BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri atas dua kata yaitu prestasi dan belajar. Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 :895) adalah : Hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Dengan demikian prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar merupakan hasil evaluasi pendidikan yang dicapai oleh siswa setelah menjalani proses pendidikan secara formal dalam jangka waktu tertentu dan hasil belajar tersebut berupa angka-angka (Sumadi Suryabrata, 2006: 6). Hakikat prestasi belajar adalah sebagai berikut: Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3). Prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari test mengenai sejumlah materi tertentu (Hadari Nawawi, 1986 :58). Selain itu Bloom juga mengartikan prestasi belajar sebagai hasil perubahan yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan
13
14
psikomotorik (Saefuddin Azwar, 1987 : 58). Aspek kognitif berisi hal – hal yang menyangkut aspek intelektual (pengetahuan), aspek afektif (nilai dan sikap), aspek psikomotorik (keterampilan). Sedangkan Nasution (1996: 17), menyatakan bahwa: Prestasi belajar adalah Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif, psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Prestasi merupakan keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang
telah
ditempuh
siswa,
bertujuan
untuk
memperoleh
atau
mengembangkan ilmu pengetahuan. Prestasi ini dituangkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru kepada siswa. Menurut Muhibbin Syah (2007:213), “prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program atau proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.” Hal ini ditegaskan oleh Dimyati Mahmud (1989: 82) bahwa “prestasi belajar diukur dengan nilainilai tes hasil belajar dari lamanya bersekolah dan dalam kurun waktu tertentu didokumentasikan pada buku rapor siswa”. Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2008 :18) prestasi merupakan hasil belajar yang berasal dari informasi yang telah diperoleh pada tahap proses belajar sebelumnya. Prestasi dapat berupa keterampilan mengerjakan
sesuatu,
kemampuan
menjawab
soal,
dan
mampu
mengerjakan tugas. Menurut Sardiman A.M. (2004: 46) Prestasi adalah
15
kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar. Menurut Zaenal Arifin (1990: 2-4) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat peremnia (berlangsung terus-menerus) dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang hidupnya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuanya masingmasing, prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan karena mempunyai fungsi utama anatara lain: a. b. c. d.
Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik Prestasi belajar sebagai lambang rasa keingintahuan Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam dimensi pendidikan. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dalam institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tingkat rendahnya orientasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat keberhasilan anak didik dimasyarakat.
Prestasi belajar dapat dijadikan indikator sebagai daya serap (kecerdasan) anak. Dalam mendidik proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama dan pertama karena anak didiklah yang diharapakan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Ada tiga ranah yang harus dilihat dalam tingkat keberhasilan yang dapat dicapai siswa yaitu :
16
a. Ranah kogntif Ranah kognitif bertujuan mengukur pengembangan penalaran siswa, pengukuran ini dapat dilakukan setiap saat dengan cara test tertulis maupun test lisan atau perbuatan. b. Ranah afektif Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif, pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa dapat berubah sewaktu– waktu, sasaran pengukuran penilaian ranah afektif adalah perilaku siswa bukan pada pengetahuan siswa. c. Ranah psikomotorik Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil–hasil belajar yang berupa keterampilan. Cara yang paling tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar psikomtorik adalah observasi, observasi dalam hal ini dapat diartikan jenis test mengenai peristiwa, tingkah laku atau fenomena lain sebagai penempatan langsung. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yang menggunaan ranah kognitif dapat ditetahui setiap saat untuk mengukur penalaran siswa, sedangkan ranah afektif tidak bisa diketahui setiap saat, pengukuran ini berdasarkan perilaku siswa dan ranah psikomotorik yang dilakukan terhadap hasil belajar. Jadi, dengan menggunakan tiga ranah tersebut prestasi belajar dapat diketahui dengan baik, artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment adapula kata yang searti dan relatif lebih dikenal dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, atau ulangan (Muhibbin Syah, 2007:195). Dalam setiap kegiatan pasti dilaksanakan penilaian untuk mengukur tingkat keberhasilan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Begitu pula dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, perlu diketahui seberapa jauh prestasi belajar yang telah dicapai siswa. Jadi prestasi belajar adalah merupakan kemampuan yang dimiliki siswa yang telah mengalami perubahan baik keterampilan, pemahaman nilai-nilai, pola tingkah laku, setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. pada hakekatnya, belajar untuk mencapai sesuatu yang pada akhirnya mencapai suatu hasil hasil belajar,
17
dan hasil belajar sering disebut dengan prestasi belajar. Dari beberapa pendapat para ahli datas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa selama mengikuti proses kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam periode tertentu. Menurut Sumadi Suryabrata (2006 : 297) yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah nilai – nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan prestasi belajar siswa selama waktu tertentu. Slameto (2003:2) mendefinisikan prestasi belajar sebagai tinggi rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pembelajaran. W.S Wingkel (1987:51) mengemukakan bahwa prestasi adalah bukti usaha siswa yang telah dicapai dalam waktu tertentu dan dapat diukur dengan suatu alat tes, dengan diketahuinya prestasi belajar maka seorang guru dapat mengetahui tingkat penguasaan materi dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan bahan ajar. Keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan pembelajaran salah satunya dapat dilihat melalui nilai–nilai yang diperoleh dalam bentuk rapor secara periodik, angka–angka tersebut telah mencerminkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian dan pengukuran, tingkah laku yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang menggambarkan kemampuan seseorang dalam menguasai mata pelajaran
18
tertentu selama masa tertentu serta merupakan urutan keberhasilan seseorang dalam proses belajar tersebut. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Penentuan nilai prestasi belajar pada rapor menurut Winkel (2004: 604) diperoleh dengan cara, yaitu: 1) Nilai akhir diperoleh dari rerata nilai tes formatif dengan nilai tes sumatif. 2) Nilai akhir diperoleh dari nilai rerata nilai tugas, kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti, nilai ulangan harian dan nilai umum.
Menurut Nana Sudjana (2005: 111), fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar yaitu: 1) Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai oleh para siswa. Dengan kata lain dapt diketahui hasil belajar yang dicapai para siswa. 2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru, dengan fungsi ini guru dapat mengetahui berhasil tidaknya guru mengajar. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak semata-mata disebabkan kemampuan siswa tetapi juga bisa disebabkan kurang berhasilnya guru mengajar. Melalui penilaian berarti menilai kemampuan guru itu sendiri dan hasinya dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki usahanya yakni tindakan mengajar berikutnya. Adapun standar yang digunakan dalam penilaian prestasi belajar (PP RI No.19 tahun 2005),tiga diantaranya adalah : a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah
19
Sedangkan bentuk dari penilaian hasil belajar oleh pendidik diantaranya : a. Ulangan harian b. Ulangan tengah semester c. Ulangan akhir semester d. Ulangan kenaikan kelas Prestasi merupakan suatu pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh siswa dengan usaha secara sadar setelah melalui poses belajar. Prestasi dapat diukur dengan menggunakan tes dalam periode tertentu untuk mengetahui kemampuannya setelah melakukan suatu kegiatan belaar. Tes ini bersifat tidak tetap, sewaktu-waktu dapat berubah tergantung pada situasi dan kondisi peserta tes. Dengan demikian prestasi belajar dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan aktual yang diukur berupa penugasan sikap, keterampilan sebagai proses belajar mengajar di sekolah. 2. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Belajar sebagai sebuah proses tertentu, mempunyai maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis penyelenggaraan dan jenis jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnay pencapaian tujuan pendidikan itu bergantung pada proses belajar yang dialami siswa (Muhibbin Syah 2007 :88). Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tersebut telah dicapai maka dilakukan pengukuran atau penilaian. Tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan siswa adalah dengan mengamati prestasi belajarnya. Sedangkan tingkat
20
keberhasilan
siswa
dalam
mempelajari
materi
Pendidikan
Kewarganegaraan di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Jadi prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
berupa
seperangkat
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehdupan sosialnya baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang. Dimana prestasi belajar dinilai dari proses belajar Pendidikan Kewarganegaraan selama jangka waktu tertentu yang dapat diukur dengan tes dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk angka. Prestasi belajar PKN adalah hasil yang dicapai siswa (kemampuan siswa) dalam usahanya untuk menguasai bidang studi PKN setelah jangka waktu tertentu atau dengan kata lain prestasi belajar PKn adalah hasil belajar PKN. Prestasi belajar PKN siswa atau proses belajar PKN siswa perlu diketahui dengan baik oleh individu yang belajar maupun orang lain yang bersangkutan guna melihat kemajuan yang telah diperoleh setelah mempelajari suatu program pengajaran / materi. Dalam mengevaluasi pembelajaran ini, instrumen pengukuran hasil belajar/ prestasi belajar PKN yang digunakan dapat berbentuk tes, baik tertulis, lisan ataupun perbuatan.Pelaksanaannya dapat berbeda–beda
21
disesuaikan dengan karakteristik pelajaran maupun kompetensi yang terdapat dalam sebuah mata pelajaran. Test tersebut dapat terlaksana maka akan diberikan penilaian secara obyektif oleh guru mata pelajaran, atau guru bidang studi sehingga akan terlihat hasil dari tes yang telah dilaksanakan yang selanjutnya disebut dengan prestasi belajar PKN. Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa pengukuran yang dilaksanakan oleh guru bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa menyerap materi yang telah diberikan oleh guru tersebut. Jika tujuan tersebut dapat dicapai dengan nyata maka akan mempermudah guru dalam
menentukan
tindakan-tindakan
untuk
melakukan
kegiatan
pembelajaran. 3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Terdapat beberapa hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar. Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: a. Faktor Intern Dalam faktor intern ada 3 hal, yaitu: 1) Faktor jasmaniah dibagi menjadi dua, yaitu: a). Kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit.
22
b). Cacat tubuh, sesuatu yang menyebabkan kurang baik/ kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. 2) Faktor psikologis Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, kecakapan, sikap, kebiasaan, motivasi, disiplin dan partisipasi. 3) Faktor kelelahan Kelelahan bisa berupa kelelahan jasmani maupun kelelahan rohani.Agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga hasil atau prestasinya memuaskan, harus dihindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. b. Faktor Ekstern Faktor ekstern juga dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: 1) Faktor keluarga siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2) Faktor sekolah faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 3) Faktor masyarakat, pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar (Slameto, 2003:54-55). Prestasi belajar ditentukan oleh proses belajar mengajaryang telah berlangsung. Secara tidak langsung, hasil belajar mampu memberian suatu pesan tentang proses belajar mengajar yang telah berlangsung sehingga
faktor-faktor
mempengaruhi
pembelajaran
juga
akan
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari individu (faktor internal) maupun dari luar individu (faktor eksternal). Yang tergolong faktor dari individu (faktor internal) adalah :
23
a.
Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaaan amupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
b.
Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan
maupun yang
diperoleh terdiri atas : 1) faktor intelektif a)
faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
b)
faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
2) faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri (Abu Ahmadi, 2004 :138). Menurut Muhibbin Syah (2007 :144), secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi : a.
faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi, 1) aspek psikologis antara lain: tingkatecerdasan siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa 2) aspek fisiologis antara lain: kondisi fisik, kesehatan jasmani, dan kondisi panca indera.
b.
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni lingkungan disekitar siswa meliputi : 1) Lingkungan sosial antara lain : guru, keluarga, staf administrasi, dan teman sekelas
24
2) Lingkungan non sosial antara lain : kondisi gedung sekolah, rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, kedaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan c.
Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiaan pembelajaran materi-materi pelajaran. Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa pada kenyataannya prestasi
belajar merupakan sesuatu hal yang kompleks, hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhinya juga sangat kompleks. Menurut Arden N fransen (Sumadi Suryabrata, 2006 : 236) faktofaktor psikologis yang mempengaruhi seseorang untuk belajar adalah : a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada sifat manusia dan keinginan untuk selalu maju c. Adanya keinginan untuk mendapat simpatik dari orang tua, guru dan teman- teman d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang baru, baik kooperatif maupun kompetisi e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.
Wasty Soemanto (2006 : 113 – 121), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari tiga hal yaitu faktor stimuli, faktor metode belajar, dan faktor individual. 1) Faktor stimuli belajar yaitu panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, beratnya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal.
25
2) Faktor–faktor metode belajar yaitu kegiatan berlatih dan praktik over learning atau drill, prestasi selama belajar, pengenalan
tentang
hasil–hasil
belajar,
belajar
dengan
keseluruhan, dan dengan bagian–bagian, penggunaan modal indra, penggunaan dalam belajar, bimbingan dalam belajar, kondisi–kondisi intensif. 3) Faktor–faktor individual yaitu kematangan, faktor usia, kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental , kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi. Menurut
Muhibbin
Syah
(2007:
132)
faktor–faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokan menjadi tiga macam yaitu : a. Faktor internal (dari dalam diri siswa) b. Faktor eksternal (dari luar diri siswa) yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa c. Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pembelajaran. Pendapat Abu Ahmadi (2004: 138) juga menyebutkan faktorfaktor internal dan eksternal yang memepengaruhi prestasi belajar, yaitu yang tergolong dari dalam individu (faktor interal) adalah: a.
Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: 1) Faktor intelektif:
26
a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki 2) Faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. c. Faktor kematangan fisik maupun psikis. d. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan. Yang tergolong dari faktor luar individu (faktor eksternal) adalah: a. b. c.
Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. Menurut Ngalim Purwanto (2007: 107), faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah : 1) Faktor dari dalam diri individu Terdiri dari faktor fisiologis. Faktor fisiologis adalah kondisi jasmani dan kondisi panca indera. Sedangkan faktor psikologis yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif. 2) Faktor dari luar individu Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan yaitu lingkungan sosial dan lingkungan alam. Sedangkan faktor instrumental yaitu kurikulum, bahan, guru, sarana, administrasi, dan manajemen. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 30) prestasi belajar yang dicapai individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah : 1) Faktor internal, meliputi : a) Faktor jasmaniah b) Faktor psikologi c) Faktor intelektual meliputi faktor potensi dan kecakapan nyata d) Faktor non intelektual yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri
27
2) Faktor eksternal, meliputi : a) Faktor sosial terdiri atas (1) lingkungan keluarga (2) lingkungan sekolah (3) lingkungan masyarakat (4) kelompok b) Faktor budaya, seperti (1) adat istiadat (2) ilmu pengetahuan (3) teknologi dan (4) kesenian c) Faktor lingkungan seperti (1) fasilitas rumah (2) fasilitas belajar (3 iklim 3) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan Sedangkan menurut Conny Semiawan (2008: 10) faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar anak adalah: 1) Pemenuhan kebutuhan psikologis Pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan ini banyak tergantung dari cara lingkungannya berinteraksi dengan dirinya. Pendidikan secara potensial berakar dari pergaulan biasa, khususnya antara orang tua dan anak didik. Jadi, setiap pergaulan tersebut adalah suatu lapangan yang memiliki kemungkinan kesiapan untuk berubah menjadi situasi pendidikan dimana mendidik dilandasi oleh nilai moral tertentu dan mengacu pada perwujudan potensi bakat tertentu, yaitu suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan psikologis. 2) Intelegensi, emosi, dan motivasi Keberhasilan belajar sangat ditentuksn oleh kemampuan kognitif, tetapi ternyata faktor nonkognitif (yaitu antara lain motivasi, emosi) tidak kalah penting, bahkan mempengaruhi tingkat kinerja serta lingkungan, maupun perkembangan dirinya sendiri. 3) Pengembangan kreativitas Pembelajaran yang mengendalikan fungsi kedua belahan otak secara harmonis akan banyak membantu anak berprakarsa mengatasi dirinya, meningkatkan prestasi belajar sehingga mencapai kemandirian dan mampu menghadapi berbagai tantangan. Hisbullah Thabrany (1997: 5) menyatakan bahwa “keberhasilan siswa dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kecerdasan, motivasi,
28
konsentrasi, kesehatan jasmani, ambisi dan tekad, lingkungan, cara belajar, perlengkapan dan sifat-sifat negatif yang dimiliki siswa”. Dalam proses belajar siswa terdapat banyak sekali faktor–faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari luar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pedapat yang telah di kemukakan oleh beberapa ahli. Dari beberapa ahli tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu : a. Faktor internal Faktor ini terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis yaitu faktor yang berkaitan dengan aspek jasmaniah atau fisik dari tubuh siswa yang sedang belajar. Adapun aspek dari faktor jasmani tersebut yaitu aspek kesehatan jasmani. Sedangkan faktor yang berkaitan dengan faktor psikologis yaitu faktor yang berkaitan dengan aspek kesehatan rohaniah dari siswa yang melaksanakan belajar itu sendiri, adapun aspek-aspek tersebut antara lain aspek motivasi belajar siswa, intelegensi atau tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh masing– masing siswa, bakat yang dimiliki dalam melaksanakan pembelajaran, kemampuan konitif, keinginan belajar, kemampuan siswa dalam mengolah dan menggali bahan dan hasil belajar, mempunyai rasa percaya diri, sikap yang jujur, dan mempunyai prestasi yang cukup bisa diandalkan dan dipertanggungjawabkan.
29
b. Faktor eksternal Faktor ekternal ialah faktor yang berkaitan dengan lingkungan sekitar atau faktor di luar dari siswa, faktor–faktor ekternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain adalah faktor keluarga, masyarakat, dan sekolah. Faktor keluarga diantaranya meliputi cara orang tua dalam mendidik anak–anaknya, relasi keluarga, suasana rumah, kondisi ekonomi keluarga, pengertian orang tua terhadap anak, dan latar kebudayaan yang dimiliki oleh orang tua. Adapun faktor yang berkaitaan dengan sekolah adalah meliputi metode mengajar guru di kelas, kurikulum sekolah, relasi guru dan siswa, serta siswa dengan siswa, tingkat kedisiplinan sekolah, kepatuhan pada peratuaran sekolah pelajaran dan waktu dalam melaksanakan pembelajaran, materi yang disampaikan sesuai dengan silabus dan kurikulum, letak sekolah dan sarana serta prasarana yang memadai sehingga tercapai kondisi sekolah yang kondusif, metode belajar yang dimiliki oleh siswa, tugas rumah yang diberikan oleh guru. 4. Fungsi Prestasi Belajar Sepanjang rentang kehidupannya, manusia pasti mengejar suatu prestasi atau hasil dari usaha yang telah dilakukannya. sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Mengejar sesuatu yang akan memberikan kepuasan tertentu pada diri manusia. Baik prestasi dalam pekerjaan, maupun prestasi dalam bidang akademik, khususnya yang
30
berada di lingkungan sekolah. Prestasi tersebut tentunya mampu memberi manfaat bagi yang meraihnya. Adapun fungsi dari prestasi belajar (Zainal Arifin, 1990: 3) yaitu: 1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3. Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan. 4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5. Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Zainal Arifin (1990: 4) juga mengemukakan kegunaan prestasi belajar diantaranya : a. Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar. b. Untuk keperluan diagnostik. c. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan. d. Untuk keperluan penempatan dan penjurusan. e. Untuk menentukan isi kurikulum. f. Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah. Mengingat betapa pentingnya fungsi dan kegunaan dari prestasi belajar, maka siswa diharapkan untuk selalu berusaha mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin. B. Tinjauan Pendidikan kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Nu’man Somantri
(Cholisin. 2004:8) PKn adalah
program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber–sumber lainnya, positive influence pendidikan sekolah, masyarakat, orang tua yang kesemuanya diproses untuk melatih pelajar– pelajar berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis dengan berlandaskan Pancasila dan
31
UUD 1945. Dari definisi tersebut dapat di nyatakan bahwa PKn memiliki ciri–ciri : (1) merupakan program studi ; (2) Materi pokoknya adalah demokrasi politik yang diperluas dengan pengaruh positif pendidikan sekolah, keluarga dan masyarakat
; (3) bersifat interdisipliner ; (4)
Tujuannya melatih berfikir kritis dan analitis, bersikap dan bertindak demokratis sesuai dengan nilai–nilai Pancasila dan UUD 1945. Secara garis besar mata pelajaran kewarganegaraan terdiri dari: a.
Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang mencakup bidang hukum, politik, dan moral secra lebih terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan, meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar hukum (rule of law) dan peradilan bebas yang tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manusia, hak sipil, dan hak politik. b. Dimensi keterampilan kewarganegraan (civics skills) meliputi misalnya: berperan secara aktif mewujudkan masyarakat madani (civil socity), keterampilan mempengaruhi dan monitoring jalanya pemerintahan, dan proses pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan maslah-masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerjasama, dan mengelola konflik. c. Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain percaya diri, komitmen, penguasa atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis toleransi, kebebasan individu, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, dan perlindungan terhadap minoritas (Cholisin 2004: 8-9). 2. Fungsi dan Tujuan pendidikan kewarganegaraan Menurut
Ubaidilah
(2000:34),
tujuan
dari
pendidikan
kewarganegaraan menjadikan warga negara yang cerdas dan baik, serta mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negaranya. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi disebutkan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
32
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibanya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan kewarganegaraan selain memiliki fungsi tentunya juga memiliki tujuan, yaitu: a. b.
c.
d.
Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dan tidak langsung dengan memanfaatkan energi informasi.
Selain itu,”Secara sederhana tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang lebih baik (a good citizen) dan mempersiapkanya untuk masa depan. Ukuran warga negara yang baik untuk setiap bangsa atau negara akan ditentukan oleh ukuran normatif yaitu ideologi dan konstitusi negara yang bersangkutan” (Cholisin, 2004: 12). Menurut CCE, tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah “partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik ditingkat lokal maupun nasional.” Untuk dapat berpartisipasi maka perlu dibekali pengetahuan kewarganegaraan (Civic Knowledge), keterampilan kewarganegaraan(Civic Skills) dan karakter kewarganegaraan (Civic Dispositions). Dan ada pula tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang dirumuskan pada saat Seminar Pengajaran dan Pendidikan Civic di Tawang-mangu, Surakarta
33
1972. Seminar tersebut menghasilkan tujuan yang ingin dicapai pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu membina warga negara yang lebih baik dan untuk masa depan dalam arti warga negara yang berkembang kontinum variabelnya atau perananya pada kwalitas yang lebih tinggi dalam berbagai aspek kehidupan (spiritual, ekonomi, sosial-budaya, politik, hukum dan hankam) yang sesuai dengan ketentuan atau kriteria konstitusi atau Undang Undang Dasar 1945 (Cholisin, 2004: 810) Kesimpulannya bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang berusaha membina peran warga negara dalam berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam guna membentuk warga negara yang baik sesuai dengan Pancasila dan UndangUndang 1945. 3. Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan a. Menurut NCSS (National Council of Social Studies) Menurut NCSS(Cholisin,2004:25) PKn meliputi : 1. 2. 3. 4.
Cita-cita nasional. Hal-hal yang baik yang diakui oleh masyarakat. Proses pemerintahan sendiri Hak asasi manusia dan warga negara yang dijamin konstitusi 5. Seluruh pengaruh positif yang berasal dari keluarga, sekolah dan masyarakat. b. Menurut konsep PKn sebagai pengembangan dari civics. Fokus materi civics adalah demokrasi politik, karena PKn merupakan pengembangan dari civics, maka demokrasi politik menjadi materi pokok PKn, dengan ditambah dari aspek pendidikan (Cholisin,2004:27). c. Pusat kurikulum 2004
34
Pusat Kurikulum (Puskur) melalui konsep KBK kewarganegaraan SD & MI, SMA& MTs. Dan SMA & MA tahun 2003, tampaknya melakukan sinkronisasi pengetahuan kewarganegaraan yang terdapat pada kompetensi dasar kewarganegaraan Pusat Pengujian Balitbang Diknas. Hal ini bisa dicermati pada pengetahuan kewarganegaraan yang diajukan Puskur yakni berupa aspek system berbangsa dan bernegara yang terdiri dari sub aspek : 1. Persatuan bangsa, 2. Norma, Hukum dan Peraturan, 3. Hak Asasi Manusia (HAM), 4. Kebutuhan hidup, 5. Kekuasaan dan politik, 6. Masyarakat Demokratis, 7. Pancasila dan Konstitusi Negara, 6. Globalisasi (Cholisin,2004:33). Dalam standar isi BSNP 2006 mengenai ruang lingkup Pendidikan kewarganegaraan yaitu : a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional. c. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak, dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara. e. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi. f. Kekuasaan dalam politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya
35
demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi. g. Pancasila meliputi: Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. h. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi. (Standar isi BSNP 2006) C. Tinjauan Metode Pembelajaran 1. Pengertian metode pembelajaran Metode adalah cara, di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan metode pembelajaran adalah cara guru. Pengertian itu diperkuat lagi oleh Winarno Surakhmad (1986 :96) bahwa metode pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat oleh guru akan mempengaruhi
hasil
belajar
siswa,
karena
dengan
metode
pembelajaran yang tepat akan menjadikan siswa lebih aktif
dan
menciptakan umpan balik dari siswa kepada guru. Tentunya guru harus dapat memilih metode mana yang paling tepat untuk menciptakan tujuan tertentu. Dengan banyaknya metode pembelajaran dan tidak semua metode sama efektifnya untuk semua bidang/ pokok bahasan,
maka
guru
sebagai
pengelola
pengajaran
perlu
mempertimbangkan kesesuaian metode yang akan digunakan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan, guru harus mengadakan
36
pemilihan metode yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan agar penggunaan metode dalam pembelajaran memberikan hasil yang baik. 2. Kriteria Pemilihan Metode Pembelajaran Yang Baik Kriteria yang digunakan dalam memilih metode pengajaran menurut I.L Pasaribu (1983 :41) antara lain : 1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran 2. Sesuai dengan waktu, tempat dan alat – alat yang tersedia dengan tugas guru 3. Sesuai dengan jenis kegiatan–kegiatan yang tercakup dalam pembelajaran 4. Menarik bagi siswa 5. Maksudnya dipahami oleh siswa 6. Sesuai dengan kecakapan guru 3. Macam – Macam Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan tema materi yang akan disampaikan, untuk itu perlu adanya varian dalam menggunakan
metode
pembelajaran,
beberapa
macam
metode
pembelajaran menurut (Mohamad Ali, 1987:63) diantaranya : a. Metode Simulasi Simulasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Jadi, simulasi pada dasarnya semacam permainan dalam pengajaran yang diangkat dari realita kehidupan. Bentuk-bentuk simulasi diantaranya :
37
1). Sosiodrama 2). Psikodrama 3). Role Playing b. Metode Demonstrasi dan Eksperimen Demonstrasi berarti pertunjukan. Dalam pengajaran mengunakan metode demonstrasi dilakukan pertunjukan suatu proses, berkenaan dengan bahan pelajaran. Hal ini dapat dilakukan baik oleh guru maupun orang luar yang di undang ke kelas. Proses yang didemonstrasikan diambil dari objek sebenarnya. Pendapat lain dari Lalu Muhamad Azhar ( 1991 : 96) diantaranya Problem Solving (Pemecahan Masalah). Titik berat metode ini terletak pada pemecahan masalah secara rasional, logis, benar dan tepat dalam penentuan alternatif yang berguna. Permasalahan akan timbul apabila terdapat ketidak cocokan antara keadaan nyata dengan keadaan yang dikehendaki. Pendapat lain tentang varian metode pembelajaran diantaranya pendapat Wina Sanjaya (2010:154) diantaranya adalah metode diskusi. Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan.Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan.
38
c. Metode Konvensional Selain beberapa metode di atas, ada pula metode-metode pembelajaran lain yang digunakan oleh guru yakni metode konvensional. 1)
Pengertian Metode Konvensional Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia konvensional mempunyai pengertian umum, adat, kebiasaan atau kelaziman. Dapat disimpulkan metode konvensional merupakan metode yang umum atau lazim yang di gunakan guru. Pendapat Ruseffendi (2005: 17), dalam metode konvensional, guru merupakan atau dianggap sebagai gudang ilmu, guru bertindak otoriter, guru mendominasi kelas. Guru mengajarkan ilmu, guru langsung membuktikan dalil-dalil, guru membuktikan contohcontoh soal. Sedangkan murid harus duduk rapih mendengarkan, meniru pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara-cara si guru menyelesaikan soal. Murid bertindak pasif. Murid-murid yang kurang memahaminya terpaksa mendapat nilai kurang/ jelek dan karena itu mungkin sebagian dari mereka tidak naik kelas. Salah satu cara yang dapat dipergunakan guru dalam menyampaikan pembelajaran pada umumnya yaitu dengan berceramah. Setiap penyajian informasi secara lisan dapat disebut ceramah, baik yang formal dan berlangsung 45 menit, maupun yang informal dan hanya berlangsung selama lima
39
menit (James Popham, 1981:95). Ceramah dapat dilakukan oleh guru seorang diri menghadapi sekelompok siswa melakukan kegiatan belajar mengajar. Ceramah juga dapat dilakukan bersama–sama
dalam
bentuk
satu
tim
(teamteaching)
menghadapi sekelompok siswa (Engkoswara, 1982 :55). Dalam pelaksanaannya, metode ceramah tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan metode ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya.Metode ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat perguruan tinggi. 2)
Kelebihan Metode Ceramah Beberapa kelebihan dari metode ceramah antara lain adalah sebagai berikut : a) Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komprehensif. b) Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersamaan. c) Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak. d) Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat (Armai Arief, 2002 : 139).
40
3)
Kelemahan metode Ceramah Sebuah metode tidak lepas dari ketidak sempurnaan, ketidak sempurnaan tersebut diantaranya : a. Dalam ceramah bahwa guru berperan sebagai figur otoriter baik dalam pemilihan dan penentuan materi ataupun topik yang disajikan maupun dalam mengontrol tingkah laku siswa. Dalam format ceramah tidak terjadi suatu proses “transaksional” antara guru dengan siswa dalam memilihn dan menentukan bahan dan memilih serta menentukan cara yang paling tepat dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. b. Komunikasi cenderung hanya satu arah dan sedikit sekali guru memperoleh balikan (feedbeck) dari murid, tentang kebutuhan– kebutuhannya, kesulitan–kesulitannya dan persepsinya tentang apa yang telah dipelajarinya. c. Dalam proses belajar mengajar perhatian memegang peranan yang penting. Mempelajari sesuatu tanpa ada perhatian yang penuh atau terkonsentrasi yang optimal, tidak akan memperoleh hasil yang maksimal. Perhatian ini perlu dirangsang dan dibangkitkan dengan merangsang seluruh indra dan tidak hanya terbatas kepada indra pendengaran saja, biasanya konsentrasi siswa terhadap rangsangan dengar sangat terbatas dan cepat lelah. Oleh karena itu format ceramah dalam proses belajar mengajar kurang merangsang dan kurang dapat memelihara perhatian siswa sehingga kalau ceramah itu disajikan dengan cara yang kurang baik, hasilnya sangat terbatas (Engkoswara,1982:60-62).
d.
Metode Discovery Learning
1) Pengertian Discovery Learning Menurut Sudirman N, (45 : 1992 ), discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:
41
a. mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; b. berpusat pada siswa; c. kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Metode
discovery
Learning
adalah
teori
belajar
yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan
Pengembangan
siswa
Sumber
mengorganisasi Daya
Manusia
sendiri
(Badan
Pendidikan
Dan
Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu pendidikan, 2012). Pendapat C Asri Budiningsih (2005:43) discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Dapat
disimpulkan
discovery
learning
atau
model
pembelajaran penemuan adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. 2) Kelebihan Discovery learning Beberapa
keunggulan
metode
penemuan
juga
diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut: a) siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir; b) siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya.
42
Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; c) menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat; d) siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; e) metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. Kelebihan metode discovery learning adalah : a)
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan
dan
proses-proses
kognitif.
Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. b) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. c)
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
d) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. e)
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
f)
Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
43
g) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. h) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. i)
Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
j)
Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru;
k) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; l)
Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
m) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; n) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya; o) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; p) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; q) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu, 2012).
44
Menurut Suherman, dkk (2001: 179) keunggulan metode discovery learning diantaranya: a) siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir; b) siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; c) menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat; d) siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; e) metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. 3) Kelemahan Discovery Learning Di samping memiliki beberapa keunggulan, metode discovery learning
juga mempunyai beberapa kelemahan.
Berikut ini kelemahan metode discovery learning: a) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami
kesulitan
abstrak
atau
berfikir
atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis
atau
lisan,
sehingga
pada
gilirannya
akan
menimbulkan frustasi. b) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk
45
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. c) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. d) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. e) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa f) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. 4)
Langkah-Langkah Operasional a) Langkah Persiapan 1) Menentukan tujuan pembelajaran. 2) Melakukan (kemampuan
identifikasi awal,
minat,
karakteristik gaya
belajar,
siswa dan
sebagainya). 3) Memilih materi pelajaran. 4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
46
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. 6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. 7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. b) Pelaksanaan 1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.Disamping itu guru dapat
memulai
kegiatan
PBM
dengan
mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya
yang
mengarah
masalah.Stimulasi menyediakan
pada
kondisi
mengembangkan
dan
pada tahap
interaksi
persiapan ini
berfungsi
belajar
membantu
pemecahan
yang
siswa
untuk dapat dalam
mengeksplorasi bahan. 2) Problem Statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru
memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
47
mengidentifikasi
sebanyak
mungkin
agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) 3) Data collection (Pengumpulan Data) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya
yang
relevan
untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya diberi
hipotesis, dengan demikian anak didik
kesempatan
untuk
mengumpulkan
(collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek,
wawancara dengan
nara
sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
D. Penelitian yang Relevan Pada penelitian yang telah di lakukan oleh Elvira Yunita Utami (2010) tentang pelaksanaan pembelajaran matematika dengan metode discovery learning yang dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas VIII B di SMP Negeri 2 Pengasih kabupaten Kulon Progo, menunjukkan hasil bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika melalui metode discovery leraning mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
48
Kemudian hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Faridah (2010)
dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Inquiry Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP NU 01 Muallimin Weleri Kendal Tahun Pelajaran 2010-2011, Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar peserta didik efektif digunakan yaitu ditunjukkan dengan adanya perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. E. Kerangka Pikir Dalam penyampaian pembelajaran, guru memerlukan strategi yang tepat supaya siswa dapat mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Dengan menggunakan strategi pembelajaran diharapkan permasalahan dalam proses pembelajaran dapat diatasi. Metode ceramah termasuk dalam metode pembelajaran kalsik, metode yang sampai saat ini masih di pergunakan guru dan instruktur.(Wina Sanjaya. 2010:147). Pada prakteknya metode ceramah merupakan metode murah dan mudah untuk dilakukan dan metode yang dapat menyajikan materi secara luas, artinya materi pembelajaran yang banyak dapat di jelaskan oleh guru pokok pokoknya dalam waktu yang singkat, akan tetapi materi yang dapat diambil oleh siswa sebagai hasil ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
49
Seiring perkembangan dunia pendidikan, para ahli menciptakan berbagai metode pembelajaran untuk menunjang ketercapaian hasil belajar, diantaranya metode discovery learning. Discovery Learning atau model pembelajaran penemuan adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan
kreatif. Mengubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented dan membentuk kepribadian yang mandiri. Selain itu pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan tidak membosankan sehingga menimbulkan kegairahan dalam
belajar, menambah pengalaman siswa.
Selain itu juga siswa
menjadi terpancing untuk mengemukakan ide-ide dalam merangsang pembelajaran.Hal tersebut akan membantu siswa dalam memahami materi – materi yang di samapaikan oleh guru dalam pembelajaran. F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan disampaikan
kajian
teori
dan
kerangka
pikir
yang
telah
di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah “metode
discovery learning” efektif digunakan dalam pembelajaran PKn kelas XI di SMA N 1 Rancah.