BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa,dan harus lebih tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang diperoleh siswa(Sudjana,1989:111) Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.. Clark dalam Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2001:39) mengungkapkan hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Sedang menurut Caroll dalam R.Angkowo & A.Kosasih (2007:51),bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu (1) bakat belajar, (2) waktu yang tersedia untuk belajar,(3) kemampuan individu,(4) kualitas pengajaran,(5) lingkungan. Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada para peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajarinya (Gatot Muhsetyo, 2008). Menurut Schaf (1966:28) matematika mempunyai ciri yaitu abstrak,general, dan tetap pada strukturnya. Bersifat abstrak karena semua obyek matematika bersifat abstraksi.Dengan abstraksi orang berpikir tanpa terganggu hal-hal yang konkrit. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut diatas.Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau gagasan dengan menggunakan ide atau gagasan dengan menggunakan symbol,tabel,diagram,dan media lain. Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
4
5
pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran Matematika yang ditujukan bagi siswa kelas V SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas 5 Semester 1 Standard Kompetensi 1.Melakukan Operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar 1.1. Melakukan Operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya,pembulatan, dan penafsiran.
Sumber: Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006.
2.1.2 Model pembelajaran Think Pairs and Share Kata “Thinking” berarti pembelajaran diawali dengan pemberian pertanyaan oleh guru yang berhubungan dengan materi.Sedang “Pairing” adalah dimana guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan.Masing-masing pasangan diberi kesempatan untuk berdiskusi,hasil diskusi dari masing-masing dibicarakan bersama satu kelas hal itu disebut “Sharing”.Diharapkan dalam diskusi terjadi Tanya jawab yang mendorong pengontruksian pengetahuan secara integrasi(Supriyono,2008) Model pembelajaran Think Pairs and Share adalah model pembelajaran dimana guru menyampaikan materi secara klasikal,guru memberi persoalan kepada siswa dan siswa bekerja secara berkelompok berpasangan sebangku-sebangku (Think Pairs) dan dilanjutkan dengan presentasi kelompok ,diberikan kuis secara individual,buat skor perkembangan setiap siswa,umumkan hasil kuis dan berikan reward. Strategi Think Pairs and Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends(1997), bahwa Think Pairs and Share merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam metode ini memberi lebih banyak siswa waktu berpikir,merespon dan saling membantu.
6
Menurut (Wawan Junaidi,2009:1) langkah-langkah pembelajaran Think Pairs and Share adalah sebagai berikut: Langkah I : Berpikir (thinking) Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang terkait dengan pelajaran dan siswa diminta menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri. Langkah II ; Berpasangan (Pairing) Lalu guru meminta murid berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.Interaksi selam waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang di identifikasi.Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Langkah III : Berbagi ( Sharing) Pada langkah akhir ,guru meminta pasangan-pasangan berbagi denagn keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapatkan kesempatan untuk melapor. Arends,(1997) disadur Tjokrodihardjo,(2003).
Langkah-langkah yang di lakukan dalam model pembelajaran Think Pairs and Share (Frank Lyman dalam Depdiknas,2008): a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. b. Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru. c. Peserta didik diminta berpasangan dan mengemukaan hasil pemikiran masingmasing. d. Guru memimpin pleno kecil dan masing-masing kelompok mengemukakan hasil diskusinya. e. Berawal dari hal tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh siswa. f.
Guru memberi kesimpulan
g. Penutup
7
Keunggulan model pembelajaran Think Pairs and Share: a. Siswa akan lebih bersemangat dalam belajar. b. Konsentrasi siswa akan terfokus pada diskusi. c. Siswa tidak punya waktu lagi untuk menganggu temannya karena disibukkan berdiskusi dengan pasangannya. d. Materi akan cepat tersampaikan,karena melalui diskusi anak yang sudah paham akan menularkan pada temannya. e. Proses pembelajaran akan lebih efektif. Kelemahan model pembelajaran Think Pairs and Share: a. Tergantung pemahaman konsep masing-masing pasangan b. Guru harus tanggap dan segera meluruskan pemahaman yang salah dari setiap pasangan. c. Guru harus tepat mengatur waktu karena waktu pembelajaran yang tidak baik pembelajaran tidak akan efektif. d. Pada akhir pembelajaran dalam menyimpulkan guru harus meluruskan pemahaman konsep yang salah.
Solusi dari Kelemahan model pembelajaran Think Pairs and Share: a. Guru harus mematangkan pemahaman konsep dari sebagian siswa agar bisa menularkan kemampuannya pada temannya b. Dalam membagi kelompok harus cermat karena dalam satu pasangan harus ada salah satu yang menguasai materi. c. Guru harus membagi waktu dengan efektif dalam skenario pembelajaran agar pelaksanaan diskusi menjadi lancar.
2.1.3 Penelitian yang Relevan Dari penerapan model pembelajaran Think Pairs and Share terbukti hasil belajar siswa meningkat ,dengan adanya kerjasama antar siswa dengan pasangan masing-masing akan menambah pemahamannya terhadap materi operasi hitung bilangan bulat seperti yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya sebagai berikut:
8
a) Sri Hartuti (2009) dalam penelitiannya yang berjudul dalam penelitiannya yang berjudul “ Peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran Think Pairs and Share pada siswa kelas V SDN Karangwage 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati semester I Tahun Pelajaran 2009/2010” prosentase ketuntasan siswa dapat mengalami peningkatan dari 25% pada siklus I menjadi 95% pada siklus II. b)
Jumadi (2011) dalam penelitiannya yang berjudul dalam penelitiannya yang berjudul “ Peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran Think Pairs and Share pada siswa kelas V SDN Kajar 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati semester I Tahun Pelajaran 2011/2012” prosentase ketuntasan siswa dapat mengalami peningkatan dari 35% pada siklus I menjadi 95% pada siklus II.
c) Sri Yulikah (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar matematika melalui model pembelajaran Think Pairs and Share siswa kelas V SDN Trangkil 05 semester I Tahun 2012/2113” dapat meningkatkan ketuntasan siswa dari 25% mencapai 90%.
2.1.4 Kerangka Pikir Berdasarkan kajian teoritis di atas maka dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut: i.
Penerapan model pembelajaran Think Pairs and Share siswa yang pandai akan mengajari pasangannya yang kurang pandai untuk memahami materi pelajaran.
ii.
Dari proses pembelajaran Think Pairs and Share diharapkan ada kerjasama antar siswa dengan pasangannya dan dapat diadakan sharing antar pasangan dalam kelompok
iii.
Dengan adanya kerjasama yang efektif diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada operasi bilangan hitung bulat.
9
SK : 1.Melakukan operasi bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
Model Pembelajaran Think Pairs and Share
Pembelajaran Konversional
Langkah - Langkah
Penilaian Hasil Belajar
Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan
Peserta didik diminta berpasangan dan mengemukaan hasil pemikiran masing-masing.
Guru memimpin pleno kecil dan masing-masing kelompok mengemukakan hasil diskusinya Berawal dari hal tersebut mengarahkan pembicaraan Unjuk kerja pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh siswa.
Guru memberi kesimpulan Penutup Tes Formatif
Hasil belajar ≤ KKM (75) Unjuk kerja
Unjuk kerja
Unjuk kerja
Unjuk kerja
Skor Penilaian Proses Belajar
Unjuk kerja
Unjuk kerja
Hasil Belajar ≥ KKM 75
Unjuk kerja Skor Penilaian Hasil
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran Think Pairs and Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar.
10
2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : .Model pembelajaran Think Pairs and Share dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Karangwage 02 Trangkil Pati semester I Tahun pelajaran 2013/2014.