BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Sejarah Asal Mula Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung(walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi). Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan sematamata.
Universitas Sumatera Utara
Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam. Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan kecanduan, disamping menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, dan emfisema Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok. a) Rokok berdasarkan bahan pembungkus. • Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. • Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren. • Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas. • Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau. b) Rokok berdasarkan bahan baku atau isi. • Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. • Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. • Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Universitas Sumatera Utara
c) Rokok berdasarkan proses pembuatannya Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. d) Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar. Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian : 1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam Filter Internasional, Djarum Super, dll. 2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini
Universitas Sumatera Utara
jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, LA Light, Surya Slim, dll. e) Rokok berdasarkan penggunaan filter. • Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. • Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus. Dan baru - baru ini telah keluar rokok elektrik, yaitu rokok yg bisa dihisap seperti layaknya rokok biasa, namun memiliki asap yang lebih banyak dari pada rokok pada umumnya, rokok elektrik terbagi menjadi dua jenis elektrikal dan mecanikal yang mana perbedaannya terletak pada cara pengaturan pembakaran yang bisa kita sesuaikan dan tidak bisa disesuaikan oleh penggunanya, rokok elektrik tidak mengunakan korek api untuk menyalakannya, tapi hanya dengan kita mengisi ulang baterai dan mengunakan segumpal kapas dan gulungan penghantar panas yang di satukan dalam sebatang pipa berukuran kurang lebih lima belas centimeter, rokok elektrik lebih banyak memiliki rasa dan asap yang keluar juga memiliki aroma yang cenderung lebih wanggi dari rokok biasa, akan tetapi fakta menyatakan kerusakan yang diakibatkan oleh rokok elektrik sama dengan rokok pada umumnya. B. Perubahan Perilaku 1. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku Individu. a) Perubahan Alamiah ( Natural Change ) Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Contoh : perubahan perilaku yang disebabkan karena usia seseorang.
Universitas Sumatera Utara
b) Perubahan terencana ( Planned Change ) Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.contoh : perubahan perilaku seseorang karena tujuan tertentu atau ingin mendapatkan sesuatu yang bernilai baginya. c) Kesediaan untuk berubah ( Readdiness to Change ) Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam organisasi, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut, dan ada sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. 2. Strategi Perubahan Perilaku Individu Beberapa
strategi
untuk
memperoleh
perubahan
perilaku
,
dikelompokkan menjadi tiga : a)
Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan: Misal : dengan adanya peraturan-peraturan / perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Strategi ini dapat berlangsung cepat akan tetapi belum tentu berlangsung lama karena perubahan perilaku terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
b)
Pemberian informasi Dengan memberikan informasi-informasi tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan hal tertentu.
Universitas Sumatera Utara
c)
Diskusi partisipasi Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua di atas yang dalam memberikan informasi-informasi tentang peraturan baru organisasi tidak bersifat searah saja tetapi dua arah.
3. Teori Tentang Perubahan Perilaku Individu a)
Teori Kurt Lewin Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa “perilaku manusia adalah
suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces. Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang. Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni 1) Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. 2) Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. 3) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. b)
Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR) Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya
perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
Universitas Sumatera Utara
berkomunikasi
dengan
organisme.
Artinya
kualitas
dari
sumber
komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Hosland,et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari : 1) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. 2) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). 3) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). c)
Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat
Universitas Sumatera Utara
dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa : a) Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. b) Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. c) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. d) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan “layar” dimana segala ungkapan diri orang
Universitas Sumatera Utara
dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya. Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif. Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional). a) Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang manajer sedang belajar tentang strategi bisnis. b) Perubahan yang fungsional.Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat
dimanfaatkan
untuk
kepentingan
hidup
individu
yang
bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. c) Perubahan yang bersifat positif. Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. d) Perubahan yang bersifat aktif.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, manajer ingin memperoleh pengetahuan baru tentang strategi bisnis, maka manajer tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku strategi bisnis, berdiskusi dengan manajer lain tentang strategi bisnis dan sebagainya. e) Perubahan yang bersifat pemanen. Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, manajer belajar mengoperasikan program akuntansi, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer program akuntansi tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut. f) Perubahan yang bertujuan dan terarah. Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misal seorang manajer mewmpelajari strategi bisnis mempunyai tujuan jangka pendeknya untuk tahu tentang apa-apa yang akan dilakukan dalam dunia bisnis, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk ahli dalam bisnis dan mungkin untuk opromosi ke jabatan yang lebih tinggi karena telah menguasai bidang tertentu. g) Perubahan perilaku secara keseluruhan. Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.
Universitas Sumatera Utara
4. Cara-cara Perubahan Perilaku Individu a) Dengan Paksaaan. Ini bisa dengan : Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman huluman kalau tidak mentaati instruksi atau peraturan tersebut. b) Dengan memberi imbalan : lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi blsa juga imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya. c) Dengan membina hubungan baik : Kalau kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dalam organisasi. biasanya orang tersebut akan mengikuti anjuran kita untuk berbuat sesuatu. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi pada individu sehingga individu akan berubah dengan kesadaran dirinya. d) Dengan menunjukkan contoh-contoh pada individu dalam organisasi untuk melakukan tindakan tertentu yang diinginkan organisasi. 5.
Cara Memprakarsai Perubahan
Perubahan budaya organisasi sangat dimungkinkan mengingat budaya organisasi merupakan variabel yang dinamis, di sisi lan organisasi sebagai living organism selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Kecocokan antara budaya organisasi dengan lingkungan eksternal juga merupakan salah satu pertimbangan perlu tidaknya perubahan budaya organisasi. Merubah budaya bukanlah sesuatu hal yang mudah karena sekali budaya tersebut terkristalisasi ke dalam masing-masing anggota organisasi, maka anggota organisasi cenderung mempertahankannya tanpa memperhatikan bahwa budaya
Universitas Sumatera Utara
tersebut functional atau disfunctional terhadap kehidupan organisasi. Perubahan budaya bisa memakan waktu sampai 10 tahun. John kotler, seorang pakar kepemimpinan dan manajemen perubahan, percaya bahwa perubahan organisasi khususnya akan gagal karena manajemen senior melakukan satu atau lebih kesalahan berikut ini :
a) Kegagalan untuk menetapkan suatu rasa kegentingan mengenai kebutuhan akan perubahan seperti mencairkan organisasi dengan menciptakan alasan yang memaksa mengapa perubahan diperlukan. b) Kegagalan untuk menetapkan suatu koalisi yang cukup kuat untuk memberikan pedoman yang bertanggungjawab untuk memimpin dan mengelola perubahan. Deskripsinya seperti menciptakan orang-orang yang lintas fungsi dan lintas kelompok dengan kekuatan yang mencukupi untuk memimpin kelompok. c) Kegagalan untuk menetapkan suatu visi yang memandu proses perubahan. d) Kegagalan untuk mengkomunikasikan visi baru secara efektif. e) Kegagalan untuk menghilangkan halangan yang merintangi pencapaian visi baru. f) Kegagalan untuk secara sistematis merencanakan dan menciptakan kemenangan
jangka
pendek.
Kemenangan
jangka
pendek
mencerminkan pencapaian dari hasil atau tujuan penting. g) Terlalu
cepat
mengumumkan
kemenangan.
Hal
ini
dapat
menggelincirkan perubahan jangka panjang pada infrastruktur yang sering diperlukan untuk mencapai suatu visi.
Universitas Sumatera Utara
h) Kegagalan untuk menjangkarkan perubahan pada budaya organisasi. Hal ini diperlukan waktu bertahun – tahun untuk tertanam dalam budaya organisasi. i) Kotler merekomendasikan bahwa organisasi sebaiknya mengikuti delapan langkah yang saling berurutan untuk mengatasi masalah masalah yang berasal dari tekanan kekuatan internal maupun kekuatan eksternal. 6. Langkah–langkah untuk memprakarsai perubahan organisasi menurut Kotler adalah sebagai berikut a) Menetapkan rasa kegentingan, yakni mencairkan organisasi dengan menciptakan alasan yang memaksa mengapa perubahan diperlukan. b) Menciptakan koalisi yang memberikan pedoman, yakni dengan menciptakan orang -orang yang lintas fungsi dan lintas kelompok dengan kekuatan yang mencukupi untuk memimpin perubahan. c) Mengembangkan suatu visi dan strategi, yakni menciptakan visi dan rencana strategis untuk memandu proses perubahan. d) Membentuk dan mengimplementasikan strategi komunikasi yang secara konsisten mengkomunikasikan visi dan rencana strategi baru. e) Memberdayakan tindakan yang berbasis luas, dengan menghilangkan halangan terhadap perubahan dan menggunakan elemen– elemen target dari perubahan untuk mentransformasikan organisasi. Mendorong sikap yang berani mengambil resiko dan penyelesaian masalah yang kreatif
Universitas Sumatera Utara
f)
Menghasilkan kemenangan jangka pendek, yakni merencanakan untuk menciptakan kemenangan atau perbaikan jangka pendek, mengakui dan menghargai karyawan yang memberikan kontribusi terhadap kemenangan.
g) Mengonsolidasikan keuntungan dan menghasilkan lebih banyak perubahan. Deskripsinya yakni koalisi yang memandu menggunakan kredibilitas dari kemenangan jangka pendek untuk menciptakan lebih banyak perubahan. Tambahan karyawan dilibatkan pada proses perubahan ketika perubahan mengalir ke seluruh organisasi. Usaha ini dibuat untuk menyegarkan kembali proses perubahan. h) Menancapkan pendekatan baru ke dalam budaya, dengan cara memperkuat perubahan dengan menggarisbawahi hubungan antara perilaku
dan
proses
baru
dengan
keberhasilan
organisasi.
Mengembangkan metode-metode untuk memastikan pengembangan dan suksesi kepemimpinan. 7. Tahap-tahap proses perubahan a) Proses perubahan meliputi enam tahapan : b) Tekanan dan desakan. Proses mulai ketika manajemen puncak mulai merasa adanya kebutuhan atau tekanan akan perubahan, biasanya disebabkan berbagai masalah yang berarti, seperti penurunan pejualan atau penurunan laba secara tajam. c) Intervensi dan reorientasi. Konsultan atau pengantar perubahan dari luar sering digunakan untuk merumuskan masalah dan memulai proses
Universitas Sumatera Utara
dengan membuat para organisasi untuk memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut. d) Diagnosa dan pengenalan masalah. Informasi dikumpulkan dan dianalisa oleh pengantar perubahan dan manajemen. e) Penemuan dan komitmen pada penyelesaian. Pengantar perubahan hendaknya merangsang pemikiran dan mencoba untuk menghindari penggunaan
metode-metode
lama
yang
sama.
Penyelesaian-
penyelesaian diketemukan melalui pengembangan secara kreatif, alternatif – alternatif baru dan masuk akal. f) Percobaan dan pencarian hasil-hasil. Penyelesaian-penyelesaian pada tahap empat biasanya diuji dalam program-program percobaan berkala dan hasil-hasilnya dianalisis. g) dan penerimaan. Bila serangkaian kekuatan telah diuji dan sesuai keinginan, harus diterima secara sukarela. Pelaksanaan kegiatan yang telah diterima harus menjadi sumber penguatan dan menimbulkan keterikatan terhadap perubahan h) Lebih lanjut ditambahkan dalam melakukan audit budaya ada beberapa faktor dimensi perubahan yang perlu mendapat perhatian, diantaranya (Paul Bate) : i) Dimensi structural (budaya yang akan dirubah) j) Sebelum melakukan perubahan budaya, pertama-tama harus dilakukan terlebih dahulu diagnosis terhadap budaya yang akan dirubah. Tujuannya selain mengetahui budaya yang ada juga agar pelaku perubahan bisa belajar tentang pola pikir organisasi dan orang-orang
Universitas Sumatera Utara
yang terlibat di dalamnya sebab budaya bukanlah sebuah obyek tetapi sebuah perspektif. k) Dimensi ruang dan waktu (asal muasal terbentuknya budaya dan perjalannya sepanjang waktu) l) Kita berusaha melacak kembali bagaimana budaya yang sekarang berkembang dalam sebuah budaya organisasi. Tujuannya adalah agar dalam perubahan budaya kita tidak membuat kesalahan yang sama di masa siklus ini sangat penting artinya ketika kita memutuskan untuk merubah budaya. m) Dimensi kontekstual (situasi lingkungan dimana budaya berada didalamnya) n) Dalam dimensi ini kita berupaya untuk memahami kemungkinan terjadinya cultural lag untuk menindak lanjuti perlu tidaknya perubahan. o) Dimensi subyektif (tujuan tterlibatnya orang per orang dalam perubahan) p) Kita perlu memahami sejauh mana mereka (orang-orang dalam oraganisasi) terlibat dalam perubahan. q) Paul Bate mengatakan bahwa untuk menilai efektivitas perubahan budaya, kita juga perlu menentukan parameternya, yaitu : r) Daya ekspresi, yakni kemampuan untuk menyampaikan ide-ide baru. Parameter ini untuk mengetahui sejauh mana pihak-pihak terkait bisa terpengaruh oleh perubahan.
Universitas Sumatera Utara
s) Daya komonalitas, yakni kemampuan untuk membentuk satu set nilai. Parameter ini untuk mengukur sejauh mana perubahan tersebut bisa membentuk nilai-nilai baru. t)
Daya penetrasi, kemampuan untuk menembus berbagai level organisasi. Parameter ini untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tersebut menembus berbagai level organisasi.
u) Dimensi proses perubahan (posisi budaya dalam siklus kehidupan budaya) v) Bisa dikatakan bahwa budaya terus menerus mengalami perubahan karena sifatnya yang dinamis. Jadi memahami posisi budaya pada w) Daya adaptif, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah. Parameter ini utnuk mengetahui bagaimana proses perubahan tersebut berlangsung.\ x) Daya tahan, kemampuan menciptakan perubahan yang hasilnya bisa bertahan lama. Parameter ini untuk mengetahui sruktur perubahannya. 8. Resistensi Terhadap Perubahan Budaya Perubahan budaya akan mengakibatkan perubahan kebiasaan, tradisi, mindset
yang
selama
ini
menjadi
pedoman
dalam
cara
berpikir
dan bertindak.tidak jarang usaha perubahan budaya organisasi ditanggapi dengan resistensi karyawan. Seperti yang dikatakan oleh Deal dan Kennedy perubahan budaya organisasi bukan hanya menyebabkan ketakutan karyawan berlebih tetapi juga hal-hal yang sejenis seperti : a) Culture of denial (pengingkaran)
Universitas Sumatera Utara
Perubahan budaya sering menjadi penyebab terjadinya kemarahan para karyawan yang diikuti pengingkaran terhadap perusahaan. b) Culture of fear (katakutan) Para eksekutive melakukan perubahan baik dalam bentuk downsizing, rightsizing, reorganization, restructuring ataupun reengineering yang akan berdampak pada perubahan budaya, boleh jadi bagi eksekutive perubahan tersebut berakibat baik bagi perusahaan, di sisi lain perubahaan ini dapat menimbulkan kekhawatiran yang berlebih bagi karyawan. c) Culture of cynism (sinisme) d) Perubahan budaya sering tidak memperoleh dukungan karyawan. Sebaliknya mereka menunjukkan sikap sinisme. e) Culture of self-interest (mementingkan diri sendiri) f) Perubahan terhadap sikap karyawan yang tadinya loyal terhadap perusahaan beralih menjadi sekedar mementingkan diri sendiri. perubahan perilaku adalah merupakan suatu paradigm bahwa manusia akan berubah sesuai dengan apa yangmereka pelajari baik dari keluarga, teman, sahabat ataupun ataupun belajar dari diri mereka sendiri, prosespembelajaran diri inilah yang nantinya akan membentuk seseorang tersebut, sedangakan pembentukan tersebutsangat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan orang tersebut baik dalam kesehariannya ataupun dalamkeadaan tertentu. bentuk perubahan perilaku dikategorikan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Perubahan alamiah (natural change): perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam (lingkungan)secara alamiah. b. Perubahan terencana (planned change): perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yangbersangkutan. c. Kesiapan berubah (Readiness to change): perubahan perilaku karena terjadinya proses internal(readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu. 9. Perubahan Perilaku Terjadi Dengan Berbagai Strategi a) Inforcement. Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau perundangan-undangan. Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng) b) Education. Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi ataupenyuluhan-penyuluhan. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi memakan waktu lama C. Perilaku Merokok Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi
Universitas Sumatera Utara
stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991). Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai, perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimana pun juga. (Poerwadarminta 1995) mendefinisikann merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990). Danusantoso (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya (Levy, 1984). 1. Tipe Perilaku Perokok Tipe perilaku merokok Dariyo (2005) membagi tipe merokok sebagai berikut ; a) Perokok aktif adalah individu yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya sehingga rasanya tidak
Universitas Sumatera Utara
enak kalau sehari tidak merokok. Oleh karena itu individu ini akan berupaya untuk mendapatkannya. b) Perokok pasif yaitu individu yang tidak memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang dihembuskan orang lain yang kebetulan didekatnya. Dalam keseharian mereka tidak berniat dan tidak mempunyai kebiasaan merokok. Kalau tidak merokok individu ini tidak merasakan apa-apa dan tidak terganggu aktivitasnya. Jadi perokok pasif ini dianggap sebagai korban dari perokok aktif. Namun demikian baik perokok aktif maupun perokok pasif akan dapat menanggung resiko terganggunya kondisi kesehatan mereka. 2. Tipe – Tipe Perokok Berat Dan Ringan a) Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang waktu merokok, lima menit setelah bangun pagi. b) Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6 - 30 menit. c) Perokok sedang menghabiskan rokok 11 – 21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. d) Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi. e) Tipe perokok dalam jumlah (Sitepoe dalam Perwitasari, 2006) 1. Perokok ringan, merokok 1-10 batang sehari. 2. Perokok sedang, merokok 11-20 batang sehari. 3. Perokok berat, merokok lebih dari 24 batang sehari.
Universitas Sumatera Utara
f) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. 1. Pleasure relaxation, adalah perilaku merokok untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. 2. Stimulation to pick them up adalah perilaku merokok yang dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. 3. Pleasure of handling the cigarette adalah kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok, sangat spesifik pada perokok pipa perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit . Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api. g) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. h) Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction) adalah perilaku dengan menambahkan dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. i) Perilaku
merokok
yang
sudah
menjadi
kebiasaan.
Mereka
menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin atau tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Menurut Mu’tadin (dalam www.e-psikologi.com).
Universitas Sumatera Utara
3. Perhitungan Biaya Merokok Secara Umum Apabila seorang remaja terjerumus oleh pengaruh rokok sehingga menjadi seorang perokok aktif, maka kemungkinan besar anak muda tersebut akan menghabiskan sisa hidupnya menghisap rokok karena tidak bisa berhenti karena efek berhenti merokok yang menyiksa. Dengan demikian pengusaha rokok sangat diuntungkan karena memiliki korban rokok yang umumnya setia pada rokok kesusakaannya. a) . Asumsi-asumsi yang digunakan pada perhitungan :
Satu batang rokok harganya Rp. 1000,-
Dalam satu hari rata-rata habis 12 barang rokok
Usia Mulai Merokok adalah 15 tahun
Usia Berhenti Merokok adalah 55 tahun
Satu Bulan ada 360 hari
Berapa uang yang harus dikeluarkan oleh seorang remaja yang mau mulai merokok tersebut selama merokok :
Rokok Seumur Hidup = Jumlah Rokok Satu Tahun x Harga Rokok
Rokok Seumur Hidup = (40 tahun x 360 hari x 12 batang) x Rp. 100
Rokok Seumur Hidup = 172.800 batang x Rp. 1000
Rokok Seumur Hidup = Rp. 172.800.000,-
Jadi seorang remaja telah dibebankan biaya rokok seumur hidup sebesar seratus tujuh puluh dua juta delapan ratus ribu rupiah. Nilai uang tersebut saat ini setara dengan satu buah rumah sederhana atau satu unit mobil baru. Perhitungan
Universitas Sumatera Utara
ini belum memperhitungkan inflasi dan biaya pengobatan apabila sakit. Jadi bisa lebih dari milyaran rupiah yang harus ditanggung pecanduk rokok muda selama menjadi budak rokok. Suatu jumlah uang yang sangat besar dan bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang lainnya. 4. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Merokok Menurut Tarwoto, dkk (2010) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok : a) Pengaruh orang tua Seorang anak akan merokok apabila orangtua sendiri yang menjadi figur juga sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya dan akan terbawa di kehidupan si anak tersebut. b) Pengaruh lingkungan dan teman Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak lingkungan merokok maka semakin besar kemungkinan teman- temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Terdapat dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, pertama anak tersebut terpengaruh oleh temantemannya atau lingkungan dan sebaliknya. c) Faktor kepribadian Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial.
Universitas Sumatera Utara
d) Pengaruh iklan Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat seringkali berkeinginan untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. 5. Dampak Perilaku Merokok Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi dua, yaitu : a) Dampak Positif Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa perokok meyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu
menghadapi
keadaan-keadaan
yang
sulit.
Smet
(1994)
menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial dan menyenangkan. b) Dampak negatif Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat berpengaruh bagi kesehatan (Ogden, 2000). Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi apat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok dimulai dari penyakit di kepala sampai dengan penyakit di telapak kaki, antara lain (Sitepoe, 2001) : penyakit kardiolovaskular, neoplasma (kanker), saluran pernafasan,
Universitas Sumatera Utara
peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan vertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit mag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan). D. Peringatan bahaya merokok 1. Pictorial Health Warning (PHW) Pada Bungkus Rokok Pictorial Health Warning atau peringatan kesehatan dalam kemasan rokok merupakan sarana untuk meminimalisir para perokok untuk mulai berhenti dan mempertimbangkan pentingnya kesehatan dan dampak negatif yang dihasilkan dari rokok. Rokok dapat menimbulkan banyak masalah kesehatan karena pada tembakau yang dibakar terdapat lebih dari empat ribu zat kimia berbahaya, antara lain nikotin yang bersifat adiktif (menimbulkan kecanduan) dan tar yang bersifat karsinogenik (zat yang dapat memicu timbulnya kanker). Risiko kesehatan yang mungkin timbul akibat merokok, antara lain dapat menyebabkan serangan jantung, impotensi, stroke, gangguan kehamilan dan janin, serta merupakan penyebab utama kanker paru. Asap rokok mengandung sekitar 60% adalah gas dan uap yang terdiri dari 20 jenis gas, diantaranya gas monoksida yang merupakan gas yang sangat berbahaya karena persentasenya yang tinggi dalam aliran darah seorang perokok aktif mampu menyedot persediaan gas oksigen yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu untuk bisa bernafas. Selain itu asap rokok mengandung jutaan zat kimiawi yang sangat beragam, yang dihasilkan dari perubahan kertas sigaret yang awalnya berwarna putih pucat menjadi warna kuning (Husaini, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) menjelaskan bahwa Risiko kesehatan akibat mengkonsumsi rokok sejak lama telah dicantumkan pada bungkus rokok. Lebih dari 90% masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan berbentuk tulisan pada bungkus rokok tersebut, tetapi hampir separuhnya tidak percaya dan 26% tidak termotivasi untuk berhenti merokok. Studi di berbagai negara membuktikan bahwa peringatan tertulis yang disertai gambar (Pictorial Health Warning/PHW) lebih efektif daripada hanya berbentuk tulisan saja. Terkait hal tersebut, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan berbagai upaya kesehatan antara lain melalui Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan. Peraturan Pemerintah ini memberikan mandat kepada Badan POM antara lain untuk mengawasi kemasan/label produk tembakau terkait pencantuman peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan, pencantuman informasi kesehatan seperti informasi kadar nikotin dan tar, pernyataan dilarang menjual atau memberi kepada anak berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil, serta persyaratan label lainnya termasuk pelarangan pencantuman keterangan atau tanda apapun yang menyesatkan atau bersifat promotif. (http://www.pom.go.id) E. Bentuk peringatan 1. Komunikasi visual komunikasi visual adalah komunikasi yang menggubakan bahasa visual, dimana bahasa visual merupakan kekuatan paling utama yang dapat dilihat dan dapat digunakan untuk menyampaikan suatu pesan yang memiliki arti, maka dan
Universitas Sumatera Utara
maksud tertentu (Kusrianto, 2007 : 10 ). Dapat dikatakan juga sebagai muatan nilai melalui penggunaan bahasa rupa ( visual language ) yang disamapaikan melalui media berupa desain dengan tujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, symbol, ilustrasi, gambar / foto, tipografi/ huruf dan sebagainya yang disusun berdasarkan khaidah bahasa visual yang khas. Dalam label visual sendiri terdapat beberapa kajian yang dikembangkan yaitu : a) Visual Intelligence / cogition / perception b) Visual Literation c) Graphic Design d) Visualization e) Visual culture f) Professional Performance : photography / Film / video /internet Mass Media / Advertising . Label visual peringatan bahaya rokok merupakan pesan yang ditujukan kepada masyarakat dan atau konsumen rokok untuk menunjukkan resiko yang dapat dialami akibat mengkonsumsi rokok. 2. Iklan Iklan senantiasa dibuat sedemikian rupa dengan maksud untuk mempengaruhi secara menguntungkan pikiran maupun perasaan publik bagi suatu usha atau perusahaan menurut Keppler, iklan atau advertising bersal dari bahsa latin ad-vere bereti “mengoper pikiran dan gagasan kepada pihak yang lain, jika
Universitas Sumatera Utara
kita terima maka sebenarnya iklan
tidak ada bedanya dengan pengertian
komunikasi satu arah “ (Liliweri, 1992 : 17 ). Iklan (advertising ) berasal dari bahasa yunani yang artinya kurang lebih adalah “ menggiring orang pada gagasan. “ Adapun pengertian iklan secara komprehensif adalah semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan mempromosikan ide, barang atau jasa secara non personal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pembuat iklan. Periklanan ( advertising ) yang merupakan bauran promosi yang mudah dijumpai diberbagai media adalah merupakan bentuk penyajian informasi non personal tentang suatu produk merek perusahaan atau toko yang dilakukan dengan bayaran tertentu. Pada iklan biasanya ditampakkan organisasi yang mensponsorinya ( pemasar). Gambaran data di atas menunjukkan bahwa peringatan bahaya merokok selama ini ternyata cenderung kurang berpengaruh (kurang efektif) terhadap jumlah pengonsumsi rokok di tanah air. Sebaliknya malahan pesan-pesan berupa peringatan maupun imbauan bahkan kampanye antirokok yang banyak dipublikasikan melalui beragam media komunikasi selama ini belum bisa dikatakan mencapai tujuan optimal. Sangat boleh jadi, pesan-pesan yang ada atau telah disampaikan selama ini hanya berpengaruh secara kognitif, sebatas menambah wawasan/pengetahuan yang tentunya tidak mampu mengubah perilaku khalayak yang menjadi sasaran. Efek kognitif meminjam istilah Rakhmat (2007: 219) terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian, pesan-pesan berupa peringatan maupun imbauan tentang bahaya merokok cenderung kurang berpengaruh secara signifikan sehingga perubahan sikap/perilaku untuk tidak merokok belum seperti diharapkan. Maka dengan demikian dibutuhkan strategi kreatif lain untuk memberikan pesan terhadap para perokok akan bahaya dan dampak negatif yang dihasilkan dari rokok. Secara normatif, solusi terhadap bahaya merokok dan segala hal yang diakibatkannya telah banyak dilakukan. Dikeluarkannya Pictorial Health Warning (PHW) di bungkus rokok atas dasar Permenkes) No. 28 Tahun 2013 sebagai implementasi dari PP No. 109 Tahun 2012 tentang Pengendalian Tembakau, turunan dari UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Solusi tersebut harus didukung dan diapresiasi dengan baik agar prilaku perokok dapat diminimalisir karena mempertimbangkan kesehatan melaui gambar peringatan kesehatan yang ada pada bungkus rokok.
Universitas Sumatera Utara