BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kesulitan Guru 2.1.1 Pengertian Kesulitan Istilah kesulitan/problema berasal dari bahasa inggris yaitu ‘problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008).
Kesulitan/problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan, yang menimbulkan masalah. Kesulitan dapat dikatakan sebagai peristiwa, situasi atau penghalang yang mempengaruhi pelaksanaan dalam upaya mencapai suatu tujuan yang disebabkan karena kurangnya penguasaan dasar atau pengetahuan, keterampilan dan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa kesulitan adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pembelajaran, baik datang dari individu guru (faktor eksternal) maupun
dalam
proses
pembelajaran
yang
berlangsung
di
sekolah
(faktor
(http//:rudisiswoyo89.blogspot.com /2013/11/proposal-skripsi-kesulitan-guru-html?m=1)
intern).
2.1.1 Guru Profesionalisme modern. oleh
Hal
ini
masyarakat
berkembang
menuntut yang
beraneka semakin
kependidikan seperti profesi guru.
sesuai
dengan
kemajuan
ragam spesialisasi kompleks,
yang
termasuk
masyarakat
sangat diperlukan
didalamnya
masalah
Guru memiliki peranan penting dalam pendidikan,
bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang memudahkan manusia, tidak mungkin dapat menggantikan peran guru. Masalah guru senantiasa mendapat perhatian baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat pada umumnya dan oleh para ahli pendidikan pada khususnya. Pemerintah memandang bahwa guru merupakan media yang sangat penting artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Guru mengemban tugas-tugas sosio kultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa. Guru dapat dikatakan mendapat titik sentral dalam dunia pendidikan (Hamalik, 2004:19). Kegagalan
guru
dalam
mengkonstruksi
dan
mengelola
pembelajaranakan
mengakibatkan ketidakberhasilan bagi peserta didik. Selain peserta didik kehilangan minat dan perhatian dalam pembelajaran itu, mereka juga kehilangan motivasi untuk belajar. Jadi, diantara keseluruhan komponen pada sistem pembelajaran guru adalah komponen yang paling esensial dan menentukan kualitas pembelajaran.
2.1.3
Kesulitan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting
dalam membentuk warga negara yang baik. Pada jenjang SMP, pencapaian tujuan pembelajaran IPS bukan merupakan pekerjaan yang mudah, karena: (1) Saat ini mata pelajaran IPS menjadi pelajaran yang dianggap kurang penting dibandingkan dengan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya; yang ditunjukkan melalui kenyataan bahwa IPS tidak lagi menjadi mata pelajaran yang diujikan secara nasional; (2) IPS juga diasumsikan oleh masyarakat dan kalangan guru sendiri sebagai pelajaran yang tidak menarik karena hanya bersifat hafalan, kurang menantang untuk berpikir, sarat dengan kumpulan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data, atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu dibuktikan. (3) adanya kenyataan bahwa mata pelajaran IPS di beberapa sekolah, khususnya sekolah-sekolah swasta, terkadang diajarkan oleh guru yang tidak memiliki basis IPS. Sementara itu, setelah pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah membawa perubahan dalam pembelajaran IPS di SMP, dari model pembelajaran IPS yang dipecah menjadi tiga submata pelajaran IPS (geografi, ekonomi, dan sejarah) menjadi mata pelajaran yang diberikan secara terpadu (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
Pada Bab IV pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa: proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 2.2 Pembelajaran 2.2.1 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran selalu ditandai dengan adanya interaksi antara guru dengan siswa. Interaksi tersebut dapat terjadi secara searah maupun terjadi secara timbal balik dari guru kepada siswa atau sebaliknya. Guru memiliki peran yang besar dalam rangka menentukan model interaksi atau kegiatan yang akan dipilih. Peran guru dalam melakukan kegiatan untuk memilih dan menentukan model interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa disebut pmengajar. Sedangkan kegiatan siswa dalam melakukan kegiatan interaksi disebut belajar. Proses Pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruangan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan lemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19). Dimyati dan Mudjono (2009:157) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk mempelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap Sedangkan menurut Hamalik (2001:57), pembelajaran adalah kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2.2.2
Sistem Pembelajaran
Setiap pendekatan memberikan pesan yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas (Trianto,2012:5).. Sistem pembelajaran selalu mengalami dan mengikuti tiga tahap, yaitu tahap analisis (menentukan dan merumuskan tujuan), tahap sintesis (perencanaan proses yang akan ditempuh), dan tahap evaluasi (Hamalik, 2001:56). Berdasarkan pada rumusan di atas, sistem pembelajaran dapat didefenisikan sebagai berikut: Sistem pembelajaran adalah suatu totalitas struktur yang terdiri dari beberapa komponen pembelajaran yang mempunyai fungsi khusus dan saling hubung, interaksi dan interdependansi secara bersama-sama menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran. 2.2.3
Ciri-ciri Pembelajaran Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2001: 65-66), ada tiga ciri khas yang terkandung
dalam sistem pembelajaran, yaitu: (1).
Rencana, ialah penataan ketenagakerjaan, material, dan prosedur yang merupakan unsurunsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
(2).
Saling ketergantungan (Interpendence) antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat essensial, dan masing-masing memberikan sumbangan kepada sistem pembelajaran.
(3)
Tujuan, Sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar.
2.2.4
Pembelajaran Berbasis Implementasi Kurikulum 2013 “ Pembelajaran pada hakekatnya adalah
proses interaksi peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku yang lebih baik”
(E. Mulyasa 2013). Jadi
dapat di simpulkan pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan peserta didik serta
lingkungan untuk mendapatkan perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik. Dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan SMP, yang berperan menerapkan kurikulum langsung kepada siswa adalah guru. Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Jadi hal tersebut menuntut keaktiffan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan sebelumnya (E. Mulyasa 2013: 99). Dalam Peraturan Mendikbud No 65 (2013) menjelaskan mengenai karakteristik pembelajaran kurikulum 2013. Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap
diperoleh
melaluiaktivitas
“menerima,
menghargai,
menghayati,
dan
mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Penerapan kurikulum 2013 pada pembelajaran, seorang guru berperan penting membentuk perubahan sikap, pengetahuan dan ketrampilan agar lebih baik. Berkaitan dengan hal itu dalam Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 54 tahun 2013, tentang Standar Kompetensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, memaparkan mengenai Standar Kompetensi Kelulusan.
Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut: (http://penelitiantindakankelas.blogspot.com) 1. Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri dan bertanggung jawab. Dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 2. Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan peradaban terkait fenomena lingkungan sekitar. 3.
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain. Dalam Peraturan Mendikbud No. 65 tahun (2013) tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah, menjelaskan bahwasannya Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Kelulusan. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap guru dalam satuan pendidikan harus melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan dalam rangka implementasi kurikulum 2013. 2.3
Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
2.3.1
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Menurut Sapriya (2009:19) Istilah “Ilmu Pengeahuan Sosial” disinglat IPS, merupakan
nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies”. . Dari semua tantangan tersebut, pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengambil peran untuk memberi pemahaman yang luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan yaitu: a. Memperkenalkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya b. Membekali kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam berkehidupan sosial c. Memupuk komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan d. Membina
kemampuan
berkomunikasi,
bekerjasama
dan
berkompetisi
dalam
masyarakat, di tingkat lokal, nasional, dan global. 2.3.2
Pengertian IPS Hakikat IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah tentang hubungan manusia dalam
lingkungan sosialnya atau lingkungan kemasyarakatannya. Manusia sebagai makhluk sosial yang akan selalu menciptakan hubungan sosial dengan manusia lain, di mulai dari keluarga, teman, guru sampai masyarakat global. Hal ini sebagaimana dituturkan oleh Nursid Suma Atmadja dalam buku Buku Guru IPS Kelas VII SMP/MTs(2013) bahwa setiap orang sejak lahir, tidak
terpisahkan dari manusia lain. Dengan demikian tidak dapat di pungkiri manusia sebagai mahluk sosial, tidak memerlukan orang lain dalam kehidupannya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang isu-isu sosial dengan konteks peristiwa, dan fakta. Tema yang dikaji dalam IPS adalah fenomenafenomena yang terjadi di masyarakat baik masa lalu, atau masa sekarang. Pada jenjang SMP/MTs, mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi yang dipadukan.
2.3.3
Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tujuan diajarkannya mata pelajaran IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya Gross (dalam Trianto, 2012:173). Selain tujuan tersebut, IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat. Dimana peserta didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monopolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan intergrasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Mata Pelajaran IPS memiliki karakter yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya (Depdikbud, 2006). Adapun karakteristik mata pelajaran IPS SMP/MTs antara lain sebagai berikut:
(1)
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan,sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.
(2)
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
(3)
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut sebagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
(4). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengn prinsip sebab akibat, kewilayahan atau adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya=upaya perjuangan hidup agar Survive Seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. (5)
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
2.3.4
Ruang Lingkup Pembelajaran IPS Winata Putra dalam Buku guru IPS (2013) bahwa visi pendidikan IPS sebagai program
pendidikan yang menitik beratkan pada pengembangan individu siswa sebagai “actor social” yang mampu mengambil keputusan yang bernalar dan sebagai “warga negara” yang cerdas, memiliki komitmen, bertanggung jawab dan partisipatif. Dalam Buku guru IPS dijelaskan mengenai ruang lingkup pembelajaran IPS.
(2013)
Secara mendasar pendidikan IPS berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang melibatkan segala bentuk tingkah laku dalam memenuhi aspek kebutuhan hidupnya. IPS berkaitan dengan bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhannya. Materi yang dipelajari IPS adalah bagaimana mempelajari, menelaah dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi. Jadi beberapa macam sumber materi IPS antara lain seperti berikut: 1. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar manusia sejak dari keluarga, sekolah dan masyarakat hingga di lingkungan yang lebih luas, yaitu negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya 2. Kegiatan manusia, misalnya mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi 3. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh 4. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian masa lampau. Berdasarkan ruang lingkup materi IPS tersebut, pengembangan materi kurikulum IPS dapat bervariasi dengan susunan materi integrated (terpadu), dan correlated (berhubungan). “Model pendekatan terpadu ialah pendekatan pendidikan ilmu-ilmu sosial yang memadukan berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial sedemikian rupa sehingga batas-batas antara disiplin ilmu yang satu dan disiplin ilmu lainnya menjadi tidak tampak” (Hasan dalam Buku Guru IPS Kelas VII SMP/MTs 2013).
Berikut adalah
keterkaitan antara masing-masing bidang ilmu dalam IPS yang
digambarkan sebagai berikut:
Sejarah
Ilmu Politik
Geografi
Ekonomi
Sosiologi
Ilmu Pengetahuan Sosial
Psikologi Sosial
Filsafat
Antropologi
Gambar. 2.1 Cabang Imu Sosial 2.3.5
Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Suma Atmadja dalam Buku Guru Kelas VII SMP/MTs (2013) menjelaskan tujuan
pendidikan IPS adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara”. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, dalam proses belajar dan mengajar tidak hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek akhlak (afektif) dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan, hambatan, dan persaingan ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari pembelajaran IPS ini adalah untuk membina para peserta didik menjadi warganegara yang baik, cinta tanah air dan mampu mengambil keputusan dalam permasalahan secara baik dan rasional yang dapat diterima oleh semua golongan dalam masyarakat. 2.3.6
Pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013 Para pakar pendidikan dan ahli ilmu-ilmu sosial di Indonesia mulai serius terhadap
pendidikan IPS sebagai program pendidikan di tingkat sekolah, sehingga upaya memasukan ilmu-ilmu sosial ke dalam kurikulum sekolah agar lebih jelas lagi. Mengingat tidak semua disiplin ilmu-ilmu sosial bisa masuk ke dalam kurikulum sekolah dan bisa diajarkan di tingkat sekolah, maka penyajian ilmu sosial disatukan atau secara terintegrasi atau interdisipliner ke dalam kurikulum Pendidikan IPS (social studies). Pengembangan Kurikulum 2013 ini merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup bagian dari strategi meningkatkan kualitas pendidikan. Secara umum proses pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan saintific. Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Kemendikbud (scientific
(2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa
appoach)
dalam
pembelajaran
pendekatan ilmiah
didalamnya
mencakup
komponen: mengamati,menanya,mencoba,mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen tersebut seyogyanya
dapat dimunculkan dalam setiap praktik
pembelajaran, tetapi bukanlah sebuah siklus pembelajaran.