BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dimulai sejak dini dan melatarbelakangi pembentukan karakter siswa. Pendidikan karakter sangat ditekankan pada kurikulum 2013 karena saat ini banyak terjadi peristiwa yang menggambarkan rusaknya moral dan perilaku siswa. Penerapan kurikulum 2013 banyak mengalami kendala, sehingga banyak sekolah yang kembali menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sebelumnya juga sudah menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut Megawangi dalam Kesuma dkk (2011:5) adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya.
Samani
(2012:45)
berpendapat
bahwa
pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntutan kepada siswa untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan 7
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
8
keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan kepribadian seseorang agar memiliki perilaku yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat baik dengan sesama manusia maupun dengan Tuhannya. b. Tujuan Pendidikan Karakter Penerapan pendidikan karakter di sekolah mempunyai tujuan yang baik yaitu untuk pembentukan kepribadian seseorang. Tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah menurut Kesuma (2011:9) adalah sebagai berikut: 1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. 2) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. 3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. 2. Kerja Keras a. Pengertian Kerja Keras Ada 18 nilai-nilai karakter dan budaya bangsa. Penelitian ini mengambil salah satu nilai karakter yang dikembangkan yaitu kerja keras. Kerja keras menurut Kesuma (2011:17) adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan atau yang menjadi tugasnya sampai
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
9
tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang dimaksud yaitu mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/kemaslahatan manusia (umat) dan lingkungannya. Kerja keras menurut Mustari (2011:51) adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaikbaiknya. Kerja keras menurut Hasan dkk (2010:33) adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kerja keras adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang secara sungguhsungguh dan tidak mudah putus asa dalam mengatasi suatu masalah atau hambatan belajar agar mendapatkan hasil yang lebih produktif serta dapat meningkatkan prestasi belajar. b. Indikator Kerja Keras Indikator kerja keras menurut Hasan dkk (2010:33) dalam sekolah untuk kelas IV-VI sangatlah banyak macamnya, diantaranya: 1) 2) 3) 4) 5)
Mengerjakan tugas dengan teliti dan rapi. Mencari informasi dari sumber-sumber di luar sekolah. Mengerjakan tugas dari guru pada waktunya. Fokus pada tugas-tugas yang diberikan oleh guru di kelas. Mencatat dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dibaca, diamati, dan didengar untuk kegiatan kelas. Ada 18 nilai karakter dan kerja keras merupakan salah satu nilai
yang masih harus ditingkatkan. Hal ini dikarenakan ada beberapa siswa yang belum mengerjakan tugas dengan teliti dan rapi, lupa atau tidak
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
10
mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, dan kurang fokus pada materi yang disampaikan oleh guru. Beberapa hal tersebut masih belum sesuai dengan indikator kerja keras yang disebutkan dalam Hasan dkk, sehingga penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 3 Karanggude untuk mengetahui seberapa jauh kerja keras siswa sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan oleh Hasan dkk di atas. Indikator kerja keras yang sudah diketahui, kemudian dikembangkan menjadi sepuluh butir pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif. 3. Prestasi Belajar Perolehan prestasi belajar siswa yang tinggi menandakan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa baik faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar seperti dorongan dari orang tua dan lingkungan sekitar. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti kemauan untuk belajar. Prestasi menurut Arifin (2011:12) berasal dari bahasa Belanda yaitu Prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan pada aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan khususnya pembelajaran. Prestasi belajar adalah umpan balik yang diberikan kepada
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
11
guru sehingga guru tahu apakah masih perlu diadakan pengulangan materi atau bimbingan yang lebih kepada siswa. Pengulangan materi belajar masih perlu dilakukan jika prestasi masih belum sesuai dengan yang diharapkan, jika prestasi sudah sesuai dengan apa yang diharapkan guru, dapat melanjutkan pembelajaran ke materi selanjutnya. Penelitian yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 3 Karanggude menggunakan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan hasil baik yang diukur melalui soal evaluasi yang diberikan di setiap akhir pembelajaran. 4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Pengertian sains atau IPA menurut Susanto (2013:167) adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Wahyana dalam Trianto (2011:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
12
b. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ada 5 karakteristik pembelajaran IPA menurut Jacobson dan Bergman dalam Susanto (2014:170) yang meliputi: 1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori. 2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya. 3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam. 4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja. 5) Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif. c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Selain memiliki 5 karakteristik, dalam pembelajaran IPA juga memiliki tujuan. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Badan Nasional Standar Pendidikan dalam Susanto (2014:171) yaitu: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
13
d. Materi Perubahan Lingkungan Berdasarkan pembahasan di atas, materi yang digunakan dalam penelitian siswa kelas IV SD Negeri 3 Karanggude yaitu materi perubahan lingkungan. Hal ini dikarenakan kerja keras dan prestasi belajar IPA yang masih kurang. Standar Kompetensi yang akan digunakan
yaitu
memahami perubahan
lingkungan
fisik
dan
pengaruhnya terhadap daratan. Kompetensi Dasar yang akan digunakan yaitu menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) dan mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). 5. Model Pembelajaran Joyce & Weil dalam Rusman (2013:133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran menurut Trianto (2011:51) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model
pembelajaran
merupakan
kerangka
konseptual
yang
menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan siswa.
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
14
Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut, maka model mengajar dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi guru dalam melaksanakan aktifitas pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan model disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Model yang digunakan dalam penelitian siswa kelas IV SD Negeri 3 Karanggude yaitu model pembelajaran berbasis masalah. 6. Model Pembelajaran Berbasis Masalah a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran Berbasis Masalah atau yang disingkat PBM merupakan
salah
memungkinkan
satu
alternatif
dikembangkannya
model
pembelajaran
keterampilan
berpikir
yang siswa
(penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah. Pemilihan model pembelajaran yang tepat oleh guru dapat memacu semangat siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif. Tan dalam Rusman (2013:229) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM, kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,
mengasah,
menguji,
dan
mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
15
Made (2012:91) menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah menurut Sanjaya (2010:214) adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Berdasarkan penjelasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah di kehidupan nyata agar siswa dapat menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan dalam proses pembelajaran. b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah Karakteristik pembelajaran berbasis masalah menurut Rusman (2013:232) adalah sebagai berikut: 1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar. 2) Permasalahan yang diangkut adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur. 3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspectif). 4) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. 5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama. 6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM. 7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif. 8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan. 9) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar. 10) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
16
c. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah menurut Ibrahim dan Nur dan Ismail dalam Rusman (2013:243) disajikan pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah Fase
1
2
3
4
5
Langkah-langkah
Tingkah Laku Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang Orientasi siswa pada diperlukan, dan memotivasi siswa masalah terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Membantu siswa mendefinisikan dan Mengorganisasi siswa mengorganisasikan tugas belajar untuk belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang Membimbing sesuai, melaksanakan eksperimen pengalaman individual untuk mendapatkan penjelasan dan atau kelompok pemecahan masalah. Membantu siswa dalam Mengembangkan dan merencanakan dan menyiapkan menyajikan hasil karya yang sesuai seperti laporan, karya dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. Membantu siswa untuk melakukan Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap mengevaluasi proses penyelidikan mereka dan proses pemecahan masalah yang mereka gunakan.
Model yang digunakan dalam penelitian siswa kelas IV SD Negeri 3 Karanggude yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Pemilihan model ini disesuaikan dengan permasalahan yang ada yaitu masih kurangnya kerja keras dan prestasi belajar siswa di mata pelajaran IPA materi perubahan lingkungan. Penggunaan model ini diharapkan dapat meningkatkan kerja keras dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Karanggude.
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
17
7. Alat atau Media Pembelajaran Alat menurut Djamarah (2010:47) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Media menurut Djamarah (2010:121) merupakan alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Gerlach dan Ely dalam Azhar (2011:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Fungsi utama media pembelajaran yaitu sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Alat
atau media
yang digunakan dalam pembelajaran yang
menggunakan model PBM dalam penelitian siswa kelas IV SD Negeri 3 Karanggude berupa benda nyata atau konkret seperti tanah, rumput, pasir, air, cething, nampan, gelas plastik, dan rumah-rumahan sebagai alat peraga pengaruh abrasi, erosi, banjir, serta tanah longsor. Alasan penggunaan benda nyata yaitu agar siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan karena pada dasarnya anak usia SD masih sulit memahami materi hanya dengan berimajinasi. Selain itu, pemilihan media juga disesuaikan dengan materi perubahan lingkungan.
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
18
B. Hasil yang Relevan Penelitian yang menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) telah banyak dilakukan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasil yang baik. Hasil penelitian yang relevan ini diambil dari beberapa jurnal asing. 1. “Problem Based Learning: An Instructional Model and Its Contructivist Framework” oleh John R. Savery & Thomas M. Duffy bulan Juni tahun 2011 menyatakan bahwa: “Some of the features of the PBL environments are that the learners are actively engaged in working at tasks and activities which are authentic to the environment in which they would be used. The focus is on learners as constructor of their own knowledge in a context which is similar to the context in which they would apply that knowledge. Students are encouraged and expected to think both critically and creativelly and to monitor their own understanding i.e function at a metacognitive level. Social negotiation of meaning is an important part of the problem solving team structure and the facts of the case are only fact when the group decides they are.” Beberapa keuntungan dari PBM adalah membuat siswa secara aktif terlibat dalam mengerjakan tugas dan kegiatan yang berlangsung di lingkungan yang akan digunakan (lingkungan kelas). Fokusnya adalah siswa mengembangkan pengetahuan mereka sendiri dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh. Siswa diharapkan dapat berpikir kritis dan kreatif serta dapat mengetahui sejauh mana pemahaman mereka. Kerja sama di dalam kelompok menjadi suatu bagian yang penting di dalam pemecahan masalah dan masalah yang diberikan merupakan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari serta hasilnya diputuskan bersama di dalam kelompok.
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
19
“In PBL, all of the learning arises out of consideration of the problem. From the start, the learning is synthesized and organized in the context of the problem. The contrast is perhaps that the PBL approach is a cognitive apprenticeship focusing on both the knowledge domain and the problem solving associated with that knowledge domain or profession.” Pada PBM, semua pembelajaran diarahkan pada permasalahan dan permasalahan tersebut disusun secara teroganisir. Lebih lanjut bahwa pendekatan PBM menekankan pada aspek kognitif yang berfokus pada kedua bidang yaitu pengetahuan dan pemecahan masalah yang terkait dengan keahlian dalam memecahkan suatu masalah. 2. “Using Problem Based Learning to Explore Unseen Academic Potential” oleh Sheelagh A. Gallagher dan James J. Gallagher bulan Maret tahun 2013 menyatakan bahwa: “The results also suggest that the benefits of the PBL classroom go beyond content delivery, skill development, and enhanced engagement. One of these benefits seems to be the opportunity to identify students who have advanced academic potential. In this study students were so engaged by the ill-structured problem they didn’t notice that they are working harder and thinking more” Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu keuntungan dari penggunaan
PBM
dapat
digunakan
untuk
menyampaikan,
mengembangkan keterampilan dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Keuntungan ini dapat menjadi kesempatan untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi akademik yang tinggi, selain itu siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang tidak terstruktur dan tanpa disadari siswa telah bekerja keras dan berpikir lebih.
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
20
C. Kerangka Berpikir Komponen sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, penjaga sekolah, komite dan juga masyarakat sekitar. Komponen tersebut saling bekerjasama dalam mengembangkan mutu sekolah demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh sarana dan prasarana, media pembelajaran, dan yang paling penting yaitu kreatifitas seorang guru. Guru mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran di kelas sehingga guru harus dapat menggunakan model dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, dengan tujuan agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Selain itu, suasana di kelas juga harus diperhatikan agar siswa tidak merasa bosan dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga prestasi belajar yang diperoleh akan meningkat. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 3 Karanggude, banyak masalah yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran IPA pada umumnya, khususnya pada materi perubahan lingkungan. Masalah tersebut diantaranya kurangnya kerja keras siswa sehingga mempengaruhi perolehan prestasi belajar. Maka dari itu, penelitian yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya kerja keras dan perolehan prestasi belajar siswa yang dihadapi oleh SD Negeri 3 Karanggude.
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
21
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan sekurang-kurangnya dalam 2 siklus, namun apabila dalam siklus ke 2 permasalahan belum teratasi, maka dapat dilakukan dalam 3 siklus. Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir dapat digambarkan dalam gambar 2.1 berikut: Kerja keras dan prestasi siswa masih kurang
Tindakan
Guru belum mengajarkan dengan model PBM
Guru menggunakan model PBM
Kondisi awal siswa
Siklus 1 dalam pembelajaran menggunakan model PBM
Evaluasi
Kondisi akhir siswa
Kerja keras dan prestasi belajar meningkat
Siklus 2 dalam pembelajaran menggunakan model PBM
Evaluasi
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016
22
D. Hipotesis Tindakan Pembelajaran akan berjalan dengan baik sejalan dengan persiapan yang matang.
Penggunaan
model
pembelajaran
dan
media
juga
sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan. Berdasarkan deksripsi teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir, maka dapat disimpulkan hipotesis dari penelitian ini adalah: 1) Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam IPA materi perubahan lingkungan kelas IV SD Negeri 3 Karanggude dapat meningkatkan kerja keras siswa. 2) Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam IPA materi perubahan lingkungan kelas IV SD Negeri 3 Karanggude dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Upaya Meningkatkan Kerja..., Yulis Pramono, FKIP, UMP, 2016