology).
40
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejalagejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. 2.4.1. Fungsi dan Tujuan IPA Ilmu Pengetahuan Alam dapat didefinisi sesuai dengan fungsinya. Dua fungsi IPA sangat penting menurut Benal, yaitu meningkatankan produksi dan mengubah sikap juga pandangan manusia terhadap alam. IPA dapat dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi karena IPA menggunakan pendekatan eksperimentasi, dan uji coba sehingga dapat diketahui faktor-faktor penghambat untuk mencapai tujuan. Sedangkan IPA berfungsi untuk merubah sikap manusia terhadap alam semesta dapat digambarkan sebagai berikut: a. Orang percaya bahwa pelangi adalah selendang bidadari, sedangkan orang IPA mengerti bahwa pelangi suatu pembiasan cahaya oleh bintik-bintik air di udara. b. Orang percaya gerhana bulan terjadi karena di telah raksasa sakti, sedangkan orang IPA gerhana bulan terjadi karena tertutup bayangan bumi. c. Orang percaya gunung meletus karena meminta sesaji, menurut orang IPA gunung meletus karena adanya perbedaan tekanan antara materi yang menyumbat lubang kepundan dengan gas dan cairan batu yang hendak dikeluarkan dari dalam gunung.
41
Tujuan dari pembelajaran IPA bagi peserta didik agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Memperoleh keyakinan terhadap tuhan YME berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelediki alam sekitr, memecahkan masalah dan membuat keputusan. e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. f. Meningkatkan
kesadaran
untuk
menghargai
alam
dan
segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA SD/MI secara garis besar terinci menjadi empat (4) kelompok yaitu: 1.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2.
Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
3.
Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4.
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.
42
Keempat kelompok bahan kajian IPA SD/MI tersebut disajikan secara spiral, artinya setiap bahan kajian disajikan di semua tingkat kelas tetapi dengan tingkat kedalaman yang berbeda; semakin tinggi tingkat kelas semakin dalam bahasannya. 2.5. Penelitian Relevan Danik
Nurjanah.
X
4306004.
PENERAPAN
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Proposal Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar biologi dengan penerapan pembelajaran kooperatif think pair share pada materi Virus. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian dilaksanakan dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban tahun pelajaran 2010/2011. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan angket, observasi, dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif think pair share dapat meningkatkan minat belajar biologi siswa di kelas X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan minat belajar siswa dapat dilihat melalui angket dan lembar observasi. Persentase rata-rata
43
berdasarkan lembar observasi minat belajar siswa pra siklus sebesar 50,63%, siklus 1 sebesar 74,58% dan siklus 2 sebesar 84,17%. Hasil perhitungan angket pra siklus menunjukkan minat belajar siswa sebesar 63,59%, siklus 1 sebesar 73,65%, dan siklus 2 sebesar 80,54%. Kesimpulannya bahwa penerapan pembelajaran koperatif Think Pair Share dapat meningkatkan minat belajar siswa. KANIYEM. NIM: S810809307. “Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA N 1 Girimarto” (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X.3 SMA N 1 Girimarto). Pembimbing I: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Pembimbing II: Prof. Dr Sri Anitah, M.Pd. Tesis. Surakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak model cooperative learning tipe think pair share terhadap minat belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Girimarto Kabupaten Wonogiri. Subyek penelitian adalah siswa kelas X.3 SMA N 1 Girimarto. Pelaksanaan penelitian ini dimulai sejak bulan Juli 2020 sampi dengan Desember 2010. Teknik pengumpulan data yaitu angket, tes dan dokumentasi. Rancangan tindakan dilakukan selama 3 (tiga) siklus, siklus I selama 2 minggu, siklus II selama satu minggu, dan siklus III selama tiga minggu. Model penelitian tindakan kelas adalah Model Kemis. Teknik analalisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis pada penelitian ini meliputi sajian data, analisis data, dan penarikan kesimpulan.
44
Berdasarkan hasil penelitian, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan model cooperative learning tipe Think Pair Share mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran kimia yang telah diterima selama ini. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikkan rata-rata jawaban angket siswa yang semakin meningkat pada siklus I 84,69, siklus II 97, siklus III 107,93. Hasil ini membuktikan bahwa siswa semakin tertarik, dan antusias dengan pembelajaran kimia yang menggunakan model kooperatif tipe TPS sehingga mereka menjadi semakin rajin untuk menyelesaikan soal-soal karena merasa mampu. 2. Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe Think Pair Share memiliki dampak positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.Siswa yang lebih mampu dalam suatu kelompok akan mengajari temanya yang kurang mampu dalam kelompoknya, sehingga penggunaan model cooperatif learning tipe TPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (58,62%), siklus II (72,41%), siklus III (86,21%).
45
2.6. Kerangka Berpikir Menurut Muhamad (2009:75) Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis. Menurut Riduwan (2004:25) Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka pikir memuat teori, atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel. Selanjutnya menurut Sekaran (1992:72) kerangka berpikir yang baik adalah memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Variabel penelitian diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama. 2. Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satu dengan lainnya. 3. Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam uraian kerangka berfikir apakah hubungan itu positif atau negative. 4. Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa hubungan antara variabel itu ada.. 5. Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat jelas melihat hubungan antar variable. Berdasarkan landasan teori dan kajian berbagai penelitian yang telah diuraikan pada kajian sebelumnya, penulis cenderung berpendapat bahwa penerapan penelitian ini akan dilaksanakan atau digunakan siswa kelas V SDN Mangunsari 03 Salatiga. Sebelum memilih siswa dari kelas untuk dijadikan subjek, ada hal yang perlu dipertimbangkan siswa mana yang harus menjadi kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Siswa yang akan dijadikan subjek penelitian baik yang akan dijadikan kelompok eksperimen
46
maupun kelompok kontrol merupakan siswa yang mendapatkan nilai rata-rata mata pelajaran IPA kelas V yang sama. Kesamaan nilai juga dapat menjadi salah satu tolak ukur untuk penilaian, setelah siswa kedua kelompok ini mendapatkan perlakukan setalah memilih menggunakan patokan nilai, sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu siswa yang sebagia subjek penelitian tersebut diberi angket yang disebut Kuisioner Setelah diberi angket tahap pertama selanjutnya kelompok kelas eksperimen akan diajarkan dengan model pembelajaran Think Pairs Share pada mata pelajaran IPA. Sedangkan siswa yang tergolong kelompok kontrol akan diajarkan dengan model pembelajara pembelajaran yang masih terpaku pada satu arah atau yang sering disebut konvensional (ceramah). Setelah mendapatkan perlakuan, kedua kelompok ini kembali lagi mendapatkan pengujian dengan Angket ( Kuisioner). Setelah selesai memberikan angket maka hasil dari Kuisioner terakhirlah yang selanjutnya dianalisis untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang sebabkan oleh model pembelajaran Think Pairs Share tersebut terhadap minat belajar siswa kelas V SDN Mangunsari 03 Salatiga. Untuk memperjelas penelitian ini maka penulis membuat skema atau alur dari akan diterapkan nanti di tempat penelitian sebagai berikut :
47
Subjek Penelitian Siswa Kelas IV SDN Mangunsari 03 Dan SDN Gendongan 02
Kelompok
Kelompok
Kelas
Kelas
Kontrol
Eksperimen
Angket ( kuisioner)
Penerapan Model
Penerapan Model Pembelajaran
Pembelajaran Konvensional
Think Pair Share
Angket Observasi
Pengaruh
yang
sebabkan
oleh
model
pembelajaran Think Pair Share terhadap minat belajar siswa kelas V SDN Mangunsari 03 Salatiga.
48
2.7. Hipotesis Berdasarkan pada kerangka berpikir diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Hipotesis Pertama > 0,05: Ada pengaruh yang signifikan yang ditimbulkan model pembelajaran Think Pair Share terhadap minat belajar dan kemampuan komunikasi siswa kelas V SDN Mangunsari 03 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). b. Hipotesis Kedua < 0,05: Tidak ada pengaruh signifikan yang ditimbulkan model pembelajaran Think Pairs Share terhadap minat belajar dan kemampuan komunikasi siswa kelas V SDN Mangunsari 03 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).