BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori Kajian teori dalam penelitian ini meliputi dua variabel yaitu hasil belajar dan pembelajaran berbasis proyek (PBP). 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar Nana Sudjana (2004 : 22) “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah menempuh pengalaman belajar (proses belajar mengajar)”. Pengalaman belajar yang dialami oleh siswa akan menghasilkan kemampuan yang menurut Horwart Kingsley dalam Nana Sudjana (2004 : 22) dibedakan menjadi tiga kemampuan yaitu : 1). Keterampilan dan kebiasaan 2). Pengetahuan dan pengarahan 3). Sikap dan cita-cita. Ketiga kemampuan tersebut yang harus dimiliki oleh siswa, Hasil belajar ini dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi guru dan sisi siswa seperti yang dikemukakan oleh Dimyati (2002: 3) yaitu bahwa dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar yang merupakan tindak lanjut atau cara yang dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga dengan evaluasi guru juga dapat mengukur tentang perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut menurut Benyamin Bloom (dalam Sri Anitah: 2008: 2.19) yaitu 1. Aspek Kognitif Yaitu yang berkenaan dengan pengenalan baru atau mengingat kembali
(menghafal)
suatu
pengetahuan
untuk
mengembangkan
kemampuan intelektual. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu :
6
7
a. Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. b. Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan
menjadi
tiga,
yakni;
(a)
menterjemahkan,
(b)
menginterpretasikan, dan (c) mengekstrapolasi. c. Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip- prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. d. Analisis (analysis) adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. e. Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme. f. Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. 2. Aspek Afektif Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu:
8
a. Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. b. Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. c. Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. d. Organisasi (organization), tingkat
ini berhubungan dengan
menyatukan nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. 3. Aspek Psikomotorik Yaitu
pengajaran
yang
bersifat
keterampilan
atau
yang
menunjukkan gerak (skill). Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom, yaitu : a. Persepsi (Perception) b. Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan. c. Kesiapan (Set) d. Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. e. Respon Terpimpin (Guided Response) f. Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. g. Mekanisme (Mechanism) h. Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Menurut Sri Anitah (2008:2.19), mendefinisikan hasil belajar adalah perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya satu aspek saja tetapi terpadu yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Romizoswki, 1982 (dalam Sri Anitah, 2008:2.19) menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu: 1) keterampilan kognitif berkaitan dengan
9
kemampuan membuat kepurusan memecahkan masalah dan berpikir logis, 2) keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan kegiatan
perseptual,
3)
keterampilan
reaktif
berkaitan
dengan
sikap,
kebijaksanaan, perasaan, dan self control, 4) keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada yang dipelajari oleh siswa. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya. Menurut Hamalik (2002: 146) Hasil belajar itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes dan non tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik, dan psikis (Susianha, 2009). Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menempuh pengalaman belajar yaitu kemampuan keterampilan dan kebiasaan, kemampuan pengetahuan dan pengarahan serta kemampuan sikap dan cita-cita, yang dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi guru terselesaikannya bahan pelajaran dan dari sisi siswa mencakup aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa misalnya kecerdasan, bakat, minat, motifasi dan faktor luar diri siswa seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap, kebiasaan belajar, dll yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes dan non tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas
10
pengukuran pada evaluasi. Dalam setiap pembelajaran perlu dilakukan evaluasi karena untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan. Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan minimal yang dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan, rata-rata, unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penialain Acuan Norma/ Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR). Instrumen yang digunakan untuk melakukan asesmen atau evaluasi terhadap proses dan hasil belajar, secara umum ada dua macam yaitu tes dan non tes. tes yang biasa digunakan di Sekolah Dasar yaitu : a) tes membaca, b) tes bakat akademik kelompok, c) Tes keterampilan dasar, d) Tes kesiapan membaca, e) Tes intelegensi individu, f) Tes hasil belajar mata pelajaran, g) Tes unjuk kerja dsb. Selain tes yang digunakan di atas ada beberapa jenis tes yang biasa dilakukan diataranya yaitu : 1. Jenis Tes Berdasarkan Tahapan/Waktu Penyelenggaraan a) Tes Masuk (Entrance Test) Tes masuk diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai. b) Tes Formatif (Formative Test) Tes formatif dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung (progress), tujuannya untuk memperoleh informasi tentang jalannya pengajaran sampai tahap tertentu.
11
c)Tes Sumatif (Summative Test) Kata dari “sumatif” adalah “sum” yang berarti “total obtained by addingtogether items, numbers or amounts”. Dengan demikian, tes sumatif diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total). Konsekuensi dari tes yang menekankan hasil pengajaran secara keseluruhan, maka item tes sumatif atau bahan cakupannya meliputi seluruh materi yang telah disampaikan. Tes sumatif diberikan diakhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Tingkat keberhasilan dinyatakan dengan skor atau nilai. d) Pra-tes dan Post-test Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki seorang siswa diawal program pengajaran, kadang-kadang diselenggarakan pra-tes. Hasil prates digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa pada awal program pengajaran. 2. Jenis Tes Berdasarkan Cara Mengerjakan a) Tes Tertulis Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya, namun tes yang disampaikan secara lisan dan dikerjakan secara tertulis masih digolongkan ke dalam jenis tes tertulis. b) Tes Lisan Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. c) Tes Unjuk Kerja Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor. 3. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya a) Tes Esai (Essay-type Test) Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
12
b) Tes Jawaban Pendek Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esai, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka. c) Tes objektif Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). Sedangkan teknik non tes dapat diakukan dengan mengamati atau observasi, wawancara, analisis tugas, komposisi dan presentasi, proyek individu dan kelompok. Teknik assesmen, pendekatan dan metode pembelajaran dan hasil belajar pada semua ranah memang hal yang tak terpisahkan satu dengan yang lain karena semua didesain untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan. Teknik penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbasis proyek (PBP) menggunakan non tes dan tes. Penilaian non tes yang dilakukan adalah penilaian proyek, Penilaian proyek merupakan penilaian untuk mendapatkan gambaran
kemampuan
menyeluruh/umum
secara
kontekstual,
mengenai
kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. Penilaian ini berfokus pada proses maupun produknya (hasil). Penilaian proyek juga merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan : kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
13
Relevansi : kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
Keaslian : proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan
dukungan terhadap proyek siswa. Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Ada dua tipe dalam penilaian proyek, yaitu penilaian proyek yang menekankan pada proses serta penilaian proyek yang menekankan pada produk, berikut ini adalah langkah penilaian proyek pada kedua tipe tersebut. 1. Langkah penilaian proyek yang berfokus pada proses a. Merencanakan penilaian
Melihat
kesesuaiannya
dengan
kompetensi
yang
dituntut
kurikulum, misalnya karya ilmiah, berpikir dan bekerja sistematis, menggunakan alat sains serta mengumpulkan data.
Dapat dikelola, artinya topik tidak terlalu luas maupun terlalu sempit serta mempertimbangkan tingkat kesulitan proyek
b. Merancang spesifikasi proyek yang berfokus pada proses
Memilih topik
Menentukan area yang akan dicakup
c. Melakukan pencatatan kegiatan secara mandiri oleh siswa d. Siswa membuat laporan hasil kegiatan 2. Langkah penilaian proyek yang berfokus pada produk Adapun tahapan-tahapan yang harus diperhatikan guru meliputi: perencanaan penilaian (planning assessmen), spesifikasi dari produk akhir dari proyek (spesifikasi Proyek end product), judging dan pencatatan (judging and recording), dan mengestimasi serta melaporan prestasi (estimating and reporting achievement). a. Perencanaan penilaian Proyek yang digunakan untuk memonitor kemajuan siswa dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan pemahamannya mengenai materi pembelajaran harus sesuai dengan target kurikulum.
14
b. Pembuatan spesifikasi proses suatu proyek 1) Pembatasan pengumpulan data Dalam hal ini, cakupan dan metode pengumpulan data untuk proyek siswa dibatasi oleh guru. Hal ini memungkinkan siswa untuk memfokuskan perhatiannya pada kerja proyek dan membantu guru di dalam menilai keterampilan tertentu sesuai dengan target kurikulum. 2) Pemberian petunjuk mengenai presentasi proyek. Petunjuk ini sangat bermanfaat bagi siswa di dalam menyiapkan presentasi proyek. 3) Pengomunikasian kriteria penilaian kepada siswa Komunikasi ini memungkinkan siswa untuk memfokuskan pada proyek sehingga dapat meningkatkan nilai proyek sebagai suatu sumber bukti mengenai kemampuan siswa untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisa dan menginterpretasikan data, dan mempresentasikan hasil secara efektif.
Kadang-kadang
kriteria
penilaian
disertai
dengan
presentasi masing-masing target komponen proyek. c. Judging dan pencatatan Kriteria penilaian yang jelas merupakan dasar dari petunjuk penilaian proyek yang jelas. Ada tiga cara yang umum didalam memprediksi dan mencatat mutu dari laporan proyek, yaitu: perjenjangan holistik (holistik rating), perjenjangan terhadap sejumlah aspek dari proyek (analytic rating), dan pencatatan features proyek (analytic checklisting). 1) Perjenjangan holistik Penilaian ini berdasarkan pada sekumpulan kategori berjenjang yang memungkinkan penilaian mutu laporan proyek secara keseluruhan.
15
2) Perjenjangan terhadap sejumlah aspek dari proyek Dalam hal ini guru membuat prediksi terhadap kriteria tertentu yang dibuat baik secara rinci maupun tidak. Kriteria ini dapat disertai dengan beberapa pertanyaan dan bukti-bukti prestasi siswa yang diharapkan dengan tujuan dapat meningkatkan reliabelitas prediksi guru terhadap kerja siswa. 3) Pancatatan feature proyek Dalam hal ini ada tidaknya feature proyek dicatat oleh guru. Skala perjenjangan ini digunakan untuk menilai presentasi poster dari suatu proyek lintas kurikulum (peer assisment)
d. Hal-hal yang berkaitan dengan komparabilitas Sangat penting sekali untuk diketahui bahwa proyek siswa dapat dibandingkan antar siswa dan penilai. Dalam hal ini komparabilitas antar siswa dan penilai sangat diharapkan. Untuk keperluan komparabilitas beberapa hal perlu mendapat pertimbangan yaitu: 1) Perencanaan penilaian proyek yang meliputi spesifikasi parameter proyek (topik, jadwal, dan lain-lain). 2)
Prediksi proyek
yang
meliputi petimbangan mengenai
spesifikasi kriteria, reliabilitas antar rater dan autentik. 3) Meringkas
dan
melaporkan
prestasi
yang
meliputi
pertimbangan dalam hal obyektivitas. Selain menggunakan penilaian proyek pada pembelajaran berbasis proyek (PBP) ini juga menggunakan penilaian dengan teknik tes yaitu tes formatif (Formative Test). Tes Formatif (Formative Test) dilakukan pada saat pengajaran sedang berlangsung (progress), tujuannya untuk memperoleh informasi tentang jalannya pengajaran sampai tahap tertentu. Dalam melaksanakan tes harus dibuat terlebih dahulu kisi-kisi. Pembuatan kisi-kisi ini digunakan untuk menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 3.5-3.6) menjelaskan bahwa Indikator perilaku dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki dalam merumuskan indikator
16
guru harus memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, dan. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Dalam hal ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh Benyamin S. Bloom yang kemudian direvisi oleh Krathwoll (2001). Adapun tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi (C6).
2.1.2 Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik (DEPDIKNAS, 2007). pembelajaran tematik memerlukan perencanaan dan pengorganisasian agar dapat berhasil dengan baik. Direktorat Pendidikan Tinggi (2009:3-4) menyatakan bahwa Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran tematik, yaitu : a.
Memilih tema,
b.
Mengorganisir tema,
c.
Mengumpulkan bahan dan sumber,
d.
Merancang kegiatan dan proyek, dan
e.
Mengimplementasikan satuan pelajaran.
Pembelajaran tematik memiliki keuntungan diantaranya keuntungan bagi guru dan keuntungan bagi siswa adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut: a.
Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran.
b.
Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.
c.
Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas.
17
d.
Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang.
e.
Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.
Keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai berikut: a.
Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, dari pada hasil belajar.
b.
Menghilangkan batas semua antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif.
c.
Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan, mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.
d.
Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
e.
Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga maningkatkan apresiasi dan pemahaman.
Berdasarkan kerangka dasar dan struktur kurikulum yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa untuk kelas I, II, dan III SD pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Mata pelajaran yang harus dicakup adalah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuna sosial, seni budaya dan keterampilan, dan pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan. Dalam pelaksanaannya tidak semua tema mencakup semua mata pelajaran akan tetapi disesuaikan dengan tema yang akan diajarkan dan dalam satu tema minimal terdiri tiga mata pelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tematik perlu memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
18
kompetensi untuk penilaian, yang telah ditetapkan dalam peraturan menteri pendidikan nasional tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar pada tema kerajinan tangan kelas III semester 2 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tema Kerajinan Tangan Kelas III Semester 2 Standar Kompetensi PKN 3.Memiliki harga diri sebagai individu.
IPS 2Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang. IPA 5.Menerapkan konsep energi gerak. Bahasa Indonesia 5.Memahami cerita dan teks drama anak yang dilisankan. 6.Mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan dengan bertelepon dan cerita. 7.Memahami teks dengan membaca intensif (150 – 200 kata) dan membaca puisi. 8.Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam karangan sederhana dan puisi. SBK Keterampilan 14 Membuat benda yang dapat digerakkan oleh angin secara sederhana.
Kompetensi Dasar PKn : 3.1 Memberi contoh bentuk haraga diri, seperti menghargai diri sendiri, mengakui kelabihan dan kekurangan diri sendiri dan lain-lain. IPS : 2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan 2.2 Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. IPA : 5.1 Membuat kincir angin untuk menunjukkan bentuk energi angin dapat diubah menjadi energi gerak. Bahasa Indonesia : 5.1 Memberikan tanggapan sederhana tentang cerita pengalaman taman yang didengarnya. 6.1 Melakukan percakapan melalui telepon/ alat komunikasi sederhana dengan menggunakan kalimat ringkas. 7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang (150 – 200 kata) yang dibaca secara intensif. 8.1 Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital dan tanda titik. 14.2.Merancang benda yang dapat digerakkan oleh angin dari bahan kertas. 14.3 Membuat benda yang dapat digerakkan oleh angin dari bahan kertas.
19
2.1.3 Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) Pembelajaran
berbasis
proyek
(PBP)
merupakan
pembelajaran
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan
baru
berdasarkan
pengalamannya
dalam
beraktifitas secara nyata. pembelajaran berbasis proyek (PBP) dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Yudi Purnawan, 2007 (http://www. purnawan.wordpress.com) tentang pengertian pembelajaran berbasis proyek (PBP) menurut beberapa ahli: a. Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran sistematik yang mengikutsertakan siswa ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan authenticdanperancangan produk dan tugas [University of Nottingham, 2003]. b. Pembelajaran berbasis proyek adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupannya [Barron, B. 1998, Wikipedia]. c. Pembelajaran berbasis proyek adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar siswa melakukan riset terhadap permasalahan nyata.[Blumenfeld et Al. 1991]. d. Pembelajaran berbasis proyek adalah cara yang konstruktif dalam pembelajaran
menggunakan permasalahan sebagai
stimulusdan
berfokus kepada aktifitas siswa. [Boud & Felleti, 1991]. Ada tiga kategori umum penerapan proyek untuk siswa, yaitu mengembangkan keterampilan, meneliti permasalahan, dan menciptakan solusi. Kreativitas dari suatu proyek membantu perkembangan pertumbuhan individu. Pada pembelajaran berbasis proyek (PBP), siswa dilibatkan dalam memecahkan permasalahan yang ditugaskan, mengizinkan siswa untuk aktif membangun dan mengatur pembelajarannya, dan dapat menjadikan siswa yang realistis. Pendekatan ini mengacu pada hal-hal sebagai berikut.
20
1. Kurikulum Pembelajaran berbasis proyek (PBP) tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat. 2. Responsibility Pembelajaran berbasis proyek (PBP) menekankan responsibility dan answerability para siswa ke diri dan panutannya. 3. Realisme Kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional. 4. Active-learning Menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan siswa untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri. 5. Umpan Balik Diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para siswa menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman. 6. Keterampilan Umum Pembelajaran berbasis proyek (PBP) dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self management. 7. Driving Questions Pembelajaran berbasis proyek (PBP) difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu siswa untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
21
8. Constructive Investigations Sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para siswa. 9. Autonomy Proyek menjadikan aktivitas siswa sangat penting.
Dalam pelaksanaannnya pembelajaran berbasis proyek (PBP) memiliki prinsip belajar yang berpusat pada siswa sehingga membuat siswa aktif, kreatif, inovatif dalam mengikuti proses pembelajaran, adapun prinsip dari pembelajaran berbasis proyek (PBP) yaitu sebagai berikut : 1.
Siswa dituntut bertanggung jawab atas pendidikan yang mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru.
2.
Membentuk siswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani.
3. Guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu siswa menjalani proses pendidikan. 4. Memberi tantangan pada siswa untuk lebih mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan mampu meyelesaikan masalah secara efektif. 5. Proses belajar dibentuk dari ketidak teraturan dan kompleksnya masalah, hal tersebut digunakan sebagai pendorong bagi siswa untuk belajar mengintegrasikan dan mengorganisasi informasi yang didapat sehingga nantinya dapat selalu diingat dan diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah yang akan dihadapi. Ada beberapa petunjuk dan langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis proyek (PBP) yang harus dilakukan pada saat proses pembelajaran diantaranya yaitu
menurut
Sigit
Antonius,
2009
(http://sigit-antonius.blogspot.com)
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek sabagai berikut :
22
1. Memaparkan judul/topik proyek yang akan dibahas Judul ini adalah suatu tema yang menarik dan kontekstual, yang didalamnya akan didalami dengan multidisipliner dan dalam satu kurikulum tingkat jenjang kelas. 2. Tinjauan proyek dari berbagai kompetensi dasar yang hendak dicapai Dengan melihat kurikulum tentukan pelajaran apa saja yang bisa diintegrasikan. Misalnya pelajaran IPA tentang panampakan alam dan peristiwa alam yang ada di Indonesia, perilaku manusia yang mempengaruhi peristiwa alam. Usaha untuk menjaga kelestarian alam. 3. Membagi siswa kedalam kelompok kecil (maksimal perkelompok 5 orang). 4. Siswa diminta untuk mencari data/bahan presentasi di berbagai sumber misal buku, majalah, wawancara dengan orang dll. 5. Buat rubrik penilaiannya untuk menentukan matapelajaran yang di integrasikannya. 6. Kelompok akan menyusun laporan sederhana tentang proyek yang dilakukan. 7. Membuat batas waktu pengerjaan kapan dimulai dan kapan mempresentasikannya. 8. Presentasi prodak. Penilaian berdasarkan rubrik yang telah dibuat. Adapun kelebihan dari langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek (PBP) diatas adalah langkah-langkah pembelajarannya cukup singkat sehingga memudahkan guru untuk menerapkannya pada saat proses pembelajaran akan tetapi ada kekurangan yaitu ada tahapan-tahapan yang siswa tidak dapat terlibat secara langsung diantaranya yaitu tinjauan proyek dan membuat rublik penilaian. Selain langkah pembelajaran berbasis proyek diatas juga terdapat langkahlangkah menurut Anita, 2007 (dalam sin-riyanti.blogspot.com) , Langkah-langkah Pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu: 1.
Tahapan perencanaan proyek Adapun langkah-langkah perencanaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
23
b. Menentukan topik yang akan dibahas. c. Mengelompokkan
siswa
dalam
kelompok-kelompok
kecil
berjumlah 4-5 orang dengan tingkat kemampuan beragam. d. Merancang dan menyusun LKS. e. Merancang kebutuhan sumber belajar. f. Menetapkan rancangan penilaian. 2. Tahap pelaksanaan Siswa dalam masing-masing kelompok melaksanakan proyek dengan melakukan
investigasi
atau
berpikir
dengan
kemampuannya
berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki. Kemudian diadakan diskusi kelompok. Sementara guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dengan bertindak sebagai fasilitator. 3. Tahap penilaian Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi terhadap hasil kerja masingmasing kelompok. Berdasarkan penilaian tersebut, guru dapat membuat kesimpulan apakah kegiatan tersebut perlu diperbaiki atau tidak, dan bagian mana yang perlu diperbaiki. Adapun kelebihan dari langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek (PBP) diatas adalah langkah-langkah pembelajarannya cukup detail karena dijelaskan secara jelas dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian sehingga dengan menggunakan langkah tersebut guru dapat melaksanakan pembelajaran berbasis proyek (PBP) dengan tahapan yang jelas akan tetapi ada kekurangan yaitu guru hanya membimbing siswa yang kesulitan seharunya walaupun guru sebagai fasilitator guru juga haru mengawasi semua siswa agar tidak ada kesalahan dalam melaksanakan proyek. Menurut
Ignasius
Irwan,
2011
(http//:ignasiusirwan.blokspot.com)
langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut : 1. Persiapan : termasuk dalam langkah ini ialah penetapan masalah yang akan dibahas. Dalam langkah ini guru merangsang anak-anak agar mereka dapat memikirkan, mengusulkan dan mendiskusikan apa yang perlu mereka pelajari. Setelah masalah itu ditetapkan persiapan-
24
persiapan lebih lanjut dilakukan, seperti menetapkan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan, siapa-siapa yang akan melakukan kegiatan itu masing-masing, peralatan yang diperlukan, jadwal kegiatan. Persiapan ini perlu disusun dalam bentuk rencana yang nyata, lengkap, dan jelas sangkut paut kegiatan yang satu dengan yang lainnya. Dalam menyusun persiapan ini perlu di praktekkan metode ilmiah berupa penyusunan hipotesis dan pengajuan alternatif terdahulu. 2.
Kegiatan Belajar : kegiatan ini pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disiapkan terdahulu itu. Kegiatan dapat diawali dengan perjalanan sekolah, karyawisata, peninjauan, atau pengamatan suatu objek, membaca buku, majalah dan membuat catatan tentang apa yang diamati atau dibaca itu. Berdasarkan hasil kegiatan seperti diskusi, membuat karangan, menyusun model, menjawab pertanyaan, menyusun diagram, membuat laporan dan sebagainya. Kegiatan belajar ini pada dasarnya merupakan usaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis-hipotesis yang telah dikemukakan terdahulu.
3.
Penilaian : bentuk penilaian yang sering dilakukan ialah dengan mengadakan pameran. Semua hasil kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak dipamerkan. Seluruh warga kelas memperhatikan apa yang dipamerkan itu, memberikan tanggapan, kritik, menambah hal-hal yang dirasa masih kurang, dan sebagainya. Pada akhir kegiatan suatu proyek, anak-anak diminta membuat catatan pada buku proyeknya masing-masing. Buku proyek ini sifatnya perorangan sehingga bentuk dan isi buku proyek anak satu dapat berbeda dengan anak yang lain.
Adapun kelebihan dari langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek (PBP) diatas adalah pada pelaksanaannya siswa dapat belajar secara langsung karena dilaksanakan dengan perjalanan sekolah atau karya wisata tetapi ada kekurangan yaitu biaya yang dikeluarkan cukup banyak karena siswa harus
25
menyediakan dana untuk tinjauan tempat yang digunakan untuk mencari data dan harus meluangkan waktu diluar jam pelajaran sehingga menyita banyak waktu. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek (PBP) di atas maka dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek
(PBP)
sebagai berikut : 1. Memaparkan judul/topik proyek yang akan dibahas 2. Tinjauan proyek dari berbagai kompetensi dasar yang hendak dicapai 3. Membagi siswa kedalam kelompok kecil (maksimal perkelompok 5 orang). 4. Siswa diminta untuk mencari data/bahan presentasi diberbagai sumber misal buku, majalah, wawancara dengan orang dll. 5. Buat rubrik penilaiannya untuk menentukan matapelajaran yang di integrasikannya. 6. Kelompok akan menyusun laporan sederhana tentang proyek yang dilakukan. 7. Membuat batas waktu pengerjaan kapan dimulai dan kapan mempresentasikannya. 8. Presentasi produk. Penilaian berdasarkan rubrik yang telah dibuat. Dalam penggunaan pembelajaran berbasis proyek (PBP) ini tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya adapun kelebihan dan kekurangan penggunaan pembelajaran berbasis proyek (PBP) adalah sebagai berikut : 1. Kelebihan pembelajaran berbasis proyek (PBP) Moursund, Bielefeldt, & Underwood (dalam Waras Khamdi, 2007) meneliti
sejumlah
artikel
tentang
proyek
di
kelas
yang
dapat
dipertimbangkan sebagai bahan testimonial terhadap guru, terutama bagaimana guru menggunakan proyek dan persepsi mereka tentang bagaimana keberhasilannya. Atribut kelebihan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut: a.
Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan
bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras
26
dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan dari pada komponen kurikulum yang lain. b.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi
siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugastugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan proyek-proyek yang kompleks. c.
Meningkatkan kecakapan kolaboratif. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davydov, 1995). d.
Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggung
jawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. pembelajaran berbais proyek (PBP) yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. 2. Kekurangan pembelajaran berbasis proyek (PBP) adalah sebagai berikut.: a. Pembelajaran berbasis proyek (PBP) memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
27
b. Banyak orang tua siswa yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru. c. Banyak pengajar merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana pengajar memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi pengajar yang kurang atau tidak menguasai teknologi. d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Dalam membuat suatu penelitian perlu memperhatikan penelitian lain yang digunakan sebagai kajian yang relevan dengan penelitian yang akan dibuat, adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan penggunaan pembelajaran berbasis proyek (PBP) untuk meningkatkan hasil belajar adalah sebagai berikut : Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lilik Nurhayati (2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII E MTsN
Banyuwangi
Semester
Ganjil
Tahun
Pelajaran
2009/2010”
menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan baik penilaian afektif, psikomotrik dan kognitifnya. Diperoleh data persentase hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran 58,88 % namun setelah siklus I dan siklus II berlangsung diperoleh data hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu prosentase hasil belajar siswa pada siklus I adalah 73,35 % pada siklus II 83,04 %. Hasil analisis dapat menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dapat meningkatakan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lilik Nurhayati ini terdapat peningkatan hasil belajar pada siklus I sebesar 24,6% dan peningkatan pada siklus II sebesar 41,0%. Kelebihan dari penelitian ini adalah pembelajaran berbasis proyek (PBP) yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sedangkan
28
kekurangan dalam penelitian ini belum dijelaskan alat yang dugunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Rully Kurniawati (2010) dengan judul “Penerapan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Aktivitas Ekonomi dalam Pembelajaran IPS SD Kelas IV SDN Bareng 5 Malang” . memperoleh hasil sebagai berikut : (1 ) Hasil belajar pemahaman konsep aktivitas ekonomi siswa kelas IV SDN Bareng 5 Malang sebelum penerapan Project Based Learning (PBL) yaitu kurang dari nilai ketuntasan minimal. (2) Rancangan pembelajaran yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan Project Based Learning (PBL) baik pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat meningkatkan pemahaman konsep aktivitas ekonomi siswa kelas IV SDN Bareng 5 Malang. (3) Pembelajaran IPS dengan Project Based Learning (PBL) dapat berjalan secara efektif dan lancar. Siswa terlihat antusias untuk mengikuti pembelajaran, karena mereka berani untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan menanggapi pendapat kelompok lain yang tidak sesuai dengan pendapat kelompoknya. (4) Hasil belajar pemahaman konsep aktivitas ekonomi siswa kelas IV SDN Bareng 5 Malang setelah penerapan Project Based Learning (PBL) pada siklus I ke siklus selanjutnya mengalami peningkatan. Ini dapat diketahui dari hasil rata-rata hasil tes belajar siswa pada siklus I yaitu (71,7) sedang pada siklus II yaitu (75,0) sedang pada siklus III yaitu (82,1) baik. Kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh Rully Kurniawati pembelajaran berbasis proyek (PBP) dapat meningkatkan pemahaman konsep aktivitas ekonomi pada siswa kelas IV SDN Bareng 5 Malang akan tetapi penelitian ini memiliki kekurangan yaitu belum adanya penjelasan tentang bentuk rancangan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep aktivitas ekonomi.
29
Penelitian lain juga dilakukan oleh Triwahyuningsih (2009) yang berjudul “Penggunaan Model Project Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Memecahkan Soal-soal Cerita pada Mata Pelajaram Matematika Kelas I di SDN Nguling 01 Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan”. Dalam memecahkan masalah soal-soal cerita mata pelajaran matematika dilakukan dengan langkah-langkah: mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing pemecahan masalah, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Penggunaan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SDN Nguling 01 Kecamatan Nguling. Hal ini terbukti bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa pada pratindakan adalah 58 (cukup) dan pada siklus I rata-rata nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi 67,3 (baik). Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II meningkat menjadi 80,3 (baik sekali) . Dalam penelitian yang dilakukan oleh Triwahyuningsih terdapat kelebiahn yaitu Penggunaan Model Project Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan soal-soal cerita, kelemahannya yaitu belum dijelaskan tentang penyajian hasil karya seharusnya dalam penelitian ini di berikan sedikit penjelasan tentang hasil karya yang disajikan untuk memecahkan soal-soal cerita. Penelitian yang dilakukan Fifin Indarwati (2010) yang berjudul penerapan pembelajaran berbasis proyek (PBP) dipandu dengan group investigation (GI) untuk meningkatkan motivasi, keterampilan proses, hasil belajar, dan respons siswa kelas X-5 SMA Negeri I Purwosari. Hasil penelitiannya yang berhubungan dengan
hasil
belajar
menunjukan
bahwa
Persentase
ketuntasan
belajar mengalami peningkatan sebesar 20% dari siklus I ke siklus II. Skor ratarata hasil tes siswa mengalami peningkatan sebesar 8,07. Dari hasil tersebut di simpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek
(PBP) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Fifin Indarwati ini kelebihannya yaitu dapat meningkatkan motivasi, keterampilan proses, hasil belajar dan respons siswa akan
30
tetapi kelemahannya adalah penggunaan dua metode pada pembelajaran tidak efektif dikarenakan kedua metode tersebut yaitu Pemeblajaran Berbasis Proyek (PBP) dan Group Investigation (GI) memiliki kemiripan dalam langkah-langkah hanya saja ada perbedaan dalam pemilihan topik sebaiknya fokus pada penggunaan 1 metode saja agar pelangsanaannya lebih efektif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Willy Syaiful Bachri (2010) yang berjudul Upaya Meningkatkah Hasil Belajar dan Aktifitas Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) Mata Pelajaran TIK dengan hasil penelitian dari hasil observasi peneliti, aktivitas siswa sebelum melalui model PBP hanya memperoleh skor 36,48%. Rata-rata aktivitas siswa meningkat setelah melalui pendekatan model PBP, skor menjadi 76,40%. nilai rata-rata siswa dari siklus pertama terus meningkat pada siklus ke-1 (pertama) untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan materi menu icon drawing dan autoshape pada program pengolah kata dan gambar rata-rata nilai siswa 70,15 mencapai kategori tinggi, siklus ke-2 dengan skor nilai 73,63 mencapai kategori tinggi dan siklus ke-3 dengan skor nilai 75,87 mencapai kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dikelas VI.b SD Negeri Cibaduyut 2 Kota Bandung. Kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh Willy Syaiful Bachri adalah penggunaan pembelajaran berbasis proyek (PBP) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, kelemahan dari penelitian ini adalah belum tercantum persentase peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya karena hanya dicantumkan skor aktivitas sebelum dan sesudah digunakannya pembelajaran berbasis proyek (PBP). Beberapa penelitian sebelumnya relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis karena sama-sama mengunakan pembelajaran bebasis proyek untuk pemecahan masalah yaitu meningkatkan hasil belajar siswa, akan tetapi subyek penelitian dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, subyek dari
31
penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah siswa kelas III SD Negeri Jogoyitnan Wonosobo.
2.3
Kerangka Berpikir Pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan oleh guru menyebabkan
pembelajaran lebih berpusat pada guru karena cenderung menggunakan metode ceramah. Keadaan ini menjadikan siswa tidak dapat mengembangkan potensi berfikir pada dirinya karena siswa hanya mendapat informasi dari guru dan aktifitas siswa lebih banyak mendengarkan dari pada melakukan aktifitas belajar yang melibatkan semua aspek dalam dirinya (kognitif, afektif dan psikomotorik ). Menurut Sri Anitah (2008: 2.5) belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses, artinya dalam belajar akan terjadi proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah atau persoalan, menyimak, dan latihan. Proses belajar tersebut mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dialami siswa baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada kurikulum 2006 siswa dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran maka dari itu perlu dilakukannya pembelajaran kontekstual untuk lebih mengaktifkan siswa dengan harapan penggunaan pembelajaran kontekstual tersebut dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa, untuk itu guru mencoba menggunakan pembelajaran berbasis proyek (PBP). Pembelajaran berbasis proyek (PBP) adalah pembelajaran menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pada pembelajaran berbasis proyek (PBP), siswa dilibatkan dalam memecahkan permasalahan yang ditugaskan, mengizinkan siswa untuk aktif membangun dan mengatur pembelajarannya, dan dapat menjadikan siswa yang realistis. Langkahlangkah pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut : 1. Memaparkan judul/topik proyek yang akan dibahas 2. Tinjauan proyek dari berbagai kompetensi dasar yang hendak dicapai 3. Membagi siswa kedalam kelompok kecil (maksimal perkelompok 5 orang).
32
4. Siswa diminta untuk mencari data/bahan presentasi diberbagai sumber misal buku, majalah, wawancara dengan orang dll. 5. Buat rubrik penilaiannya untuk menentukan matapelajaran yang di integrasikannya. 6. Kelompok akan menyusun laporan sederhana tentang proyek yang dilakukan. 7. Membuat batas waktu pengerjaan kapan dimulai dan kapan mempresentasikannya. 8. Presentasi produk. Penilaian berdasarkan rubrik yang telah dibuat. Pada penelitian ini dilakukan penilaian proyek dan tes formatif pada pembelajaran untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Skor yang diperoleh dari penilaian tersebut akan menunjukan peningkatan hasil belajar untuk itu diperlukan pemantapan tindakan dengan mengulang kembali pembelajaran berbasis proyek (PBP) dengan harapan hasil belajar pada tema kerajinan tangan kelas III SD Negeri Jogoyitnan Wonosobo dapat meningkat secara optimal. Untuk lebih jelasnya maka disajikan hubungan antara hasil belajar tematik tema kerajinan tangan dengan pembelajaran berbasis proyek (PBP) pada gambar 2.1 berikut ini:
33
Ganbar 2.1 Hubungan Antara Hasil Belajar Tematik Tema Kerajinan Tangan Dengan Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP)
Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran konvensional pembelajaran berpusat pada guru
Siswa pasif
Hasil belajar < KKM 65
Memaparkan judul proyek membuat kliping dan kincir angin
Pembelajaran Tematik Kelas III Tema Kerajinan Tangan dengan Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP)
Tinjauan proyek dari kompetensi dasar pada tema kerajinan tangan
Membagi siswa menjadi 6 kelompok
Membuat rubrik penilaian proyek kliping dan kincir angin
Siswa mengumpulkan data tentang proyek kliping dan kincir angin yang dibuat
Penilaian Proses
Menyusun laporan proyek kliping dan kincir angin
Hasil Belajar ≥ KKM 65
Menentukan batas waktu pembuatan proyek Penilaian Hasil Belajar Presentasi produk yang dibuat
Tes Tertulis
34
2.4
Hipotesis Tindakan Dari refleksi hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut di atas
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Dengan menggunaan pembelajaran berbasis proyek (PBP) diduga dapat meningkatkan hasil belajar tematik pada tema kerajinan tangan siswa kelas III SD Negeri Jogoyitnan Wonosobo semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.