BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Laporan Keuangan 1) Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba – rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba – rugi memperlihatkan hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan – alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau 1
jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba – rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan laporan posisi keuangan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan – laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba – rugi serta laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan. Laporan laba – rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu, sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
2) Tujuan Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:3) menyatakan bahwa : “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”.
2
3) Komponen Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2009), menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen – komponen sebagai berikut : (1) Neraca Menururt Harahap (2011:107), neraca atau daftar neraca disebut juga
laporan
posisi
keuangan
perusahaan.
Laporan
ini
menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada saat tertentu. Neraca atau balance sheet adalah laporan keuangan yang menyajikan sumber – sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau asset kewajiban – kewajibannya atau utang, dan para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan tersebut. Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9) menyatakan bahwa unsur yang berkaitan secara langsung dengan posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing – masing unsur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
3
a) Aset (Assets) Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahan. Aset atau aktiva, menurut Prastowo dan Juliaty (2010:18), dapat disub – klasifikasikan menjadi : (a) Aktiva Lancar Aktiva yang manfaat ekonominya diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu tahun kurang (siklus operasi normal), misalnya, kas, surat berharga, persediaan, piutang dan persekot biaya. (b) Investasi Jangka Panjang Penanaman modal yang biasanya dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh
penghasilan
tetap
atau
untuk
menguasai perusahan lain dan jangka waktunya lebih dari satu tahun, misalnya investasi saham, investasi obligasi. (c) Aktiva Tetap Aktiva yang memiliki wujud fisik, digunakan dalam operasi normal perusahaan (tidak dimaksudkan untuk dijual) dan memberikan manfaat ekonomi lebih dari satu tahun. Termasuk dalam sub – klasifikasi aktiva ini antara lain tanah, gedung, kendaraan, mesin serta peralatan.
4
(d) Aktiva Tidak Berwujud Aktiva yang tidak mempunyai substansi fisik dan biasanya berupa hak atau hak istimewa yang memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Termasuk dalam sub – klasifikasi aktiva ini misalnya patent, goodwill, royalty, copyright, trade name/trade mark, franchise, dan licence. (e) Aktiva Lain – lain Aktiva yang tidak dimasukkan ke dalam salah satu dari empat sub – klasifikasi tersebut, misalnya beban ditangguhkan, piutang kepada direksi, deposito, pinjaman karyawan.
b) Kewajiban (Liabilities) Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Kewajiban, menurut Prastowo dan Juliaty (2010 : 18), dapat disub – klasifikasikan menjadi : (a) Kewajiban Lancar Kewajiban
yang
penyelesaiannya
diharapkan
akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu 5
satu tahun atau kurang. Termasuk dalam kategori kewajiban ini misalnya utang dagang, utang wesel, utang gaji dan upah, dan utang biaya atau beban lainnya yang belum dibayar. (b) Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban
yang
penyelesaiannya
diharapkan
akan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Termasuk dalam kategori kewajiban ini misalnya utang obligasi, utang hipotik, dan utang bank atau kredit investasi. (c) Kewajiban Lain – lain Kewajiban yang tidak dapat dikategorikan ke dalam salah satu sub – klasifikasi tersebut, misalnya utang kepada para pemegang saham.
c) Ekuitas Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Prastowo
dan
Juliaty
(2010:19)
memberikan
pembagian terhadap ekuitas menjadi dua, yakni : (a) Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, misalnya modal saham (termasuk agio saham bila ada).
6
(b) Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada pemilik, misalnya dalam bentuk dividen (ditahan).
(2) Laporan Laba – Rugi Menurut Munawir (2010:26), laporan laba – rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba dan rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba – rugi bagi tiap – tiap perusahaan, namun prinsip – prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut: a) Bagian
yang
pertama
menunjukkan
penghasilan
yang
diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor. b) Bagian kedua menunjukkan beban – beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum/administrasi (operating expenses). c) Bagian ketiga menunjukkan hasil – hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan beban – beban yang
terjadi
di
luar
usaha
pokok
operating/financial income dan expenses).
7
perusahaan
(non
d) Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
(3) Laporan Perubahan Ekuitas Menurut IAI (2009:1.13) menjelaskan bahwa : ”Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan”. (4) Laporan Arus Kas Agar
seperangkat
statemen
keuangan
menjadi
lengkap,
diperlukanlah informasi mengenai aliran kas suatu perusahaan yang menggambarkan aliran kas masuk dan keluar perusahaan selama satu periode (Suwardjono, 2008:84).
(5) Catatan atas Laporan Keuangan Menurut IAI (2009:1.13) menjelaskan bahwa : ”Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan – pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar”.
8
4) Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5), karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Keempat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Dapat dipahami Kualitas informasi yang penting ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. (2) Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat memengaruhi keputusan
ekonomi
pemakai
dengan
membantu
mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu. (3) Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan
material,
penggunanya
sebagai
penyajian
9
dan yang
dapat jujur
diandalkan (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. (4) Dapat diperbandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan.
5) Pemakai Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2), pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga – lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi : (1) Investor Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang mungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
10
(2) Karyawan Karyawan dan kelompok – kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan
balas
jasa,
imbalan
pascakerja,
dan
kesempatan kerja. (3) Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. (4) Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. (5) Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.
11
(6) Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivits perusahaan. Mereka juga
membutuhkan
informasi
untuk
mengatur
aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. (7) Masyarakat Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan
keuangan
dapat
membantu
masyarakat
dengan
menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.1.2
Kinerja Keuangan Bank 1) Pengertian Kinerja Keuangan Bank Menurut Irham Fahmi (2012:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan – aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang
12
dianalisis dengan alat – alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Menurut
Munawir
(2010:30),
kinerja
keuangan
perusahaan
merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Adapun tahap – tahap dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Ada lima (5) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu : (1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah di buat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah – kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga
13
dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. (2) Melakukan perhitungan Penerapan metode perhitungan di sini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. (3) Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai
perusahaan
lain.
Metode
yang
paling
umum
dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua, yaitu: (4) Time series analysis, yaitu membandingkan secara antarwaktu atau periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik. (5) Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan rasio – rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan. (6) Dari hasil penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan dapat dibuat satu kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat baik, baik, sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.
14
(7) Melakukan
penafsiran
(interpretasi)
terhadap
berbagai
permasalahan yang ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apa – apa saja permasalahan dan kendala – kendala yang dialami perusahaan tersebut. (8) Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan (Fahmi, 2011:2).
2) Tujuan Penelitian Kinerja Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2010:31) adalah sebagai berikut: (1) Untuk
mengetahui
tingkat
likuiditas,
yaitu
kemampuan
perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. (2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
15
perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. (3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. (4) Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang – hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
2.1.3
Analisis Rasio Keuangan 1) Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu alat yang banyak digunakan oleh para analisis untuk menganalisis kondisi perusahaan pada periode tahun tertentu. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Teknik ini sangat lazim digunakan oleh para analisis keuangan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan
16
perusahaan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos lainnya, dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antar pos dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian (Harahap, 2011: 297).
2) Manfaat Analisis Rasio Keuangan Menurut Fahmi (2012), adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakan rasio keuangan, yaitu: (1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan. (2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan. (3) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. (4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditur dapat digunakan untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman (5) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stockholder organisasi.
17
3) Jenis Rasio Keuangan Bank Menurut Lukman Dendawijaya (2009:114),
jenis – jenis rasio
keuangan perbankan adalah sebagai berikut : (1) Analisis Rasio Likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban – kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain adalah sebagai berikut : a) Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
LDR =
Kredit yang diberikan x 100% Dana Pihak ke III + Modal Sendiri
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank adalah sebagai berikut : (a) KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia (jika ada). (b) Giro, deposit, dan tabungan masyarakat.
18
(c) Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi. (d) Deposit dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan. (e) Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan. (f) Modal pinjaman. (g) Modal inti. Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi
kewajiban
bank
untuk
segera
memenuhi
permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
19
(2) Analisis Rasio Rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio – rasio dalam katagori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan rasio – rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi dengan pos – pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. a) Return on Assets (ROA) Rasio
ini
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
ROA =
Laba Sebelum Pajak x 100% Rata − rata Total Aset
20
b) Net Profit Margin (NPM) Ratio NPM ratio merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena semakin tinggi laba dari bank tersebut. Rumus rasio ini adalah:
NPM =
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 x 100% 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
c) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Menurut Lukman Dendawijaya (2009:119), rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Sedangkan menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005) menjelaskan bahwa semakin kecil BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan atau dengan kata lain semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Menurut Surat Edaran BI No. 13/30 DPNP Tanggal 16 Desember 2011 menjelaskan bahwa BOPO akan terlihat efisien jika dibawah atau sama dengan 93,52%. Secara sistematis,
21
menurut Surat Edaran BI 13/30/DPNP 16 Desember 2011 BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:
BOPO =
Biaya Operasional x 100% Pendapatan Operasional
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan
operasional
adalah
penjumlahan
dari
total
pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.
(3) Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban – kewajiban jika terjadi likuiditas bank. Disamping itu, rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek atau jangka panjang) serta sumber – sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio yang diuraikan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) diikuti biaya dari dana modal sendiri bank. Disamping memperoleh danan – dana dari sumber – 22
sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain – lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI 13/30/DPNP 16 Desember 2011) :
CAR =
23
Modal x 100% ATMR