BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pendahuluan Pada mulanya, istilah internasionalisasi hanya dipakai untuk hal yang berkaitan dengan politik, seperti halnya dengan istilah nasionalisasi. Perlahan, istilah tersebut dipakai juga di bidang ekonomi seiring dengan maraknya globalisasi. Namun, pemakaian kata internasionalisasi dalam bidang ekonomi tersebut hanya sebatas
pada
aktivitas
jual
beli
antarnegara
(Government
to
Government/G to G). Kini, istilah internasionalisasi mulai mengalami generalisasi. Dalam konteksnya dengan pasar bebas, misalnya AFTA, CAFTA, dan MEA,
istilah
internasionalisasi
dikaitkan
dengan
aktivitas
perusahaan ke perusahaan (Business to Business/B to B). Lantas, apa makna
internasionalisasi itu? Para peneliti
memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memandang arti nasionalisasi, tergantung pada konteks yang dipakai.
Internasionalisasi Dari sudut pandang sejarah, internasionalisasi usaha diawali dengan adanya kemampuan manusia untuk melakukan perjalanan menyeberangi lautan (Islam, 2008). Namun, akademisi mempunyai definisi
yang
berbeda-beda
internasionalisasi.Istilah
untuk
menjelaskan
internasionalisasi
konsep
tergantung
pada
internasionalisasi
adalah
fenomena yang dilingkupi. Ada
yang
memandang
bahwa
kompetensi dan peluang suatu usaha untuk mengembangkan diri di dunia internasional (Penrose, dalam Kor, 2004). Ada juga yang mengartikan sebagai proses di mana perusahaan meningkatkan keterlibatannya di dunia internasional (Johansen & Vahlne, 1977, 8
dalam Islam 2008). Beamish mendefinisikan internasionalisasi sebagai proses adaptasi suatu perusahaan (strategi, struktur, sumber daya) ke dunia internasional (Calof & Beamish, 1995). Secara
sederhana,
internasionalisasi
dapat
didefinisikan
sebagai proses di mana perusahaan secara bertahap meningkatkan kesadaran (awareness) terhadap pasar asing dan melibatkan diri didalam
kegiatan
bisnis
dengan
negara
lain
dengan
memperhitungkan strategi, struktur, dan sumberdaya perusahaan untuk mencapai sasaran organisasi (Chandra, et al. 2004). Dalam hal ini, sudut pandang yang digunakan adalah tentang manajemen perusahaan. Internasionalisasi juga didefinisikan sebagai Proses di mana perusahaan
secara
internasionalnya.
bertahap
meningkatkan
Internasionalisasi
merupakan
serangkaian keputusan inkremental perusahaan Vahlne,
1977).
Sudut
pandang
yang
dipakai
keterlibatan produk
dari
(Johanson & adalah
tentang
keputusan incremental perusahaan. Adapula yang memakai sudut pandang strategi perusahaan, yaitu internasionalisasi merupakan proses adaptasi perubahan transaksi di pasar internasional, termasuk strategi moda masuk dan pemilihan pasar internasional (Andersen, 1997). Melalui
sudut
pandang
jaringan,
internasionalisasi
didefinisikan sebagai proses kumulatif, di mana hubungan telah terbangun, dipelihara, dikembangkan, putus, dan disambung lagi dalam rangka meraih tujuan perusahaan. Pandangan ini, hanya berfokus pada hubungan saja, sehingga dapat diartikan sebagai proses peningkatan keterlibatan dalam pasar internasional. Namun, ada juga yang menyimpulkan karakteristik dasar internasionalisasi
dengan
berkaca
pada
bangsa
Norwegia.
Didefinisikan bahwa internasionalisasi juga berhubungan dengan beberapa
konsep, yaitu
orientasi internasional dan komitmen
internasional. (Lehtinen and Pentinenn, 1999).
Sudut
pandang
lainnya
adalah
proses
mobilisasi,
pengumpulan dan pengembangan sumber daya pada aktivitas internasional (Ahokangas, 1998). Dengan
sudut
pandang
proses
transaksi
internasional,
internasionalisasi diartikan sebagai proses dimana perusahaan meningkatkan baik kesadaran mereka mengenai pengaruh langsung maupun tidak langsung transaksi internasionalnya di masa yang akan datang dan mendirikan serta melaksanakan transaksi dengan negara lain (Beamish, 1990). Proses internasionalisasi pada prinsipnya merupakan suatu proses yang sangat wajar dilakukan oleh setiap perusahaan di dunia dengan melihat kenyataan bahwa perekonomian global mengarah pada terbentuknya tatanan yang didasarkan pada perdagangan bebas.
Hal ini akan semakin relevan apabila dikaitkan dengan
tujuan WTO sebagai lembaga dunia untuk menciptakan perdagangan dunia yang bebas. Respon positif yang dapat diberikan ialah dengan melakukan proses internasionalisasi atau membuka perekonomian domestik terhadap perekonomian global yang secara teoritis akan mendorong kemampuan bersaing negara tersebut (Piay, 2010). Beberapa
definisi
tentang
internasionalisasi
tersebut
mempunyai kesamaan kata kunci, yaitu luar negeri sehingga internasionalisasi dapat dimaknasi sebagai proses keterlibatan suatu usaha dalam memasarkan produk barang atau jasa, baik langsung maupun tidak langsung ke pasar luar negeri.
Strategi Internasionalisasi Pemilihan pangsa pasar merupakan strategi pertama dalam proses internasionalisasi, untuk itu perusahaan memilih pangsa pasar memilih pangsa pasar yang dekat secara geografis dan psikologis (Erkamili, 1999).
Ada alasan utama sebuah perusahaan untuk melakukan internasionalisasi, antara lain untuk memperluas penjualan, untuk memperoleh sumber daya, untuk menganekaragamkan sumber penjualan dan supplier, dan meminimalisasi risiko persaingan (Daniels & Radebaugh, 1998). Di sisi lain, penjualan sebuah perusahaan tergantung pada dua faktor, pertama adalah barang atau jasa yang dihasilkan membuat konsumen tertarik; sedangkan yang kedua adalah memang karena konsumen tersebut tertarik untuk membeli (Daniels & Radebaugh, 1998). Ada beberapa tahapan bagi perusahaan untuk melakukan internasionalisasi, yaitu memutuskan apakah akan go internasional atau tidak, kemudian pasar mana yang akan dimasuki, serta bagaimana
cara
untuk
masuk
pasar
tersebut,
menggunakan
program apa yang digunakan untuk pasar global, dan terakhir bagaimana mengorganisasi pasar global (Czinkota & Ronkainen, 2004). Pasar internasional memiliki pola dan kultur yang berbeda dibanding dengan pasar domestik. Salah satu kunci sebuah usaha untuk memasuki pasar tersebut adalah pemilihan strategi yang tepat. Setiap perusahaan memerlukan strategi yang tepat guna agar dapat meningkatkan keruntungan serta memenangi persaingan. Strategi
merupakan
terkoordinasi
yang
aksi
dan
didesain
komitmen untuk
terintegrasi
memaksimalkan
dan core
competiencies perusahaan (Hoskisson & Hitt, 2011). Jadi, secara umum, strategi dilakukan untuk menambah atau mempertahankan keuntungan perusahaan. Berkaca dari teori di atas, disimpulkan bahwa pemilihan starategi
merupakan
salah
satu
kunci
bagi
usaha,
apalagi
perusahaan tersebut berorientasi ekspor. Untuk itu, pengusaha harus merencanakan strategi yang matang dalam setiap tahapnya, mulai dari produksi sampai ke pemasaran.
Bentuk Internasionalisasi Internasionalisasi memiliki banyak bentuk, antara lain ekspor, penanaman modal asing, proyek terima jadi, lisensi, waralaba, pendanaan patungan (joint venture), serta wholly owned subsidiary. Dalam hal ini, bentuk internasionalisasi adalah ekspor. Bentuk ini lebih banyak diterapkan oleh usaha kecil menengah karena usaha tersebut kebanyakan keterbatasan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun dana (Dalli, 1995 dalam Beamish 2010). Bagi usaha kecil dan menengah, ekspor menyediakan akses yang cepat ke pasar internasional, dengan investasi modal yang kecil, namun bisa mendapatkan pengalaman internasional yang berharga (Root, 1994 dalam Beamish, 2010). Ekspor
merupakan
faktor
penting
dalam
merangsang
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasarpasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro & Smith, 2007). Tahun terbit Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000).
Hubungan Internasionalisasi dengan Pembangunan Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam karakteristik pertumbuhan ekonomi, yaitu satu, Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat. ; dua Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan; dan tiga adanya perubahan struktur ekonomi dari sector pertanian ke sector industry dan jasa. Keempat meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah perkotaan (urbanisasi). Kelima, pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi Negara maju dan adanya kekuatan hubungan internasional. Keenam, meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan internasional. (Jhingan : 1995) Dengan demikian, dari definisi-definisi di atas dijelaskan bahwa internasionalisasi adalah sebuah proses keterlibatan suatu perusahaan ke pasar internasional dengan dua kemungkinan, yaitu secara
bertahap,
dan
berdasarkan
jaringan.
Keputusan
internasionaliasi mengandung banyak motif dasar.
Jaringan dan Mitra Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (Damsar, 2002). Jaringan atau network diartikan sebagai jarak dari sejumlah peristiwa (Hite & Hesterly, 2001). Sedangkan secara teori adalah untaian jejaring maya yang mana terdapat perbedaan yang kabur atau bahkan terabaikan di antara individu, organisasi, komunitas
(Dubini & Aldrich, 1991). Pada ranah ilmu sosial, terdapat dua kategori jaringan, yaitu jaringan antarperusahaan, serta jaringan antarpersonal (Carson, 2001). Jaringan antarperusahaan merupakan bentuk integratif dari kerja sama antarorganisasi (Das & Teng, 1993). Bentuk jamak dari jaringan tersebut misalnya kontrak formal tentang bahan baku, pemasaran, maupun jual beli. Jaringan tersebut bisa berupa hubungan antarindividu, antara individu dengan kelompok, atau antarkelompok yang mempunyai ikatan berupa kerpercayaan. Setidaknya terdapat empat prinsip utama yang melandasi pemikiran mengenai adanya hubungan pengaruh antara jaringan social dengan manfaat ekonomi, yakni : pertama, norma dan kepadatan jaringan (network density). Kedua, lemah atau kuatnya ikatan (ties) yakni manfaat ekonomi yang ternyata
cenderung
didapat
dari
jalinan
ikatan
yang
lemah.
(Granovetter, 2005). Dalam konteks ini ia menjelaskan bahwa pada tataran empiris, informasi baru misalnya, akan cenderung didapat dari
kenalan
baru
dibandingkan
dengan
teman
dekat
yang
umumnya, dan kenalan baru relatif membuka cakrawala dunia luar individu. Ketiga, peran lubang struktur (structur holes) yang berada diluar ikatan lemah ataupun ikatan kuat yang ternyata berkontribusi untuk menjembatani relasi individu dengan pihak luar. Keempat, interpretasi terhadap tindakan ekonomi dan non ekonomi, yaitu adanya kegiatan-kegiatan non ekonomis yang dilakukan dalam kehidupan social individu yang ternyata mempengaruhi tindakan ekonominya Jaringan antarpersonal merupakan jaringan di mana pengelola perusahaan mempunyai relasi sehingga lebih bersifat hubungan psikolologis pribadi di antara aktor yang terlibat dalam jejaring (Dubini & Aldrich, 1991). Sebagai contoh adalah jaringan karena kekerabatan, pertemanan, kedekatan emosi. Penelitian terdahulu lebih
menekankan
hubungan
interpersonal
sebagai
hubungan
karena koneksi (Anderson, 2006), jaringan informal (Coviello & Munro, 1997), serta ikatan-ikatan sosial (Ellis, 2011), atau dengan kata lain hubungan karena keluarga dan pertemanan (Bjorkman & Kock, 1995). Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus karena ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial. Hubungan sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah-olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu orang dengan orang-orang lain dimana melalui jalur atau saluran tersebut bisa dialirkan sesuatu, misalnya barang, jasa, dan informasi. Hubungan sosial antara dua orang mencerminkan adanya pengharapan peran dari masing-masing lawan interaksinya. Dalam dunia ekonomi global jaringan menjadi penting karena dengan jaringan tersebutlah kegiatan ekonomi bisa berjalan dan berkembang. Sedangkan Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masingmasing. Dengan demiian kemitraan bisa dianggap kerja sama formal antara
individu-individu,
kelompok-kelompok
atau
organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu Notoatmodjo (2003),
Network Theory of Internationalization Network Theory adalah model internasionaliasi yang lebih baru (Hollensen, 2007). Pada mulanya, model ini merupakan proyek penelitian International Marketing and Purchasing (IMP) yang dilakukan pada tahun 1970. Proyek ini dimaksudkan untuk meneliti belanja dan pemasaran perusahaan-perusahaan yang dititikberatkan pada aspek jaringan. Penelitian tersebut menghasilkan temuan
bahwa jaringan yang berupa hubungan jangka panjang dan tetap memiliki
peran
yang
sangat
penting
pada
pemasaran
suatu
perusahaan (Axelsson & Easton, 1992). Untuk mengetahui tentang jaringan, diperlukan studi tentang hubungan (Axelsson & Easton, 1992). Johansson dan Vahlne mengistilahkan jaringan bisnis sebagai ‘jaring-jaring hubungan yang saling terkait kelindan’.
Istilah tersebut berarti bahwa pertukaran
hubungan antara satu jaringan dengan jaringan yang lain adalah saling terhubung (Johansson & Vahlne, 2009). Durrie dan Soldberg (2006) mengartikan jaringan sebagai hubungan yang saling terkait, baik pada tataran antarindividu maupun antarorganisasi. Jaringan tersebut biasanya terdiri atas agen bebas atau reseller , serta tenaga pemasaran ketika sudah sampai ke pasar luar, serta konsumen pada akhirnya, atau singkatnya patner perdagangan dan konsumen akhir (Durrie & Soldberg,
2006).
Masih
senada
dengan
hal
tersebut,
Ford
menyatakan bahwa ada dua pihak penting yang terlibat dalam jaringan perusahaan, yaitu supplier dan distribusi (Ford, 2002). Di sisi lain, Anderson punya pandangan yang lebih jelas terkait dengan jaringan. Ia menyatakan bahwa hubungan personal itu tidak cukup. Lantas, ia mendefinisikan jaringan sebagai seperangkat hubungan yang saling terkait, yang mencakup pemilik perusahaan beserta semua yang ada padanya yang berhubungan dengan jaringan lain (Anderson, 1994). Hakansson dan Johanson menyajikan struktur dasar jaringan industri, yaitu kombinasi yang saling terkait atas tiga variabel, yaitu kegiatan, aktor, dan sumber daya (Hakansson & Johanson, 1992). Lebih jelasnya, seorang aktor dapat menjadi siapapun yang ada di dalam jaringan yang mengendalikan kegiatan maupun sumber daya. Kegiatan terjadi ketika ada seorang aktor yang mengombinasikan, menggunakan, dan mengembangkan atau tukar menukar sumber. Pengembangan jaringan
Model jaringan menekankan bahwa suatu
usaha harus
membangun dan mengembangkan jaringan yang dimiliki agar tetap bertahan
di
pasaran
internasional.
Namun
permasalahannya,
sumber daya yang dibutuhkan oleh usaha tersebut tersebut dikendalikan oleh pihak lain. Jadi, untuk mengakses sumber daya tadi, perusahaan membutuhkan jaringan. Karena itulah maka jaringan tersebut harus dijaga dan dikembangkan. Pengembangan jaringan
melalui proses pembelajaran yang
panjang sampai
perusahaan belajar tentang sumber daya dan kemampuan yang dimiliki semua patnernya. Hal yang tidak kalah penting dalam mengembangkan jaringan menurut Gulati (2000) adalah hubungan sosial karena aktor-aktor ekonomi berada di dalamnya. Dengan demikian, membangun jaringan tidak dipisahkan dari membangun hubungan personal (Gulati, 2001). Hubungan dapat dikembangkan di dalam suatu hubungan, baik secara aktif maupun pasif di antara semua unsur atau aktor yang terlibat. Bedanya adalah, penjual merupakan satu-satunya unsur yang aktif. (Ojala, 2009).
Teori Jaringan Abad 21 Abad 21 merupakan abad teknologi informasi, abad handphone dan internet. Teknologi informasi yang berupa alat komunikasi dan informasi memiliki peran yang sangat signifikan untuk menjalankan sebuah suatu usaha. Informasi tentang suplier, harga, dan pesaing tersedia secara cepat, murah dan akurat. Dengan adanya teknologi informasi, semua model tentang jaringan internasionalisasi yang lama dianggap sudah tidak relevan lagi (Hollensen, 2007)
karena
batas-batas waktu dan tempat sudah tidak ada lagi. Teknologi
menyediakan
sarana
jual
beli
secara
daring
(onlineshop) yang disediakan oleh banyak layanan, misalnya ebay.com, olx.com, tokopedia.com, bukalapak.com, dan lainnya. Selain itu, juga ada media sosial yang pada praktiknya tidak hanya
berfungsi sebagai sarana social, namun juga dimanfaatkan sebagai promosi produk, baik dalam negeri maupun luar negeri. Menurut teori ini, teknologi menjadi faktor yang dominan bagi UKM untuk melakukan internasionalisasi (Hollensen, 2007).
Kesimpulan Berdasarkan kajian beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua model utama internasionalisasi, yaitu Model Upsala dan Model Jaringan. Model upsala menerangkan bahwa proses internasionalisasi suatu usaha dilakukan melalui beberapa proses, yang dimulai dari kesamaan wilayah, kesamaan kultur, serta
kesamaan geografis. Sedangkan Model
Jaringan
menekankan bahwa suatu usaha memerlukan jaringan untuk bisa melakukan internasionalisasi. Namun,
di
era
tekonologi
informasi
ini,
kedua
model
terbantahkan dengan adanya kemajuan alat komunikasi sehingga proses internasionalisasi tidak lagi sesuai dengan tahapan seperti yang tercantum pada Model Uppsala, maupun melalui sejumlah jaringan sesuai dengan Model Jaringan. Selain
itu,
bentuk
internasionalisasi
yang
jamak
di
antara
perusahaan kecil menengah adalah ekspor karena modal yang disyaratkan cukup sedikit, risiko yang minimal, serta proses yang mudah.
Dalam kaitannya dengan keberlangsungan usaha suatu UKM agar bisa tetap melaksanakan proses internasionalisasi, terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu adanya strategi yang tepat serta adanya jaringan. Jaringan itu bisa berbentuk jaringan antarperusahaan maupun jaringan antar personal. Untuk bisa mengembangkan usaha, hal utama adalah dengan mengembangkan jaringan yang ada.