BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1
Hakikat IPA Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk, proses, sikap dan aplikasi.
Secara sederhana IPA didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala- gejala alam. Darmojo (dalam Samatowa 2010: 2) mengemukakan “IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya”. Selain itu Nassh 1993 (dalam Samatowa 2010: 2) menyatakan bahwa “IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam”. IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam, maka pembelajaran IPA berhubungan erat dengan kehidupan sehari- hari siswa. Mengajak siswa mengamati alam sekitar memberikan pengalaman belajar secara langsung. Siswa dapat mengkonstruksi pengalaman belajarnya sendiri ketika aktif berinteraksi dengan objek lingkungan sekitar. Proses penyerapan konsep ke dalam struktur kognitif siswa akan membentuk kemampuan berpikir untuk menanggapi masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. IPA berdasarkan pendapat dari beberapa ahli adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam untuk dipelajari siswa agar dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
7
8
2.1.2
Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah akibat dari suatu proses belajar. Sudjana (2008: 28)
berpendapat bahwa “Hasil belajar merupakan penguasaan atas materi yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung”. Hal ini berkaitan erat dengan struktur kognitif siswa dalam bentuk nilai. Nilai merupakan alat ukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi yang telah diberikan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 32) “Hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindakan dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”. Maka tes sebagai alat untuk mengukur hasil belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto,2010: 54): a. Faktor Intern Faktor Intern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor intern meliputi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Menurut pendapat dari beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran untuk mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru yang ditunjukkan dengan nilai tes dari setiap akhir pokok bahasan. Dalam penelitian ini yang
9
dimaksud hasil belajar IPA yaitu nilai tes formatif yang diperoleh dari siswa dalam mata pelajaran IPA setelah kegiatan proses belajar dan mengajar.
2.1.3
Model Pembelajaran Kooperatif Soekamto (dalam Trianto 2011:22) mengemukakan maksud dari “Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Sedangkan menurut Arends (dalam Suprijono, 2012:46) “Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning), merujuk pada berbagai maca,m metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran” (Slavin, 2005:4). Roger (Huda, 2011:29) menyatakan “Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok- kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan di dorong untuk meningkatkan pembelajaran anggotaanggota yang lain”.
10
Jadi model pembelajaran kooperatif adalah prosedur yang sistematis sebagai pedoman guru untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran kelompok sehingga siswa bekerja sama antar anggota kelompok untuk menguasai materi.
2.1.3.1 Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif kadang dianggap sebagai “sekedar” belajar kelompok. “Padahal pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok, bahkan dalam beberapa hal yang lebih dari sekedar belajar kelompok” (Huda 2011:79). Jadi model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengemukakan lima unsur model cooperative learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota dan (5) evaluasi proses kelompok (dalam Anita Lie, 2002:31)
2.1.3.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran yang menggunakan modelkooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut Arends (dalam Gie, 2010): a.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar.
b.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.
Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.
d.
Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
11
Dalam hal ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Menurut Slavin (dalam Trianto 2011:57) “Belajar kooperatif menekan pada tujuan dan kesuksesan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua tim siswa diberi lembar kegiatan siswa(LKS) yang berisi pertanyaan atau tugas. Selama bekerja secara tim, tugas utama anggota tim adalah menguasai materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu diantara teman satu tim.
2.1.3.3 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Johnson & Johnson (dalam Trianto 2011:57) menyatakan bahwa: Tujuan pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Karena siswa bekerja dalam satu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan ketrampilan-ketrampilan proses kelompok dan pemecahan masalah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Zamroni (dalam Trianto 2011:57) mengemukakan bahwa: Manfaat penerapan belajar kooperatif dalam mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input atau level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat. Jadi tujuan pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa dengan bekerja secara tim untuk meningkatkan penguasaan terhadap materi siswa baik individu maupun kelompok seiring dengan meningkatnya ketrampilan sosial antar siswa.
12
2.1.3.4 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase, yaitu (Suprijono 2012:65): a.
Fase 1: Present goals dan set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik. Perilaku Guru: Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar. b.
Fase 2: Present information
Mnenyampaikan informasi. Perilaku Guru: Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal. c.
Fase 3: Organize student into learning teams
Menggorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar. Perilaku Guru: Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. d.
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar. Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya. e.
Fase 5: Test on the materials (mengevaluasi).
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasilnya. f.
Fase 6: Provide recognition (memberikan pengakuan atau penghargaan).
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
13
2.1.4
Model Pembelajaran Team Game Tournament
2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Team Game Tournament. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a)
Siswa Bekerja Dalam Kelompok – Kelompok Kecil Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4
orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan. b)
Games Tournament Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 4 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci
14
tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah
15
disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya. c)
Penghargaan Kelompok Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah
menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain Pemain dengan
Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
Top Scorer
40
High Middle Scorer
30
Low Middle Scorer
20
Low Scorer
10
16
Tabel 2.2 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain Pemain dengan
Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
Top scorer
60
Middle scorer
40
Low scorer
20
(Sumber : Slavin, 1995:90) Dengan keterangan sebagai berikut: Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer (skor tinggi), Low Middle Scorer (skor rendah), Low Scorer (skor terendah), (skor sedang) Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu : a.
Mengajar (teach) Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau
kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. b.
Belajar Kelompok (team study) Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
17
(1) Permainan (Game Tournament) Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. (2) Penghargaan kelompok (team recognition) Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut. Tabel 2.3 Kriteria Pengahrgaan Kelompok Kriteria (Rerata Kelompok)
Predikat
30 sampai 39
Tim Kurang baik
40 sampai44
Tim Baik
45 sampai 49
Tim Baik Sekali
50 ke atas
Tim Istimewa
(Sumber Slavin, 1995 )
Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali variasi. Salah satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments). Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang
18
berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka). Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu: a.
Penyajian kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas,biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini ,siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru,karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. b.
Kelompok (team) Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi
kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
19
c.
Game Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor. Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai reviu materi pembelajaran. d.
Turnamen (tournament) Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa
yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader 2 .Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya
20
adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader 1 ,chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban. Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam.Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader 1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger 3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader 2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru. e.
Penghargaan kelompok (team recognise) Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,masing-masing team
akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Jadi model pembelajaran Team Game Tournament adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdapat unsur permainan akademik atau turnamen sehingga siswa tidak berasakan bosan karena ada unsur turnamen. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai 5 siswa yang berbeda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang. (3) Langkah-langkah model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) tipe 2 menurut Lembaga Pedidikan dan Pembelajaran UNM, 2007 adalah sebagai berikut: a.
Siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 4 siswa
b.
Guru menyediakan kartu soal, kartu jawaban, kartu nomor dan lembar penilaian
c.
Setiap siswa mengambil kartu nomor
21
d.
Siswa yang memperoleh angka tertinggi bertugas sebagai reader 1, tertinggi kedua menjadi penantang 1, tertinggi ketiga menjadi penantang 2 dan angka terendah menjadi reader 2
e.
Pada putaran pertama, reader 1 mengocok kartu nomor, mengambil satu kartu nomor kemudian mengambil satu kartu soal sesuai dengan kartu nomor yang diambilnya
f.
Reader 1 membaca soal menjawab soal yang dibaca, apabila anggota kelompok ada yang tidak setuju dengan jawaban reader 1, maka penantang 1 diberi hak untuk menjawab, jika jawaban penantang 1 juga tidak disetujui maka penantang 2 berhak menjawab.
g.
Reader 2 membacakan kunci jawaban
h.
Pada putaran kedua, posisi reader 1 ditempati penantang 1, posisi penantang 1 ditempati penantang 2, posisi penantang 2 ditempati reader 1 dan posisi reader 2 ditempati reader 1. Setiap pergantian nomor soal posisi tempat duduk berpindah searah jarum jam
i.
Tournament selesai apabila seluruh soal telah terambil
j.
Siswa merekap hasil skor, guru mengumumkan pemenang Tournament.
2.1.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Team Game Tournament a.
Kelebihan TGT
1)
Siswa tidak tegantung kepada guru dan akan menambahkan rasa kepercayaan dengan kemampuan diri untuk berpikir mandiri, menentukan informasi dari berbagai sumber, dan hasil belajar bersama siswa lainnya.
2)
Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain.
22
3)
Menumbuhkan sikap respek pada orang lain, dengan menyadari keterbatasan dan bersedia menerima segala perbedaan.
4)
Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5)
Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial, termasuk mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal, keterampilan mengelola waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
6)
Mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahaman siswa, serta menerima umpan balik.
7)
Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan mengubah belajar abstrak menjadi riil.
8)
Meningkatkan motivasi belajar dan melahirkan rangsangan untuk berpikir, yang akan sangat berguna bagi proses pembelajaran jangka panjang.
b.
Kekurangan TGT
1)
Dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk memahami filosofi pembelajaran tim, sehingga siswa yang memiliki kemampuan lebih akan merasa terhambat oleh siswa lainnya yang memiliki kemampuan dibawahnya.
2)
Bukan merupakan pekerjaan yang mudah, untuk mengkolaborasi kemampuan individual siswa bersama dengan kemampuan kerjasamanya.
3)
Penilaian yang didasarkan pada kerja kelompok, seharusnya dapat didasari oleh guru bahwa sebenarnya hasil dan prestasi yang diharapkan adalah prestasi yang diharapkan adalah prestasi dari setiap individu siswa.
23
4)
Dengan diciptakannya kondisi saling membelajarkan antara siswa, bisa jadi dapat menimbulkan pemahaman yang tidak seharusnya atau tidak sesuai dengan harapan.
2.2 Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Menurut Sularmi, dalam skripsi yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 6, SD N Sidoharum Kabupaten Musi Rawas Melalui Model Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)”. Kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah penggunaan model kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam mata pelajaran matematika berpengaruh tinggi terhadap motivasi peserta didik SD N Sidoharum. Menurut Iftitah Lisnasari (2009), dalam skripsi “Implementasi Model Pembelajaran Kolaborasi Jigsaw dan Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada siswa kelas 6 dalam Mata Pelajaran IPS SD Negeri Turen”. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah implementasi model pembelajaran kolaborasi jigsaw dan TGT dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Arifah Nur Triyani (2009), dalam skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika pada Siswa Pokok Bahasan Peluang dan Statistika di SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta dengan Model Kooperatif Tipe TGT”, kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah bahwa penggunaan model TGT dalam materi peluang dan statistik siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. Menurut Suhadi Mukhan (2008), dalam skripsi yang berjudul “Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Siswa Kelas II SMPN 4 Danau Panggang Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT”, kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah
24
bahwa minat dan motivasi siswa dalam belajar menjadi lebih menarik dengan penggunaan model pembelajaran TGT di SMPN 4 Danau Panggang. Menurut Nur Laila Hidayati (2009) dalam skripsi “Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Materi Peluang Dan Statistika”, kesimpulan yang dapat ditarik antara lain keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa.
2.3 Kerangka Berpikir Sistem pendidikan di Indonesia sekarang telah mengalami pegeseran paradigma dari teaching centered ke student centered learning. Namun proses pembelajaran IPA pada umumnya, guru hanya menjelaskan konsep dan teori yang bersifat verbalisme. Hal ini mengakibatkan siswa menganggap IPA itu sulit, dikarenakan konsep yang bersifat abstrak sulit diterima oleh siswa, dan cenderung mudah lupa. Kurangnya keterlibatan siswa
dan
penggunaan
media
yang
menarik
dalam
proses
pembelajaran
IPA,mengakibatkan siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya. Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang melibatkan proses berpikir, pengamatan, keaktifan serta kesadaran terhadap gejala-gejala alam. Oleh karena itu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran memerlukan suatu inovasi. Salah satunya menerapkan model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator. Melalui model pembelajaran kooperatif, mampu meningkatkan
25
keaktifan seluruh siswa dan siswa akan mudah memahami konsep yang sulit jika siswa berdiskusi dengan temannya. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Teams Games Tournament (TGT). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) akan memberikan manfaat kepada siswa yang sangat besar dalam proses pembelajaran. Strategi dalam model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah difokuskan pada kerjasama tim untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kerjasama siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi karena mendapat komunikasi dari berbagai ararh. Strategi ini menjadikan hubungan antar pribadi meningkat, karena disini terjadi kerjasama yang tidak membedakan antar anggota kelompok. Selain itu dalam menerapkan TGT sangat membantu pemahaman dan pengetahuan siswa pada materi pelajaran IPA. Penerapan TGT dapat mengkondisikan suasana belajar lebih menyenangkan dan mampu menumbuhkan motivasi serta semangat belajar siswa. Siswa pun aktif dalam pembelajaran sehingga mempengaruhi hasil belajarnya. Kajian penelitian yang sudah dilakukan peneliti terdahulu menyebutkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Kerangka piker dapat digambarkan sebagai berikut:
26
Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional
Guru kurang mengaktifkan kegiatan siswa di kelas
Hasil belajar IPA siswa rendah di bawah KKM ≤ 70
Ketrampilan interaksi sosial dan kerjasama antar siswa kurang.
Diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pelajaran IPA Langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT: 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7. 8. 9. 10.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Guru menyediakan kartu soal, kartu jawaban dan lembar penilaian. Setiap siswa mengambil kartu nomor. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi bertugas sebagai reader 1, tertinggi kedua menjadi penantang 1, tertinggi ketiga menjadi penantang 2 dan angka terendah menjadi reader 2. Pada putaran pertama, reader 1 mengocok kartu nomor, mengambil satu kartu nomor kemudian mengambil satu kartu soal sesuai dengan kartu nomor yang diambilnya. Reader 1 membaca soal menjawab soal yang dibaca, apabila anggota kelompok ada yang tidak setuju dengan jawaban reader 1, maka penantang 1 diberi hak untuk menjawab, jika jawaban penantang 1 juga tidak disetujui maka penantang 2 juga berhak menjawab. Reader 2 membacakan kunci jawaban. Pada putaran kedua, posisi reader 1 ditempati penantang 1, posisi penantang 1 ditempati penantang 2, posisi penantang 2 ditempati reader 2 dan posisi reader 2 ditempati reader 1. Tournament selesai apabila seluruh soal telah terambil Siswa merekap hasil skor, guru mengumumkan pemenang tournament.
Kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan.
Hasil belajar IPA siswa meningkat ≥ 70
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Penelitian
Siswa lebih aktif dalam pembelajaran
27
2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat disusun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Ngablak 01 Cluwak.