5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999). Menurut Darsono (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut : 1. Kesiapan Belajar Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh pehatian dan mampu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip kesiapan ini. 2. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek. Pehatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. 3. Motivasi Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang untuk mendorong orang melakukan kegitan tertentu untuk mencapai tujuan. 4. Aktivitas Siswa Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berperan. 5. Mengalami sendiri Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih mendalam. 6. Pengulangan Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan dan pemahaman materi.
6
7. Balikan dan Penguatan Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. 8. Perbedaan individual Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. 2.1.2 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil. Metode pembelajaran ini dapat diartikan sebagai srategi pembelajaran yang terstruktur. Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada siswa lain, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya (Handayani 2007). Hindarto dan Anwar (2007), menyatakan bahwa pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan berproses adalah model pembelajaran kooperatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winarno dalam Hindarto dan Anwar (2007) yang menyimpulkan bahwa belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif di sekolah menengah dan baik diterapkan dalam setiap pembelajaran. Muslim dalam Putra (2006), untuk mencapai hasil maksimal unsur-unsur pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Siswa dalam kelompoknya bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompok seperti milik mereka sendiri. b. Siswa haruslah mengetahui bahwa mereka memiliki tujuan sama. c. Siswa berbagi kemampuan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya. d. Siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
7
Tugas kelompok dapat paralel atau komplementer. Tugas paralel berarti semua kelompok mendiskusikan/membahas topik yang sama atau mengerjakan tugas yang sama. Hasil diskusi atau pekerjaan tugas kelompok dibawa dalam diskusi kelas, kemudian dibandingkan satu dengan yang lain untuk disimpulkan bersama. Tugas komplementer berarti masing-masing kelompok mendapat satu topik atau satu tugas yang berbeda dengan topik atau tugas yang diberikan pada kelompok lain. Setiap kelompok dalam diskusi kelas akan mendapat tugas yang berbeda, tetapi masing-masing topik atau tugas itu masih merupakan satu kesatuan dalam keseluruhan materi pelajaran. Masing-masing kelompok memberikan laporan, sehingga siswa dalam kelompok lain akan memperoleh informasi mengenai bagian materi pelajaran yang tidak langsung mereka hadapi. Bagian-bagian itu dihubungkan satu sama lain dalam pembahasan kelas, sehingga saling melengkapi membentuk satu kesimpulan dari keseluruhan materi yang dipelajari (Djamarah & Zain 2006). Tugas yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah tugas kelompok komplementer. Roger dan David Johnson dalam Lie (2004) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Ada lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan untuk mencapai hal yang maksimal, yaitu sebagai berikut; a. Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan pembelajaran. b. Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur saling ketergantungan positif. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur strategi pembelajaran yang sesuai, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. c. Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini dapat membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dan sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
8
d. Komunikasi antar anggota Unsur ini menghendaki agar guru dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. e. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. 2.1.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut; a) Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya. b) Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para
siswa
bersama-sama
mendiskusikan
masalah
yang
dihadapi,
membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran, c) Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu,
9
d) Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok, e) Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor
tertinggi,
diberikan pengghargaan. Dengan pemilihan metode yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang relevan DRS.I MADE SURIANTA(2009) Penerapan Model Pembelajaran Model STAD dengan VCD(Video Compact Disk) sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika Hasil Penelitian menunjukkan 1) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type STAD dengan VCD (Video Compact Disk) sebagai media pada pembelajaran bangun ruang sisi lengkung dapat meningkatkan keaktifan siswa dan 2) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari rata-rata 6,68 dan ketuntasan klasikal 70% pada siklus I menjadi rata-rata hasil belajar 7,01 dengan ketuntasan klasikal sebesar 83% pada siklus IV. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Type STAD dengan VCD (Video Compact Disk) sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika siswa, sehingga model pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif pilihan pada pembelajaran matematika.
10
2.3 Kerangka Pikir
KONDISI AWAL
GURU Belum menggunakan alat perga apapun dan hanya menggunakan metdoe ceramah saja
TINDAKAN
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
SISWA YANG DITELITI Hasil belajar siswa rendah < KKM ( 64 )
SIKLUS 1 Dengan menggunakan Alat peraga benda konkret dan model pembelajaran kooperatif STAD Hasil meningkat
SIKLUS 2 Dengan menggunakan Media/alat peraga dan metode pembelajaran yang sesuai dan model pembelajaran tipe STAD Hasil belajar meningkat > KKM ( 64)
KONDISI AKHIR Dengan menggunakan PTK Prestasi Siswa meningkat > KKM ( 64 ) / 80 %
2.4 Hipotesis Tindakan Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi sifat-sifat bangun ruang balok dan kubus siswa kelas IV SD Negeri Kalisari Kecamatan Blado Kabupaten Batang semester II tahun pelajaran 2011/2012.