BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar Pengertian belajar ini sangat kompleks sehingga tidak dapat dikatakan dengan pasti apakah sebenarnya belajar itu. Pengertian belajar menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:13) sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Menurut Hamalik (2008:36) “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungannya”. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman (sagala. 2011:13). Berdasarkan pendapat tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku atau perkembangan yang terjadi dalam diri si pelajar yang telah melakukan perbuatan belajar”. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan saja, melainkan juga terbentuknya kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat dan penyesuaian diri. 2.1.1 Pengertian Mengajar Kegiatan mengajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyampaian pesan-pesan dari guru kepada peserta didik. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:21) Kegiatan mengajar menyangkut bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar. Kegiatan membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar diperlukan kemampuan profesional dari guru. 2.2 Metode Pembelajaran 2.2.1 Pengertian Metode Metode berasal dari Yunani “Methodhos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat mahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Metode mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-
7
8
cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
2.2.2 Jenis-jenis Metode Pembelajaran Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Beberapa metode mengajar : 1. Metode Ceramah. 2. Metode Diskusi. 3. Metode Demonstrasi. 4. Metode Resitasi. 5. Metode Percobaan (Eksperimen). 6. Metode Karya Wisata. 7. Metode Pemecahan Masalah. 8. Metode Discovery. Dalam melaksanakan penelitian/tindakan kelas ini, peneliti menggunakan metode demonstrasi karena berkaitan dengan penggunaan alat peraga. 2.2.3 Metode Demonstrasi Menurut Wina Sanjaya, M.Pd. (2006:152) Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode menyajian, demostrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar hanya memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih kongkret. Dalam strategi pembelajaran, demontrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik
9
bahasan yang harus didemonstrasikan. Pendapat Mulyani Sumantri, M.Ed. dan Johar Permana, MA. (2001:133). 2.2.3.1
Langkah-langkah penggunaan metode demonstrasi Langkah-langkah penggunaan metode demonstrasi menurut Wina Sanjaya adalah
sebagai berikut: 1) Tahap Persiapan a. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuannya meliputi beberapa aspek seperti : pengetahuan, sikap atau keterampilan tertentu.
b.
Persiapkan garis bilangan besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis bilangan besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
c.
Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.
2) Tahap Pelaksanaan a) Langkah pembukaan Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya : 1. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
2. Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. 3. Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya : siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. b) Langkah pelaksaan demonstrasi 1. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya : melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk memperhatikan demonstrasi. 2. Ciptakan
suasana
yang
menyejukkan
jalannya
demonstrasi
dengan
memperhatikan reaksi seluruh siswa. 3. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi. c) Langkah mengakhiri demonstrasi
10
Apabila demonstrasi sudah selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk menyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya. 2.2.3.2
Kelebihan Metode Demonstrasi Menurut Wina Sanjaya,M.Pd. (2006:152) sebagai suatu metode pembelajaran
demonstrasi melalui beberapa kelebihan diantaranya : 1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disurung langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan. 2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. 3) Dengan cara mengemudi secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan, dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. Menurut Mulyani Sumantri, M.Ed. dan Johar Permana,Ma. (2001:134) kekuatan metode demonstrasi ini adalah sebagai berikut : 1) Membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih kongkret dan menghindari verbalisme. 2) Memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran. 3) Proses pengajaran akan lebih menarik. 4) Merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan dapat mencobanya sendiri. 5) Dapat disajikan bahan pelajaran yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode lain. Dari pendapat di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang mau didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhidar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan. Pertanyaanpertanyaan yang dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakan demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan
11
yang terjadi dari hasil caramah dapat diperbaiki karena langsung diberikan contoh kongkretnya. 2.2.3.3 Kekurangan Metode Demonstrasi Menurut Wina Sanjaya, M.Pd. (2006:153) Metode Demonstrasi juga mempunyai kelemahan diantaranya : 1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demontrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak. 2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal di bandingkan dengan ceramah. 3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Menurut Mulyani Sumantri, M.Ed. dan Johar Permana, MA. (2001:134) keterbatasan metode demonstrasi ini adalah : 1) Memerlukan keterampilan guru secara khusus. 2) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu. 3) Memerlukan waktu yang banyak. 4) Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan. Berdasarkan uraian di atas menurut penulis langkah-langkah untuk mengoptimalkan metode demonstrasi agar efektif dalam upaya meningkatkan belajar matematika diantaranya yang meliputi : 1) Menyiapkan alat peraga metematika yang digunakan, lembar kerja, tabel pengamatan; 2) Mengatus tempat duduk siswa; 3) Menjelaskan materi atau konsep yang dibahas; 4) Mendemonstrasikan dengan alat peraga garis bilangan; 5) Siswa mengamati saat demonstrasi berlangsung;
12
6) Siswa menyimpulkan hasil pengamatan; 7) Memotivasi siswa untuk memusatkan perhatian, aktif dalam KBM, dan mengajak siswa menyukai pelajaran matematika serta meningkatkan hasil belajar. 2.2.4 Media Pembelajaran 2.2.4.1 Pengertian Media Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:152) menyatakan bahwa media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Bringgs (1988) menjelaskan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar. Gagne dan Reiser (1983) Media pendidikan atau pengajaran sebagai alat-alat fisik dimana pesan-pesan instruksional dikomunikasikan. Dinje Borman Romopuk (1988) mendefinisikan media pengajaran sebagai alat, hardware maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pengajaran tersebut. Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau alat peraga, sarana atau media perantara untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang tadinya masih verbal atau bersifat khayalan kurang jelas atau samar-samar sulit untuk diterima dan dimengerti menjadi kongkret lebih jelas dapat diterima atau dipahami benarbenar ada atau nyata sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2.2.4.2 Tujuan Penggunaan Media Penggunaan media dimaksud agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran itu mengetahui dan menerima dengan jelas apa yang disampaikan dan diinginkan oleh guru. Adapun tujuan khusus penggunaan media menurut penulis sebagai berikut : 1. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap dan ketrampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut karakteristik bahan. 2. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar. 3. Menumbuhkan sikap dan ketrampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.
13
4. Menciptakan situasi kesan pembelajaran yang tidak dapat dilupakan peserta didik. 2.2.4.3 Fungsi Media Media digunakan guru karena media merupakan suatu bentuk alat bantu yang berfungsi memudahkan atau mengurangi hambatan-hambatan penguasaan kemampuan peserta didik. Dengan media garis bilangan untuk meningkatkan hasil belajar tentang penjumlahan bilangan bulat, pembelajaran berjalan menarik sehingga siswa terangsang untuk mengetahui lebih lanjut, sedangkan guru dalam menanamkan konsep materi yang disampaikan lebih terperinci dan terarah atau sistematik. 2.2.4.4
Prinsip-prinsip Pemilihan Media Prinsip pemilihan media menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:34)
antara lain : 1. Berdasarkan pada tujuan pengajaran dan bahan pengajaran yang akan disampaikan. 2. Disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. 3. Disesuaikan dengan kemampuan guru. 4. Disesuaikan dengan situasi, kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. 5. Memahami karakteristik dari media garis bilangan. 2.2.4.5 Media Matematika Menurut Ruseffendi (1992:139) ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan media dalam pengajaran matematika, diantaranya : 1. Membangkitkan minat siswa dalam mempelajari matematika, akan merasa senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap pengajaran matematika. 2. Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti. 3. Dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama geometri ruang, sehingga dengan melalui gambar dan benda nyata akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil dalam belajarnya. 4. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajar dengan benda-benda yang ada disekitarnya atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat. 5. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk kongkret yaitu dalam bentuk model matematika dapat dijadikan obyek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk peneliti ide-ide baru dan relasi-relasi baru.
14
Lebih lanjut Ruseffendi (1995:226) menyatakan bahwa media matematika dapat dibedakan menjadi beberapa kategori sesuai dengan fungsinya yaitu : a. Alat peraga yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep matematika. Bendabenda itu misalnya batu-batuan dan biji kacang-kacangan untuk menerangkan konsep bilangan, kubus (bendanya) untuk menjelaskan konsep titik, ruas garis, daerah bujur sangkar dan wujud dari kubus itu sendiri. Benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep pecahan, benda-benda seperti cincin, gelang, permukaan gelas dan sebagainya untuk menerangkan konsep lingkaran, dan sebagainya untuk menanamkan konsep luas dan keliling jajar genjang dan sebagainya. b. Alat yaitu menghitung, menggambar, mengukur dan sebagainya, seperti mistar, jangka, bujur derajat, abakus, klino meter, komputer dan sebagainya. c. Alat pengajaran yaitu alat Bantu untuk memperlancar pengajaran matematika seperti kapur tulis, papan tulis, kertas, proyektor, kalkulator, komputer dan sebagainya. d. Alat yang tidak berfungsi atau tidak mempunyai apa-apa. Hal ini terjadi jika kita tidak mengaitkan alat tersebut dalam pengajaran matematika. Misalnya sebuah kelereng tidak akan mempunyai arti apa-apa dalam pengajaran matematika bila tidak dijadikan anggota himpunan. Media untuk menerangkan konsep matematika dapat berupa benda nyata dan dapat pula berupa gambar atau benda tiruan. Media yang menggunakan benda nyata memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan benda-benda nyata dapat dipindahpindahkan, sedangkan kelemahannya tidak dapat disajikan dalam bentuk tulisan atau buku. Karenanya untuk tulisan kita buat gambar atau tiruannya, tetapi masih memiliki kelemahan karena tidak dapat dipindah-pindahkan berbeda dengan benda-benda nyata. Dari hal-hal tersebut di atas maka penulis menggunakan media alat peraga garis bujur bilangan sebagai alat bantu guru dalam mengerjakan materi penjumlahan bilangan bulat. Dengan menggunakan alat atau media akan mempermudah guru dalam menjelaskan materi yang disampaikan dan siswa akan lebih mudah memahami materi tersebut.
15
2.2.5 Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi dengan Menggunakan Media Gambar Garis Bilangan dalam Standar Proses (EEK) Tahapan
Aktivitas
Keterangan
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal
Komunikatif
1) Salam Pembuka
Guru mengucap salam
2) Berdoa
Siswa berdoa bersama
Komunikatif
3) Mengabsen Kehadiran Guru mengabsen siswa 4) Apersepsi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Komunikatif
5) Acuan b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi
Guru
menjelaskan
penjumlahan
materi
bilangan
bulat
tentang Komunikatif dengan
menggunakan garis bilangan. Guru
menyampaikan
langkah-langkah Komunikatif
demonstrasi yang akan dilakukan. Guru mengatur tempat duduk siswa.
Komunikatif
Guru menjelaskan garis bilangan dengan Komunikatif menggunakan media gambar. Guru menyampaikan pertanyaan tentang Komunikatif penjumlahan
bilangan
bulat
dengan
menggunakangaris bilangan. 2) Elaborasi
Siswa berkelompok untuk memecahkan Kerjasama masalah yang diberi guru. Siswa dan guru melaksanakan kegiatan Kominikatif demonstrasi
tentang
penjumlahan
bilangan bulat. Siswa
aktif
mengikuti
jalannya Kerjasama
demonstrasi. 3) Konfirmasi
Siswa bersama guru membahas hasil Komunikatif demonstrasi.
16
Siswa dan guru menyimpulkan materi Kerjasama tentang
penjumlahan
bilangan
bulat
dengan menggunakan garis bilangan. Guru memberi penguatan kepada siswa. c. Kegiatan Akhir
Siswa
diberi
kesempatan
Keberanian
untuk Komunikatif
menanyakan hal-hal yang belum jelas. Guru menyimpulkan pembelajaran.
Komunikatif
Siswa mencatat hal-hal penting.
Komunikatif
Siswa melaksanakan evaluasi.
Kejujuran
Siswa
bersama
guru
mengakhiri Komunikatif
pembelajaran. Siswa menjawab salam dari guru. 2.2.6
Keberanian
Hasil Belajar Matematika Sudjana (dalam Y. Padmono, 2002:27) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian hasil belajar menunjukkan perubahan dari sebelum menerima pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar menunjukkan perubahan yang berupa penambahan, peningkatan, dan penyempurnaan perilaku. Agus Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: 1) informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan kemampuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang, kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis sintesis, fakta, konsep, mengembangkan prinsip-prinsip keilmuwan. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitas bersifat khas. 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan
17
serangkaian gerak dan jasmani dalam urutan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Agus Suprijono (2009:7) menyimpulkan “hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja”. Bloom (dalam Agus Suprijono, 2009:6) mengemukakan bahwa “hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analisys
(menguraikan,menentukan
hubungan),
synthesis
(mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (menerima), responding (memberikan respon), valuing (menilai), organization (organisasi),characteriztion (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi, initiatory, preroutine, dan roundtinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, managerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgrend hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Jadi, hasil belajar adalah perbahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensial kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan aktivitas atau kegiatan belajar mengajar setelah pengalaman belajarnya dalam bentuk perubahan tingkah laku dan pelatihan berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dan keterampilan dasar untuk melihatkenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.7
Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
a) Pengertian Matematika Wahyudi (2008:3) mengemukakan bahwa : Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari
18
kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga kebenaran antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Matematika menurut Ruseffendi (1991) adalah bahasa simbul, ilmu dedukatif yang tidak menerima pembuktian secara induktif. Ilmu tentang keteraturan dan struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, keaksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang memiliki obyek abstrak dan mengkaji kebenaran melalui penalaran deduktif dimana kebenarannya bersifat sangat jelas dan kuat. b) Fungsi Matematika Wahyudi
(2008:3)
mengemukakan
bahwa
matematika
berfungsi
untuk
mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan. Selanjutnya Ekawati (2011) menyatakan bahwa fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistemis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama (Litbang, Kemendikbud). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran matematika merupakan ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk mengembangkan pola pikir peserta didik agar dapat berfikir logis, sistemis, analis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama untuk menyelesaikan masalah. c) Tujuan Matematika Wahyudi (2008:3) mengemukakan bahwa tujuan matematika adalah melatih cara berfikir secara sistemis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengoptimalkan konsep atau algoritma secara luwes, akurat dan tepat dalam pemecahan masalah.
19
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Bertolak dari uraian di atas dapat diketahui tujuan matematika yaitu melatih cara berfikir secara sistemis, logis, kritis, kreatif dan konsisten untuk menyelesaikan dan memecahkan persoalan matematika dengan sikap ulet dan penuh percaya diri. d) Ruang Lingkup Matematika Wahyudi (2008:3) mengemukakan bahwa standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus dicapai oleh siswa pada akhir periode pembelajaran. Standar ini dikelompokkan dalam kemahiran matematika bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, statika, dan peluang triyonometri dan kalkulus. Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut : (1) Bilangan; (2) Geometri dab Pengukuran; (3) Pengolahan data. 2.2.7.1 Pemahaman Konsep Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002:636) “Paham adalah mengerti benar (akan) tahu benar (akan) pandai dan mengerti benar”. Masih dalam kamus Bahasa Indonesia (2002:636) “Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan”. Sementara itu pengertian konsep dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002:519) sebagai berikut : 1) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkrit. 2) Gambar mentah dari obyek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
20
Pemahaman konsep adalah proses atau perbuatan memahami/ memahamkan suatu ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkrit. Dalam kurikulum 2004 “Pemahamankonsep yaitu siswa mampu mendefinisikan konsep dalam member contoh atau bukan contoh dari konsep, mengidentifikasikan dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep”. 2.2.7.2 Penjumlahan Bilangan Bulat Penjumlahan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002:368) menyatakan bahwa “Penjumlahan adalah proses, cara, perbuatan menjumlahkan”. Sedangkan menurut kamus besar Poerwa Darminta (1983:425) menyatakan bahwa “Penjumlahan adalah hal yang menjumlahkan”. David Glover (2006:4) menambahkan bahwa “Penjumlahan adalah cara menemukan jumlah total dua bilangan atau lebih”. Tanda + dalam penjumlahan menunjukkan bahwa bilangan-bilangan tersebut dijumlahkan. Bilangan (dalam Wikipedia Ensiklopedia Bebas) adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol atau lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Ada berbagai jenis bilanga, yang paling terkenal adalah bilangan bulat. Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negative dan bilangan cacah …., -2. -1, 0, 1, 2, … Pemahaman konsep penjumlahan bulat yaitu proses atau perbuatan memahami atau memahamkan pengertian penjumlahan bilangan bulat. 2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Hal ini sesuai dengan yang telah diteliti oleh Ibu Rina Mulati tahun 2012 dengan judul “Peningkatan prestasi belajar siswa melalui Metode Demonstrasi dan Penggunaan Alat Peraga Kongkret tentang perbandingan pada mata pelajaran Matematika kelas V SDN 01 Maju Putra Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga”. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rina Melati adalah terdapat pada variabel (X) yaitu sama-sama menerapkan metode demonstrasi. Sedangkan perbedaannya yaitu terdapat pada variabel (Y). Pada penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar matematika, sedangkan pada penelitian di atas untuk peningkatan prestasi belajar metematika siswa kelas V. Penelitian yang dilakukan oleh Heni Purwani (2009) dengan judul Keefektifan Metode Demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar IPA SDN 2 Karanggayam. Dengan teknik
21
pengambilan dan menggunakan teknik kwalitatif dan deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode demonstrasi yang efektif dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Hal tersebut terbukti dari hasil analisis keberhasilan dari pembelajaran IPA dengan perbedaan skor pada tindakan Siklus I rata-rata nilai 31% setelah diadakan tindakan Siklus II meningkat menjadi 78% sedang pada tindakan Siklus III meningkat menjadi 95%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Heni Purwani (2009) adalah terdapat pada variabel (X) yaitu sama-sama menerapkan metode demonstrasi. Sedangkan perbedaannya yaitu terdapat pada variabel (Y) pada penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD, sedangkan pada penelitian diatas untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Penelitian mengenai metode demonstrasi yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar pernah dilakukan oleh Muji Hastuti. Penelitian itu dilaksanakan di SD Negeri 3 Selang Kec. Kebumen Tahun 2010 di kelas IV, bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Selang Tahun 2010/2011. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh muji hastuti adalah terdapat pada variabel (X) yaitu sama-sama menerapkan metode demonstrasi. Sedangkan perbedaannya yaitu terdapat pada variabel (Y) pada penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar matematika, sedangkan penelitian di atas untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV. Hasil ini ditunjukkan dengan keantusiasan siswa dalam mengikuti pelajaran dan meningkatkan hasil belajar IPA. Untuk itu peneliti tertarik akan melakukan penelitian di SD Negeri Banioro untuk mengetahui apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang bagian-bagian daun. 2.4 Kerangka Pikir Siswa kelas 4 SDN 1 Jintung Ayah Kebumen sebelum menggunakan metode demonstrasi semangat belajar siswa kurang dan hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah di buktikan dengan anak yang tuntas KKM (70). Sejumlah 11 anak (60 %) dari 19 orang siswa kelas 4 belum dapat mencapai hasil sesuai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, sedangkan 8 anak (40 %) siswa sudah dapat mencapai batas KKM yang ditentukan.
22
Setelah digunakan metode demonstrasi, anak merasa senang pada pelajaran matematika, dan semangat belajar meningkat sehingga hasil belajar matematika meningkat sehingga hasil belajar matematika siswa kelas 4 SDN 1 Jintung meningkat. Dengan menggunakan media yang tepat yaitu sesuai dengan materi dan sesuai dengan tingkat pemikiran kelas 4 yang masih berfikir kongkret yang menuntut digunakannya alat peraga, dapat membangkitkan minat belajar siswa, suasana kelas menjadi aktif dan menyenangkan sehingga ada peningkatan kualitas siswa yaitu siswa menjadi lebih konsentrasi dalam menerima pelajaran dan dapat mengerjakan soal evaluasi dengan cepat dan tepat.
Kondisi awal
Tindakan
Guru belum menggunakan metode demonstrasi dan media gambar garis bilangan Guru menggunakan metode demonstrasi dan media gambar garis bilangan
Kondisi akhir
Siswa kurang antusias belajar, masih kesulitan belajar sehingga hasil belajar rendah Pembelajaran menarik, materi pembelajaran lebih jelas maknanya, berpusat pada anak, siswa termotivasi belajar, dan siswa terlibat langsung
Prestasi belajar siswa tentang bilangan bulat meningkat ditandai dengan hasil belajar mencapai KKM yag ditentukan Gambar 1.Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kajian hasil pelenitian yang relevan di atas hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Dengan menggunakan metode demonstrasi dengan media garis bilangan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SDN I Jintung, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. 2. Penerapan langkah metode demonstrasi dengan bantuan media gambar garis bilangan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SDN 1 Jintung, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen.