BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia “Arah pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia ialah agar para siswa terampil berbahasa Indonesia. Dari segi komponen bahasa, diharapkan agar para siswa terampil di bidang pemahaman (menyimak dan membaca), terampil di bidang penggunaan (menulis dan berbicara) dan terampil di bidang komponen kebahasaan (kaidah-kaidah bahasa). Secara sederhana dari segi aspek bahasa dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia ialah agar para siswa memiliki kemampuan menyimak (mendengarkan), membaca, menulis dan berbicara dengan baik. “(Depdiknas: 1) Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang aplikatif dan menarik, karena pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia sehingga tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai. Dengan menggunakan media power point dapat mencakup semua aspek tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, karena media Power Point mampu menampilan teks, gambar (visual) dan video (audio visual). Selain itu, tampilan media Power Point yang menarik menjadi nilai tambah untuk menarik perhatian siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. “Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dari seseorang kepada orang lain baik secara lisan atau tulisan. (Depdikbud: 1)” Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting, karena dengan menggunakan bahasa apa yang disampaikan menjadi lebih jelas dan tidak berbelit-belit. ”Butir-butir pembelajaran yang tercantum pada setiap semester merupakan kegiatan berbahasa (membaca, menulis, menyimak dan berbicara) belum merupakan materi pembelajaran. Materi pembelajarannya dapat dipilih atau ditetapkan oleh guru, membaca apa, menulis apa, menyimak tentang apa dan berbicara tentang apa” (Depdiknas: 1) Sebagai kajian teori dalam penelitian tindakan kelas ini penulis akan membahas tentang hasil belajar, aktivitas belajar, media pembelajaran dan media Power
Point
dalam
pembelajaran 6
bahasa
Indonesia.
7
2.1.2 Hasil Belajar “Menurut Purwanto (2011: 44), pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.” Dapat disimpulkan bahwa hasil merupakan sebuah perolehan yang didapat dari proses untuk menciptakan sebuah perubahan. Perubahan yang dimaksud di sini adalah sebuah peningkatan. “Menurut Slameto (2003: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Proses usaha yang dilakukan itu merupakan proses menambah pengetahuan, pengalaman itulah yang menjadikan siswa semakin bertambah ilmu pengetahuannya, sehingga nantinya akan mempengaruhi hasil belajar dari siswa tersebut. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Hasil belajar setiap siswa berbeda tergantung dengan bagaimana usaha siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Proses untuk meningkatkan hasil belajar ini membutuhkan suatu metode atau cara yang tepat agar hasil belajar menjadi maksimal. “Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. (Agus Suprijono, 2011: 6)” Hasil belajar memiliki tiga aspek penting yang diukur sebagai standar ketuntasan siswa. Aspek kognitif yaitu aspek untuk mengukur pengetahuan siswa, sedang aspek afektif untuk mengukur bagaimana sikap yang ditunjukkan oleh siswa dan aspek psikomotorik adalah aspek untuk mengukur keterampilan siswa. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Maka dari itu, hasil belajar perlu dievaluasi atau dinilai. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah proses belajar mengajar telah efektif sehingga tujuan pembelajaran tercapai, yaitu dengan memberikan KKM sebagai kriteria penilaian. “Penilaian hasil belajar dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk: (1) Mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. (2) Bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar. (3) Memperbaiki
8
proses pembelajaran. (Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses)” Hasil pengukuran merupakan tes hasil belajar siswa yang dijadikan sebagai alat ukur. Namun, pengambilan keputusan belum dapat dilakukan hanya atas dasar hasil pengukuran, dibutuhkan kriteria tertentu sebagai penentu agar hasil pengukuran berarti. Misalnya, ada empat orang siswa yang diukur hasil belajar Bahasa Indonesia dan memberikan hasil pengukuran sebagai berikut: 65, 80, 95, dan 70. Dari hasil pengukuran tersebut keputusan belum dapat dibuat, maka dibutuhkan kriteria tertentu (Kriteria Ketuntasan Maksimal) agar dapat diambil keputusan. Contohnya, siswa dinyatakan lulus jika mencapai KKM ≥ 70, jadi siswa yang memiliki nilai di bawah 70 dinyatakan tidak lulus dan siswa yang memiliki nilai 70 dan di atas 70 dinyatakan lulus. Dilakukannya tes evaluasi hasil belajar yaitu bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. “Daniel L Stufflebeam di dalam buku karya Purwanto yang berjudul Evaluasi Hasil Belajar menggolongkan evaluasi menjadi empat dimensi yaitu (1) context yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan, misalnya keadaan ekonomi negara, pandangan hidup masyarakat dan sebagainya. (2) input yaitu sarana/modal/bahan dan rencana strategi untuk mencapai tujuan. (3) process yaitu pelaksanaan strategi dan penggunaan saran/modal/bahan di lapangan. (4) product yaitu hasil yang dicapai selama dan akhir pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan.” Evaluasi yang digolongkan oleh Stufflebeam tersebut merupakan langkahlangkah yang wajib diperhatikan oleh pendidik sebelum melakukan evaluasi hasil belajar. Dengan memahami dimensi-dimensi yang disebutkan di atas, seperti memahami latar belakang siswa, menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan siswa, melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat dan terakhir melihat hasil belajar siswa apakah terjadi peningkatan atau tidak. “Berikut merupakan manfaat evaluasi bagi siswa menurut Gronlund dan Lin (1990: 12) dalam buku yang dibuat oleh Purwanto yang berjudul Evaluasi Hasil Belajar: (1) Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa dapat menilai apakah cara belajarnya sudah efektif untuk mencapai hasil dan memperbaiki dan meningkatkan di masa mendatang. (2) Hasil belajar menginformasikan jerih payah siswa dalam belajar. Hasil belajar yang tinggi akan memuaskannya dan makin memotivasinya untuk
9
meningkatkannya menjadi lebih baik. Hasil belajar yang rendah akan memacu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.” Dilihat dari manfaat hasil belajar siswa di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan sebagai tolak ukur siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Tujuan pendidikan di sekolah yaitu mengarahkan semua komponen seperti metode mengajar, media, materi, alat evaluasi dan sebagainya yang dipilah sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar. “Menurut Purwanto (2011: 49), hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran (instructional effect) maupun hasil sampingan pengiring (nurturant effect).” Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran. sedang hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai. Misalnya, setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran Bahasa Indonesia yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar guru. Dengan begini, hasil belajar yang didapat siswa tidak hanya digunakan untuk mencukupi KKM ≥ 70 yang sudah ditentukan, namun mempengaruhi sudut pandang siswa terhadap pelajaran tersebut, jadi untuk selanjutnya siswa memiliki apresiasi yang tinggi terhadap mata pelajaran tersebut.
2.1.3 Aktivitas Belajar Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang berlangsung di sekolah, merupakan interaksi antara guru dan siswa. Tugas dan tanggungjawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua subjek pembelajaran. Guru sebagai
10
penginisiatif awal, pengarah serta pembimbing, sedangkan siswa sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pembelajaran, maka aktivitas belajar sangat diperlukan untuk di dalam kegiatan pembelajaran. “Menurut Sardiman (2011: 95), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.” Keaktifan siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaktidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun social dalam proses belajar mengajar. “Menurut Wawan Junaidi di dalam blognya, aktivitas belajar siswa adalah rangakaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan.” Aktivitas dalam suatu pembelajaran bukan hanya siswa yang aktif belajar tetapi di lain pihak, guru juga harus mengorganisasi suatu kondisi yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Tugas guru sebagai fasilitator dan pembimbing adalah memberikan bantuan dan arahan. Di sini, siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman da keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang guru dapat menyajikan dan menyediakan bahan pelajaran, namun siswalah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, kemampuan dan bakatnya. Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan melalui penggunaan berbagai macam variasi model pembelajaran dan media pembelajaran. “Daftar kegiatan siswa menurut Paul B. Diedrich di dalam buku Sardiman (2011: 101) adalah: (1) Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi. (2) Oral activities, seperti mengeluarkan pendapat, memberi saran. (3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, mendengarkan percakapan (4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan (5) Drawing activites, seperti menggambar, membuat grafik (6) Motor activites, seperti melakukan percobaan, bermain (7) Mental
11
activities, seperti menanggapi, mengingat dan (8) Emotional activites, seperti menaruh minat, gembira.” Dari daftar di atas maka dapat disimpulkan aktivitas belajar yang dimaksud berdasarkan daftar tersebut adalah mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting, berdiskusi, keberanian untuk bertanya, keberanian untuk mengajukan pendapat, kritik dan saran, dan mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. “Menurut Joko Sulianto dan Sulis Porniawati di dalam artikelnya menyatakan bahwa pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan aktivitas (keaktifan) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.” Jika siswa sudah memiliki minat untuk belajar, maka pembelajaran pun menjadi efektif karena siswa pasti akan fokus ketika proses belajar mengajar berlangsung. Untuk meraih minat siswa dalam belajar, guru perlu untuk merancang suatu model atau metode atau media pembelajaran yang menarik. Selain siswa menjadi lebih berminat dalam belajar, siswa pun lebih termotivasi untuk terus mempelajari apa yang diajarkan guru. Hal-hal tersebut meningkatkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas, yang perlu guru persiapkan adalah bagaimana guru meningkatkan minat siswa dan memotivasi siswa dalam belajar dengan menggunakan media atau model atau metode pembelajaran yang menarik sehingga meningkatkan aktivitas belajar siswa.
2.1.4 Media Pembelajaran Proses belajar mengajar yang efektif dan efisien memerlukan media yang sesuai agar pesan dari pelajaran yang disampaikan lebih mengena dan mudah diingat oleh siswa. Pemilihan media yang sesuai dapat meningkatkan hasil belajar belajar anak, karena media membantu siswa menyimak pelajaran dengan seksama. “Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Arief S. Sadiman,dkk di dalam bukunya yang berjudul Media Pendidikan: 6)”
12
Media merupakan alat bantu yang berfungsi sebagai pengirim pesan sehingga memudahkan komunikasi antar pengguna media. Penggunaan media yang baik harus dilihat dari kecocokan antara media tersebut dengan materi yang akan diajarkan. “Pengetahuan tentang media sangat berguna untuk menyusun perencanaan program pengajaran. Karena program pengajaran adalah seluruh rencana kegiatan yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan pengajaran. (Syaiful Sagala: Konsep dan Makna Pembelajaran)” Sebagai seorang guru, sebelum menentukan bahan pelajaran, guru harus menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, kemampuan apa yang akan dikembangkan, menyusun kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk itulah guru harus mampu menentukan media dan metode pengajaran yang tepat. Agar proses pembelajaran tidak mengalami kesulitan maka perencanaa, pemilihan dan pemanfaatan media harus dikuasi dengan baik oleh guru, bila tidak dikuasai dengan baik maka tidak mustahil jika tujuan pembelajaran gagal dicapai. “Menurut Gerlach & Ely (1971) dalam buku karangan Azhar Arsyad yang berjudul Media Pembelajaran mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.” Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. “Pembelajaran menurut Degeng di dalam buku karya Hamzah B. Uno (Perencanaan Pembelajaran: 2) menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.” Ditilik dari pendapat ahli di atas dapat kita kaji bahwa pembelajaran dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik atau pengajar, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Jadi, pembelajaran dapat kita diartikan sebagai suatu langkah atau cara mendidik siswa untuk mencapai suatu kompetensi atau tujuan tertentu. Pengertian media pembelajaran ditilik dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi dan
13
digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa agar hasil yang dicapai dapat meraih tujuan pembelajaran. “Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran adalah: (1) mempermudah proses pembelajaran di kelas. (2) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran. (3) menjaga relevansi antara materi pembelajaran dengan tujuan belajar. (4) membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.” Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Penggunaan media Power Point sangat sesuai
sebagai
alat
bantu
pembelajaran,
karena
mempermudah
proses
pembelajaran dengan kemampuannya menampilkan tulisan, gambar, suara dan audio visual sehingga pembelajaran menjadi lebih mudah, meningkatkan efisiensi proses pembelajaran dikarenakan mudahnya penggunaan/pemakaian Power Point, relevansi antara materi dengan tujuan pembelajaran pun dapat dicapai oleh Power Point dan penggunaan Power Point sangat membantu konsentrasi belajar siswa dengan tampilannya yang menarik. “Menurut Azhar Arsyad (2011) manfaat penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar antara lain: (1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. (2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. (3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.” Media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang memiliki cakupan yang luas. Maksudnya yaitu bahwa media pembelajaran tersebut mengajarkan banyak hal kepada siswa, jadi siswa dapat menggali lebih banyak pengetahuan dari penggunaan media pembelajaran tersebut. Media Power Point menyajikan banyak tampilan menarik dan komplit digunakan sebagai media yang mencakup
banyak
aspek
penting,
seperti
dapat
menampilkan
tulisan,
menampilkan gambar atau foto, menampilkan suara-suara, bahkan juga dapat menampilkan tulisan, kesemuanya ditunjang oleh tampilan media power point yang menarik sehingga siswa tertarik untuk belajar. “Menurut Hujair Sanaky (2011: 5), manfaat media pembelajaran bagi pembelajar adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan motivasi belajar
14
pembelajar. (2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar. (3) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar. (4) Memberikan inti informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar. (5) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis. (6) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan. (7) Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.” Penggunaan media pembelajaran membantu pendidik (guru) dan pembelajar (siswa) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan media pembelajaran yang tepat membantu siswa untuk konsentrasi selama proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa pun meningkat. Meluasnya kemajuan bidang komunikasi dan teknologi serta tingginya dinamika dalam dunia pendidikan semakin meluas pula tuntutan dan peluang penggunaan media yang lebih maju dan bervariasi di dalam proses pembelajaran. Terutama, dengan semakin berkembangnya teknologi komputer, berbagai kemungkinan dan kemudahan ditawarkan di dalam upaya memberi solusi terhadap berbagai masalah pembelajaran, terlebih untuk pengembangan media. Teknologi kumputer menawarkan berbagai kemungkinan dan kemudahan menghasilkan
dan
mengolah
audio
visual
sehingga
pembuatan
media
pembelajaran yang lebih maju dan variatif dapat dilakukan. Microsoft mengembangkan salah satu program yang dapat digunakan sebagai perangkat untuk mempresentasikan materi kepada audiens, termasuk di dalam proses pembelajaran di sekolah, yakni Microsoft Power Point.
2.1.5 Media Power Point “Microsoft Power Point adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah Microsoft Office program komputer dan tampilan ke layar dengan menggunakan bantuan LCD proyektor. Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam Microsoft Office program komputer. (Hujair AH. Sanaky: 127-128)” Microsoft Power Point selain untuk presentasi, juga menyediakan berbagai fasilitas untuk berkreasi, mengolah, dan menginput file audio maupun visual. Power Point merupakan program aplikasi untuk membuat presentasi yang ada dapat dipergunakan untuk membuat program pembelajaran, sehingga program
15
yang dihasilkan pun akan cukup menarik dengan komposisi warna dan animasi yang digunakan. Dengan menggunakan Power Point, pengajar dapat mendesain berbagai program pembelajaran sesuai dengan materi, metode dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. “Program yang dapat didesain menggunakan Power Point antara lain: (1) Memasukkan teks, gambar, suara dan video. (2) Membuat tampilan menarik, karena tampilan yang menarik akan meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. (3) Membuat hyperlink, hyperlink yaitu fasilitas yang disediakan untuk menghubungkan dengan file lain. (4) Membuat slide transition. (Hujair AH. Sanaky, 2011: 128)” Media Power Point mampu menampilkan teks dengan berbagai format tulisan yang dapat diganti-ganti sehingga tampilan tulisan menjadi lebih menarik. Tulisan di sini juga mempermudah guru jika ingin menampilkan materi, sehingga guru tidak perlu susah-susah untuk menulis kembali materi pelajaran yang akan diajarkan, cukup menulis beberapa hal penting yang tidak terdapat pada Power Point. Media Power Point juga mampu untuk menampilkan gambar. Gambar di sini berfungsi membantu siswa untuk memvisualisasikan benda atau peristiwa. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi bercerita, gambar dapat membantu guru untuk menceritakan sebuah dongeng dengan runtut dengan bantuan gambargambar yang runtut. Dengan adanya gambar, perhatian siswa pun akan lebih terfokus pada cerita dan pelajaran menjadi lebih menarik. Dengan kemampuan Power Point untuk menyajikan suara, memudahkan guru dalam mengajar Bahasa Indonesia pokok bahasan bercerita. Dengan mendengarkan suara binatang yang guru tampilkan pada Power Point, siswa dapat membedakan ciri-ciri binatang berdasarkan suaranya. Power Point juga dapat menampilkan video. Di sini, video merupakan gabungan dari gambar dan suara, sehingga tampilan video lebih menarik perhatian siswa karena siswa dapat melihat dengan cermat bagaimana tingkah laku hewan di alam nyata, cara penanaman tumbuhan dan siswa juga dapat menonton video animasi. Pembelajaran pun menjadi lebih menyenangkan dan siswa lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran.
16
Tampilan Power Point juga menarik, dengan background Power Point yang dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan agar tampilan menjadi lebih menarik. Power Point juga memiliki aplikasi animasi yang dapat diaplikasikan pada presentasi sehingga tampilan presentasi pada Power Point menjadi lebih menarik. Hyperlink itu semacam jalan pintas, dapat langsung menuju slide yang dimaksud dan juga dapat menjangkau file yang notabene bukan file Power Point. Penggunaan media Power Point harus didukung dengan pengadaan LCD, yaitu alat optik dan elektronik yang system optiknya efisien menghasilkan cahaya amat terang tanpa mematikan (menggelapkan) lampu ruangan, sehingga dapat memproyeksikan tulisan, gambar atau tulisan dan gambar yang dapat dipancarkan dengan baik ke layar. Tidak hanya itu, proyektor LCD mampu memproyeksikan tampilan dari layar komputer. Jadi, agar Power Point dapat dinikmati sebagai media presentasi, perlu adanya LCD sebagai alat untuk memproyeksikan Power Point. “Kelebihan menggunakan media Power Point sebagai media pembelajaran menurut Hujair AH. Sanaky dalam bukunya yang berjudul Media Pembelajaran yaitu: (1) Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas. (2) Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respons dari penerima pesan. (3) Memberikan kemungkinan pada penerima pesan untuk mencatat. (4) Memiliki variasi teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan. (5) Memungkinkan penyajian dengan berbagai kombinasi warna, animasi dan bersuara. (6) Dapat dipergunakan berulangulang. (7) Dapat dihentikan pada setiap sekuens belajar, karena kontrol sepenuhnya pada komunikator. (8) Lebih sehat bila dibandingkan dengan papan tulis dan OHP.” LCD merupakan alat pendukung Power Point agar isi dari Power Point dapat dipresentasikan di depan siswa sebagai media belajar siswa. Tanpa adanya LCD akan sulit mempresentasikan Power Point jika dilakukan di dalam kelas, kalaupun bisa pembelajaran akan dilakukan di ruang Lab. Komputer. Dengan penggunaan LCD akan dapat memproyeksikan isi dari Power Point kepada seluruh siswa hanya dengan mengatur tata letak layar LCD. “Langkah-langkah mendesain pembelajaran dengan menggunakan media Power Point menurut Hujair AH. Sanaky (2011: 145-146) yaitu: (1) Telaah tujuan
17
instruksional pokok bahasan yang akan diajarkan. Pilih tujuan instruksional yang pencapaiaannya memerlukan media, dalam hal ini media Power Point. (2) Telaah materi untuk menentukan jenis media yang dibutuhkan. Tidak semua materi dapat dituangkan ke dalam media Power Point. Sebagai acuan dalam pemilihan materi ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pengajar, antara lain menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan materi yang akan disampaikan kepada pembelajar. (3) Keadaan pembelajar. Perhatikan keadaan pembelajar untuk mempertimbangkan kesulitan pelajaran, kecepatan penyerapan, tingkat perbendaharaan kata yang akan dipakai. Kemudian langkah selanjutnya adalah mendesain media power point. (4) Menentukan bentuk Power Point. Media Power Point tidak selalu sesuai dengan materi atau sebaliknya tidak semua materi baik diajarkan menggunakan media Power Point.” Penggunaan media pembelajaran Power Point disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Jadi, tidak semua materi pelajaran cocok diajarkan menggunakan media Power Point, maka dari itu dibutuhkan kejelian dalam memilih materi yang cocok diajarkan dengan bantuan media Power Point. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media Power Point tergantung dari bagaimana keadaan siswa, apa saja yang siswa butuhkan dan bagaimana guru menyusun media Power Point yang menarik. Jika poin-poin yang dibutuhkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa sudah didapatkan, guru hanya tinggal menyusun Power Point yang sesuai dengan materi pelajaran dan keadaan siswa. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media Power Point tetap dimulai dari kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dalam kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup, sebelum guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan media Power Point guru wajib menyusun: 1.
Rencana pembelajaran, meliputi: a. Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b. Guru mendesain media Power Point. c. Guru menyusun asesmen. d. Guru menyusun instrument observasi.
2.
Kegiatan pelaksanaan, meliputi: a. Kegiatan Awal -
Guru memberi salam pembuka.
18
-
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
-
Guru melakukan apersepsi.
-
Guru memotivasi siswa
b. Kegiatan Inti -
Guru menayangkan Power Point.
-
Siswa diminta untuk mengamati gambar/video yang guru tayangkan pada Power Point.
-
Guru dan siswa bersama-sama membahas gambar/video yang ditayangkan oleh guru.
-
Siswa diminta untuk menceritakan gambar/video yang ditayangkan pada Power Point.
-
Siswa berdiskusi bersama tentang gambar/video yang ditayangkan oleh guru.
-
Siswa saling mengungkapkan informasi yang mereka dapat dari tayangan gambar/video pada Power Point.
-
Guru memberikan latihan kepada siswa sebelum siswa mengerjakan evaluasi.
c. Kegiatan Akhir -
Siswa bersama guru melakukan refleksi.
-
Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk mengukur tingkat kepahaman siswa akan materi yang diajarkan.
2.2
Hasil Penelitian yang Relevan 1. Nur Indah Cahyani, “Penggunaan Power Point untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 1 Karangwader Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010” Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang kurang optimal dapat dilihat dari banyaknya siswa yang memperoleh nilai tidak tuntas pada kondisi awal yaitu dengan prosentase sebesar 70,29%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA
19
dengan menggunakan Power Point. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Power Point dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV semester II SD Negeri 1 Karangwader Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2009/2010. Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa. Pada siklus 1, prosentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 55,88%. Pada siklus 2, prosentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 88,24%. Jadi, terdapat kenaikan ketuntasan belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 32,36%. 2. Endang Sri Lawiyanti, “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Pemanfaatan Power Point Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 5 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011” Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang kurang optimal dapat dilihat dari banyaknya siswa yang memperoleh nilai tidak tuntas pada kondisi awal yaitu dengan prosentase sebesar 64,28%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA dengan menggunakan Power Point. Pada siklus 1, tingkat motivasi belajar siswa berada pada kategori tingkat tinggi, prosentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 60,71%. Pada siklus 2, tingkat motivasi belajar siswa juga berada pada kategori tingkat tinggi, prosentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 89,28%. Jadi, tingkat motivasi belajar siswa baik siklus 1 maupun siklus 2 berada pada tingkat tinggi sedangkan ketuntasan belajar siswa terdapat kenaikan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 28,57%.
2.3 Kerangka Pikir Upaya peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar bagi siswa kelas II SDN 2 Jlamprang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan mendeskripsiskan gambar dan bercerita semester II tahun 2011/2012, dilakukan
20
guru melalui penggunaan media Power Point sebagai sarana memudahkan siswa belajar untuk berbicara dan menyampaikan ide/gagasan yang ia miliki. Dari uraian tersebut dan mendasarkan beberapa kajian teori dan hasil penelitian yang relevan maka penulis memiliki pendapat atau gagasan. Gagasan penulis sampaikan berbentuk bagan alur pikir sebagai berikut: Pra Penelitia n
Tindakan
Guru belum menggunakan media Power Point dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
Guru menggunakan media Power Point sebagai media belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas II
Hasil Akhir01 Gambar
Hasil belajar dan aktivitas belajar Bahasa Indonesia siswa kelas II masih rendah
Pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 dengan memanfaatkan media Power Point sebagai sarana bagi siswa untuk mendeskripsikan gambar dan bercerita. Harapan:Siswa menjadi lebih interaktif, mandiri, aktif, pengetahuannya bertambah, menambah kosakata, hasil belajar dak aktivitas belajarnya meningkat dalam
mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia.
Di duga dengan menggunakan media Power Point, hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas II pada mata pelajaran Bahasa Indonesia mengalami peningkatan.
Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah dengan menggunakan media Power Point dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia mengenai bagaimana siswa mendeskripsikan gambar dan bercerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN 2 Jlamprang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012