BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. PROYEK Tugas Akhir kali ini adalah merancang dan merencanakan interior sebuah bangunan institusi pendidikan berupa Fakultas Seni Rupa dan Desain UNS dengan ketentuan luas area interior antara 800 m²-1200 m² di kota Surakarta.
B. DEFINISI 1. Desain : Kata desain berasal dari kata design (Italia) yang artinya gambar. Menurut Ikatan Ahli Desain Indonesia yang tertuang dalam anggaran dasarnya, bahwa desain adalah pemecahan masalah yang menyuarakan budaya zamannya. (Sumber : Widayat Rahmanu, 2010:39) 2. Interior : Interior adalah bagian dalam dari bangunan apapun dan bagaimanapun bentuk bangunan itu dibatasi oleh lantai,dinding dan plafon (Suptandar 1999:9). 3. Fakultas : bagian perguruan tinggi tempat mempelajari suatu bidang ilmu yang terdiri atas beberapa jurusan (http://kbbi.web.id/fakultas) 4. Seni Rupa : Istilah dengan makna khusus. Maksudnya istilah konsep mempunyai pengertian tergantung penggunaanya. Dalam desain interior konsep digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. (Sumber : Widayat Rahmau, 2010:84) 5. Brave : secara bahasa diartikan sebagai terjemahan dari kata berani. Dalam konsep desain, kata ini diaplikasikan dalam bentuk pemilihina bentuk serta warna-warna yang berani sebagai penyokong identitas baru dari objek terkait. 6. Green : secara bahasa diartikan sebagai terjemahan dari kata hijau. Dalam konsep desain, kata ini merujuk pada konsep bangunan Green building dimana maksudnya perencanaan dan perancangan memperhatikan lingkungan dan menggunakan sumber daya secara efisien. (US EPA, 2006) 7. Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain dengan Konsep Brave & Green merupakan sebuah perancangan bangunan bagian dari suatu perguruan tinggi yang berkonsentrasi pada bidang seni dan desain dengan mengambil konsep “Brave & Green”. Konsep 7
tersebut didasari pada kebutuhan objek perancangan akan suatu desain yang menyokong identitas baru dari objek tersebut, dimana Brave diaplikasikan sebagai pemilihan bentuk serta warna desain yang berani dan Green diaplikasikan sebagai bentuk pembangunan yang lebih sehat dan memperhatikan lingkungan. C. TINJAUAN UMUM SENI RUPA dan DESAIN -
Pengertian Seni Istilah seni, dalam pengertian sekarang, berbeda dengan istilah seni di masa sebelum perang dunia II. Istilah tersebut dipakai dalam pengertian sehari-hari dan umum, yang artinya kecil atau halus. Saat ini, masyarakat memahami seni sebagai suatu ketrampilan yang diperoleh dari pengalaman, belajar, ata pengamatanpengamatan. Dimana aplikasinya lekat dengan hal yang berbau lukisan, patung, dekoratif sampai grafis yang digunakan untuk menunjukkan suatu kebudayaan dan membantu berbagai keperluan hidup manusia . Menurut I.G. Bg. Sugriwa, secara etimologi kata seni diduga berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya kurang lebih sebagai penyembahan, pelayanan, dan pemberian
(Nooryan
Bahari,
2008:
61).
Pendapat
berbeda
disampaikan
Padmapuspita, dimana disampaikan beliau bahwa seni berasal dari bahasa Belanda, genie. Dalam Koenen-Endepols-Bezoen, Handwoordenboek der Nederlandse Taal, kata genie ternyata berasal dari bahasa Latin, genius. Contohnya : 1. Het genie van Rembrandt; 2. Shakespeare was een groot genie. Rangkaian pikiran logisnya: seniman itu merupakan makhluk yang memiliki kelebihan; kehalusan jiwa yang tak tersamai oleh awam dalam menikmati dan menciptakan keindahan. Maka, istilah genie diberikan kepada mereka, karena buittengewoon sheppingsvermogennya (Sudarmadji, 1979: 5). Maka demikian, ada banyak padanan kata yang bisa disandingkan dengan seni, seperti ketrampilan, terampil, kecerdasan, keahlian kecakapan membuat baik apa yang telah direncakanan. Orang Yunani tidak mengenal kata seni atau seniman. Seni dalam pengertian mereka disebut teknik, dan seniman mereka sebut artisan, tukang, atau perajin. Semua batasan tersebut mengandung pengertian skill atau ketrampilan yang dimanfaatkan guna mencapai tujuan tertentu, baik estetis, etis, maupun praktis. -
Pengertian Seni Rupa 8
Seni rupa merupakan suatu bentuk ekspresi seni yang dimana mengandung beberapa unsur rupa atau visual, seperti garis, bidang, benuk ruang, warna dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut tidak harus hadir secara lengkap pada sebuah karya seni rupa, karena masing-masing unsur itu mencipatkan citra tertentu. Sebagai salah satu bentuk budaya dan kesenian yang notabene dalam proses penciptaannya mengutamakan perasaan, bukan berarti harus lepas dari unsur lain, sepert pikiran atau cipta dan unsur estetika atau karsa. Sebagai contoh, seni bangunan atau arsitektur dibuat tidak hanya didasarkan pada pertimbangan estetik saja. Tetapi juga atas dasar pertimbangan berbagai ilmu dan teknologi. Lingkup seni rupa menurut Konsorsium Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terdiri dari Seni Rupa Murni (Seni Lukis, Seni Patung, dan Grafis); Kriya Seni (kayu, kulit, logam, keramik dan tekstil); Desain (Desain Produk, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual) dan Fotografi. Namun bagi masyarakat awam, pembagian itu kurang begitu dikenal, sehingga semua hal yang melibatkan segi artistic sebuah karya disebut sebagai seni rupa. Beberapa ahli, menilai bahwa arsitektur, sinematografi dan multimedia hakekatnya dapat dimasukkan ke dalam wahana seni rupa (Rahmanu Widayat, 2010: 132). -
Pengertian Desain Seni terap sering disebut juga desain yang berasal dari bahasa Itali designo, yang artinya gambar. Praktisnya, desain merupakan terapan dari ekspresi seni yang dimana dalam pengaplikasiannya mengandung unsur pemecahan masalah terkait keadaan yang ada saat itu. Desain merupakan suatu proses pengorganisasian unsur garis, bentuk ukuran, warna, tekstur, bunyi, cahaya, aroma dan unsur-unsur desain lainnya, sehingga tercipta suatu hasil karya tertentu. Di Indonesia sendiri, dalam perkembangannya hingga saat ini, kegiatan desain telah terbagi menjadi beberapa cabang seperti desain interior (ruang dalam), desain arsitektur (bangunan), desain tekstil, desain grafis dan desain produk industry (Nurhayati, 2004: 78). Dari bahasa Inggris yang di Indonesiakan menjadi desain. Istilah ini menggeser kata “rancang/merancang” yang dinilai tidak sepenuhnya mewahanai kegiatan, keilmuan, keluasan dan pamor profesi. Sejalan dengan itu, ditawarkan pula kata “rancang bangun”, namun karena penggunaannya lebih kepada praktek rekayasa, 9
maka kata “desain” tetap dipertahankan. Hal ini ditindaklanjuti pada pembakuan nama program studi di perguruan tinggi, nama cabang ilmu, nama organisasi profesi, maupun istilah yang dipergunakan pada beberapa undang-undang perlindungan intelektual (Rahmanu Widayat, 2010: 39). D. TINJAUAN KHUSUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA -
Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)
Universitas Sebelas Maret didirikan pada tanggal 11 Maret 1976, dasar hukum pendiriannya adalah Kep Pres No. 10/1976. Pada saat itu nama Perguruan Tinggi ini adalah Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret, dengan Kep Pres No. 55 tahun 1982 nama Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret menjadi Universitas Sebelas Maret, disingkat UNS. Pada awal berdirinya, UNS merupa kan hasil Integrasi antara IKIP Negeri Surakarta, Akademi Administrasi Negara (AAN) Surakarta yang telah diintegrasikan ke dalam AAN Negeri di Yogyakarta, Sekolah Tinggi Olahraga (STO) Negeri Surakarta, serta Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN). Pada saat berdiri, Universitas Sebelas Maret terdiri atas sembilan Fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan, Fakultas Sastra Budaya, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Teknik. Berdasarkan keputusan Mendikbud RI No. 0297/O/1996, tanggal 1 Oktober 1996, telah dibuka fakultas baru di UNS, yaitu fakultas MIPA dan dengan SK Rektor No. 161/J27/KM/97, tanggal 27 Mei 1997, telah dibentuk UPT baru yaitu UPT pembinaan Olah Raga dan seni mahasiswa (PORSIMA), serta SK Rektor No. 75/J27/KP/2002 tanggal 16 November 2002, telah didirikan lembaga pengembangan pendidikan. Sesuai dengan Organisasi dan Tata Kerja yang baru, yang ditetapkan dengan SK Mendiknas No. 0201/O/1995, maka Struktur Organisasi Universitas Sebelas Maret saat ini secara lengkap menjadi berikut: Rektor dan Pembantu Rektor Biro Administrasi Akademik 10
Biro Administrasi Umum Biro Administrasi Kemahasiswaaan Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi Fakultas: 1. Fakultas Ilmu Budaya 2. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 3. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Fakultas Hukum 5. Fakultas Ekonomi dan Bisnis 6. Fakultas Kedokteran 7. Fakultas Pertanian 8. Fakultas Teknik 9. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 10. Fakultas Seni Rupa dan Desain 11. Program Pascasarjana Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (digabung berdasarkan SK Rektor No. 649A/J27/KP/2004) Lembaga Pengembangan Pendidikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) o Perpustakaan o Komputer o Pelayanan dan Pengembangan Bahasa o UNS Press o Laboratorium MIPA Pusat o Pembinaan Olahraga dan Seni Mahasiswa (PORSIMA)
-
Visi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Universitas Sebelas Maret menjadi pusat pengembangan ilmu, teknologi, dan seni yang unggul di tingkat internasional dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur budaya nasional. 11
-
Misi Universitas Sebelas Maret Surakarta
1. Menyelengrakan pendidikan dan pengajaran yang menuntut pengembangan diri dosen dan
mendorong
kemandirian
mahasiswa
dalam
memperoleh
pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap. 2. Menyelenggarakan penelitian yang mengarah pada penemuan baru di bidang ilmu, teknologi, dan seni. 3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat.
-
Tujuan Universitas Sebelas Maret Surakarta 1. Menciptakan lingkungan yang mendorong setiap warga kampus mau belajar guna mengembangkan kemampuan diri secara optimal. 2. Menghasilkan lulusan yang bertakwa kepada Tuhan YME, dan berbudi luhur, cerdas, terampil, dan mandiri serta sehat jasmani, rohani, dan sosial. 3. Melahirkan temuan-temuan baru di bidang ilmu, teknologi, dan seni yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam masyarakat dan untuk membangun kehidupan yang lebih baik. 4. Mendiseminasikan hasil pendidikan dan pengajaran serta penelitian kepada masyarakat sehingga terjadi transformasi secara terus menerus menuju kehidupan yang lebih modern. 5. Menggali dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya nasional sebagai salah satu landasan berpikir, bersikap, dan perilaku dalam kehidupannya, baik di dalam maupun di luar kampus. 6. Mengembangkan pranata kehidupan yang lebih beradab menuju terciptanya masyarakat yang makin cerdas, terampil, mandiri, demokratis, damai dan religius. 7. Mendukung terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdaulat, bersatu, adil, dan makmur. 8. Menjadikan Universitas Sebelas Maret menjadi Perguruan Tinggi yang unggul di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2015.
12
E. TINJAUAN FAKULTAS SENI RUPA & DESAIN A. Sejarah Singkat Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) yang telah berdiri pada 20 Agustus 2014 dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2014 menjadi fakultas kesepuluh yang dimiliki Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo saat ini. Sebagai fakultas baru, yang lahir ditengah keberadaan universitas tinggi yang telah memiliki 9 fakultas sangatlah menarik dan menantang untuk bersinergi menjadi tumbuh lebih besar. Universitas Sebelas Maret sendiri didirikan pada tanggal 11 Maret 1976, berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 10 / 1976. Saat itu bernama Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret, dan kemudian diubah menjadi Universitas Sebelas Maret atau disingkat UNS. Universitas Sebelas Maret awalnya hasil penggabungan dari beberapa perguruan tinggi di Kota Surakarta, antara lain Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta, Akademi Administrasi Niaga (AAN) Surakarta, Sekolah Tinggi Olah Raga (STO) Negeri Surakarta, Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) Veteran Cabang Surakarta dan Universitas Gabungan Surakarta (UGS). Saat ini Universitas Sebelas Maret mempunyai sepuluh (10) Fakultas dan Program Pascasarjana, yang terdiri dari: 1. Fakultas Ilmu Budaya 2. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 3. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Fakultas Hukum 5. Fakultas Ekonomi dan Bisnis 6. Fakultas Kedokteran 7. Fakultas Pertanian 8. Fakultas Teknik 9. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 10. Fakultas Seni Rupa dan Desain 11. Program Pascasarjana
Visi Menjadi Fakultas Seni Rupa dan Desain yang unggul dan tanggap terhadap nilai-nilai di lingkungannya dan unggul di tingkat internasional. 13
Misi -
Menyelenggarakan pendidikan untuk pengembangan kemampuan penalaran serta kreatifitas bidang seni rupa dan desain.
-
Menyelenggarakan penelitian lintas disiplin yang mengarah pada penemuan baru di bidang seni rupa dan desain berbasis nilai-nilai kearifan budaya.
-
Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat yang berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat yang mandiri.
Menjalin kerjasama di tingkat nasional maupun internasional
Tujuan -
Menghasilkan lulusan profesional di bidang seni rupa dan desain yang kreatif, inovatif, adaptif, serta produktif.
-
Menghasilkan karya ilmiah serta inovasi seni rupa dan desain yang dipublikasikan di tingkat nasional maupun internasional.
-
Membantu memecahkan masalah di masyarakat melalui penerapan ilmu pengetahuan, dan teknologi di bidang seni rupa dan desain.
-
Menghasilkan kerjasama di tingkat nasional dan internasional untuk menuju Fakultas Seni Rupa Desain bereputasi internasional.
Budaya Active UNS 1. Achievement Orientation = Orientasi berprestasi Bekerja dengan baik dan melampaui standar prestasi yang ditetapkan dan terus menerus meraih keunggulan 2. Customer Satisfaction = Kepuasan pengguna jasa Melayani dan memenuhi kebutuhan pengguna jasa secara memuaskan 3. Teamwork = Kerjasama Mampu bekerjasama dalam institusi 4. Integrity = Integritas Terbuka, jujur, adil dan disiplin. Satunya kata dengan perbuatan 5. Visionary = Visioner Mampu menetapkan sasaran jangka panjang dan mudah menerima perubahan dalam institusi 6. Entrepreneurship = Kewirausahaan 14
Mengolah sumberdaya agar memiliki nilai tambah dan keunggulan dari peluang yang ada
15
F. TINJAUAN PERANCANGAN INTERIOR FAKULTAS SENI RUPA & DESAIN A. Green Building sebagai Konsep Green building adalah ruang untuk hidup dan kerja yang sehat dan nyaman sekaligus merupakan bangunan yang hemat energi dari sudut perancangan, pembangunan, dan penggunaan yang dampak terhadap lingkungannya sangat minim (www.indonesian.cri.cn, Januari 2009). Masyarakat memahami Green building yang dijelaskan dalam Bulan Mutu Nasional dan Hari Standar Dunia (2008), sebagai bangunan yang: 1. Terintegrasi dengan alam 2. Memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan jangka panjang 3. Produk dari tindakan manusia dengan mempertimbangkan kualitas lingkungan baik fisik maupun sosial Dikutip dari http://en.wikipedia.org/wiki/Green_building, Januari 2009, dijelaskan bahwa Green building dirancang secara keseluruhan untuk mengurangi dampak lingkungan pada kesehatan manusia yaitu dengan: 1. Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lainnya 2. Melindungi kesehatan karyawan dan meningkatkan produktivitas kerja 3. Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan Dikutip dari www.seputar-indonesia.com, Januari 2009, Green building mempunyai manfaat sebagai berikut :
Meningkatkan penjualan sebanyak 40 persen.
Produktivitas pekerja dapat dikembangkan sebesar 15 persen dengan
peningkatan pengawasan terhadap suhu keseluruhan.
Pengawasan terhadap sumber penyakit dapat membasmi asma dan sumber
alergi bagi penghuni hingga 60 persen.
Menurut Ervianto (2009), manfaat dari kepemilikan Green building:
Rendahnya biaya operasional, sebagai akibat efisiensi dalam pemanfaatan
energi dan air.
Lebih nyaman, dikarenakan suhu dan kelembaban ruang terjaga.
Pembangunan wajib memberikan perhatian dalam hal pemilihan material
yang relatif sedikit mengandung bahan kimia.
Sistem sirkulasi udara yang mampu menciptakan lingkungan dalam ruang 16
yang sehat.
Mudah dan murah dalam penggantian berbagai komponen bangunan
Biaya perawatan dan perawatannya yang relatif rendah.
Konsep Green Building Dengan konsep Green building diharapkan bisa mengurangi penggunaan energi serta dampak polusi sekaligus juga desain bangunan menjadi ramah lingkungan. Dalam Bulan Mutu Nasional dan Hari Standar Dunia, 2008 dijelaskan bahwa dalam merancang dan mendesain ”Intelligent and Green building” harus memperhatikan : 1. Pemanfaatan material yang berkelanjutan 2. Keterkaitan dengan ekologi lokal 3. Konservasi energi 4. Efisiensi penggunaan air 5. Penanganan limbah 6. Memperkuat keterkaitan dengan alam 7. Pemakaian kembali/renovasi bangunan
Pemanfaatan Material yang Berkelanjutan Penggunaan terkait dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang integral Green building. Dari website http://en.wikipedia.org/wiki/Green_building, Januari 2009, disebutkan bahwa efektif Green building dapat mengakibatkan: o mengurangi biaya operasi dengan meningkatkan produktivitas dan o menggunakan energi dan air yang lebih sedikit, o meningkatkan kesehatan masyarakat dan penduduk karena perbaikan o kualitas udara indoor, dan o mengurangi dampak lingkungan, misalnya, berkurangnya penahan air o runoff dan efek rumah kaca. Dalam website www.jambi-independent.co.id, Januari 2009, disebutkan bahwa material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas yang mempengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai 17
dengan anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan sebelum pelaksanaan konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehingga bangunan tetap berkualitas. Untuk mencari alternatif bahan bangunan yang bersifat praktis, mampu memberi solusi tepat kebutuhan bangunan, dan ramah lingkungan perlu dilakukan survai terlebih dahulu. Hal ini bisa dilihat mulai dari lama waktu proses pengerjaan, tingkat kepraktisan, dan hasil yang diperoleh. Bangunan menggunakan bahan bangunan yang tepat, efisien, dan ramah lingkungan. Beberapa produsen telah membuat produk dengan inovasi baru yang meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam tak terbarukan dengan optimalisasi bahan baku alternatif, dan menghemat penggunaan energi secara keseluruhan. Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi terus dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam. Industri bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan. Konstruksi yang berkelanjutan dilakukan dengan penggunaan bahan-bahan alternatif dan bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi emisi CO2 sehingga lebih rendah daripada kadar normal bahan baku yang diproduksi sebelumnya. Bahan baku alternatif yang digunakan pun beragam. Bahan bangunan juga mempengaruhi konsumsi energi di setiap bangunan. Pada saat bangunan didirikan konsumsi energi antara 5-13 persen dan 87-95 persen adalah energi yang dikonsumsi selama masa hidup bangunan. Dari berbagai macam material bangunan ramah lingkungan yang ditawarkan, satu di antaranya atap Onduline yang terbuat dari selulosa bitumen dan serat organik. Atap ini merupakan atap lembaran yang ringan bahan dasarnya campuran bitumen dan serat organik, menjadikan produk ini ramah lingkungan, mulai dari bahan material, proses produksi, hasil produk bahkan sisa
penggunaan
produk dapat terurai secara alami. Keunggulan dari Onduline selain ramah lingkungan, produk atap lembaran yang terbuat dari selulosa bitumen dan serat organik yang 18
terdiri dari recycle serat kayu dan serat kertas ini dapat meredam panas dan suara sehingga memberikan kenyamanan di kantor atau rumah. Keunggulan lain Onduline adalah tahan karat, sehingga Onduline juga banyak dipakai pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan gudang penyimpanan pupuk (pupuk mengandung urea) dimana proses produksinya menyebabkan material bahan bangunan sangat rentan terhadap karat. Sedangkan material Onduline ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan (tidak mengandung zat-zat berbahaya), bahkan sertifikat WHO menyatakan air dari atap Onduline masih layak untuk diminum. Dalam www.kompas.com, Januari 2009, disebutkan bahwa semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan. Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. Isu penebangan liar (illegal logging) akibat pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja ringan dan aluminium. Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil. Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).
19
Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan. Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovatif desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi. Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat desain dan bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik, teraso, dan parquet. Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik.
Lantai teraso (tegel)
berwarna abu-abu gelap dan kuning yang terkesan sederhana dan antik dapat diekspos baik asal dikerjakan secara rapi. Kombinasi plesteran pada dinding dan lantai di beberapa tempat akan terasa unik. Teknik plesteran juga masih memberi banyak pilihan tampilan. B. Hubungan Antar Ruang -
Ruang di dalam ruang Sebuah bangunan yang luas dapat melingkupi dan memuat sebuah ruangan lain yang
kebih kecil di dalamnya. Kontinuitas visual dan ruang di antara kedua ruang tersebut dengan mudah mampu dipenuhi tetapi hubungan dengan ruang luar dari ruang yang dimuat tergantung kepada ruang penutupnya yang lebih besar. Misalnya ruang kelas dalam gedung sekolah. -
Ruang-ruang yang saling berkaitan Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan terdiri daridua buah ruang yang
kawasannya
membentuk
volume
berkaitan
seperti,
masing-masing
ruang
mempertahankan identitasnya dan batasan ruang. Tetapi, hasil konfigurasi kedua ruang yang saling berkaitan akan tergantung pada beberapa penafsiran.
-
Ruang-ruang yang bersebelahan
20
Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang paling umum. Hal tersebut memungkinkan definisi dan respon masing-masing ruang menjadi jelas terhadap fungsi dan persyaratan simbolis menurut cara masing-masing simblisnya. -
Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama Dua buah ruang yang terbagi oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan satu sama
lain oleh ruang ketiga yaitu ruang pertama. Hubungan akan kedua ruang tersebut menempati satu ruang bersama-sama (Francis D.K Ching, 2000). C. Organisasi Ruang Penyusunan ruang-ruang dapat menjelaskan tingkat kepentingan relatif dan fungsi serta peran simbolis ruang-ruang tersebut di dalam suatu organisasi bangunan. Keputusan mengenai jenis organisasi yang harus digunakan dalam situasi khusus akan tergantung pada: kebutuhan atas program bangunan, seperti pendekatan fungsional persyaratan ukuran, klasifikasi
hirarki
ruang-ruang
dan
syarat-syarat
pencapaian,
pencahayaan
atau
pemandangan. Kondisi-kondisi eksterior dari tapak yang mungkin akan membatasi bentuk atau pertumbuhan organisasi atau yang mungkin merangsang organisasi tersebut untuk mendapatkan gambaran-gambaran tertentu tentang tapaknya dan terpisah dari bentuk-bentuk lainnya. (Ching, 2000, 188). Menurut Ching terdapat lima bentuk organisasi ruang, yaitu ;
Gambar 2. 1. Ilustrasi Organisasi Ruang Sumber : Ching, 2000, hal 189
1. Organisasi Terpusat (Ching, 2000) 21
Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang luas dan dominan.
Gambar 2. 2. Ilustrasi 1 Organisasi Terpusat Sumber : Ching, 2000, hal 190 Ruang pemersatu terpusat, dari suatu organisasi pada umumnya berbentuk teratur dan ukurannya cukup besar untuk menggabungkan sejumlah ruang sekunder di sekelilingya.
Gambar 2. 3. Ilustrasi 2 Organisasi Terpusat Sumber : Ching, 2000, hal 190 Ruang-ruang sekunder dari suatu organisasi mungkin setara satu sama lain dalam fungsi, bentuk dan ukuran, serta menciptakan suatu konfigurasi keseluruhan yang secara geometri teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih.
22
Gambar 2. 4. Ilustrasi 3 Organisasi Terpusat Sumber : Ching, 2000, hal 190 Ruang-ruang sekunder mungkin berbeda satu sama lain dalam hal bentuk atau ukurannya sebagai tanggapan terhadap kebutuhan-kebutuhan individu akan fungsi, menunjukkan kepentingan relatif, atau lingkungan suasana sekitarnya. Perbedaan antara ruang-ruang sekunder juga memungkinkan bentuk dari organisasi terpusat untuk menanggapi kondisi lingkungan tapaknya.
Gambar 2. 5. Ilustrasi 4 Organisasi Terpusat Sumber : Ching, 2000, hal 190 Apabila bentuk organisasi terpusat bersifat tidak berarah, kondisi-kondisi pencapaian dan jalan masuk harus dikhususkan menurut tapak dan ketegasan salah satu ruang sekunder sebagai gerbang masuk.
23
Gambar 2. 6. Ilustrasi 5 Organisasi Terpusat Sumber : Ching, 2000, hal 191 Pola sirkulasi dan pergerakan dalam suatu organisasi terpusat mungkin berbentuk radial, lup atau Spiral. Walaupun hampir dalam setiap kasus pola tersebut akan berakhir di dalam atau di sekeliling ruang pusat.
Gambar 2. 7. Ilustrasi 6 Organisasi Terpusat Sumber : Ching, 2000, hal 191 Organisasi-organisasi terpusat yang bentuk-bentuknya relatif padat dan secara geometric teratur dapat digunakan untuk menetapkan titik-titik atau “tempat-tempat” di dalam ruangan, menghentikan kondisi-kondisi aksial, dan berfungsi sebagai suatu obyek di dalam daerah atau volume ruang yang tetap.
Gambar 2. 8. Ilustrasi 7 Organisasi Terpusat Sumber : Ching, 2000, hal 191
24
2. Organisasi Linier (Ching, 2000) Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-ruang yang berulang serupa dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi. Organisasi ini juga dapat terdiri dari ruang linier tunggal yang menurut panjangnya mengorganisir sederetan ruang-ruang sepanjang bentangnya yang berbeda ukuran, bentuk atau fungsi. Dalam kedua kasus di atas, tiap-tiap ruang di sepanjang rangkaian tersebut memiliki hubungan dengan ruang luar.
Gambar 2. 9. Ilustrasi 1 Organisasi Linier Sumber : Ching, 2000, hal 198 Ruang-ruang yang secara fungsional atau simbolis penting keberadaannya terhadap organisasi dapat terjadi di manapun sepanjang rangkaian linier dan kepentingannya ditegaskan oleh ukuran maupun bentuknya. Kepentingan juga dapat ditekankan menurut lokasinya: (1) pada ujung rangkaian linier, (2) keluar dari organisasi linier, (3) pada titik-titik belok bentuk linier yang terpotong-potong
Gambar 2. 10. Ilustrasi 2 Organisasi Linier Sumber : Ching, 2000, hal 198 Karena panjang karaktemya, organisasi linier menunjukkan suatu arah, dan menggambarkan gerak, perluasan dan perturnbuhan. Untuk membatasi pertumbuhannya, organisasi-organisasi linier dapat dihentikan oleh suatu bentuk atau ruang yang dominan, dengan adanya tempat masuk yang menonjol dan tegas atau penggabungan dengan bentuk bangunan lain atau karena keadaan topografi. 25
Gambar 2. 11. Ilustrasi 3 Organisasi Linier Sumber : Ching, 2000, hal 198 Bentuk organisasi linier bersifat fleksibel dan dapat menanggapi terhadap bermacam-macam kondisi tapak. Bentuk ini dapat disesuaikan dengan adanya perubahanperubahan topografi, mengitari suatu badan air atau sebatang pohon, atau mengarahkan ruang-ruangnya untuk memperoleh sinar matahari dan pemandangan. Bentuknya dapat lurus, bersegmen, atau melengkung. Konfigurasinya dapat berbentuk horisontal sepanjang tapaknya, diagonal menaiki suatu kemiringan atau berdiri tegak seperti sebuah menara.
Gambar 2. 12. Ilustrasi 4 Organisasi Linier Sumber : Ching, 2000, hal 199 Bentuk organisasi linier dapat berhubungan dengan bentu-bentuk lain di dalam lingkupnya dengan: (1) menghubungkan dan mengorganisir bentuk-bentuk di sepanjang bentangnya, (2) berfungsi sebagai dinding atau penahan untuk memisahkan ruang menjadi daerah yang berbeda. (3) mengelilingi dan melingkupi bentuk-bentuk ke dalam sebuah daerah ruang.
Gambar 2. 13. Ilustrasi 5 Organisasi Linier Sumber : Ching, 2000, hal 199
26
Bentuk-bentuk
lengkung
danbersegmen
pada
organisasi-organisasi
linier
melingkupi daerah ruang eksterior pada sisii cekungnya dan mengarahkan ruang-ruangnya menghadap ke, pusat daerah. Pada sisi cembungnya, bentuk-bentuk ini tampak menghadang dan memisahkan ruang di hadapannya terhadap lingkungannya.
Gambar 2. 14. Ilustrasi 6 Organisasi Linier Sumber : Ching, 2000, hal 199 3. Organisasi Radial (Ching, 2000) Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur baik organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah organisasi linier berkembang menurut arah jari-jarinya. Apabila suatu organisasi terpusat adalah sebuah bentuk yang introvert yang memusatkan pandangannya ke dalam ruang pusatnya, maka sebuah organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembang keluar lingkupya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dam menggabungkan dirinya pads unsur-unsur atau benda-benda tertentu pada tapaknya.
Gambar 2. 15. Ilustrasi 1 Organisasi Radial Sumber : Ching, 2000, hal 208
27
Seperti pada organisasi-organisasi terpusat, ruang pusat pada suatu organisasi radial pada umumnya bebentuk teratur. Lengan-lengan linier di mana ruang pusat menjadi porosnya, mungkin mirip satu sama lain dalam hal bentuk dan paniang dan mempertahankan keteraturan bentuk organisasi secara keseluruhan.
Gambar 2. 16. Ilustrasi 2 Organisasi Radial Sumber : Ching, 2000, hal 208 Lengan-lengan radialnya juga dapat berbeda satu sama lain untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan individu akan fungsi dan konteksnya. Variasi tertentu dari orgarisasi radial adalah pola baling-baling di mana lengan-lengan liniernya berkembang dari sisi sebuah ruang pusat berbentuk segi empat atau bujur sangkar. Susunan ini menghasilkan suatu pola dinamis yang secara visual mengarah kepada gerak berputar mengelilingi ruang pusatnya
Gambar 2. 17. Ilustrasi 3 Organisasi Radial Sumber : Ching, 2000, hal 208 4. Organisasi Cluster (Ching, 2000) Untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian Organisaai dalam bentuk kelompok atau cluster mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. sering kali organisasi ini terdiri dari ruang-ruang selular yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasi. sebuah organisasi kelompok juga dapat menerima di dalam komposisinya, ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan atau alat penata visual 28
seperti kesimetrisan atau sebuah sumbu. Karena polanya tidak berasal dari konsep geometri yang kaku, bentuk suatu organisasi kelompok bersifat fleksibel dan dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsungr tanpa mempengaruhi karakternya,
Gambar 2. 18. Ilustrasi 1 Organisasi Cluster Sumber : Ching, 2000, hal 214 Ruang-ruang kelompok atau cluster dapat diorganisir terhadap suatu titik tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang alur gerak yang rnelaluinya. Ruang-ruang dapat jugadikelompokkan berdasarkan luas daerah atau volume ruang tertentu. Pola ini serupa dengan organisasi terpusat, tetapi kurang dalarn hal kepadatan dan keteraturan geometri akhirnya. Ruang-ruang suatu organisasi kelompok dapat juga dimasukkan dalam suatu daerah atau volume ruang yang telah dibentuk.
Gambar 2. 19. Ilustrasi 2 Organisasi Cluster Sumber : Ching, 2000, hal 214 Karena tidak adanya tempat utama di dalam pola organisasi berbentuk kelompok, maka tingkat kepentingan sebuah ruang harus ditegaskan lagi melalui ukuran, bentuk atau orientasi di dalarn polanya.
29
Kondisi simetris, atau aksial dapat dipergunakan untuk memperkuat atau menyatukan bagian-bagian suatu oerganisasi kelompok dan membantu menegaskan pentingnya suatu ruang sekelompok ruang atau dalam organisasi
Gambar 2. 20. Ilustrasi 3 Organisasi Cluster Sumber : Ching, 2000, hal 214 5. Organisasi grid (Ching, 2000) Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang dimana posisinya dalam ruangan dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau bidang grid tiga dimensi
Gambar 2. 21. Ilustrasi 1 Organisasi Grid Sumber : Ching, 2000, hal 220 Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang tegak lurus yang membentuk sebuah pola titik-titik teratur pada pertemuannya. Apabila diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka pola grid berubah menjadi satu set ruang unit modular berulang
Gambar 2. 22. Ilustrasi 2 Organisasi Grid Sumber : Ching, 2000, hal 220
30
Kekuatan yang mengorganisir suatu grid dihasilkan dari keteraturan dan kontinuitas pola-polanya yang meliputi unsur-unsur yang diorganisir.pola-pola ini membuat menjadi satu set atau daerah titik-titik dan garis-garis referensi yang stabil dalam ruang dimana ruang-ruang organisasi grid daerah yang walaupun berbeda dalam hal ukuran, bentuk, atau fungsi, dapat membagi hubungan bersama.
Gambar 2. 23. Ilustrasi 3 Organisasi Grid Sumber : Ching, 2000, hal 220 Suatu grid di dalam arsitektur paling sering dibangun oleh sistem struktur rangka dari kolom dan balok. Dalam daerah grid ini, ruang-ruang dapat terbentuk sebagai beberapa daerah-daerah terisolir atau sebagai pengulangan modul grid. Tanpa melihat penempatannya dalam suatu daerah, ruang-ruang ini, jika dipandang sebagai bentukbentuk positif, akan menciptakan set kedua berupa ruang-ruang negatif.
Gambar 2. 24. Ilustrasi 4 Organisasi Grid Sumber : Ching, 2000, hal 221 Karena sebuah grid tiga dirnerrsi terdiri dari unit-unit ruang modular yang berulang, maka organisasi ini dapat dikurangi, ditambahkan, atau dilapisi, dan identitasnya sebagai sebuah grid tetap dipertahankan dengan kemampuan untuk mengorganisir ruangruang. Manipulasi bentuk demikian dapat digunakan untuk rnenyewakan sebuah bentuk grid terhadap tapaknya, menetapkan tempat masuk atau ruang keluar atau memungkinkan pertumbuhan dan perluasan.
31
Gambar 2. 25. Ilustrasi 5 Organisasi Grid Sumber : Ching, 2000, hal 221 Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan khusus mengenai dimensi ruangruangnya atau untuk menegaskan daerah ruang untuk sirkulasi atau pelayanan, suatu grid dapat dibuat tidak teratur dalam satu atau dua arah. perubahan dimensi ini akan menimbulkan suatu hirarki rnodul-modul yang dibedakan oleh ukuran, proporsi dan lokasinya.
Gambar 2. 26. Ilustrasi 6 Organisasi Grid Sumber : Ching, 2000, hal 221 Sebuah grid dapat mengalami perubahan-perubahan bentu yang lain. Bagianbagian grid dapat bergeser untuk mengubah kontinuitas visual maupun kontinuitas ruang melampaui daerahnya. Pola grid dapat diputus untuk membentuk ruang utama atau menampung bentuk-bentuk alami tapaknya. Sebagian dari grid dapat dipisahkan dan diputar terhadap sebuah titik dalam pola dasarnya. Lewat dari derahnya, grid dapat mengubah kesannya dari suatu pola titik ke garis, ke bidang, dan akhirnya ke ruang
Gambar 2. 27. Ilustrasi 7 Organisasi Grid Sumber : Ching, 2000, hal 221 32
D. Pola Sirkulasi Sirkulasi merupakan ruang gerak atau jalur yang diatur untuk menghubungkan, membimbing dan melintasi bagian-bagian tertentu di dalam bangunan atau ruangan untuk kelancaran bagian itu sendiri, yang berhubungan dengan penghayatan obyek di dalam ruang (Suptandar, 1982). Lebar dan tinggi dari suatu ruang sirkulasi harus sebanding dengan macam dan jumlah lalulintas yang ditampungnya. Sebuah jalan yang sempit dan tertutup akan merangsang gerak. Sebuah jalan dapat diperlebar tidak hanya untuk menampung lebih banyak lalu lintas. Tetapi untuk menciptakan tempat-tempat perhentian, untuk beristirahat atau menikmati pemandangan. Jalan dapat diperbesar dengan meleburkannya dengan ruang-ruang yang ditembusnya. Di dalam sebuah ruang yang luas, sebuah jalan dapat berbentuk bebas, tanpa bentuk atau batasan, dan ditentukan oleh aktivitas di dalam ruangnya (Ching, 1991). Di dalam menentukan dimensi ruang aktivitas, perlu diperhatikan antara lain jarak jangkau yang bisa dilakukan oleh civitas, batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan keleluasaan gerak dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan-kegiatan pada masingmasing ruang. Berikut gambaran ruang gerak sesuai dengan standar kebutuhan (Panero, 2003). Sistem sirkulasi ruang terdapat lima macam, yaitu: 1. Sirkulasi Linier Merupakan alur sirkulasi yang lurus, namun dapat melengkung atau terdiri dari segmensegmen, memotong jalan lain, bercabang atau membentuk kisaran (loop). Dicirikan dengan garis-garis gerakan yang sinambung pada satu arah atau lebih. 2. Sirkulasi Grid Mempunyai karakteristik yang dapat memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah yang berbeda-beda. Terdiri atas dua set jalur sejajar yang berpotongan. 3. Sirkulasi Radial Sirkulasi ini melibatkan konvergensi pada suatu titik pusat yang fungsional dan memudahkan pencapaian sepanjang titik-titik tersebut yang merupakan tujuan bagi pengunjung. 4. Sirkulasi Organik
33
Sirkulasi paling peka terhadap kondisi tapak, kadang-kadang dengan mengorbankan fungsi atau logic dari sistem tersebut dan penafsiran yang mudah terhadapnya oleh pengguna. 5. Sirkulasi Network Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari beberapa jalan yang menghubungkan titik tertentu dalam ruangan. E. Elemen Pembentuk Ruang
Lantai Lantai merupakan bagian bangunan yang berhubungan langsung dengan beban,
baik bebean mati, bergerak ataupun gesek. Karakter lantai harus mempunyai daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban yang datang dari sgela macam perabotan, aktivits manusia dalam ruang dan lain sebagainya. Selain itu, lantai harus bersifat kaku dan tidak bergetar. Lantai memiliki tugas untuk mendukung beban yang datang dari benda perabot dalam suatu ruangan. Seperti perabot rumah tangga, manusia dengan segala aktivitasnya dan kerangka itu harus mampu dan kuat memikul beban mati atau hidup, lalu lintas manusia dan hal lain yang membebani. (Sumber : YB Mangun Wijaya, 1998:329) Persyaratan lantai : a. Lantai harus kuat dan dapat menahan beban diatasnya. b. Mudah dibersihkan c. Kedap suara d. Tahan terhadap kelembaban e. Meberikan rasa hangat pada kaki dan sebagainya. Selain itu, ada pula karakteristik dan juga sifat lantai, yaitu : Karakter Lantai
dapat
menentukan
karakter
ruang,
yaitu
dengan
menggunakan bentuk-bentuk pemilihan bahan, pola maupun warna yang tepat atau sesuai dengan suasana ruang yang ingin dicapai, sehingga
34
karakter lantai dapat dicapai, karakter berat, ringan, luas, sempit, dan sebagainya. Sifat Lantai dapat membentuk sifat tertentu sesuai dengan fungsinya. Dimana lantai dapat membentuk sifat/daerah dalam ruang, yaitu dengan membuat penaikan atau penurunan dari sebagian lantai. Lantai dapat bersifat permanen maupun semi permanen.
Dinding Dinding merupakan bidang nyata yang membatasi suatu ruangan dengan ruangan
yang lainnya. Dimana pembatasan ini bisa dikarenakan adanya perbedaan aktivitas dari kedua ruangan tersebut. Pada dasarnya dinding berfungsi sebagai penahan beban yang menyangga lantai dan atap, sehingga struktur kekuatan dinding sebagai penahan beban harus diperhatikan (John F. Pile, 1992). Dinding merupakan unsur penting pembentuk ruang, baik sebagai unsur konstruktif (penyekat ruang) ataupun sebagai unsur dekoratif. Dalam proses perancangan suatu ruang dalam, dinding mempunyai peranan yang cukup dominan dan memerlukan perhatian khusus. Disamping unsur lain macam tata letak, desain furniture serta peralatan lain yang akan disusun bersama dalam suatu kesatuan dengan dinding. Namun, perlu diingat bahwa dinding juga dapat merusak suasana suatu ruangan. Hal ini dapat terjadi apabila dalam perencanaannya terlalu dipaksakan, terutama dikarenakan dinding tersebut telah ada sebelumnya. Biasanya hal ini terjadi pada renovasi rumah kuno, dimana dinding yang ada lebih berfungsi secara structural (Suptandar, 1999).
Ceiling Pengertian istilah ceiling/plafond, berasal dari kata ”ceiling”, yang berarti
melindungi dengan suatu bidang penyekat sehingga terbentuk suatu ruang. Secara umum dapat dikatakan : ceiling adalah sebuah bidang (permukaan) yang terletak di atas garis pandangan normal manusia, berfungsi sebagai pelindung (penutup) lantai atau atap dan sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya. Dengan jarak ketinggian tertentu dalam bangunan, ceiling sebagai elemen 35
penutup utama pada bidang atas sebagai pembentuk atap bangunan. (Pamudji Suptandar, 1999 : 161) Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup bagian atas. Kesan pertama adalah adanya tinggi rendah ruang, berfungsi sebagai bidang penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler head, audio loudspeaker dan sebagai peredam suara atau akustik (John F. Pile, 1995, hal. 250). Dasar pertimbangan dalam perencanaan ceiling adalah: a) Fungsi ceiling Fungsi dari ceiling selain sebagai penutup ruang juga sebagai pengatur udara dan ventilasi. b) Penentuan ketinggian Penentuan ketinggian didasari oleh pertimbangan fungsi, proporsi ruang, kegiatan ruang, konstruksi dan permainan ceiling. c) Bentuk penyelesaian Bentuk dan penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan fungsinya seperti melengkung, berpola, polos, memperlihatkan struktur, dan sebagainya. (Djoko Panuwun, 1999 : 72)
F. Furniture Furniture adalah benda dalam bangunan atau ruang yang berfungsi membantu manusia dalam beraktifitas. Furniture juga berperan menghadirkan nilai estetis dalam hunian. Bentuk, warna dan detail perancangan furniture kini menjadi faktor penting yang membuat hunian lebih enak dilihat. (Imelda Akmal, 2010).
Dalam proses penciptaan furniture yang baik, tentunya ada standar yang mengikuti. Berikut dipaparkan beberapa faktor yang menentukan baik buruknya suatu furniture : -
Ergonomi dan Antropometrik Human engineering atau sering pula disebut sebagai ergonomic didefinisikan sebagai perancang man-machine interface sehingga pekerja dan mesin atau produk lainnya bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai sistem manusia mesin yang terpadu. Disiplin ini akan mencoba membawa kea rah proses perancangan mesin yang tidak 36
saja memiliki kemampuan produksi yang lebih canggih lagi, melainkan juga memperhatikan aspe-aspek yang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikan mesin tersebut.
Maksud dan tujuan dari ergonomic adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan interaksi manusia dengan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia-mesin yang optimal. Dengan demikian, disiplin ergonomic melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu sistem dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan sistem pula.
Antropometrik adalah ilmu yang secara khusu mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau pun kelompok. Pelopor bidang ini adalah seorang ahli matematika berkebangsaan Belgia, Quetlet, yang pada 1870 memperkenalkan karyanya yang berjudul Anthopometric. Beliau tidak hanya disebut sebagai penemu atau pencetus ilmu tersebut, namun juga merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan istilah “antopometri”.
Gambar 2.28. beberapa standart ukuran yang digunakan (Sumber: Panero, Julius dan Zelnik, Martin. Human Dimension and Interior Space. 1979)
-
Estetika Estetika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berasal dari kata “aisthetikos” atau “aisthanomai” yang berarti mengamati. Dengan indra dan juga kata aesthisisi yang berarti pengamatan. Estetika melihat sesuatu hal mencakup tentang keindahan, kemampuan, perasaan dan cita rasa (EB Feldman, 1967). 37
Aspek dasar dari estetika adalah :
Harmoni atau keselarasan Suatu bentuk bisa dinilai harmonis bila telah menampilkan kesatuan ide. Dengan demikian setiap unsur mendapatkan tingkat dan nilai dalam rangka komposisi keseluruhan. Semakin berbeda dan kontras unsur-unsur dalam suatu bentuk keseluruhan.
Proporsi Proporsi dan skala mengacu pada hunungan antara bagian dari suatu desain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Hubungan benda-benda dari berbagai ukuran dengan ruangan menentukan skala. Ukuran dan bentuk ruangan menentukan jumlah dan ukuran peravotan di dalamnya.
Keseimbangan atau balance Merupakan bagian yang menyangkut dengan keteraturan dan menimbulkan ketenangan. Bobot visual perabotan dan benda-benda di dalam ruang ditentukan oleh ukuran, bentuk, warna dan tekstur yang harus dipertimbangkan dalam menentukan keseimbangan.
Irama Suatu ketarturan yang dengan sendirinya sudah merupakan sesuatu yang monoton dan statis. Dengan memasukkan unsur irama ke dalamnya, barulah suatu rencana kelihatan hidup. Irama dapat dicapai dengan garis yang tidak terputus, gradasi, radiasi, pergantian.
-
Bahan dan Material Material dan bahan yang digunakan dalam sebuah furniture bisa berasal dari semua unsur alam yang ada. Selain itu, tekonologi yang semakin canggih memungkinkan kita untuk menggunakan bahan-bahan buatan olahan pabrik. Dalam penciptaan suatu furniture, penggabungan antara material yang satu dengan yang lainnya tetap harus berdasarkan pada unsur estetika yang meliput harmoni, proporsi, kesimbangan serta irama dari masing-masing bahan.
38
-
Struktur Pengerjaan furniture menggunakan sistem struktur yang sesuai dengan karakter tiap bahan yang dipakai. Perlu diingat, janganlah kita memaksakan struktur suatu bahan atau material yang memang seharusnya tidak digunakan pada teknik tersebut. Karena, pada akhirnya hal tersebut akan mengurangi nilai estetika dari furniture itu sendiri. Selain itu,konstruksinya pun bisa jadi tidak sempurna dan membahayakan penggunanya. Desain furniture dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
Furniture yang berbentuk case (kotak) termasuk chest, meja tulis, lemari dan juga kursi yang tidak memiliki pelapis. Furniture macam ini di Indonesia masih dibuat deari kayu walaupun bahan lai sudah bertambah populer.
Furniture yang dilapisi, misalnya sofa, atau kursi-kursi yang seluruhnya atau sebagian diberi pelapis. Termasuk perlengkapan tidur. (Sumber : Desain Interior, 1999:172)
-
Pola Warna Warna merupakan unsur yang sangat penting di dalam kehidupan ini. Fungsi warna saat ini telah lebih berkembang, dimana tidak hanya sebagai pemberi sentuhan estetis dari suatu benda, tapi juga bisa sebagai alat komunikasi yang baik. Warna adalah suatu kebutuhan yang mendasar. Nenek moyang kita menyadari hal ini, dan banyak tradisi penyembuhan kuno dari berbagai kebudayaan yang menggunakan warna dalam praktiknya. Penggunaan warna dalam terapi penyembuhan ini biasa disebut dengan terapi warna. (Helen Graham, 1998).
Seperti yang telah kita ketahui, setiap warna yang ditampilkan memiliki dampak psikologis yang berbeda-beda pula bagi penikmatnya. Dalam dunian interior, pengaplikasian warna baik dalam ruang ataupun furniture sangatlah penting. Dikemukakan oleh Helen Graham, beberapa efek psikologis yang dapat ditimbulkan dari warna :
39
Merah Memberi energi lebih pada beberapa anggota tubuh, seperti kaki, tungkai, pinggul, saluran kemih dan kelamin. Merangsang aktivitas fisik dan vitalitas. Dimana menimbulkan perasaan aman, stabil, percaya diri dan kehangatan. Warna ini dapat digunakan pada benda-benda atau hal-hal didalam ruang atau gedung dimana dibutuhkan aktivitas fisik yang tinggi dan diruang bermain anak-anak.
Oranye Warna ini memberikan energy pada hati, limpa, pankreas, ginjal dan kandung kemih. Warna ini merangsang metabolism, penceranaa dan penghilangan racun. Sebaiknya jangan menggunakan warna ini pada ruang istirahat. Warna ini baik digunakan pada araea bermain, ruang latihan, sanggar tari dan ruang olahraga (tempat aktivitas social).
Kuning Kuning memberi energy pada kelenjar adrenalin, sistem saraf simpatik sehingga memberi energy pada otot, denyut jantung, pencernaan dan peredaran darah. Gunakan warna kuning di ruang baca dan belajar, ruang pertemuan social dan tempat dimana diperlukan pembicaraan yang hidup. Jangan gunakan warna ini ada anak dan orang dewasa yang hiperaktif, agresif atau memiliki kelaianan perilaku dan juga ruang istirahat.
Hijau Memberi energy pada kelenjar timus, warna ini merangsang jantung, paru-paru, bronchulus, lengan, tangan dan juga kulit. Gunakan warna ini pada setiap ruangan, bangunan dan juga ruang kerja dimana dibutuhkan ketenangan dan kedamaian, 40
kepekaan dan juga hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Baik digunakan pada ruang istirahat dan jangan digunakan pada laboratorium atau ruangan yanv memeprlukan pemikiran analitis.
Biru langit Memberi energy pada kelenjar tiroid sehinggan memberikan energy pada metabolisme dan pengendalian suhu tubuh. Warna ini dapat merangsang suara, ungkapan diri, komunikasi dan tanggung jawab pribadi. Gunakan warna ini untuk kamar tidur, ruang istirahat, klinik, penyimpanan produk susu dan ruangan bagi mereka yang menderita insomnia dan mengalami syok. Jangan gunakan warna ini pada orang dewasa atau anak-anak yang menderita kedinginan atau menggigil, dan bagi penderita metabolisme lambat.
Biru gelap atau indigo Memberi energy pada kelenjar pineal. Warna ini merangsang otak bagian bawah, sistem syaraf pusat dan sistem endokrin. Karena itu warna biru gelap merangsang aktivitas hormonal di seluruh tubuh, proses-proses yang tidak disadari, imajinasi, pemahaman, naluri dan kemampuan psikis atau paranormal. Gunakan warna ini untuk area meditasi atau perenungan. Jangan gunakan warna ini pada ruang bermain atau pusat aktivitas fisik.
Ungu atau violet Memberikan energy pada kelenjar pituitary. Warna ini merangsang otak bagian atas dan sistem syaraf, kreatifitas, ilham, estetika, artistic dan cita-cita luhur. Gunakan pada ruangan dimana terdapat orang-orang yang ingin mengilhami aktivitas artistic, estetik dan juga imajinatif. 41
Baik juga untuk ruang teater dan juga ruang kelas untuk anakanak. Jangan gunakan warna ini di dalam ruangan yang digunakan untuk hiburan datau dimana kita menginginkan adanya percakapan, atau di ruangan yang ditinggali oleh mereka yang memiliki gangguan mental, terutama mereka yang menderita delursi (pkirian atau pandangan yang tidak berdasar atau tidak rasional). (Sumber : Helen Graham, Penyembuhan Dengan Warna, 1998:4)
42